Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stimulasi Tumbuh Kembang


2.1.1 Definisi
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak 0-6 tahun agar anak
tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini
mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak
dilakukan oleh ibu dan ayah atau yang merupakan orang terdekat anak (Depkes, 2012).
Tabel 2.1. Kelompok umur stimulasi anak (Depkes, 2012).

No. Priode Tumbuh Kembang Kelompok Umur


Stimulasi
1. Masa pranatal, janin dalam kandungan Masa prenatal
2. Masa bayi 0-12bulan Umur 0-3 bulan
Umur 3-6 bulan
Umur 6-9 bulan
Umur 9-12 bulan
3. Masa anak balita 12-60 hari Umur 12-15 bulan
Umur 15-18 bulan
Umur 18-24 bulan
Umur 24-36 bulan
Umur 361-48 bulan
Umur 48-60 bulan
4. Masa anak prasekolah 60-72 bulan Umur 60-72 bulan

Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan gerak halus pada anak prasekolah misalnya
menulis namanya, menulis angka-angka, menggambar, berhitung, berlatih mengingat,
membuat sesuatu dari tanah liat atau lilin, bermain berjualan, belajar mengukur dan lain-lain
(Depkes, 2012).
Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan bicara dan bahasa pada anak prasekolah
misalnya bermain tebak-tebakan, berlatih mengingat-ingat, menjawab pertanyaan
“mengapa?”, mengenal uang logam, mengamati atau meneliti keadaan sekitanya dan lain-lain
(Depkes, 2012).
Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan bersosialisasi dan kemandirian pada anak
prasekolah misalnya mendorong anak untuk berpakaian sendiri, menyimpan mainan tanpa
bantuan, ajak berbicara tentang apa yang dirasakan, berkomunikasi dengan anak, berteman
dan bergaul, mematuhi peraturan keluarga dan lain-lain (Depkes, 2012).
2.1.2 Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak
prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang
anak, maka intervensi akan mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga mempunyai waktu dalam
membuat rencana tindakan yang tepat terutama untuk melibatkan ibu dan keluarga (Depkes,
2012).
Melalui kegiatan SDIDTK kondisi terparah dari penyimpangan pertumbuhan anak
seperti gizi buruk dapat dicegah, karena sebelum anak jatuh dalam kondisi gizi buruk,
penyimpangan pertumbuhan yang terjadi pada anak dapat terdeteksi melalui kegiatan
SDIDTK. Selain mencegah terjadinya penyimpangan pertumbuhan, kegiatan SDIDTK juga
mencegah terjadinya penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental emosional
(Hermawan, 2011).
Menurut Depkes RI (2012) ada 3 jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya berupa deteksi dini penyimpangan
pertumbuhan, deteksi penyimpangan perkembangan dan deteksi penyimpangan mental
emosional.
Adapun jadwal kegiatan dan jenis skrining atau deteksi dini penyimpangan tumbuh
kembang pada balita dan anak pra sekolah adalah sebagai berikut :
Tabel.2.2. Jadwal dan Jenis Kegiatan Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan
Pada Balita dan Anak Pra Sekolah (Depkes, 2012).
Umur Jenis Kegiatan Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan Perkembangan Mental Emosional
BB LK KPSP TDD TDL KMME CHAT GPPH
/TB
0 bln √ √
3 bln √ √ √ √
6 bln √ √ √ √
9 bln √ √ √ √
12 bln √ √ √ √
15 bln √ √
18 bln √ √ √ √ √
21 bln √ √ √
24 bln √ √ √ √ √
30 bln √ √ √ √
36 bln √ √ √ √ √ √ √
42 bln √ √ √ √ √
48 bln √ √ √ √ √ √
54 bln √ √ √ √ √
60 bln √ √ √ √ √ √
66 bln √ √ √ √ √
72 bln √ √ √ √ √ √

Keterangan :
BB / TB : Berat Badan terhadap Tinggi Badan
LK : Lingkar Kepala
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
TDD : Tes Daya Dengar
TDL : Tes Daya Lihat
KMME : Kuesioner Masalah Mental Emosional
CHAT : Ceklist for Autism in Toddler
GPPH : Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
1) Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui atau menemukan
status gizi kurang atau buruk dan mikro atau makrosefali. Jenis kegiatan yang dilaksanakan
meliputi pengukuran berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dan pengukuran Lingkar
Kepala Anak (LKA) (Depkes, 2012).
Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan.
Adapun pelaksana dan alat yang digunakan sebagai berikut :
Tabel 2.3. Pelaksana dan alat yang digunakan dalam Deteksi Dini Penyimpangan
Pertumbuhan (Depkes, 2012).
Tingkat pelayanan Pelaksana Alat yang digunakan
Keluarga dan - orang tua - KMS
masyarakat - kader kesehatan - Timbangan Dacin
- petugas PAUD, BKB,
TPA dan guru TK
Puskesmas - Dokter - Tabel BB/TB
- Bidan - Grafik LK
- Perawat - Timbangan
- Ahli Gizi - Alat Ukur tinggi
- Peugas lainnya Badan
- Pita pengukur
lingkar kepala

1.1. Pengukuran Tinggi badan terhadap tinggi badan

Tujuan pengukuran BB/ TB adalah untuk menemukan status gizi anak, normal, kurus,
kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini
tumbuh kembang balita, pengukuran dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Pengukuran
BB/TB pada anak prasekolah menggunakan timbangan injak.
Cara penimbangannya yaitu:
1. Letakkan timbangan dilantai yang datar. Lihat posisi jarum atau angka harus
menunjukkan angka 0. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari, tidak memakai
jaket, alas kaki, topi, jam tangan, dan tidak memegang sesuatu.
2. Anak berdiri diatas timbangan tampa dipegangi.
3. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
(Depkes, 2012).
Cara pengukuran Tinggi badan yaitu :
1. Anak tidak memakai sandal atau sepatu saat diukur tinggi badannya, kemudian
anak berdiri tegak menghadap kedepan, punggung, pantat dan tumit menempel
pada tiang pengukur,
2. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
3. Baca angka pada batas tersebut (Depkes, 2012).
Penggunaan Tabel BB/ TB untuk menentukan status gizi anak yaitu dengan
amelakukan pengukuran tinggi badan anak sesuai cara diatas, lihat kolom tinggi badan anak
yang sesuai dengan hasil pengukuran, pilih kolom untuk beratbadan berdasarkan jenis
kelamin anak, cari berat badan yang terdekat dengan berat badan anak. dari angka berat badan
tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui angka Standar Deviasi (SD) (Depkes,
2012).
1.2. Pengukuran Lingkar Kepala Anak
Tujuan pengukuran lingkar kepala anak adalah untuk mengetahui batas lingkar kepala
anak dalam batas normal atau diluar batas normal. Jadwal pemeriksaan disesuaikan dengan
umur anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih
besar, umur 12-72 bulan, pengukuran dilakukan setiap 6 bulan. pengukuran dan penilaian
lingkar kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih (Depkes, 2012).
Cara mengukur lingkar kepala yaitu alat pengukur lingkar kepala anak mengenai dahi,
menutupi alais mata, diatas diua telinga, dan bagian kepala yang menonjol, tarik agak
kencang. Baca angka pada pertemuan dengan angka 0. Tanyakan tanggal lahir anak, hitung
umur anak. Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis
kelamin anak kemudian buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan
ukuran sekarang (Depkes, 2012).
Interpretasi hasil pengukuran yaitu bila ukuran lingkar kepala anak berada didalam
“jalur hijau” maka lingkar kepala anak normal. Bila ukuran lingkaran kepala anak berada
diluar “jalur hijau” maka lingkaran kepala anak tidak normal. Lingkar kepala anak tidak
normal ada 2 (dua), yaitu makrosepal bila berada diatas “jalur hijau” dan mikrosefal bila
berada di bawah “jalur hijau”. Intervensi yang dilakukan bila detemukan makrosefal ataupun
mikrosefal segera rujuk kerumah sakit (Depkes, 2012).
Gambar 2.1 Grafik Lingkar Kepala perempuan dan laki-laki
2) Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan

Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui


gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, dan
gangguan daya dengar. Jenis kegiatan yang dilaksanakan meliputi skrining atau
pemeriksaan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), Tes
Daya Lihat (TDL) dan Tes Daya Dengar ( TDD). Deteksi Dini Penyimpangan
Pertumbuhan dilakukan di semua tingkat pelayanan (Depkes, 2012).
Tabel 2.4. Pelaksana dan alat yang digunakan dalam Deteksi Dini
Penyimpangan Pertumbuhan (Depkes, 2012).
Tingkat pelayanan Pelaksana Alat yang digunakan
Keluarga dan - orang tua Buku KIA
masyarakat - kader kesehatan, BKB,
TPA

- Petugas PAUD terlatih - KPSP


- Guru TK terlatih - TDL
- TDD

Puskesmas - Dokter - KPSP


- Bidan - TDL
- Perawat - TDD

Keterangan:
Buku KIA : Buku Kesehatan Ibu Dan Anak
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
TDL : Tes Daya Lihat
TDD : Tes Daya Dengar
BKB : Bina Keluarga Balita
TPA : Tempat Penitipan Anak
Pusat PAUD : Pusat Pendidikan Anak Usia Dini
TK : Taman Kanak-kanak
2.1. Skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Tujuan skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan. Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur
3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan. Skrining atau
pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PAUD
terlatih. alat atau instrumen yang digunakan adalah formulir KPSP menurut umur,
alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola tenis, bola besar dan kubus
(Depkes, 2012).
Cara penggunaan KPSP yaitu :
a. Pada waktu pemeriksaan atau skrining anak harus dibawa.
b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun
anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan jadi 1 bulan.
c. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
d. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu : pertanyaan yang dijawab
oleh ibu atau pengasuh anak, dan perintah kepada ibu atau pengasuh
anak untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP . Tanyakan
pertanyaan secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada
1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir
tersebut. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah terjawab
(Depkes, 2012).

Interpretasi hasil KPSP yaitu dengan menghitung jawaban YA, bila ibu
atau pengasuh anak menjawab :anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-
kadang melakukan nya. sedangkan jawaban TIDAK, bila ibu atau pengasuh
menjawab anak belumpernah melakukan atau tidak pernah atau ibu atau pengsuh
tidak tahu. Jumlah jawaban “Ya“ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan
tahap perkembangan (S). Jumlah jawaban “Ya“=7 atau 8, perkembangan anak
meragukan (M). Jumlah jawaban “Ya“ = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P). Untuk Jawaban TIDAK , perlu diperincikan jumlah jawaban
Tidak menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian) (Depkes, 2012).
Intervensi hasil pemeriksaan KPSP yaitu bila perkembangan anak sesuai
umur (S) maka beri pujian pada ibu atau pengasuh, teruskan pola asuh anak sesuai
dengan tahap perkembangan anak, berikan stimulsi sesering mungkin, sesuai
dengan tahap perkembangan anak dan lakukan pemeriksaan atau skrining rutin
menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak yang kurang dari 24 bulan dan
setiap 6 bulan untuk anak umur 24 sampai 72 bulan (Depkes, 2012, hlm 53).
Bila perkembangan anak meragukan meragukan (M), beri petunjuk pada
ibu untuk melakukan stimulasi perkembangan anak lebih sering lagi, ajari ibu
melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan atau mengejar ketertinggalannya. Lakukan pemeriksan kesehatan
untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangan anak. lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak. Jika hasil KPSP ulang
“Ya“ tetap 7 atau 8 maka kemungkinan ada penyimpangan (P) (Depkes, 2012,
hlm 53).
Bila tahap perkembangan terjadi penyimpangan (P), maka rujuk ke rumah
sakit dengan menulis jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerakan
kasar, gerakan halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian)
(Depkes,2012).
Tabel 2.5 KPSP Pada Anak Umur 60 Bulan (Depkes, 2012).
1. Isilah titik dibawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu kecuali mengulang pertanyaan. Bicara & Ya Tidak
“Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?”……….. bahasa
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”……………..
“Apa yang kamu lakukakn jika kamu lelah?”……………
Jawab “Ya” bila anak menjawab 3 pertanyaan dengan benar, bukan dengan gerakan atau isyarat.
Jika dingin jawaban yang benar adalah “menggigil”, “pakai mantel”, atau “masuk kedalam rumah”
Jika lapar jawaban yang benar adalah “makan”
Jika lelah jawaban yang benar adalah “mengantuk”, “tidur”, “berbaring atau tidur-tiduran”, “istirahat” atau
“diam sejenak”
2. Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka? Sosialisasi & Ya Tidak
kemandirian
3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan, jika perlu tunjukan caranya, dan beri anak kesempatan Gerak kasar Ya Tidak
melakukannya 3 kali. Dapatkah anak mempertahanakn keseimbangannya selama 6 detik atau lebih ?
4. Jangan mengoreksi atau membantu anak. jangan mennyebut “lebih panjang”. Perhatikan dua garis ini pada Gerak halus Ya Tidak
anak.
Tanyakan : “mana garis yang panjang”
Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang,
setelah anak menunjuk putar lembar ini dan ulangi pertanyaan tersebut.
Setelah anak menunjuk putar lagi dan ulangi pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis sebanyak 3 kali dengan benar?

5. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini Gerak halus Ya Tidak
dikertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan .
Apakah anak dapat mendapat menggambar seperti contoh ini

Jawaban : Ya

Jawaban : Tidak

6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat memberi Bicara & Ya Tidak
perintah berikut ini: bahasa
“Letakkan kertas di atas lantai”
“ Letakkan kertas ini di bawah kursi”
“Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini dibelakang kamu”
Jawaban Ya hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “dibawah”, “didepan”, dan “dibelakang”.
7. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa menangis atau menggelayut pada anda) pada saat Sosialisasi & Ya Tidak
anda meninggalkannya kemandirian
8. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan katakan pada anak: Bicara & Ya Tidak
“Tunjuk segi empat merah” bahasa
“ Tunjuk segi empat kuning”
“Tunjuk segi empat biru”
“Tunjuk segi empat hijau”
Dapatkah anak menunjuk keempat gambar tersebut dengan benar?

9. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak ikut Gerak kasar Ya Tidak
dinilai).
Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?

10. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan? Sosialisasi & Ya Tidak
kemandirian
2.2 Tes Daya Dengar (TDD)
Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran
sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan
daya dengar dan bicara anak. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur
kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih.
Alat yang diperlukan adalah instrumen TDD menurut umur anak, gambar
binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia, mainan (boneka, kubus, sendok,
cangkir, bola) (Depkes, 2012).
Cara melakukan TDD :
a. Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam
bulan.
b. Pilih daftar pertanaan TDD yang sesuai denga umur anak.
c. Pada anak umur kurang dari 24 bulan semua pertanyaan dijabab oleh
orang tua atau pengasuh anak. Bacakan pertanyaan dengan lambat dan
jelaskan, tunggu jawaban dari orang tua atau pengasuh anak.
jawaban YA jika menurut orang tua atau pengasuh, anak dapat
melakukannya adlam sebulan terakhir. Jawaban TIDAK jika menurut
orang tua atau pengasuh anak tidak dapt melakukannya dalam sebulan
terakhir.
d. Pada anak umur 24 bulan atau lebih, pertanyaan-pertanyaan berupa
perintah melalui orang tua atau pengasuh untuk dikerjakan oleh
anak. Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang tua
atau pengasuh. Jawaban YA jika ank dapat melakukan perintah orang
tua atau pengasuh. Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak
mau melakukan perintah orang tua atau pengasuh(Depkes, 2012).

Interpretasi yaitu hasil pemeriksaan TDD yaitu bila ada satu atau lebih
jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran.
Intervensinya dengan melakukan tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman atau
rujuk bila tidak dapat diatanggulangi (Depkes, 2012).
Tabel 2.8 Instrumen Tes Daya Dengar Menurut Umur Anak

UMUR LEBIH DARI 3 TAHUN


1. Perhatikan benda-benda disekeliling anak seperti sendok, Ya Tidak
cangkir, bola, bunga dan sebagainya. Suruh anak
menyebutkan nam benda tersebut. Apakah anak dapat
menyebut nama benda-benda tersebut dengan benar?
2. Suruh anak duduk, anda duduk dalam jarak 3 meter didepan Ya Tidak
anak. suruh naka mengulangi angka-angka yang telah anda
ucapkan : “Empat, “satu”, “delapan”, atau meniru dengan
jari tangannya. kemudian tutup mulut anda dengan
buk/kertas, ucap empat angka yang berlainan. Apakah anak
dapat mengulangi atau meniru ucapan anda dengan
menggunakan jati tangannya? ( anda dapat mengulanginya
dengan suara yang lebih keras

2.3 Tes Daya Lihat (TDL)


Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya
lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat
dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes
ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas terlatih. Alat atau
sarana yang diperlukan yaitu dua buah kursi, poster E atau snellen chart (Depkes,
2012).
Cara melakukan tes daya lihat :
a. Pilih ruangan yang bersih dan nyaman
b. Gantung poster E atau snellen chart setinggi mata anak pada posisi duduk
c. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster E atau snellen chart,
menghadap ke poster E atau snellen chart .
d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster E atau snellen chart untuk
pemeriksa.
e. Pemeriksa memberikan kartu E pada anak, latih anak dalam mengarahkan
kartu E yang ada ditangannya mengahadap atas, bawah, kanan, kiri, sesuai
petunjuk pada poster E atau snellen chart. lakukan hal ini dengan benar
sampai anak dapat mengarah kan kartu E dengan benar.
f. Selanjutnya anak diminta menutup mata dengan kertas atau buku, dengan
alat penunjuk, tunjuk huruf E pada poster E atau snellen chart, satu
persatu, mulai baris pertama sampai baris keempat atau baris E terecil
yang masih dapat dilihat. Puji anak setiap kali dapat mencocokkan kartu E
yang ada di tangannya dengan yang ada di poster E atau snellen chart.
Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata yang belum diperiksa dengan cara
yang sama.
g. Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang telah
tersediakan: Mata kanan :………. Mata kiri:………

Interpretasi hasil pemeriksaan TDL yaitu bila kedua mata anak tidak dapat
melihat baris ketiga poster E atau snellen chart, artinya anak tidak dapat
mencocokkan arah kartu E yang dipegangnya dengan yang ada pada poster E atau
snellen chart pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa. kemungkinan anak
mengalami gengguan daya lihat. Intervensi yang dilakukan bila kemungkinan
anak mengalami gangguan penglihatan maka minta anak datang lagi untuk
pemeriksaan ulang, bila pada peameriksaan berikutnya anak tidak dapat melihat
sampai baris yang sama maka rujuk kerumah sakit dengan menuliskan mata yang
mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya) (Depkes, 2012).
Gambar 2.2. Poster E atau Snellen Chart
3) Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional Pada Anak Prasekolah
Deteksi Dini Penyimpangan mental Emosional adalah kegiatan atau
Pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional,
autisme gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar
dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan mental
emosional terlambat diketahui , maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini
akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Jenis kegiatan yang
dilaksanakan meliputi : Deteksi dini masalah mental emosional pada anak
prasekolah menggunakan Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME),
deteksi dini autis pada anak prasekolah menggunakan ceklist for Autism in
Todlers (CHAT) dan deteksi dini gangguan pemusatan parhatian dan
Hiperaktivitas pada anak pra sekolah menggunakan kuesioner Gangguan
Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas (GPPH) (Depkes, 2012).

a) Deteksi Dini Masalah Mental Emosional Pada Anak Prasekolah


Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan
atau masalah mentah pada anak pra sekolah. Jadwal deteksi dini masalah mental
emosional rutin dilakukan setiap 6 bulan pada anak umur 36 bulan sampai 72
bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining atau pemeriksaan perkembangan
anak. Alat yang digunakan adalah KMME (Kuesioner Masalah Mental
Emosional) yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali masalah mental
emosional umur 36 bulan-72 bulan. (Depkes, 2012).
Cara melakukan Deteksi Dini Masalah Mental Emosional Pada Anak yaitu
tanyakan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu prilaku yang tertulis pada
KMME pada orang tua atau pengsuh anak. Catat jawaban YA kemudian hitung
jumlah jawaban YA.
Interpretasi hasil pemeriksaan KMEE yaitu apabila ada jawaban YA, maka
kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional. Intervensi yang
dilakukan bila ada jawaban YA hanya 1 (satu), maka lakukan konseling pada ibu
dan lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila anak tidak ada perubahan maka rujuk
kerumah sakit. bila Jawaban YA ditemukan 2 atau lebih maka rujuk anak kerumah
sakit yang memiliki fasilitas tumbuh kembang atau kejiwaan. Rujukan harus
disertai informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang
ditemukan.
Tabel 2.9 Kuesioner Masalah Mental Emosional

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah anak anda seringkali terlihat marah tanpa sebab yang jelas?
(Seperti banyak menangis, mudah tersinggung atau bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal yang sudah biasa dihadapinya)
2 Apakah anak anda tampak menghindar dari teman-teman atau
anggota keluarganya?
(Seperti ingin merasa sendirian, menyendiri atau meras sedih
sepanjang waktu, kehilangan minat terhadap hal-hal yang biasa
diminati)
3 Apakah anak anda terlihat berprilaku merusak dan menentang
terhadap lingkungan di sekitarnya?
(Seperti melanggar peraturan yang ada, mencuri, seringkali
melakukan perbuatan yang berbahaya bagi dirinya atau menyiksa
binatang atau anak-anak lainnya serta tampak tidak peduli dengan
nasehat-nasehat yang sudah diberikan kepadanya)
4 Apakah anak anda memperlihatkan adanya perasaan ketakutan atau
kecemasan yang berlebihan yang tidak dapat dijelaskan asalnya atau
tidak sebanding dengan anak lain seusianya?
5 Apakah anak anda mengalami keterbatasan oleh karena adanya
konsentrasi yang buruk atau mudah teralih perhatiannya sehingga
mengalami penurunan dalam aktivitas sehari-hari atau prestasi
belajarnya?
6 Apakah anak anda menunjukkan perilaku kebingungan sehingga
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan membuat keputusan?
7 Apakah anak anda menunjukkan adanya perubahan pola tidur?
(Seperti sulit tidur sepanjang waktu, terjaga sepanjang hari, sering
terbangun di waktu tidur malam oleh karena mimpi buruk atau
mengigau)
8 Apakah anak anda mengalami perubahan pola makan?
(Seperti kehilangan nafsu makan, makan berlebihan atau tidak mau
makan sama sekali)
9 Apakah anak anda seringkali mengeluh sakit kepala, sakit perut atau
keluhan-keluhan fisik lainnya?
10 Apakah anak anda seringkali mengeluh putus asa atau berkeinginan
untuk mengakhiri hidupnya?
11 Apakah anak anda menunjukkan adanya kemunduran perilaku atau
kemampuan yang sudah dimilikinya?
12 Apakah anak anda melakukan perbuatan yang berulang-ulang tanpa
alasan yang jelas

b) Deteksi Dini Autis Pada Anak Prasekolah.


Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak
umur 18-36 bulan. Jadwal deteksi dini autis pada anak prasekolah dilakukan atas
indikasi atau bila ada keluhan dari ibu atau pengasuh atau ada kecurigaan tenaga
kesehatan , kader, BKB, petugas PAUD , Pengelola TPA, dan guru TK. Keluhan
tersebut dapat berupa keterlambatan berbicara, gangguan komunikasi atau
interaksi sosial, prilaku yang berulang-ulang. Alat yang digunakan adalah CHAT
(checklist for Autim in Toddlers). Dalam CHAT ada 2 jenis pertanyaan yaitu : 9
pertanyaan yang ditanyakan pada orang tua atau pengasuh anak, dan 5 perintah
bagi anak untuk menjelaskan tugas yang tertulis pada CHAT. Bila setelah
diperiksa anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada gangguan
perkembangan, rujuk kerumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau
tumbuh kembang anak (Depkes, 2012).

c) Deteksi Dini Gangguan Pemusatan perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) Pada


Anak Prasekolah
Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini adanya gangguan
pemusatan perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak 36 bulan keatas.
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila
ada keluhan dari ibu atau pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan , kader,
BKB, petugas PAUD, Pengelola TPA, dan guru TK, keluhannya dapat berupa
anak tidak bisa duduk tenang, anak selalu bergerak atnpa tujuan dan tidak
mengenal lelah, perubahan suasana hati yang mendadak atau impulsive (Depkes,
2012).
Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas (GPPH), yang terdiri dari 10 pertanyaan yang
ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh anak atauguru TK dan pertanyaan
yang perlu pengamatan pemeriksa.

Cara menggunakan Formulir deteksi dini GPPH yaitu:


1. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, stu persatu prilaku
yang tertulis pada formulir GPPH
2. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada
formulir deteksi dini GPPH.
3. Keadaan yang ditanyakan atau diamati ada pada anak dimanapun anak
berada, misal ketika dirumah, disekolah, pasar, toko, dll) setiap saat dan
ketika anak dengan siapa saja.
4. Catat jawaban dan hasil pengamatan prilaku anak selama dilakukan
pemeriksaaan.
Interpretasi hasil pemeriksaan GPPH yaitu dengan memberi nilai masing-
masing jawaban sesuai dengan bobot nilai, nilai 0 bila keadaan tersebut tidak
ditemukan pada anak, nilai 1 bila keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan
pada anak, nilai 2 jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak. nilai 3 bila
keadaan tersebut selalu ada pada anak. Bila nilai total 13 atau lebih, kemungkinan
anak dengan GPPH. Intervensi yang dilakukan jika jumlah nilai terbesar anak
berkemungkinan dengan GPPH perlu dirujuk kerumah sakit yang memiliki
fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak untuk konsultasi lebih lanjut
(Depkes, 2012).
Tabel 2.10 Formulir Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian Dan
Hiperaktif (GPPH)(Abbreviated Conner Ratting Scale)

NO. KEGIATAN YANG DIAMATI 0 1 2 3


1. Tidak kenal lelah atau aktifitas yang berlebihan
2. Mudah menjadi gembira atau impulsive
3. Mengganggu anak-anak lain
4. Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai, rentang
perhatian pendek
5. Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara terus
menerus
6. Kurang perhatian, mudah teralihkan
7. Permintaannya harus segera terpenuhi, mudah menjadi frustasi
8. Sering dan mudah menangis
9. Suasana hatinya mudah berubah dengan cepatdan drastic
10. Ledakan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga
Jumlah
3. Intervensi Dan Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Depkes (2012), menyatakan tujuan intervensi dan rujukan dini


perkembangan adalah anak adalah untuk mengoreksi, memperbaiki, dan
mengatasi masalah atau penyimpangan perkembangan sehingga anak dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya, waktu yang
paling tepat untuk melakukan intervensi dan rujukan penyimpangan
perkembangan anak adalah sesegera mungkin ketika usia anak masih dibawah
lima tahun.
a. Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan
Intervensi dini penyimpangan perkembangan dalah tindakan tertentu pada
anak yang yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak
sesuai dengan umurnya, penyimpangan perkembangan anak terjadi pada
salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu kemampuan gerak kasar, gerak
hamus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian anak (Depkes,
2012).
Tindakan intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah
yang dilakukan secara intensif di rumah selama dua minggu, yang diikuti dengan
evaluasi hasil intervensi stimulasi perkembangan. Intervensi perkembangan anak
dilakukan atas indikasi, yaitu:

1. Perkembangan anak meragukan (M) artinya kemampuan anak tidak sesui


dengan yang seharusnya dimiliki anak, yaitu bila pada umur skrining 3,6,9,
12,15,18 bulan dan seterusnya, pemeriksaan KPSP jawaban “YA”= 7 atau 8.
Contoh tindakan intervensi yang dilakukan pada anak prasekolah misalnya
seorang anak umur 42 bulan belum bisa menggambar “lingkaran”, maka
tindakan intervensi yang dilakukan adalah membantu anak memegang pensil
dengan benar, ajak anak melihat dan memperhatikan cara menggambar
“lingkaran”. Beri kesempatan anak untuk meniru menggambar “lingkaran”
berulang-ulang. Pujilah anak bisa menggambar “lingkaran” (Depkes, 2012,).
2. Bila seorang anak mempunyai masalah atau penyimpangan perkembangan,
sedangkan umur anak saat itu bukan pada jadwal umur skrining, maka
lakukan intervensi perkembangan sesuai dengan masalah yang ada. Intervensi
pada anak dilakukan secara intensif setiap hari sekitar 3-4 jam, selama 2
minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak bosan, waktu intervensi dapat
ditambah. Bila anak menolak atau rewel maka intervensi diberhentikan
dahulu, dan dilanjutkan bila anak sudah dapat diintervensi lagi (Depkes,
2012).

a. Rujukan dini penyimpangan perkembangan anak


Menurut Depkes RI (2012), Rujukan diperlukan jika masalah atau penyimpangan
perkembangan anak tidak dapat ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan
intervensi dini. Rujukan penyimpangan tumbuh kembang dilakukan secara
berjenjang, sebagai berikut :
1. Tingkat keluarga dan masyarakat
Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya, dan kader)
dianjurkan untuk membawa anaknya ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan
jaringan atau Rumah Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan
pemantauan tumbuh kembang buku KIA (Depkes, 2012, hlm.83).
2. Tingkat Puskesmas dan jaringannya
Pada rujukan dini bidan dan perawat di Posyandu, Polindes, Pustu,
termasuk Puskeling melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang sesuai standar pelayanan yang terdapat pada buku pedoman. Bila kasus
penyimpangan tersebut ternyata memerlukan penanganan lanjut, maka dilakukan
rujukan ke tim medis di Puskesmas (dokter, bidan, perawat, nutrisionis, dan
tenaga kesehatan yang terlatih lainnya) (Depkes, 2012, hlm.83).
3. Tingkat Rumah Sakit Rujukan
Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat ditangani di tingkat
Puskesmas atau memerlukan tindakan yang khusus maka perlu dirujuk ke Rumah
Sakit Kabupaten (tingkat rujukan primer) yang mempunyai fasilitas klinik tumbuh
kembang anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi serta laboraturium atau
pemeriksaan penunjang diagnostik. Rumah Sakit Provinsi sebagai tempat rujukan
skunder diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang anak yang didukung oleh
tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan mata, THT, rehabilitasi
medik, ahli terapi (fisioterapi, terapis bicara, dan sebagainya) ahli gizi dan
psikolog (Depkes, 2012)

Anda mungkin juga menyukai