Anda di halaman 1dari 3

d.

Pengertian Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turnover Ratio) dan
Rumusnya –

Rasio Perputaran Aset Tetap atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Fixed Assets
Turnover Ratio adalah rasio aktivitas (rasio efisiensi) yang mengukur seberapa efektif dan
efisien perusahaan menggunakan aset atau aktiva tetapnya untuk menghasilkan pendapatan.
Rasio ini menunjukan produktivitas aktiva tetap dalam menghasilkan pendapatan. Perusahaan
yang memiliki Rasio Perputaran Aktiva Tetap atau Aset Tetap yang tinggi menunjukan
bahwa perusahaan tersebut mampu untuk mengelola aset tetapnya secara efisien dan efektif.
Aset tetap sangat penting untuk diperhitungkan karena aset tetap ini merupakan komponen
terbesar dari total aset perusahaan.
Baca juga : Pengertian Rasio Aktivitas (Rasio Efisiensi) dan Rumusnya.

Pada dasarnya, tidak ada pedoman standar tentang tingkat Rasio Perputaran Aset Tetap atau
Fixed Assets Turnover Ratio yang terbaik. Oleh karena itu, diperlukan perbandingan rasio ini
untuk perusahaan yang sama dari tahun-tahun sebelumnya untuk mengetahui apakah kinerja
perusahaan membaik atau memburuk selama ini. Kita dapat juga membandingkan Perputaran
Aset Tetap ini dengan perusahaan yang bergerak di bidang yang sama sehingga kita
mengetahui apakah perusahaan tersebut memiliki kinerja yang lebih baik atau lebih buruk
dari perusahaan lainnya.

Investor dan Kreditor menggunakan rumus ini untuk memahami seberapa baik perusahaan
memanfaatkan peralatan dan mesin mereka yang tergolong dalam Fixed Asset (Aset Tetap)
ini untuk menghasilkan pendapatan atau penjualan. Rasio ini penting bagi Investor untuk
mengukur pengembalian investasi mereka, terutama pada industri manufaktur yang
memerlukan pembelian peralatan atau mesin produksi yang besar dan berharga mahal.
Sedangkan bagi Kreditur, Kreditur ingin memastikan bahwa perusahaan dapat menghasilkan
pendapatan yang cukup dari peralatan atau mesin yang baru dibelinya tersebut untuk
membayar kembali pinjamannya.

Cara Menghitung Rasio Perputaran Aset Tetap

Berikut ini adalah cara untuk menghitung Rasio Perputaran Aset Tetap atau Fixed Assets
Turnover Ratio yang terdiri dari rumus dan contoh kasusnya.

Rumus Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turnover Ratio)

Aset Tetap atau Aktiva Tetap (Fixed Assets) adalah harta milik perusahaan yang bernilai
relatif tinggi dan dapat digunakan lebih dari 1 tahun (tahan lama) dalam kegiatan operasional
perusahaan. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 tahun 2015
dikatakan bahwa “Aset  tetap  adalah  aset  berwujud  yang  penggunaanya lebih dari satu
periode (satu tahun) dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi
atau penyediaan barang dan jasa, untuk disewakan kepada pihak lain atau untuk tujuan
administratif”. Aktiva Tetap atau Aset Tetap ini dapat berupa tanah, gedung, mesin, peralatan
kerja dan kendaraan.

Rasio Perputaran Aset Tetap atau Fixed Assets Turnover Ratio ini dihitung dengan membagi
penjualan bersih dengan jumlah Aset Tetap atau Aktiva Tetap.

Rasio Perputaran Aset Tetap = Penjualan Bersih / Aset Tetap


Contoh Kasus Perhitungan Rasio Perputaran Aset Tetap

Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Manufakturing Makanan kaleng ingin


mengajukan permohonan peminjaman uang dari Bank. Di tahun 2017, Perusahaan tersebut
memiliki Penjualan Bersih sebesar Rp. 200 juta dengan jumlah aset tetap (aktival tetap) yang
dimilikinya sebesar Rp. 150 juta. Berapakah Ratio Perputaran Aset Tetap perusahaan
tersebut.

Diketahui :

Penjualan Bersih = Rp. 200.000.000,-


Jumlah Aset Tetap = Rp. 150.000.000,-
Rasio Perputaran Aset Tetap = ?

Rasio Perputaran Aset Tetap = Penjualan Bersih / Aset Tetap


Rasio Perputaran Aset Tetap = 200.000.000 / 150.000.000
Rasio Perputaran Aset Tetap = 1.33

Jadi Rasio Perputaran Aset Tetap atau Fixed Assets Turnover Ratio adalah sebesar 1.33 kali.

Penilaian Rasio Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turnover Ratio)

Perputaran aset tetap yang tinggi mengindikasikan bahwa fixed assets atau aktiva tetap
digunakan secara efisien dan jumlah penjualan yang dihasilkan hanya dengan menggunakan
jumlah aset yang kecil. Sebaliknya, rasio perputaran aset tetap yang rendah menunjukan
perusahaan tidak menggunakan asetnya secara efisien dan efektif. Rasio yang rendah juga
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yang diantaranya seperti kelebihan produksi namun
tidak ada permintaan terhadap produk yang diproduksinya atau menggunakan mesin yang
terlalu banyak untuk menghasilkan produknya. Bisa juga dikarenakan adanya hambatan
rantai pasokan (supply chain) sehingga jumlah produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan
harapan.

e. Pengertian Net Profit Margin (Marjin Laba Bersih) dan Rumusnya – 


Net Profit Margin (NPM) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Marjin Laba Bersih
adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur persentase laba bersih pada suatu
perusahaan terhadap penjualan bersihnya. Marjin Laba Bersih ini menunjukan proporsi
penjualan yang tersisa setelah dikurangi semua biaya terkait. Net Profit Margin ini sering
disebut juga dengan Profit Margin Ratio (Rasio Marjin Laba).
Bagi Investor, Marjin Laba Bersih atau Net Profit Margin ini biasanya digunakan untuk
mengukur seberapa efisien manajemen mengelola perusahaannya  dan juga memperkirakan
profitabilitas masa depan berdasarkan peramalan penjualan yang dibuat oleh manajemennya.
Dengan membandingkan laba bersih dengan total penjualan, investor dapat melihat berapa
persentase pendapatan yang digunakan untuk membayar biaya operasional dan biaya non-
operasional serta berapa persentase tersisa yang  dapat  membayar dividen ke para pemegang
saham ataupun berinvestasi kembali ke perusahaannya.
Rumus Net Profit Margin (Marjin Laba Bersih)
Net Profit Margin Ratio ini dapat dihitung dengan cara membagi laba bersih dengan total
penjualan. Berikut ini adalah rumus Net Profit Margin :

Marjin Laba Bersih = Laba Bersih setelah Pajak / Pendapatan Penjualan bersih

Atau dalam bahasa Inggris :

Net Profit Margin = Net Profit / Net Sales


Contoh Perhitungan Net Profit Margin (Marjin Laba Bersih)

Berdasarkan laporan per tanggal 31 Desember 2016, Pendapatan Penjualan bersih (Net Sales)
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk  adalah sebesar Rp. 27.063.310.000.000,-. Sedangkan
Laba Bersih setelah Pajak (Net Profit) perusahaan yang berkode emiten JPFA ini adalah
sebesar Rp. 2.064.650.000.000,- . Berapakah Majin Laba Bersih atau Net Profit Margin
(NPM) PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk ini?

Diketahui :

Pendapatan Penjualan Bersih (Net Sales) : Rp. 27.063.310.000.000,-.


Laba Bersih setelah Pajak (Net Profit after Tax) : 2.064.650.000.000,-
Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) : ??

Jawaban :

Marjin Laba Bersih = Laba Bersih setelah Pajak / Pendapatan Penjualan bersih

Marjin Laba Bersih = Rp. 2.064.650.000.000,- / Rp. 27.063.310.000.000,-


Marjin Laba Bersih = 7,63%

Jadi Margin Laba Bersih PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk adalah sebesar 7,63%.
Analisis dan Penilaian Net Profit Margin (Marjin Laba Bersih)
Tujuan perhitungan Marjin Laba Bersih adalah untuk mengukur keberhasilan keseluruhan
bisnis suatu perusahaan. Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) yang tinggi menunjukan
perusahaan menetapkan harga produknya dengan benar dan berhasil mengendalikan biaya
dengan baik. Rasio Net Profit Margin ini akan sangat berguna apabila membandingkan
profitabilitas pesaing di industri yang sama karena memiliki lingkungan bisnis dan basis
pelanggan yang sama serta memiliki struktur biaya yang hampir sama.
Umumnya, meski tergantung pada jenis industri dan struktur bisnisnya, Marjin Laba Bersih
atau Net Profit Margin (NPM) dengan persentase lebih dari 10% sudah dianggap sangat baik.
Baca juga : Pengertian Gross Profit Margin (Marjin Laba Kotor) dan Rumusnya.

Anda mungkin juga menyukai