Anda di halaman 1dari 18

Suluh Pendidikan, 2018, 16 (1): 67—84 ISSN : 1829 – 894X

UNSUR INTRINSIK ROMAN SALAH ASUHAN


KARYA ABDOEL MOEIS

Nurhidayah, Ni Nyoman Karmini, I Nyoman Suaka


IKIP Saraswati

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan unsur intrinsik yang terkandung dalam roman
Salah Asuhan karya Abdoel Moeis. Objek penelitian ini berupa karya sastra. Karena itu,
penelitian ini merupakan penelitian sastra atau disebut juga penelitian kualitatif. Data
penelitian dikumpulkan dengan metode observasi dan metode dokumentasi dengan teknik
catat. Selanjutnya, data dianalisis dengan metode hermeneutika atau metode verstehen.
Hasil penelitian disajikan secara deskriptif dengan teknik induktif dan deduktif.

Kata kunci: unsur intrinsik, roman Salah Asuhan, Abdoel Moeis

INTRINSIC ELEMENTS IN ROMAN SALAH ASUHAN


OF ABDOEL MOEIS WORKS

ABSTRACT
The purpose of this study was to describe the intrinsic elements contained in the Salah
Asuhan romance of Abdoel Moeis work. The object of this research is a literary work.
Therefore, this research is a literary research or also called qualitative research. The
research data was collected by observation method and documentation method with
technique of note. Furthermore, the data were analyzed by hermeneutical method or
verstehen method. The results are presented descriptively by inductive and deductive
techniques.

Keywords: intrinsic element, Salah Asuhan romance, Abdoel Moeis

PENDAHULUAN Roman atau novel merupakan


Kesusastraan Indonesia baru, lahir karangan dalam bentuk prosa. Karmini
sekitar abad dua puluhan. Tahun dua (2011:101), menyatakan roman adalah
puluhan dianggap sebagai titik awal cerita yang mengisahkan kehidupan pelaku
kelahiran Kesusastraan Indonesia Baru. sejak lahir, dewasa, sampai meninggal.
Roman adalah salah satu jenis karya sastra Sifat-sifat pelaku, plot diuraikan dengan
yang muncul pada tahun dua puluhan. jelas sesuai dengan keinginan penulisnya.
Tahun dua puluhan dalam sastra disebut Roman ditulis dalam beberapa bab dan
dengan angkatan Balai Pustaka. Angkatan beberapa bagian. Istilah roman berasal
Balai Pustaka merupakan penamaan yang dari kata roman yang berarti cerita, dalam
diberikan terhadap karangan-karangan masyarakat pemakai bahasa Prancis.
yang diterbitkan oleh Balai Pustaka. Roman yang muncul pada angkatan

67
Suluh Pendidikan, 2018, 16 (1): 67—84 ISSN : 1829 – 894X

Balai Pustaka di antaranya adalah Sitti juga mempermasalahkan tentang sifat


Nurbaya karya Marah Rusli, Salah tokoh yang menjunjung tinggi bangsa
Pilih karya Nur Sutan Iskandar, Salah Belanda dan merendahkan kampung dan
Asuhan karya Abdoel Moeis. Penelitian bangsanya Indonesia bahkan melupakan
ini membicarakan tentang roman Salah kampung halamannya. Hal semacam
Asuhan Karya Abdoel Moeis. Roman- ini dapat dipahami, karena pengarang
roman lainnya tidak akan dibicarakan sendiri merupakan pahlawan nasional
dalam penelitian ini. yang menentang keras penjajah Belanda.
Roman Salah Asuhan ini meng­ e­ Oleh karena itu, roman Salah Asuhan
tengahkan tokoh Hanafi. Abdoel Moeis ini merupakan kritik terhadap kaum
sebagai pengarangnya mengkritisi dalam roman Salah Asuhan. Inilah
sikap dan tingkah laku kaum borjuis yang menjadi daya tarik dan menjadi
yang kebarat-baratan dan lupa daratan. pertimbangan peneliti untuk mengangkat
Roman Salah Asuhan ini menceritakan roman Salah Asuhan ini sebagai subjek
tabiat Hanafi sebagai anak pribumi yang sekaligus objek penelitian.
mencaci kampung dan bangsanya sendiri, Sesuai latar belakang di atas, muncul
ia lebih bangga dikatakan sebagai orang permasalahan “bagaimanakah unsur in-
barat. Dalam roman ini juga diceritakan trinsik roman Salah Asuhan karya Abdoel
perjodohan yang dilakukan oleh Ibu Moeis. Dengan permasalahan itu, maka
Hanafi, antara Hanafi dengan Rapiah. tujuan penelitian ini adalah mendeskripsi-
Hanafi terpaksa menikahi Rapiah karena kan unsur inrinsik yang terkandung dalam
permintaan Ibunya. Pernikahan Hanafi roman Salah Asuhan karya Abdoel Moeis.
dengan Rapiah akhirnya melahirkan Untuk menjawab permasalahan penelitian
seorang putra yang diberi nama Syafei. ini, roman Salah Asuhan karya Abdoel
Namun, meski Hanafi telah memiliki anak Moeis, ditelaah dengan menerapkan teori
dari pernikahannya dengan Rapiah, Hanafi struktural dan penerapan metode herme-
belum dapat melupakan cintanya kepada neutika atau metode verstehen.
Corrie, bahkan Hanafi mengkhianati
Rapiah dengan menikahi Corrie secara METODE PENELITIAN
diam-diam. Akhir cerita ini, Hanafi Untuk mengkonkretkan penelitian
mengalami kesengsaraan hidup sampai ini digunakan metode etik dan emik.
akhir hayatnya. Metode etik adalah suatu cara untuk
Roman Salah Asuhan ini mendekati fenomena dengan konseptual
mengangkat dan mempersoalkan tentang penelitinya, sedangkan metode emik adalah
salah asuh seorang ibu, yakni ibu Hanafi suatu cara yang didasarkan pada konseptual
terhadap anaknya yaitu Hanafi. Hanafi seperti yang dimaksud dan disadari oleh
dari kanak-kanak bersekolah di sekolah orang atau informan. Dalam hal ini adalah
Belanda, dan bergaul sehari-harinya pendapat masyarakat, yang diwakili oleh
dengan orang barat. Roman Salah Asuhan para informan. tidak lepas dari sistem

68
Suluh Pendidikan, 2018, 16 (1): 67—84 ISSN : 1829 – 894X

sosial yang melingkupinya (Sudjarwo, HASIL DAN PEMBAHASAN


2001:45-46). Penggunaan kedua metode Setelah dilakukan analisis terhadap
tersebut di atas, mengarahkan penelitian data yang ada, maka hasil penelitiannya
ini kepada penelitian kualitatif. Dalam dapat dipaparkan di bawah ini.
penelitian kualitatif, data digambarkan
Tema
dengan kata-kata atau kalimat-kalimat
Kutipan berikut diambil dari surat
serta dipisah-pisahkan menurut kategori
Corrie yang ditujukan kepada sahabatnya,
untuk memperoleh simpulan (Arikunto,
Hanafi, kiranya dapat membuktikan
1991:195). Objek penelitian ini adalah
tentang tema dalam roman Salah Asuhan
karya sastra, karena itu, penelitian ini
karya Abdoel Moeis ini.
termasuk penelitian sastra dan masuk
jenis penelitian kualitatif. Data utama Juga sepanjang hematku, tentu engkau
diperoleh dari roman Salah Asuhan. sudah lebih daripada insaf, bahwa aku
Data dikumpulkan dengan menggunakan sangat menyalahi perkawinan campuran
itu. Aku heran, bagaimana engkau sendiri
metode observasi dan dokumentasi dengan tidak memikirkan sampai ke sana. Meskipun
teknik catat. Data dianalisis dengan banyak orang yang sedang berusaha akan
metode hermeneutika atau verstehen. merapatkan Timur dengan Barat, tapi buat
jaman ini bagi bahagian orang yang terbesar
Hermeneutika berarti menafsirkan atau
masihlah, Timur tinggal Timur, Barat tinggal
menginterpretasikan (Ratna, 2004:45-46). Barat, takkan dapat ditimbuni jurang yang
Penafsiran dikaitkan dengan karya sastra, membatasi kedua bahagian itu (hlm.54).
sebab karya sastra menggunakan bahasa
dan maknanya tersembunyi dalam bahasa. Kutipan berikut merupakan per­
Karya sastra perlu ditafsirkan sebab dalam cakapan Hanafi dengan Corrie, mereka
sastra terkandung ruang-ruang kosong dan merasa pernikahan mereka sudah
di tempat itulah pembaca memberikan menyalahi aturan. Sehingga banyak sahabat
berbagai penafsiran. Metode hermeneutika dan teman-teman tidak setuju dengan
tidak mencari makna yang benar, pernikahan mereka, yang mengakibatkan
melainkan makna yang paling optimal. mereka merasa tersisih dari lingkungannya.
Dengan demikian, penafsiran dilakukan Kiranya dapat membuktikan tentang tema
dengan tujuan menjelaskan makna di balik dalam roman Salah Asuhan karya Abdoel
teks karya sastra. Penafsiran terjadi karena Moeis ini.
setiap subjek memandang objek melalui
“Benar, Cor, semua dapat
horison dan paradigma yang berbeda. kupahamkan. Hanya sedikit aku tidak
Keragaman pandangan menimbulkan mengerti. Jika engkau masih cinta
kekayaan makna dalam kehidupan manusia, pada suamimu dan dapat engkau
menambah kualitas estetika, etika, dan tidak menyalahi suami itu nasib kita
berdua yang semalang ini, apakah
logika. Selanjutnya, data disajikan secara susahnya bagimu buat berdaya
deskriptif dengan teknik induktif dan upaya, supaya hidup suamimu itu
deduktif. dalam beristrikan engkau hidup kita

69
Suluh Pendidikan, 2018, 16 (1): 67—84 ISSN : 1829 – 894X

berdua, menjadi lebih senang dari berakibat fatal, karena perkawinan itu
sekarang? Susah benarkah berusaha sendiri tidak sepaham. Inilah merupakan
buat menyenang-nyenangkan hati
tema roman Salah Asuhan karya Abdoel
dalam bergaul dengan suami, setelah
nyata bahwa sekalian kawan-kawan Moeis.
sudah menyisihkan dirinya dari suami
itu, dari kita berdua? Bumi langitmu Penokohan
ialah suamimu, bumi langitku ialah
Pada bagian ini, hanya dilukiskan
engkau, Cor. Sama-sama kita piatu,
sama-sama sebatang kara, sama-sama tokoh dan penokohan Hanafi, Corrie du
kita terbuang, bukankah seharusnya Busse, Rapiah, dan Mariam ibu Hanafi.
perhubungan antara kita kedua Tokoh-tokoh dimaksud digambarkan
semakin rapat? Tiadakah kita senasib?
melalui tiga dimensi, yakni fisiologis,
Tidakkah kita seperuntungan?
Yang harus menghiburkan hatimu sosiologis dan psikologis.
hanyalah aku seorang; yang dapat
menghilangkan dukaku tak ada Tokoh Hanafi
makhluk yang lain, hanyalah engkau
Dari aspek fisiologisnya, rupa
seorang saja. Apakah sebabnya
maka kita hidup sebagai orang yang molek Hanafi tercermin pula dari pikiran
melakukan kewajiban masing- Corrie, ketika ia membayangkan Hanafi.
masing saja, sebagai... dua orang Hanafi seorang pemuda Minangkabau dan
bersembayan ?”
beragama Islam. Kutipan berikut dapat
Hanafi memeluk pinggang istrinya
dengan kedua belah tangannya, membuktikannya.
mencium berkali-kali, sambil berkata,
“Oh, Corrie, istriku yang kubawa Lalu diharapkan ke muka angan-
sengsara, buah hati mainan mata! angannya akan diri Hanafi, lahir
Ketahuilah olehmu, bahwa cintaku dan batin. Rupanya molek, kulitnya
padamu tidak berhingga- hingga, tidaklah hitam bagai Bumiputra
meskipun bagaimana laku fiilmu. kebanyakan (hlm. 33).
Berjanjilah aku, mulai dari saat ini
tiadalah aku akan berkata kasar atau Dari aspek sosiologisnya, Hanafi
berkata menyakiti hati istriku lahi. adalah pemuda yang berpendidikan tinggi,
Kasihan, Corrie, kuatkanlah batinmu memiliki pekerjaan yang baik. Kutipan
di dalam gelombang kehidupan yang
berikut dapat membuktikannya.
sehebat ini, bersama-samalah kita
melayarkan perahu kita ke tempat
Dari kecil Hanafi sudah
yang aman, ke tempat yang permai,
disekolahkan di Betawi, yaitu tidak
jauh letaknya daripada dunia yang
dinantikan tamatnya bersekolah
sempit ini.” (hlm.160-161).
Belanda di Solok, melainkan
dipindahkan ke ibu kota itu, karena
Berdasarkan kutipan di atas, kata ibunya ia tidak hendak kepalang
dapat disimpulkan bahwa perkawinan menyekolahkan anak tunggal yang
sudah kehilangan ayah itu...
campuran (pribumi dan orang barat) dapat Tamat sekolah rendah,
menimbulkan bermacam-macam masalah, berpindahlah ia ke HBS, yang
kesedihan, penderitaan lahir batin, bahkan dijalaninya sampai tiga tahun.

70
Suluh Pendidikan, 2018, 16 (1): 67—84 ISSN : 1829 – 894X

….(hlm. 23). rendah, kepada bangsa itu. Semua itu


bersendi kepada perasaan, Han! Dan
Hanafi merupakan orang Bumiputra, perasaan itu akan tinggal menjadi
milik masing-masing orang yang
namun ia malu menjadi orang bumiputra
mengandungnya saja; dan salahlah
dan benci pada bangsanya sendiri, ini buat menyelidiki pangkal dan
dinyatakan oleh Corrie du Busse. Kutipan asalnya, maka timbul perasaan itu.”
berikut dapat membuktikannya. (hlm.207).

Piet menyulut sigaret baru dan


Hanafi sendiri benci pada bangsanya,
setelah mengisap tiga empat kali,
Bumiputra. Pelajarannya, tingkah
berkata pulalah ia, “Terutama, Han,
lakunya, perasaannya, semua
jangan kausangka, bahwa orang
sudah menurut cara Barat. Kalau ia
tidak mengetahuinya keadaanmu di
tidak tinggal bersama ibunya yang
Sumatra Barat; di sana engkau ada
sangat kampung tentang tabiat dan
meninggalkan seorang istri dengan
perasaannya, tak akan adalah yang
seorang anak. Hal itu sudah menjadi
menyangka bahwa Hanafi orang
suatu fasal buat menimbulkan
Melayu. Sebab bencinya pada
kemasygulan orang. Kedua, karena...
bangsanya sendiri, sudah tentu ia
berlainan bangsa. Engkau sendiri,
suka minta disamakan dengan bangsa
Bumiputra sejati, ada memandang
Eropa (hlm. 33).
hina akan bangsa Indonesia,
bagaimanakah pula keadaanmu
Sifat Hanafi yang benci dengan dengan bangsaku?” (hlm.210).
bangsa Indonesia dijelaskan juga oleh
tokoh Piet. Ini dikatakan ketika Piet Dari aspek psikologisnya, Hanafi
menasihati Hanafi. Kutipan berikut kiranya disebutkan sebagai orang yang ber­
dapat membuktikannya. perilaku kasar. Kutipan berikut dapat
membuktikannya.
Apakah sebabnya anjing benci kepada
kucing? Kau berkata, buah paria “Hai Buyung! Antarkan anak itu
pahit, aku sendiri amat gemar akan dahulu ke belakang!” kata Hanafi
makanan itu, karena pada perasaanku dengan suara bengis dari jauh. “Dari
lezat cita rasanya bila dimakan manakah engkau bawa anak itu?
dengan nasi. Seorang perempuan Bukankah kebun ini sampai luas buat
yang hamil, ada yang menggemari pesiar-pesiar dengan kereta? Sudah
kapur dan lain-lain barang ajaib, yang berapa kali aku berkata, setiap aku
digemarinya sebagai sesuatu makanan ada tamu, engkau tidak boleh jauh.
yang tak ada bandingan sedapnya. Serupa ada yang menyuruh-nyuruh
Aku sendiri seorang Belanda totok, menghindar, bila kawan-kawanku
sayang sekali pada bangsa Indonesia, datang berkunjung. Engkau kugaji
dan banyaklah nampak olehku sifat- buat kesenanganku dan bukan buat
sifat baik terkandung dalam batin bermalas-malas!”
bangsa Indonesia itu, tapi banyak “Hamba disuruh ke jalan....”
pula di antara bangsaku yang totok, “Diam! Bawa anak itu ke belakang.
dan nyonyaku sendiri peranakan Angkat teh ke kebun!” (hlm. 80).
Indonesia, ya engkau sendiri anak
Indonesia sejati, yang memandang
71
Suluh Pendidikan, 2018, 16 (1): 67—84 ISSN : 1829 – 894X

Hanafi juga berperilaku kejam dan Dari aspek fisiologisnya. Corrie


bengis. Hanafi dikatakan sebagai suami dikatakan baru berumur enam tahun
yang tidak baik, kutipan berikut dapat ketika ibunya meninggal dunia dan Corrie
membuktikannya. dilukiskan sebagai perempuan yang cantik
parasnya, yang baru berusia 19 tahun. Hal
Ibu Hanafi pun tidak tahan ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.
melihat perangai anaknya kepada
Rapiah. Orang tua itu berasa lebih Hidupnya hanyalah guna anaknya
dekat hatinya kepada menantu dari saja, Nona Corrie.
kepada anaknya sendiri. Sudah sekali Corrie baru berumur enam tahun,
dua kali ia memperkatakan hal Rapiah waktu ditinggalkan oleh ibunya. Masa
dengan Hanafi, tapi jangankan hendak itu Tuan du Busse masih menjadi
diperbaikinya, perangai bengisnya arsitek (hlm.10).
kepada istrinya makin menjadi, Bahwa sesungguhnya Corrie du
karena dituduhnya Rapiah sudah Busse yang amat molek parasnya
mengadu kepada ibunya (hlm.73). pada hari itu luar biasa dari
Hanya ibu Hanafi saja yang pemandangan. Baju tenis dari benang
makan hati, melihat perangai anak wol merah tua, merapat lekatnya di
yang demikian kejam kepada istrinya. badan lampai dan menunjukkan raut
Hanya ia segan akan menimbulkan tubuhnya bagai digambar sangkir
pertengkaran dengan anaknya sari, jangat bagaikan kulit langsat;
sepanjang hari, takut kalau-kalau sedang tangguk rambutnya yang
anak itu makin durhaka (hlm. 77). menutup kepala, hampir-hampir tak
kuasa menahan rambut hitam dan
Hanafi juga digambarkan sebagai tokoh keriting dari andamannya. Beberapa
helai rambut itu keluarlah juga dari
yang keras kepala dan cepat tersinggung,
genggaman tangguk sutera, hingga
kutipan berikut kiranya dapat membuktikan berjurai-jurai pada pipi dan batang
sifat Hanafi yang keras kepala dan cepat lehernya yang sangat permai itu.
tersinggung. Maka segala keindahan itu disertai
pula dengan tingkah dan laku simpul-
simpul yang tak dapat tiada akan
Sebenarnya Hanafi amat keras
membawa hanyut bagi laki-laki (hlm.
kepala; jika kehendaknya dibantah
5).
atau katanya ‘disolang’, kadang
perangainya berupa kanak-kanak
yang suka berguling-guling di tanah, Dari aspek psikologisnya, Corrie
sebab pintanya tidak berlaku (hlm. dilukiskan sebagai perempuan yang kasar
155). dan tidak sabaran. Kutipan berikut kiranya
Sebagai digigit kalajengking,
dapat membuktikannya.
demikianlah laku Hanafi meloncat
dari tempat tidurnya, berdiri di muka
Piet, sambil berkata dengan mata “Simin!” kata Corrie, dengan suara
“mendelik” dan suara keras, “perkara keras dan nyaring.
orang tak usah campur!” (hlm. 205). “Saya, Non!”
“Minta es ... sama sirop asam ... oh,

tidak sirop fanili saja ...” sejurus lagi,”
Tokoh Corrie du Busse Simin ah minta air Belanda saja!”

72
Suluh Pendidikan, 2018, 16 (1): 67—84 ISSN : 1829 – 894X

“Sama es, Non?”


“Sudah tentu, kerbau! Tentu saja Corrie juga dikatakan sebagai istri yang
sama es, banyak es, satu pon, dua
tak pernah membantah kehendak suaminya
pon!”
Rasanya belum cukup berkata dan ia juga memaafkan segala kesalahan
demikian, Corrie sudah bangkit dari yang telah dilakukan Hanafi terhadapnya.
berbaring lalu berlari mendapatkan Kutipan berikut dapat membuktikannya.
bupet, sambil berkata, “Apa engkau
hendak menanti sampai aku mati
Kepada suaminya tak sekali-kali
sebab haus, Simin? Lekas dan toh, es
tidak berkekurangan tentang adab
banyak!”
dan tertib atau ramah-tamahnya.
Hanafi dapat menghadapi muka
Dengan perkataan itu direbutnyalah
manis sepanjang hari, tapi lebih dari
botol air Belanda yang sudah terbuka
muka manis itu pun tak dapatlah ia
dari tangan Simin, dituangkannya air
mengharap akan dapat dari Corie.
membuih itu ke dalam gelas, hingga
Istrinya hampir tak pernah membantah
melimpah-limpah dan mengalir ke
segala kehendaknya (hlm.155).
atas marmar, membasahi kain satin
Corrie menyapu-nyapu kepala
penutup bupet (hlm.13).
suaminya dengan tapak tangan
yang sebelah, lalu berkata dengan
Corrie juga dikatakan sebagai suara yang sayup-sayup sampai,
perempuan yang besar kepala, keras kepala, “Oh, Hannetje, kekasihku. Sudah
tidak tetap pendirian dan perangainya lama kuampuni dosamu kepadaku.
Aku tahu engkau akan datang, aku
seperti kanak-kanak, ini dikatakan langsung
menantikan engkau, buat memberi
oleh tokoh Corrie. Kutipan berikut dapat selamat tinggal.” (hlm.221).
membuktikannya.
Tokoh Rapiah
“Haruslah kita sama-sama
Secara fisiologisnya, Rapiah meru­
berpikir, Han. Apalagi engkau
harus menimbang-nimbang benar, pakan anak perempuan Sutan Batuah
apakah engkau kuat memelihara istri saudara Ibu Hanafi, Rapiah merupakan
semacam aku ini. Semakin lanjut perempuan yang tamat HIS, dan rupa
umurku, semakin nyatalah bagiku ini
Rapiah pun dikatakan tidak buruk, ini
keras kepala serupa dengan engkau.
Lain dari pada itu aku mengaku, dijelaskan langsung oleh tokoh lain
bahwa hatiku tidak tetap, sebentar yakni Ibu Hanafi. Kutipan berikut dapat
begini, sebentar begitu. Dari kecil membuktikannya.
hidupku dimanjakan, dan belum
pernah aku hidup berkekurangan; jadi
“Yang paling ibu sukai, sudahlah ibu
kata orang aku ini ‘berkepala besar’.
katakan dahulu. Tidak lain hanyalah
Jika orang menghendaki aku menjadi
Rapiah, anak kakak kandung ibu.
istrinya, haruslah orang itu menerima
Yang seibu sebapa dengan ibu, hanya
aku secara adabnya; janganlah ia
Sutan Batuah, guru kepala di Bonjol.
sekali-kali berkehendak supaya
Bukan sebuah-sebuah kebaikannya,
aku menjadi istri secara mesti yang
jika engkau suka memulangi Rapiah.
dikehendakinya”.

73
Suluh Pendidikan, 2018, 16 (1): 67—84 ISSN : 1829 – 894X

Pertama, adalah menurut sepanjang langsung oleh pengarang. Kutipan berikut


adat, bila engkau suka memulangi dapat membuktikannya.
anak mamakmu. Kedua, rupa Rapiah
pun dikatakan tidak buruk. Ketiga,
sekolahnya cukup, tamat HIS.
Keempat, ia diasuh baik-baik oleh Setiap hari asal saja sudah
orang tuanya. Lepas dari sekolah ia menimbulkan amarahnya, perkara itu
dipingit, lalu diajar ke dapur, menjahit sudah dipakainya buat melepaskan
dan merenda (hlm.62). sakit hatinya kepada Rapiah. Tetapi
istri yang sabar itu sudah tunduk
menangis saja, bagaikan insaf akan
Secara psikologis, Rapiah perempuan
dirinya (hlm.77).
yang baik, hati tulus dan sabar. Ini Rapiah ‒ seorang istri yang sabar
dipaparkan langsung oleh Ibu Hanafi, dan yakin kepada suami…. Rapiah
dan ia seorang istri yang sangat patuh dan benar berhati mulia hanya sayang
sekali ia tak pandai mengikat hati
takut kepada Hanafi. Kutipan berikut dapat
laki-laki semacam Hanafi. Benar
membuktikannya. emas Rapiah itu, tapi Hanafi gemar
……………………………. kepada logam lain yang lebih sulit
Kelima perangainya baik, hati akan memperolehnya daripada emas
tulus dan sabar. Keenam‒ah banyak (hlm.214).
lagi kebaikannya, Hanafi. Ibu kenal
anak itu semula ia dilahirkan ke dunia
(hlm.62). Tokoh Mariam (ibu Hanafi)
Rapiah, yang tahu arti misbruik Secara fisiologis, Ibu Hanafi
itu, menundukkan kepala, alamat adalah saudara perempuan dari Sutan
bersyukur atas kemurahan hati
Batuah. Kutipan berikut kiranya dapat
junjungan itu. Meskipun belum
sempurna umur, tetapi anak itu sudah membuktikan.
boleh menjadi tiru teladan bagi
perempuan yang tua-tua. Suaminya “Yang paling ibu sukai, sudahlah
itu sungguh-sungguh sudah ibu katakan dahulu. Tidak lain
dipandangnya sebagai junjungan. hanyalah Rapiah, anak kakak
Berasalah ia akan kecilnya, hinanya kandung ibu. Yang seibu sebapa
dan bodohnya di sisi suaminya yang dengan ibu, hanya Sutan Batuah,
dipandangnya sebagai orang yang guru kepala di Bonjol. Bukan sebuah-
terpandai dan sebenarnya tidak sebuah kebaikannya, jika engkau
sejodoh dengan dia. suka memulangi Rapiah (hlm.62).
Kalau suaminya ke kantor atau
ke luar rumah, lapanglah dadanya, Mariam digambarkan sebagai
nyaring suaranya, tapi kalau Hanafi ibu yang sangat menyayangi Hanafi, ia
ada di rumah mulutnya sebagai
diketam. Ia tak benci pada suaminya, merupakan seorang ibu yang royal kepada
melainkan takut (hlm.73). anak satu-satunya itu. Kutipan berikut
kiranya dapat membuktikannya.
Rapiah juga dikatakan sebagai istri
yang sabar dan berhati mulia, ini dijelaskan Dari kecil Hanafi sudah disekolah­
kan di Betawi, yaitu tidak dinantikan

74
Suluh Pendidikan, 2018, 16 (1): 67—84 ISSN : 1829 – 894X

tamatnya bersekolah Belanda di Gunung Talangkah hendak meletus,


Solok, melainkan dipindahkan ke ibu padi di sawah dimakan tikus?”
kota itu, karena kata ibunya ia tidak “Bukan itu Hanafi! Hanya penting
hendak kepalang menyekolahkan sekali, penting buatmu, penting
anak tunggal yang sudah kehilangan buat ibu, penting buat kita sekalian.
ayah itu. Ingatlah, anakku hanya engkau
……………………. seorang saja, ayahmu sudah sampai
Tamat sekolah rendah, berpindahlah ajalnya, tidak lain hidupku hanyalah
ia ke HBS, yang dijalaninya sampai buat engkau sendiri saja” (hlm.25).
tiga tahun. Sebab ibunya berasa
sudah tua. Dan lama pula merindukan Mariam dikatakan pula seorang ibu
anaknya, maka sekolah Hanafi
yang tidak suka membantah perkataan
diputuskan saja di situ, dan dengan
pertolongan sahabat-sahabat ayahnya, Hanafi. Kiranya kutipan berikut dapat
karena sangat pula ibunya meminta, membuktikannya.
dapatlah ia menjadi klerk di kantor
Assisten Residen Solok. Tidak pun “Penat pinggangku duduk di
lama antaranya sampailah ia diangkat kursi dan berasa pirai kakiku duduk
menjadi Komis. berjuntai, Hanafi,” sahut ibunya.”
Sungguhpun ibunya orang Kesenangan ibu hanyalah duduk
kampung, dan selamanya tinggal diam di bawah, sebab semenjak ingatku
di kampung saja, tapi sebab kasih duduk di bawah saja.”
kepada anak, ditinggalkannyalah “Itulah salahnya, Ibu, bangsa kita
rumah gedang di Kota Anau, dan dari kampung; tidak suka menurutkan
tinggallah ia bersama-sama dengan putaran zaman. Lebih suka duduk
Hanafi di kota Solok. rungkuh dan duduk mengukul saja
Maka tiadalah ia segan-segan sepanjang hari. Tidak ubah dengan
mengeluarkan uang buat mengisi kerbau bangsa kita, Bu! Dan segala
rumah sewaan di Solok itu secara sirih menyirih itu...... brrrr!”
yang dikehendaki oleh anaknya. Akhirnya orang tua itu tidak
Hanafi berkata, bahwa ia dari kecilnya berani lagi mengubah sesuatu
hidup di dalam rumah orang Belanda apa di dalam rumah, melainkan
saja; jadi tidak senanglah hatinya, dibersihkannya saja sesuatu sudut di
jika aturan mengisi rumahnya tidak muka dapur, di sanalah ia bersenda
mengarah-arah itu pula (hlm.23). gurau atau menerima tamu yang
Demikianlah juga ibunya, hanya datang (hlm.24).
suka menahan sakit senangnya di Kalau Hanafi sudah “leseng”
rumah Hanafi, karena kasih kepada serupa itu, ibunya tinggal berdiam
anak yang hanya seorang itu saja. diri. Sia-sia buat membantahnya,
“Hanafi,” katanya, “sudah lama karena makin lama makin tak
benar ibu hendak berhandai-handai dapatlah diartikan buah tuturnya. Dan
dengan engkau, tapi kulihat engkau kalau ia masih dibantah, anak yang
ada dalam kesempitan saja. Saat ini, berasa dirinya sudah terpandai itu
sedang air mukamu jernih, keningmu tidak segan-segan lagi berkata kepada
licin, bolehlah ibu menuturkan niatku ibunya, bahwa sia-sia benar bagi
itu, supaya jangan menjadi duri dalam orang yang ontwikkeld dan beschaafd
daging kesudahannya.” akan memperkatakan hal filosofie,
“Apa pula yang terasa di hari ibu, dan sociologie dan ‘kebatinan
yang terkalang di mata, ceritakanlah.
75
Suluh Pendidikan, 2018, 16 (1): 67—84 ISSN : 1829 – 894X

dalam’ dengan seorang perempuan sampai Hanafi kuat betul, sebelum


kampung....” mengeluarkan tutur, yang beberapa hari
Bila sudah mendengar yang ada di ujung lidahnya (hlm.58).
serupa itu, ibunya tidak membantah
lagi, hanya menyapu matanya Entah berapa lamanya ia duduk
saja dengan selendang, menyadari termenung di tempat itu, ia pun tidak
untungnya yang sudah beranak tahu. Petang sudah berjawat dengan
sepandai itu (hlm.31). senja, senja pun hendak digantikan
dengan malam, ibu Hanafi masih
Ibu Hanafi merupakan sosok menanti dengan sabar akan kedatangan
anaknya. Tapi sebab Hanafi masih
perempuan yang sabar dan perhatian,
belum kelihatan juga, akhirnya berasa
ini dijelaskan melalui tingkah laku yang cemaslah ibunya, lalu menyuruh kusir
dilakukan ibu Hanafi. Kiranya kutipan bendi datang mendapatkan ia. Maka
berikut dapat membuktikannya. berkatalah kusir itu kepada Hanafi,
“Tuan! Kata rangkaya, sudah tak ada
waktu lagi buat meneruskan perjalanan
Percakapan yang serupa itu, yang
ke Koto Anau, karena hari sudah malam.
dihabisi dengan tangis ibunya, memang
Baiklah tuan menanti di sini, sementara
sudah dua tiga kali terjadi. Tapi sedalam
rengkaya menyelesaikan rumah yang
dan sepedih itu, baharulah berlaku pada
hendak ditumpangi bermalam. Sebentar
hari itu. Ibunya sudah berasa, bahwa
lagi Tuan dijemput kemari.” (hlm.249).
akan menyedihkan hati saja, bila ia
memperkatakan yang sulit-sulit dengan
anaknya, tapi apa boleh buat. Kesakitan Oleh pengarang, Ibu Hanafi juga
dan kepiluan hati ditanggungnya dengan dikatakan sebagai orang tua yang arif dan
sabar, karena belum putus harapannya
bijaksana. Kutipan berikut kiranya dapat
akan memperbaiki anaknya yang
seorang itu. Tambahan lagi saudara membuktikan.
tuanya, Sutan Batuah. Guru kepala
di Bonjol, yang berugi besar turut Ibunya tidak memaksa memb­
menyekolahkan Hanafi, dan datang awanya berhandai-handai, melainkan
menemui kemenakannya bermaksud dinantikanlah oleh orang tua itu saat
hendak menjemput menjadi menantu, ketika yang baik, bilamana Hanafi
sudah pulang kembali dengan merentak sendiri menunjukkan laku hendak
dan belum memberi keputusan (hlm. bertutur. Orang tua yang arif bijaksana
31-32). itu mengetahui benar, bahwa ia tak boleh
Setelah dua pekan di dalam demam memulai rundingan tentang kehidupan
payah, berangsur turunlah panas badan Hanafi yang sudah-sudah, terutama pula
Hanafi. Dokter pun sudah berkata fasal kedua istrinya jika Hanafi tidak
kepada ibunya bahwa keadaannya pun membuka-buka fasal itu (hllm.252).
tidak mengkhawatirkan lagi. Sebaliknya Hanafi memandang
Siang malam orang tua itu pula akan diri Rapiah dan diri Syafei.
menunggu anaknya di tempat tidur. Diuji-ujinya pula harga kedua orang
Hanafi perlahan-lahan menjadi kuat itu bagi ibunya. Alangkah besar jasa
kembali, sedang dari makanan bubur Rapiah kepada orang tua itu, alangkah
dengan susu, ia pun sudah diberi makan besar faedahnya, bila orang tua yang
nasi. searif sebijaksana itu, hidup mengasuh
Ibunya menantikan dengan sabar, Syafei, bakal orang, daripada menunggu

76
Suluh Pendidikan, 2018, 16 (1): 67—84 ISSN : 1829 – 894X

Hanafi, bekas orang yang merintangi dipindahkan ke ibu kota itu, karena
dan mengganggu kesenangannya saja? kata ibunya ia tidak hendak kepalang
(hlm.255). menyekolahkan anak tunggal yang
sudah kehilangan ayah itu...
Alur Tamat sekolah rendah,
berpindahlah ia ke HBS, yang
Alur adalah rangkaian peristiwa
dijalaninya sampai tiga tahun. Sebab
dalam sebuah cerita. Alur digunakan dalan ibunya berasa sudah tua, dan lama
roman Salah asuhan dipaparkan di bawah pula merindukan anaknya, maka
ini. sekolah Hanafi diputuskan saja di
situ, dan dengan pertolongan sahabat-
sahabat ayahnya, karena sangat pula
Tahap Perkenalan ibunya meminta, dapatlah ia menjadi
Pada tahap ini pengarang mulai klerk di kantor Asusten Residen
melukiskan suatu keadaan, berisi pelukisan Solok. Tidak pun lama antaranya
sampailah ia diangkat menjadi Komis
dan pengenalan situasi latar dan tokoh
(hlm. 23).
cerita. Tahap perkenalan sangat detail Hanafi sendiri benci pada
diuraikan oleh pengarang, pada awal cerita bangsanya, Bumiputra. Pelajarannya,
Hanafi dan Corrie du Busse diuraikan oleh tingkah lakunya, perasaannya, semua
sudah menurut cara Barat. Kalau ia
pengarang secara rinci. Berikut kutipan
tidak tinggal bersama ibunya yang
yang dapat membuktikannya. sangat kampung tentang tabiat dan
perasaannya, tak akan adalah yang
“Hanafi! Engkau juga mulai menyangka bahwa Hanafi orang
memperbincangkan tentang adat Melayu. Sebab bencinya pada
lembaga serta tertib kesopanan bangsanya sendiri, sudah tentu ia
masing-masing bangsa; engkau pun suka minta disamakan dengan bangsa
juga yang tak suka mengindahkan Eropa (hlm. 33).
atau mengakui atas adanya perbedaan Corrie baru berumur enam tahun,
adat lembaga antara bangsa dengan waktu ditinggalkan oleh ibunya. Masa
bangsa. Setiap kita bertukar pikiran itu Tuan du Busse masih menjadi
tentang hal itu, pada akhirnya engkau arsitek (hlm.10).
senantiasa berkecil hati seolah-olah Bahwa sesungguhnya Corrie du
malulah engkau, bahwa engkau masuk Busse yang amat molek parasnya
golongan Bumiputra, yang kausangka pada hari itu luar biasa dari
bahwa aku menghinakannya. Bahwa pemandangan. Baju tenis dari benang
sesungguhnya kulitku berwarna wol merah tua, merapat lekatnya di
pula, ibuku perempuan Bumiputra badan lampai dan menunjukkan raut
sejati, meskipun diriku masuk tubuhnya bagai digambar sangkir
pada golongan bangsa Eropa. Dan sari, jangat bagaikan kulit langsat;
sementara.... fasal hina-menghina sedang tangguk rambutnya yang
Bumiputra lebih banyak terdengar menutup kepala, hampir-hampir tak
dari mulutmu sendiri daripada dari kuasa menahan rambut hitam dan
mulutku (hlm. 2-3). keriting dari andamannya. Beberapa
Dari kecil Hanafi sudah helai rambut itu keluarlah juga dari
disekolahkan di Betawi, yaitu tidak genggaman tangguk sutera, hingga
dinantikan tamatnya bersekolah berjurai-jurai pada pipi dan batang
Belanda di Solok, melainkan lehernya yang sangat permai itu.
77
Suluh Pendidikan, 2018, 16 (1): 67—84 ISSN : 1829 – 894X

Maka segala keindahan itu disertai peristiwa yang menyulut konflik


pula dengan tingkah dan laku simpul- mulai dimunculkan. Berbagai konflik
simpul yang tak dapat tiada akan
dimunculkan oleh pengarang dengan
membawa hanyut bagi laki-laki (hlm.
5). sangat indah, yang dapat membuat
pembaca seolah-olah berada di dalam
Tokoh kedua Rapiah dengan ibu cerita tersebut. Konflik dimulai dengan
Hanafi pun diuraikan oleh pengarang kekecewaan Hanafi terhadap Corrie karena
dengan rinci. Kutipan berikut dapat Hanafi merasa Corrie telah menghina orang
membuktikannya. Melayu lewat suratnya. Kutipan berikut
dapat membuktikannya.
“Yang paling ibu sukai,
sudahlah ibu katakan dahulu. Tidak Hanafi tidaklah datang ke meja
lain hanyalah Rapiah, anak kakak makan. Setelah surat Corrie dibacanya
kandung ibu. Yang seibu sebapa sampai tamat, ditaruhnyalah surat itu
dengan ibu, hanya Sutan Batuah, ke dalam sakunya lalu masuklah ia ke
guru kepala di Bonjol. Bukan sebuah- kamar dan terus ke tempat tidur. Ia
sebuah kebaikannya, jika engkau suka berkata sakit kepala, dan tak usahlah
memulangi Rapiah. Pertama, adalah menyediakan makanan buatnya
menurut sepanjang adat, bila engkau (hlm.54-55).
suka memulangi anak mamakmu. Tapi yang sangat dipentingkannya
Kedua, rupa Rapiah pun dikatakan pula di dalam surat itu ialah suatu
tidak buruk. Ketiga, sekolahnya fasal. Meskipun disusun dengan
cukup, tamat HIS. Keempat, ia diasuh perkataan yang sopan, adalah Corrie
baik-baik oleh orang tuanya. Lepas menghinakan orang Melayu di dalam
dari sekolah ia dipingit, lalu diajar surat itu. Ia sendiri memang tidak
ke dapur, menjahit dan merenda memandang tinggi akan derajat
(hlm.62). bangsanya, tapi, setelah Corrie pula
Sungguhpun ibunya orang yang berbuat demikian, naiklah
kampung, dan selamanya tinggal diam darahnya (hlm.57).
di kampung saja, tapi sebab kasih
kepada anak, ditinggalkannyalah
Peristiwa selanjutnya yang
rumah gedang di Kota Anau, dan
tinggallah ia bersama-sama dengan merupakan konflik yakni ketika ibu Hanafi
Hanafi di kota Solok. menyampaikan keinginannya untuk
Maka tiadalah ia segan-segan menikahkan Hanafi dengan Rapiah anak
mengeluarkan uang buat mengisi
saudara tua ibu Hanafi. Kutipan berikut
rumah sewaan di Solok itu secara
yang dikehendaki oleh anaknya. dapat membuktikannya.
Hanafi berkata, bahwa ia dari kecilnya
hidup di dalam rumah orang Belanda Sebab ia tidak mengharap lagi
saja; jadi tidak senanglah hatinya, akan istri yang setuju dengan cita-
jika aturan mengisi rumahnya tidak citanya, jadi ia mesti kawin juga,
mengarah-arah itu pula (hlm.23). penyenangkan hati ibunya hanyalah
Rapiah yang boleh diambilnya.
Tahap Peristiwa Bergerak Sekalian buat melunaskan utang...!
Sedang mengenang-ngenangkan
Pada tahap peristiwa bergerak
78
Suluh Pendidikan, 2018, 16 (1): 67—84 ISSN : 1829 – 894X

serupa itu, air mata Hanafi masih menutup kepalanya sudah berselisih
keluar bercucuran, seolah-olah tidak pula. Dengan kekerasan ia menolak
akan habis-habisnya. Ibunya pun pakaian destar saluk, yaitu pakaian
turut menangis dan tahulah orang tua orang Minangkabau. Bertangisan
itu bahwa anaknya sedang menyadari sekalaian perempuan, meminta
untungnya. supaya ia jangan menolak tanda
“Ingatlah, Anakku! Harapkan keminangkabauan yang satu ini, yaitu
burung terbang tinggi, punai di selama beralat saja. Jika peralatan
tangan engkau lepaskan. Tidak akan sudah selesai, bolehlah ia memakai
aman hidupmu, bila makanan enggan sekehendak hatinya pula.
dan bunga larangan yang engkau Hanafi tetap menolak kehendak
kehendaki. Sesayang-sayangnya orang, ia tidak hendak menutup
pada engkau, kaum keluargamu tentu kepala, karena lebih gila pula dari
tak akan dibawanya duduk bersama- komidi, bila memakai destar, saluk
sama (hlm.65-66). dengan baju smoking dan dasi
(hlm.69).
Perjodohan antara Hanafi dengan Permintaan Hanafi yang serupa itu
tentulah menimbulkan gempar. Yang
Rapiah, sangatlah berat bagi Hanafi, karena
punya alat harus memulangkan segala
ia menghormati dan menyayangi ibunya sesuatu pada ‘si pangkal’ itu, karena
akhirnya ia menerima perjodohan itu. jika tidak demikian, akan merasa
Kutipan berikut dapat membuktikannya. hati pulalah mereka. Serambut pun
janganlah orang ketinggalan pada
adat, mereka minta perindah benar-
Dua tahun sudah berjalan, setelah
benar. Jika ada yang berkekurangan,
jadi perundingan Hanafi dengan
maulah mereka itu memecah peralatan
ibunya tentang beristri itu. Sebelum
sama sekali (hlm.70).
ia membenarkan kata ibunya, ia pun
sudah dinikahkan dengan dengan
Rapiah.
Di dalam peralatan itu hampir- Klimaks
hampir pernikahan dibatalkan, karena Pada tahap klimaks, di mana peristiwa
timbul perselisihan antara pihak kaum atau konflik mencapai puncaknya. Pada
perempuan dengan kaum laki-laki.
Pangkalnya dari Hanafi juga. tahap ini Hanafi sering memarahi Rapiah
Ia berkata “kaum muda.” Pakaian dan juag bertengkar dengan Corrie. Kutipan
mempelai secara yang masih berikut dapat membuktikannya.
dilazimkan sekarang di negerinya,
yaitu pakaian secara zaman dahulu, ...
disebutkannya “anak komidi Sambil merentakkan anak itu ke
Stambul.” Jika ia dipaksa memakai tangan ibunya, dikatainyalah istrinya
secara itu, sukalah ia urung saja, di muka kawan-kawannya dengan
demikian katanya dengan pendek. segala, nista dan penghinaan, hingga
Setelah timbul pertengkaran di ketiga tamu itu menjadi resah dan
dalam keluarga pihaknya sendiri tidak berketentuan rasa lagi.
akhirnya diterimalah, bahwa Rapiah tunduk, tidak menyahut,
memakai ‘smoking’ yaitu jas hitam, hanya air matanya saja yang
celana hitam dengan rompi dan berhamburan….. (hlm.83).
berdasi putih. Tapi waktu hendak “Oh, Ibu, jika ibu hendak
79
Suluh Pendidikan, 2018, 16 (1): 67—84 ISSN : 1829 – 894X

menyesal, janganlah aku Ibu sesali, …


baiklah Ibu menyesali diri sendiri. “Maka dengan tidak berkata
Siapakah yang memberikan istri sepatah juga lagi masuklah ia ke
serupa itu kepadaku?” kamar, membuka pakaian dan tidak
keluar lagi. Corrie mengempas ke
“Corrie! Aku berkuasa melarang sofa, menangis tersedu-sedu sampai
atau menghalangi seseorang keluar- petang hari (hlm.168-171).
masuk ke rumahku sendiri!”
“Rumah kita berdua.” Anti Klimaks
Hanafi makin bernafsu. Dengan
Dalam roman Salah Asuhan ini,
merentak bangkitlah ia dari kursinya
berjalan ke hilir ke mudik, sepenuh bagian anti klimaks yakni pada saat
beranda belakang. Sesampai di meja Ibu Hanafi menerima surat dari Hanafi.
kecil (meja knap) yang ada terletak di Surat tersebut berisikan tentang perasaan
muka sofa, terperanjatlah ia melihat
Hanafi yang sudah bahagia hidup dengan
abu rokok penuh dengan puntung-
puntung sigaret. Maka melayanglah Corrie, Hanafi memutuskan untuk bekerja
pula matanya ke telinga Corrie yang dan tinggal di Betawi dan menyatakan
masih dihiasi oleh kedua kerabu persamaan dengan bangsa Belanda dan
berlian itu.”Corrie!” katanya suara
memutuskan mengembalikan Rapiah
gemetar, dada yang sesak, “kebetulan
sekali buku ‘Spaarbankmu’ terbawa- kepada ibunya, karena istri itu ia peroleh
bawa olehku di dalam tas, jadi mustahil dari ibunya, maka kepada ibunya jugalah
engkau dapat membeli barang yang Rapiah dikembalikan.
berharga beratus. Rupanya rumahku
ini sudah menerima tamu-tamu
Dengan tidak berkata sepatah jua,
hartawan!”
Rapiah membuka bungkusan surat

yang ‘terselip’ dalam surat itu, dan
“Aaapa?” ... apakah yang
dimaksud Rapiah oleh Hanafi.
kaukatakan, Han?”
“Surat keputusan,” katanya dengan
“Aku menuduh engkau berlaku
mengeluh.
hina di dalam rumahku ini!” demikian
Sejurus lamanya kedua perempuan
kata Hanafi dengan suara keras,
itu berpandang-pandangan dengan
sambil berdiri di muka Corrie yang
tidak berkata sepatah jua. Hanya
masih duduk menggigit-gigit serbet.
air mata mereka saja yang jatuh
“Tidak usah bertanyakan ini dan itu,
bercucuran (hlm. 127-129).
bukti sudah sampai cukup!”
Engkau kehilangan suami, Rapiah!
“Masih belum terdengar olehku
Ibu kehilangan anak! Sudikah engkau
katamu yang penghabisan, Han!”
menggantikan tempat Hanafi di
“Aku menuduh engkau berzina!”
rumah tangga Ibu di Koto Anau?
Maka sebagai disengat
Marilah kita ke kampung……..
kalajengking Corrie sudah bangun
“Rapiah! Ibu tidak bergerak.
dari kursinya, berdiri lurus di muka
Sampaikah hatimu meninggalkan Ibu
suaminya, sambil berkata, “Cabut
seorang diri?”
tuduhan itu, jika engkau berkehendak
“Ibu!” kata Rapiah dengan selesai
akan berkata-kata dengan istrimu.
dan tenangnya. “Jika sungguh-

sungguh Ibu hendak mengambil aku
Sukakah engkau mencabut
pengganti Hanafi, bawalah aku ke
tuduhanmu?”
80
Suluh Pendidikan, 2018, 16 (1): 67—84 ISSN : 1829 – 894X

mana kehendak Ibu. Hanya bila Ibu Pelihara anakmu baik-baik percaya
rindu hendak ke Betawi, antarkanlah pada Tuhan. Han kenangkan Corrie!”
kami ke Bonjol.” (hlm.131-132). Maka terkatup pulalah matanya;
dan tidaklah terbuka-buka lagi.
Corrie meninggalkan Hanafi Hanafi memandang kepadanya
dengan terperanjat.
dan meminta bercerai dengan Hanafi.
“O, Corrie, Corrie!” demikian
Tanpa sepengetahuan Hanafi, Corrie ia menjerit-jerit, sambil mencium
meninggalkan rumah mereka. Corrie tidak istrinya berulang-ulang.
mau bertemu dengan Hanafi lagi. Kutipan “O, Corrie!” kata Hanafi dengan
menjerit, lalu rebahlah ia ke lantai
berikut dapat membuktikannya.
dengan tidak sadarkan diri (hlm.222).
……… ………….
Sukakah Nyonya ke “Rapiah!” kata Hanafi dengan
Semarang?” berseru. Tapi sia-sia karena seketika
Esok pagi ia sendiri mengantarkan itu jua Rapiah telah lenyap dari
Corrie ke kereta ekspres; dan sebelum pemandangan mata (hlm.239).
pulang dikawatkannyalah kedatangan “Sekali-kali aku tidak memikirkan
Corrie lebih dahulu. hal berangkatnya Rapiah, Bu. Lakunya
Pada keesokan harinya Hanafi merentak merebut anak dari tanganku
sudah datang pula ke rumah telah cukup memberi isyarat, bahwa
tumpangan itu, dan bukan buatan Rapiah sudah memutuskan segala
sedih hatinya, demi mendengar bahwa tali perhubungannya, dengan daku
Corrie sudah berangkat. Seketika (hlm.245).
itu ia berkata hendak menurutkan ke ………………..
Semarang (hlm.186). “Ya, Anakku! Sudahlah lama
engkau aku ampuni. Hal anakmu
Penyelesaian janganlah engkau risaukan.
Pada tahap penyelesaian dalam Mengucaplah, Hanafi. Kenangkanlah
nama Tuhan dan Rasul, supaya lurus
roman Salah Asuhan ini, kedua istri Hanafi
jalanmu.”
meninggalkan Hanafi. Corrie meninggal Hanafi memandang dengan sedih
dunia karena penyakit kolera, sedangkan kepada Ibunya, berkata, “Lailaha
Rapiah kembali kepada orang tuanya di illallah. Muhammad dari Rasulullah!”
Dalam berjabat tangan dengan
Bonjol. Hanafi merasa sangat berdosa
ibunya, melayanglah jiwa Hanafi
kepada kedua istrinya, yang akhirnya ia (hlm.261).
putus asa dan mengakhiri hidupnya dengan
meminum sublimat. kutipan berikut dapat Latar
membuktikannya. Latar Waktu
Latar waktu dapat diketahui dari
…………..
Corrie membukakan matanya beberapa contoh kutipan di bawah ini.
pula, lalu berkata, “Selamat tinggal,
Han! Kita ...” Fajar sudah menyingsing; nyata
“Corrie!” dari sela-sela jendela. Hanafi
“Sudah datang takdirnya. Vaawel mengetahui bahwa hari sudah siang.
Hannetje. Hiduplah dengan lurus. Sekejap pun ia tiada tidur (hlm.57).

81
Suluh Pendidikan, 2018, 16 (1): 67—84 ISSN : 1829 – 894X

Setelah dua pekan di dalam demam mereka itu, ... (hlm.161).


payah, berangsur turunlah panas badan
Hanafi. Dokter pun sudah berkata Sudut Pandang
kepada ibunya, bahwa keadaannya
Sudut pandang yang digunakan
pun tidak mengkhawatirkan lagi
(hlm.58). dalam roman Salah Asuhan ini adalah sudut
Dua tahun sudah berjalan, setelah pandang orang ketiga serba tahu. Sudut
jadi perundingan Hanafi dengan pandang orang ketiga serba tahu ialah
ibunya tentang beristri itu. Sebelum
pengarang menempatkan dirinya sebagai
ia membenarkan kata ibunya, ia pun
sudah dinikahkan dengan Rapiah narator yang seolah-olah mengetahui segala
(hlm.69). sesuatu yang terjadi dalam cerita.

Latar Tempat Dari kecil Hanafi sudah


disekolahkan di Betawi, yaitu tidak
Adanya latar tempat dibuktikan
dinantikan tamatnya bersekolah
dengan beberapa kutipan di bawah ini. Belanda di Solok, melainkan
dipindahkan ke ibu kota itu, karena
Tempat bermain tennis, yang kata ibunya ia tidak hendak kepalang
dilindungi oleh pohon-pohon menyekolahkan anak tunggal yang
ketapang sekitarnya, masih sunyi sudah kehilangan ayah itu...
(hlm.1). Tuan du Busse ayah Corrie,
Pada suatu hari, sedang ia duduk seorang Prancis yang sudah pensiun
berbaring di atas sebuah kursi malas dari jabatan arsitek. Di hari tuanya ia
di dalam kebun sedang air mukanya sudah hidup menyisihkan diri sebagai
jernih, pikiran rupa selesai, maka orang bertapa. Semati nyonya, yaitu
menghampirlah ibunya, duduk di atas seorang perempuan Bumiputra di
bangku yang ada di dekat kursi itu Solok, yang sudah dikawininya di
(hlm.25). gereja, orang tua itu sudah mengganjur
Dalam beramah-ramahan diri dari pergaulan orang banyak.
sampailah mereka ke Jembatan Tiadalah ia pernah berkunjung ke
Merah. sepanjang jalan teranglah rumah orang lain; barang siapa
cuaca, hingga tak perlulah lentera- yang datang ke rumahnya, tiadalah
lentera jalan dinyalakan. Di Jembatan ditolaknya, tetapi sebagai sudah
Merah Corrie mengajak turun galibnya pada tabiat orang Prancis,
sebentar …(hlm.103). tiadalah pula ia kekurangan di dalam
budi bahasa. Hanya orang yang
Latar Suasana datang itu saja yang berasa, bahwa
Corrie mengeluarkan air matanya tuan rumah pastilah memuji, bila
sampai turun berderai-derai, memeluk yang berkunjung itu segera pulang
dan mencium suaminya pula, seraya kembali (hlm.9).
berkata, “Mudah-mudahan, Hanafi!
Moga-moga Tuhan akan menurunkan Gaya Bahasa
rahmat atas hamba-Nya; memberi Roman Salah Asuhan menggunakan
kekuatan batin bagi kita berdua dalam banyak majas. Pada tulisan ini hanya
menempuh gelombang yang besar
disebutkan beberapa saja dan disertai
ini!”
Maka bertangis-tangisanlah beberapa contoh saja.

82
Suluh Pendidikan, 2018, 16 (1): 67—84 ISSN : 1829 – 894X

Majas Sinestesia pakaian Hanafi dan membasahi


Sinestesia adalah gaya bahasa yang tempat sekelilingnya. Tambahan
pula badannya berasa letih duduk
mempertukarkan dua indera yang berbeda.
termenung berjam-jam itu, sedang
Dalam roman Salah Asuhan terdapat sampai ke dalam-dalam perutnya
majas sinestesia, kutipan berikut dapat pun sudah berasa dingin. Dengan
membuktikannya. segera dibukanya botol termos itu dan
diminumnya kopi sereguk-sereguk,
hingga berasa senanglah dalam
Sebagai disengat kalajengking,
perutnya. Sesudah itu dibalutnya
demikian cepat Corrie merentakkan
badannya dengan selimut, berbaringlah
tangannnya dari genggaman Hanafi;
ia di atas kursi malas (hlm.230).
dan dengan senyum yang amat manis
ia membuang sudut matanya arah ke
tempat permainan tennis (hlm.6). Majas Hiperbola
“Corrie, istriku!” kata Hanafi, Hiperbola adalah gaya bahasa yang
setelah sampai dalam kereta. bersifat melebih-lebihkan suatu kenyataan.
“Perasaanku pada masa ini lebih
Dalam roman Salah Asuhan terdapat majas
daripada mendapat gunung emas
rasanya. Hanya coba-cobalah hiperbola, beberapa kutipan berikut dapat
bermuka manis sedikit, karena kita membuktikannya.
bukan mengantarkan mayat ke kubur,
melainkan di dalam perjalanan Entah berapa lamanya Hanafi
sebagai pengantin.” (hlm.153). tidur berbaring serupa itu! Di dalam
jantungnya, di dalam batu kepalanya,
Perkataan yang didengarnya di seluruh anggotanya sedang menyala
itu sudah mengiris jantung Hanafi, lautan api sedang bersambung
sebagai diiris sembilu rasanya. petir halilintar! Apakah yang akan
Cintanya kepada Corrie sangat membimbangkan hatinya, meski
dalamnya; (hlm. 235). rumah dan sekalian isinya menjadi abu
sekalipun? (hlm.53).
Majas Personifikasi “Terima kasih, Piet! Terima kasih
pula atas nasihat dan tutur katamu,
Matahari sudah turun, senja pun yang rasa berurat-berakar masuknya
hendak berganti dengan malam. ke dalam jantungku. Biarlah kucoba-
Di tempat Hanafi duduk itu sunyi coba tidur, mudah-mudahan beserta
dengan fajar keesokan hari akan
senyap, hanya suara cengkerik sajalah
timbullah alam yang baru di dalam
yang kedengaran. Daun-daun cemara,
kalbuku ini.” (hlm.213).
yang besiul-siul lembut petang hari
ditiup angin, sekarang sudah tinggal
berdiam diri, merawankan hati Majas Tautologi
barang siapa yang memandanginya. Tautologi adalah gaya bahasa
Sekali-sekali kedengaranlah suara penegasan yang mengulang beberapa kali
burung hantu yang bersahut-sahutan
kata dalam sebuah kalimat. Dapat juga
(hlm.228-229).
Tidak pun lama antaranya berem­ dengan mempergunakan beberapa kata
buslah angin yang lebih keras dari bersinomim berturut-turut dalam sebuah
bermula, sedang angin itu membawa kalimat. Yang seperti ini disebut gaya
pula embun yang membasahi
bahasa sinonimi karena mempergunakan
83
Suluh Pendidikan, 2018, 16 (1): 67—84 ISSN : 1829 – 894X

kata-kata bersinonim. Dalam roman Salah Latar digambarkan terdiri atas latar waktu,
Asuhan terdapat majas tautologi, beberapa tempat dan suasana. Sudut pandang yang
kutipan berikut dapat membuktikannya. digunakan ialah sudut pandang orang
ketiga serba tahu. Gaya bahasa/majas yang
Semalam-malaman itu Hanafi tidak paling mendominasi adalah sinestesia,
tidur sekejap juga. Rindu dan cinta,
personifikasi, hiperbola, dan tautologi.
kepada Corrie sekonyong-konyong
sudah berbalik menjadi dendam dan
benci (hlm.56). UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan tertib dan sopan nyonya Ucapan terima kasih disampaikan
mempersilahkan ia duduk bersama-
kepada teman dan sahabat yang banyak
sama, tapi mulai dari saat itu terkatuplah
mulut kedua suami istri itu, dan sepatah memberikan masukan sehingga penelitian
pun mereka tidak mengeluarkan tutur ini terwujud. Ucapan terima kasih juga
lagi, kecuali daripada menjawab- disampaikan kepada Dewan Redaksi Jurnal
jawab tanya Hanafi, yang terutama
Suluh Pendidikan atas diterbitkannya
juga dijawab dengan mengangguk atau
menggelengkan kepala saja (hlm.200). artikel ini.
Kebencian dan dendam hati mereka
kepadamu makin bertambah, terutama DAFTAR PUSTAKA
dari pihak kaum perempuan juga
(hlm.212). Arikunto, S. 1991. Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
SIMPULAN Rineka Cipta.
Dari hasil dan pembahasan
Karmini, Ni Nyoman. 2011. Teori
dapat disimpulkan bahwa roman Salah Pengkajian Prosa Fiksi dan Drama.
Asuhan mengandung tema “perkawinan Denpasar: Pustaka Larasan bekerja
campuran (pribumi dan orang barat) dapat sama dengan Saraswati Institut Press.
menimbulkan bermacam-macam masalah,
Kutha-Ratna, I.N. 2004. Teori, Metode,
kesedihan, penderitaan lahir batin, bahkan dan Teknik Penelitian Sastra:
berakibat fatal, karena perkawinan itu dari Strukturalisme hingga
sendiri tidak sepaham. Tokoh utama Postrukturalisme Perspektif Wacana
Naratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
yakni Hanafi dan Corrie, tokoh kedua
yakni ibu Hanafi dan Rapiah. Alur roman Sudjarwo, H. 2001. Metodologi Penelitian
Salah Asuhan adalah alur maju, karena Sosial. Bandung: Mandar Maju.
peristiwa yang diceritakan bergerak maju.

84

Anda mungkin juga menyukai