Anda di halaman 1dari 48

1

Kode/Nama Rumpun Ilmu**:612/Sosiologi

USULAN PENELITIAN

Teungku Dayah dan Pemberantasan Narkoba


(Studi Tentang Model Agensi Teungku Dayah Dalam Gerakan Kolektif
Melawan Mafia Narkoba di Ujoeng Pacu Lhokseumawe-Aceh)

TIM PENGUSUL:

Dr. Nirzalin, M.Si


(NIDN: 0014057704)
Dr. Faisal, S.Ag., S.H., M. Hum
(NIDN: 0018087403
Fakhrurrazi, S.H.I., M.Si
(NIDN: 0016067705)

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
Mei 2016
2
3

-
4

-Publikasi Ilmiah Jurnal Internasional, tahun ke-1 Target: belum/tidak ada


- Publikasi Ilmiah Jurnal Internasional, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada
- Publikasi Ilmiah Jurnal Nasional Terakreditasi, tahun ke-1 Target: submitted
- Publikasi Ilmiah Jurnal Nasional Terakreditasi, tahun ke-2 Target: accepted/published
- Pemakalah dalam pertemuan ilmiah Nasional, tahun ke-1 Target: draft
- Pemakalah dalam pertemuan ilmiah Nasional, tahun ke-2 Target: sudah dilaksanakan
- Pemakalah dalam pertemuan ilmiah Internasional, tahun ke-1 Target: belum/tidak ada
- Pemakalah dalam pertemuan ilmiah Internasional, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada
- Keynote Speaker dalam pertemuan ilmiah Internasional, tahun ke-1 Target: belum/tidak ada
- Keynote Speaker dalam pertemuan ilmiah Internasional, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada
- Keynote Speaker dalam pertemuan ilmiah Nasional, tahun ke-1 Target: belum/tidak ada
- Keynote Speaker dalam pertemuan ilmiah Nasional, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada
- Visiting Lecturer Internasional, tahun ke-1 Target: belum/tidak ada
- Visiting Lecturer Internasional, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada
- Paten, tahun ke-1 Target: belum/tidak ada
- Paten, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada
- Paten Sederhana, tahun ke-1 Target: belum/tidak ada
- Paten Sederhana, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada
- Hak Cipta, tahun ke-1 Target: belum/tidak ada
- Hak Cipta, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada
- Merk Dagang, tahun ke-1 Target: belum/tidak ada
- Merk Dagang, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada
- Rahasia Dagang, tahun ke-1 Target: belum/tidak ada
- Rahasia Dagang, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada
- Desain Produk Industri, tahun ke-1 Target: belum/tidak ada
- Desain Produk Industri, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada
- Indikasi Geografis, tahun ke-1 Target: belum/tidak ada
- Indikasi Geografis, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada
- Perlindungan Varietas Tanaman, tahun ke-1 Target: belum/tidak ada
- Perlindungan Varietas Tanaman, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada
- Perlindungan Topografi Sirkuit , tahun ke-1 Target: belum/tidak ada
- Perlindungan Topografi Sirkuit , tahun ke-2 Target: belum/tidak ada
- Teknologi Tepat Guna, tahun ke-1 Target: belum/tidak ada
- Teknologi Tepat Guna, tahun ke-2 Target: belum/tidak ada
- Model/Purwarupa/Desain/Karya Seni/Rekayasa Sosial, tahun ke-1 Target: draft
- Model/Purwarupa/Desain/Karya Seni/Rekayasa Sosial, tahun ke-2 Target: produk
- Buku Ajar (ISBN), tahun ke-1 Target: draft
- Buku Ajar (ISBN), tahun ke-2 Target: editing/sudah terbit
- Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT), tahun ke-1 Target: Skala 2
- Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT), tahun ke-2 Target: Skala 3
5

DAFTAR ISI

HAL

HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………………….. I


HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………... Ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….. Iii
RINGKASAN ………………………………………………………………………... Iv
BAB 1. PENDAHULUAN .………………………………………………………….. 8

1. Latar Belakang Masalah………………………………………………………. 8

2. Permasalahan …………………………………………………………………. 9

3. Tujuan Khusus Penelitian ……………………………………………….......... 10

4. Urgensi Penelitian ………………………………………………………..........10

5. Temuan Penelitian ……………………………………………………….........11

6. Rencana Target Capaian Tahunan Penelitian…………………………………. 12

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………. 13

1. Studi Terdahulu………………………………………………………………… 13

2. Perspektif Teoritik …………………………………………………………...... 15

3. Peta Jalan (Road Map) Penelitian……………………………………………… 19

BAB 3. METODE PENELITIAN …………………………………………………… 23

1. Bagan Alir Penelitian………………………………………………………….. 23

2. Lokasi Penelitian ……………………………………………………………… 24

3. Informan Penelitian …………………………………………………………… 25

4. Metode Pengumpulan Data…………………………………………………….25

1. Live in……………………………………………………………………...26

2. Observasi……………………………………………………………………26

3. Wawancara Mendalam…………………………………………………… 26

4. FGD………………………………………………………………………. 27

5. Dekontrusi Dokumen……………………………………………………...... 27
6

5. Teknik Analisa Data…………………………………………………………... 28

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN …………………………………….. 30

1. Anggaran Biaya …………………………………………………………. 30

2. Jadwal Penelitian ………………………………………………………… 30

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………... 31

LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………………... 32
7

RINGKASAN

Satu dekade terakhir, mafia narkoba telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu
pusat pasar utamanya. Realitasnya, penyebarannya meluas baik secara geografis maupun
dari segi penggunanya. Satu dekade lalu, secara geografis penyebarannya berpusat di kota
dan tempat-tempat hiburan malam, saat ini melebar hingga ke pelosok desa. Pengguna
narkoba sepuluh tahun lalu terbatas pada kalangan tertentu, kini tidak lagi terbatas. Anak-
anak, remaja dan bahkan terdapat pula disebagian daerah di Indonesia kaum agamawan pun
menjadi pencandunya. Realitas ini memaksa Presiden Joko Widodo dengan tegas
mendeklrasikan Indonesia berada dalam keadaan darurat narkoba. Aparatur negara terkait
diperintahkan melakukan apapun untuk menanggulangi narkoba yang mengancam
eksistensi bangsa Indonesia ini. Menyahuti perintah presiden ini, di Aceh pelbagai upaya
dilakukan oleh aparat terkait seperti kepolisian dan Badan Narkotika Nasional (BNN)
dalam menanggulangi dan memberantas maraknya peredaran narkoba namun tidak efektif
mengurangi perluasan dan massifikasi penyebarannya.
Dalam keresahan sosial yang memuncak akibat penyalahgunaan narkoba ini, di
Aceh tepatnya di Ujoeng Pacu Lhokseumawe Teungku Dayah (Kiai/Elite Agama Islam
Lokal) tampil kedepan meng-agensikan gerakan kolektif masyarakat memberantas narkoba.
Menariknya, di Ujoeng Pacu ini melalui kekuatan penguasaan keislamannya mereka
mampu mengkonsolidasi massa bergerak melawan para mafia. Meskipun pelbagai ancaman
dan teror bom disebarkan oleh para mafia narkoba bahkan sampai jatuh korban, masyarakat
tidak bergeming. Berdasarkan kharismanya Teungku Dayah mampu mempertahankan
moralitas gerakan. Akhirnya, Teungku Dayah dan masyarakat berhasil mengusir dan
memenjarakan mafia dan anteknya. Realitas ini menarik dikaji, utamanya untuk memahami
mengapa melalui agensi Teungku Dayah masyarakat berani melawan mafia narkoba yang
terorganisir dan Bagaimana pula model agensi gerakan kolektif pemberantasan narkoba
yang dilakukan oleh teungku Dayah.
Tujuan dari studi ini adalah menemukan satu model agensi gerakan kolektif
masyarakat dalam memberantas narkoba yang diagensikan oleh Teungku Dayah (Kiai/Elite
Agama Islam Lokal) sehingga dapat menjadi pembelajaran berharga (Lesson Learned) bagi
upaya sejenis khususnya di Indonesia maupun ditingkat global. Temuan model agensi
gerakan kolektif masyarakat yang diagensikan oleh Teungku Dayah dalam pemberantasan
narkoba ini secara khusus dapat menjadi acuan bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan
intervensi (policy brief) dalam menggerakkan masyarakat sebagai salah satu strategi utama
dalam pemberantasan narkoba. Temuan studi ini secara akademis menambah kekayaaan
teoritik dan konseptual khususnya sosiologi gerakan sosial.
Metode yang digunakan dalam mencapai tujuan di atas adalah metode etnografi.
Pengumpulan data dilakukan melalui Live In, Observasi, Wawancara Mendalam (indept
interview), Focus Group Discussion dan Dekontruksi Dokumen. Penelitian ini dilaksanakan
dalam 2 (Dua) tahun. Hasil penelitian ini dipublikasikan melalui jurnal ilmiah nasional Non
Akreditasi dan Berakreditasi. Untuk Jurnal Non Akreditasi adalah Jurnal Subtantia UIN Ar-
Raniry Banda Aceh. Sementara jurnal Berakreditasi Nasional adalah Jurnal Komunitas
Universitas Negeri Semarang. Selain itu, hasil penelitian ini juga dipublikasikan melalui
Konferensi Nasional APSSI (Asosiasi Program Studi Sosiologi Indonesia). Dengan
demikian, diharapkan hasil penelitian ini menjadi salah satu referensi ilmiah baik secara
akademik maupun dalam penyusunan kebijakan pemerintah (Policy Brief) untuk menangani
masalah pemberantasan narkoba di Indonesia.
Kata Kunci:
Teungku Dayah, Gerakan Kolektif, Pemberantasan , Narkoba, Ujoeng Pacu, Aceh
8

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah

Pencanangan hari anti narkoba tanggal 21 Maret 2016 oleh Presiden Joko Widodo
menjadi titik penegas betapa narkoba bagi Indonesia tidak hanya menjadi ancaman tetapi
telah menjadi media destruksi sosial luar biasa terhadap kehidupan bangsa. Realitasnya,
Indonesia telah bermetamorfosis dari negara sasaran antara narkoba berubah menjadi
negara tujuan utama peredaran narkoba itu sendiri. Titik sebarannya pun mengalami evolusi
dari daerah perkotaan dan tempat-tempat hiburan malam berkembang kepelosok-pelosok
desa. Maka, tidak salah ketika Presiden Joko Widodo menyebutkan, “Bahwa negara
Indonesia betul-betul berada dalam situasi darurat narkoba, butuh komitmen semua
stakeholder dalam memerangi narkoba, bayangkan, setiap hari ada 30-50 orang penduduk
Indonesia meninggal karena narkoba (Jurnal Indonesia, 26-03-2016).
Perkembangan penyebaran narkoba bertambah miris lagi, tatkala para agamawan
(elite agama) yang menjadi benteng pertahanan terakhir dari moralitas bangsa ternyata juga
menjadi bagian dari pihak pengkomsumsi zat terlarang ini. Kenyataan itu ditegaskan oleh
Komjen Budi Waseso, Kepala Badan Narkotika Nasional Indonesia “Bahwa narkotika
sudah masuk ke kalangan santri di pondok pesantren di daerah Jawa Timur. Para santri zikir
dari pagi ke pagi pakai ekstasi. Bukan hanya santrinya tapi kyainya juga pakai” (Harian
Jateng Time 5/3/2016). Realitas ini menumbuhkan kekhawatiran luar biasa terhadap masa
depan bangsa Indonesia. Tentu timbul banyak pertanyaan, jika kaum agamawanpun sudah
terjangkit penyakit narkoba lantas pihak mana lagi yang dapat diharapkan sebagai
penopang moralitas bangsa ini.
Namun, penggalan “deviasi” sosial di Jawa Timur sebagaimana yang disebutkan oleh
Komjen Budi Waseso itu tidak berkorelasi dengan Aceh. Dalam masyarakat Aceh figur elite
agama lokal yang oleh masyarakat disebut dengan sebutan teungku dayah justeru memiliki
posisi sentral dalam meng-agensikan gerakan sosial dan pertahanan moral masyarakat Aceh.
Berdasarkan temuan studi yang dilakukan oleh Nirzalin pada 2015, realitas itu diantaranya
terpatri dalam kasus gerakan kolektif melawan mafia narkoba yang dilakukan oleh masyarakat
Ujoeng Pacu kota Lhokseumawe. Perlawanan kolektif masyarakat Ujoeng Pacu terhadap mafia
narkoba didorong oleh transformasi spirit keagamaan yang dilakukan oleh para teungku dayah
kharismatik diwilayah ini. Para teungku dayahlah yang membentuk moral gerakan dari sekedar
gerakan sosial menjadi gerakan jihad fisabilillah melawan
9

pengrusakan moral sosial (kebathilan). Hal ini tidak hanya berhasil membentuk soliditas
gerakan tetapi sekaligus juga memperkokoh pertahanan moralitas masyarakat Ujoeng Pacu
dalam menghadapi serangan balik para mafia narkoba baik dalam bentuk teror maupun
pelbagai aksi kekerasan (Nirzalin, 2015: 50).
Realitasnya, agensi sosial para teungku dayah berhasil membangkitkan keberanian
masyarakat untuk melawan para mafia narkoba di Ujoeng Pacu. Padahal para mafia ini
terorganisir dan memiliki jaringan luas sehingga kuat dan mampu mengancam serta
meneror masyarakat. Keberhasilan agensi sosial yang dilakukan para teungku dayah ini
merupakan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Beberapa kali gerakan
perlawanan yang diagensikan oleh aparatur gampoeng (desa) baik pada 2013 maupun 2014
gagal mengkosolidasikan keberanian (to encourage) massa dan moralitas gerakan sehingga
gerakan perlawananpun gagal. Baru pada tahun 2015, ketika teungku-teungku dayah
kharismatik memelopori (agensi) gerakan perlawanan, gerakan ini berhasil 1.

Berangkat dari realitas tersebut, menarik dikaji utamanya untuk memahami


mengapa agensi sosial teungku dayah dalam melawan mafia narkoba ini berhasil
mengkonsolidasi massa dan berhasil merubah tatanan sosial masyarakat Ujoeng Pacu Kota
Lhokseumawe dari tatanan sosial yang terafiliasi dengan narkoba menjadi tatanan sosial
baru yang lepas dari keterikatan sosial-ekonomi dengan narkoba. maka, fenomena ini
signifikan untuk didalami sehingga dapat diperoleh pembelajaran berharga (lesson learned)
bagi upaya sejenis baik khususnya di Indonesia.
2. Permasalahan
Keberadaan para teungku dayah sebagai aktor utama dalam gerakan perlawananan
terhadap mafia narkoba di Ujoeng Pacu Kota Lhokseumawe, berhasil mengkonsolidasi
massa dan mempertahankan moralitas gerakan, sehingga gerakan ini tidak hanya berhasil
mengusir para mafia narkoba dari Ujoeng Pacu tetapi juga berhasil membentuk tatanan
sosial baru masyarakat Ujoeng Pacu yang bebas narkoba. Berdasarkan realitas tersebut,
maka pertanyaan utama yang hendak dieksplorasi dalam studi ini adalah sebagai berikut:
1. Mengapa agensi gerakan perlawanan terhadap mafia narkoba yang diaktori oleh
para teungku dayah berhasil mengkonsolidasi massa dan menguatkan pertahanan
moralitas gerakan masyarakat dalam pemberantasan narkoba di Ujoeng Pacu Kota

1
Wawancara dengan Abu Bakar Thaib, Geuchiek Ujoeng Pacu, pada tanggal 20 April
2016
10

Lhokseumawe, padahal gerakan sejenis yang berkali-kali diagensikan oleh aparatur


gampoeng gagal?
2. Bagaimana model Transformasi Gerakan dilakukan oleh para Teungku Dayah
terhadap masyarakat Ujoeng Pacu dalam pemberantasan mafia narkoba?
3. Bagaimana strategi para teungku dayah dalam mempertahankan konsistensi gerakan
pasca munculnya reaksi balasan dari para mafia narkoba dan juga pasca
keberhasilan mengusir mafia narkoba dari gampong Ujoeng Pacu?
4. Bagaimana transformasi sosial-ekonomi masyarakat eks basis narkoba di Ujoeng
Pacu pasca hilangnya ketergantungan ekonomi pada para mafia narkoba?

3. Tujuan Khusus
Secara khusus studi ini bertujuan menemukan dimensi sosial yang mendorong
terbentuknya konsolidasi massa dan model transformasi gerakan perlawanan terhadap mafia
narkoba yang diagensikan oleh para Teungku Dayah pada masyarakat Ujoeng Pacu Kota
Lhokseumawe. Selain itu, penelitian ini juga hendak menemukan strategi yang dilakukan oleh
para Teungku Dayah dalam mempertahankan konsistensi gerakan pasca lahirnya reaksi balasan
dari para mafia narkoba dan keberhasilan mengusir para mafia narkoba dari Ujoeng Pacu. Tidak
kalah penting pula, menemukan model transformasi sosial-ekonomi masyarakat Ujoeng Pacu
pasca berakhirnya ketergantungan ekonomi pada para mafia narkoba.

Temuan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai solusi pembelajaran berharga


(lesson learned) dalam pemberantasan narkoba secara efektif sehingga dapat menjadi salah
satu dasar pijakan kebijakan (policy brief) bagi pemerintah dalam hal yang sama untuk
wilayah lainnya di Indonesia umumnya dan khususnya di Aceh. Secara teoritik, studi ini
bertujuan mengkonfirmasi perspektif gerakan kolektif Antony Giddens dengan memperkuat
bangunan teoritik dimana aktor-aktor gerakan sosial tidak hanya muncul dari kalangan
aktifis sosial non agama namun juga dapat muncul dari kalangan agamawan khususnya
elite agama Islam lokal.
4. Urgensi Penelitian

Pelbagai pendekatan struktural yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam


memberantas narkoba baik dengan menjatuhkan hukuman penjara puluhan tahun dan
seumur hidup, bahkan hukuman mati pada para mafia narkoba yang tertangkap, namun,
dalam tataran empiris pelbagai tindakan hukum tersebut tidak berhasil secara efektif
mereduksi peredaran narkoba di Indonesia.
11

Pada sisi lain, perkembangan peredaran narkoba telah sangat mengancam eksistensi
generasi bangsa Indonesia. Pada posisi inilah dibutuhkan strategi alternatif. Turun
“gunung”nya para Teungku Dayah untuk terlibat aktif dalam pemberantasan narkoba di
Ujoeng Pacu merupakan realitas baru yang menggembirakan. Hal ini, memperlihatkan
bahwa narkoba tidak lagi merupakan urusan negara dan aparaturnya tetapi urusan bangsa
Indonesia semuanya tanpa kecuali. Apalagi, realitas empiris memperlihatkan gerakan
kolektif masyarakat sipil di gampoeng Ujoeng Pacu yang diagensikan oleh para Teungku
Dayah secara nyata berhasil secara efektif tidak hanya memutuskan mata rantai distribusi
dan peredaran narkoba tetapi juga mengusir dan “memaksa” pihak berwajib memenjarakan
mereka.
Dalam tataran ini pula, urgensi dan signifikansi studi ini dilakukan utamanya untuk
memahami model transformasi gerakan kolektif yang dilakukan oleh para Teungku Dayah
sehingga efektif mencapai tujuan bersama yaitu memberantas narkoba. Temuan terhadap,
studi ini memberi kontribusi pembelajaran berharga (lesson learned) terhadap model dan
strategi pemberantasan narkoba yang efektif, khususnya melalui jalur bawah (masyarakat).
5. Temuan Penelitian

Berdasarkan studi yang dilakukan, penelitian ini diarahkan untuk menemukan model
pemberantasan narkoba yang efektif. Hal ini signifikan bagi pemerintah dalam rangka
menyelamatkan masa depan generasi bangsa. Pemberantasan narkoba yang dilakukan
melalui pendekatan jalur atas (struktural-negara) terbukti belum efektif mereduksi
peredaran narkoba di Aceh dan Indonesia secara keseluruhan. Maka pemberantasan melalui
jalur bawah (masyarakat) merupakan salah satu pilihan strategis yang dapat menjadi jalan
keluar (exit way).

Gerakan kolektif masyarakat Ujoeng Pacu yang diagensikan oleh para Teungku Dayah
dalam memberantas narkoba di gampoengnya tidak hanya efektif mengusir mafia narkoba
tetapi juga efektif memutus mata rantai peredaran narkoba diwilayahnya sehingga Ujoeng
Pacu berubah dari gampoeng sarang narkoba menjadi gampoeng bebas narkoba. Pola
gerakan yang dilakukan oleh para Teungku Dayah bersama masyarakat Ujoeng Pacu
memberi pembelajaran berharga bagi Indonesia, sehingga rumusan model gerakan Teungku
Dayah bersama masyarakat Ujoeng Pacu dalam memberantas narkoba ini bagi pemerintah
menjadi hal yang signifikan dikembangkan dan melalui pelbagai kebijakannya dapat
disebarluaskan pada masyarakat Indonesia lainnya.
12

Secara teoritik, temuan penelitian ini diarahkan untuk membangun satu model teori
gerakan sosial khususnya gerakan kolektif yang aktor utamanya adalah kelompok elite
agama Islam lokal sehingga dapat memperkaya teori gerakan sosial khususnya gerakan
sosial kolektif sebagaimana yang dikonstruksikan oleh Antony Giddens. Melalui studi ini
bangunan teoritik gerakan sosial menjadi lebih variatif sebab tidak hanya diaktori oleh para
aktivis sosial yang berasal dari kelompok non agama tetapi juga dari kalangan agamawan.

6. Rencana Target Capaian Tahunan Penelitian

Tabel. 1
Rencana Target Capaian Tahunan
No Jenis Luaran Indikator Capaian
Ts Ts+1 Ts+2
 
1 Publikasi Ilmiah Internasional √
Nasional Terakreditasi
2 Pemakalah dalam temu ilmiah Internasional
Nasional √
3 Invited speaker dalam temu Internasional
ilmiah Nasional √
4 Visiting Lecturer International

Paten
Paten sederhana
Hak cipta
Merek dagang
5 Hak Kekayaan Intelektual Rahasia dagang
(HAKI) Desain produk industri
Indikasi geografis
Perlindungan variates tanaman
Perlindungan topografi sirkuit
terpadu
6 Teknologi Tepat Guna
7 Model/Purwarupa/Desaian/karya seni/ Rekayasa Sosial

8 Buku ajar (ISBN) √

9 Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT)


13

BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA

1. Studi Terdahulu

Studi tentang Elite Agama Islam Lokal (Teungku Dayah/Kiai) dan pemberantasan
narkoba di Indonesia sejauh penelusuran peneliti belum ditemukan. Namun, terdapat
beberapa studi sebelumnya tentang keaktoran sosial elite agama Islam lokal khususnya di
Indonesia yang dapat dijadikan sebagai eksemplar untuk memperlihatkan state of the art
dari studi yang dilakukan ini. Penelitian serius pertama tentang keaktoran elite Agama
Islam Lokal dalam ranah sosial adalah karya disertasi Nirzalin (2011). Studi yang dilakukan
dengan perspektif strukturasi pada 2008 di Aceh ini menemukan, bahwa keberhasilan para
Teungku Dayah memobilisasi masyarakat Aceh dalam ranah sosial-politik tidak terlepas
dari kharisma mereka dalam ranah tersebut. Persemaian kharisma yang menjadi basis
sumberdaya kekuasaan teungku dayah di Aceh tidak terlepas dari agensi-agensi mereka
dalam ranah sosial seperti meng-aktori pembukaan gampoeng baru, menggerakkan
masyarakat dalam pembangunan irigasi, memberantas judi sabung ayam dan melawan
pemerintahan Orde Baru untuk membangun pabrik alkohol di Aceh Timur.

Studi kedua adalah studi yang dilakukan oleh Sidik Jatmiko (2005). Penelitian untuk
kepentingan Disertasi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini mengkaji tentang Kiai dan
Politik Lokal: Studi Kasus Reposisi Politik NU Kebumen, Jawa Tengah Memanfaatkan Peluang
Keterbukaan Partisipasi di Era Reformasi. Hasil penelitian menemukan fakta bahwa kiai tidak
menjadikan pertimbangan ideologi dalam melakukan negosiasi dan koalisi. Sebagian kiai juga
lebih suka menggunakan mekanisme non-kepartaian dalam melakukan mobilisasi dan tawar
menawar polrtik. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa para kiai selalu bersikap hati-
hati, luwes (elastis) dan memilih jalan tengah. Cara itu ditempuh para kiai dengan selalu
mengacu kepada pencapaian maslahat (keuntungan-kebaikan) dan menjauhi ma/isadah
(kerugian-kerusakan). Para kiai dalam kenyataanya tidak menggunakan agama untuk tujuan
politik narrun sebaliknya mereka justru menggunakan politik untuk mencapai tujuan lslam.
Dengan demikian maka tindakan politik mereka pada berbagai arena politik di era transisi
demokrasi lebih cocok disebut elastis (luwes) dari pada oportunistik.

Studi Ketiga adalah kajian yang dilakukan oleh Muh. Syamsuddin (2013). Studi
yang dilakukan di Madura ini menemukan bahwa di Madura Kyai mampu menggerakkan
masyarakat dalam ranah sosial politik baik mendukung maupun mencalonkan diri sendiri
14

sebagai pemimpin daerah tidak terlepas dari besarnya ketergantungan masyarakat terhadap
sang kyai dalam pelbagai permasalahan. Kecerdasan dan wawasan keilmuan kyai yang
berada di atas rata-rata masyarakat Madura menyebabkan masyarakat amat tergantung pada
kyai baik dalam kaitannya dengan pengetahuan agama Islam maupun sosial-politik.
Realitas inilah yang mendorong Kyai di Madura menjadi broker budaya (cultural broker)
bagi masyarakat. Realitas ini pula yang menyebabkan sang kyai mampu menggerakan
masyarakat secara kolektif untuk bertindak sesuai dengan agensinya baik dalam ranah
agama maupun sosial-politik.

Ketiga studi di atas berhasil menemukan signifikansi elite agama Islam lokal dalam
ranah sosial-politik di Indonesia. Melalui kharisma yang dimilikinya sebagai hasil turunan
dari justifikasi normatifitas agama, ketergantungan umat yang tinggi terhadap kompetensi
keilmuan yang mereka miliki dan keaktifan agensinya dalam persoalan-persoalan sosial-
politik yang mereka geluti menjadikan para elite agama Islam lokal (Teungku Dayah dan
Kiai) sosok kharismatik yang mampu menjadi aktor utama penggerak gerakan kolektif
masyarakat.

Namun, studi-studi yang telah dilakukan sebelumnya di Indonesia tentang elite


agama Islam lokal sebagaimana yang diantaranya telah diuraikan di atas tidak ditemukan
membahas tentang keaktoran mereka dalam gerakan kolektif pemberantasan narkoba.
Dibanding dengan keaktoran lain seperti dalam bidang sosial dan politik, keaktoran dalam
bidang pemberantasan narkoba memiliki dimensi yang khas. Kekhasan itu, pertama
narkoba bagi Indonesia merupakan persoalan yang amat mengancam eksistensi bangsa dan
menjadi salah satu problem sosial yang memiliki daya destruksi lura biasa. Kedua,
peredaran narkoba bisa saja bersifat lokal namun orang-orang yang terlibat didalamnya
terkoneksi secara global (internasional) dan yang ketiga aktifitas peredaran narkoba dengan
mafianya, merupakan aktifitas yang terorganisir.

Realitas tersebut menjadikan agensi gerakan kolektif pemberantasan narkoba


merupakan agensi yang memiliki keseriusan, kesulitan dan tantangan jauh lebih berat dibanding
dengan agensi dalam bidang sosial-politik. Maka, tidak mengherankan secara empiris belum
ditemukan di Indonesia upaya agensi sejenis yang dilakukan oleh elite agama Islam lokal.
Kenyataan ini menjadi pembeda utama yang menjadi kebaruan (novelty) dari penelitian ini.
Selain itu, secara metodologis pendekatan-pendekatan kajian sebelumnya dilakukan melalui
pendekatan historis dan fenomenologis. Studi ini secara khusus
15

menggunakan pendekatan etnografis dalam mengkaji isu Teungku Dayah dan


pemberantasan Narkoba di Ujoeng Pacu Aceh. Pendekatan metodologis yang khas dari
etnografi adalah menggali data melalui metode Live In. hal ini tidak dilakukan melalui
pendekatan lainnya dalam studi sebelumnya khususnya yang telah diuraikan di atas.
Realitas ini menjadi pembeda kedua yang menjadi kebaruan (Novelty) dari kajian ini.

2. Perspektif Teoritik

Gerakan kolektif massa merupakan suatu gerakan sosial yang memiliki daya
penetrasi dahsyat dalam menghasilkan suatu perubahan sosial yang subtantif dan
fundamental dalam perputaran dinamis sejarah sosial dan politik dunia. Demikian
pentingnya gerakan kolektif massa ini, sebab catatan historis sosial politik dunia
menunjukkan hampir tidak ada perubahan-perubahan besar didunia tanpa diawali oleh aksi
kolektif massa. Sebagai suatu gerakan sosial, gerakan kolektif massa sebagaimana
disebutkan oleh Giddens (1993) merupakan suatu upaya kolektif untuk mengejar suatu
kepentingan bersama atau gerakan mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif
(collective behavior) diluar lingkup lembaga-lembaga yang mapan.

Sementara Tarrow (1998) berpandangan bahwa gerakan sosial sebagai politik


perlawanan tatkala rakyat biasa –yang bergabung dengan para kelompok masyarakat yang
lebih berpengaruh- menggalang kekuatan untuk melawan para elite, pemegang otoritas dan
pihak-pihak lawan lainnya. Ketika perlawanan ini didukung oleh jaringan social yang kuat
dan digaungkan oleh resonansi kultural dan symbol-simbol aksi, maka politik perlawanan
mengarah keinteraksi yang berkelanjutan dengan pihak-pihak lawan dan hasilnya adalah
gerakan sosial.

Menurut Tarrow, tindakan yang mendasari politik perlawanan adalah aksi kolektif
yang melawan (contentious collective action). Tindakan kolektif bisa mengambil banyak
bentuk, yang singkat maupun yang berkelanjutan, terlembagakan atau cepat bubar,
membosankan atau dramatis. Umumnya tindakan kolektif berlangsung ketika orang-orang
yang tergabung didalamnya bertindak untuk mencapai tujuan bersama dalam melawan
suatu otoritas atau kelompok lain yang terorganisir dan kuat seperti gembong narkoba. Aksi
kolektif memiliki nuansa penentangan ketika aksi itu dilakukan oleh orang-orang yang
kurang memiliki akses ke institusi-institusi untuk mengajukan klaim baru atau klaim yang
tidak dapat diterima oleh pemegang otoritas atau pihak-pihak yang yang ditentang lainnya.
Aksi kolektif yang melawan merupakan basis dari gerakan sosial, Karena aksi itu seringkali
16

merupakan satu-satunya sumberdaya yang dimiliki oleh orang-orang awam dalam


menentang pihak lain yang lebih kuat seperti negara, korporasi eksploitatif dan gembong
narkoba yang terorganisir.

Charles Tilly (2002) menyebutkan bahwa aksi kolektif merupakan gagasan kolektif
untuk melawan pelaku aksi yang dianggap meruntuhkan sistem dan sampah masyarakat.
Gerakan sosial bisa beroperasi dalam batas-batas legalitas suatu masyarakat, namun bisa
juga bergerak secara illegal atau sebagai kelompok bawah tanah (underground groups).
Mode perlawanan ini tergantung pada pembacaan strategis yang dilakukan oleh para aktor
terhadap isu dan lawan yang dihadapi (Fadillah Putra,2006: 2).

Pada kasus aksi kolektif masyarakat Ujoeng Pacu Kota Lhokseumawe, gerakan
dilakukan dimulai dari aksi tersembunyi per individu hingga kemudian tatkala dinilai tidak
efektif menjadi gerakan yang terbuka, massif, legal dan sistematis. Gerakan ini merupakan aksi
katarsisme massa terhadap runtuhnya norma dan sistim sosial akibat dari penetrasi mafia
narkoba dalam kehidupan mereka. Keresahan yang meluas terhadap gembong narkoba yang
dinilai sebagai sampah masyarakat menjadi alasan lahirnya kesadaran bahwa gembong narkoba
adalah musuh bersama. Terkait dengan fenomena diatas, studi ini menempatkan perspektif
Gerakan Kolektif Antony Giddens sebagai perspektif utama dalam membedah kajian Teungku
Dayah dan Gerakan Kolektif Pemberantasan Narkoba (Studi Tentang Agensi Teungku Dayah
Dalam Melawan Mafia Narkoba di Ujoeng Pacu Kota Lhokseumawe, Aceh).

Giddens tidak percaya sebuah realitas sosial dapat dipahami secara utuh jika analisis
sosial tidak mempertautkan antara perilaku aktor dengan struktur yang dia pahami. Lahirnya
tindakan aktor merupakan persenyawaan antara motivasi pribadi dan tuntutan struktur yang
telah ditafsirkannya. Keduanya saling mengandaikan sehingga keduanya memiliki hubungan
yang bersifat dualitas bukan dualisme. Keduanya setara, saling mempengaruhi dan memiliki
nilai signifikansi yang sama dalam terwujudnya sebuah tindakan. Giddens menyebut aktor
sebagai pelaku yang melakukan tindakan dan peristiwa-peristiwa di dunia. Sementara struktur
bukanlah nama bagi totalitas dan bukan pula kode tersembunyi. Struktur adalah aturan dan
sumberdaya yang terbentuk dari dan membentuk keterulangan praktik sosial. Dalam hal ini
Giddens berseberangan dengan penganut strukturalisme seperti Durkheim yang menganggap
hubungan agen dan struktur bersifat dualisme, eksternal dan berupa kekangan
(memaksa/constrained) terhadap agen (Doyle Paul Johson, 1994: 177-178). Giddens meyakini
bahwa hubungan struktur dengan agen itu bersifat dualitas (timbal-balik), internal,
17

mengekang (constraining) namun juga membuat agen mampu (enabling) melahirkan


tindakannya sekaligus. Dualitas struktur itu terjadi dalam praktik sosial yang berulang
(reproduksi sosial) dan terpola dalam lintas ruang dan waktu (Antony Giddens,1984: 25-27).

Bagan. 1
Dualitas Hubungan Agen-Struktur Antony Giddens

Struktur Signifikansi Dominasi Legitimasi

Bingkai Fasilitas Norma


(Sarana-antara) Interpretasi

Interaksi
Komunikasi Kekuasaan Sanksi

Sumber: Giddens, Antony. 1984. The Constitution of Society


Outline of the Theory of Structuration. (UK:Polity Press)

Dalam kacamata Giddens, gerakan sosial dapat diagensikan (gerakkan) oleh aktor
karena mereka mampu memobilisasi masyarakat melalui kekuasaan yang dimilikinya.
Kekuasaan menduduki posisi sentral dalam rangkaian teoritik strukturasi Giddens. Dalam
kacamata Giddens, kekuasaan dihasilkan dalam dan melalui reproduksi struktur-struktur
dominasi. Figur yang memiliki kekuasaan adalah mereka yang menguasai sumberdaya dan
mampu menyalurkannya pada pihak lain yang dinyatakan sebagai bawahannya. Hal ini berbeda
dengan konsep kekuasaan yang dikonstruksikan oleh Weber. Weber (1964) berpandangan
bahwa ”Kekuasaan adalah kemampuan seorang aktor (pelaku) mewujudkan gagasan-
gagasannya sekalipun ditentang oleh orang-orang lain dalam suatu hubungan sosial” (”Power
(macht) is the probability that one actor within a social relationship will be in a position to
carry out his own will despite resistance”). Bagi Giddens, kekuasaan tidak dapat dipertahankan
jika ia hanya mendasarkan pada kemampuan memaksa. Sebab ketundukan seseorang terhadap
ketakutan pada orang lain hanyalah ketundukan semu yang apabila ia memperoleh kesempatan
dan momentum untuk melawan maka ia akan melepaskan diri dari cengkeraman kekuasaannya.
Tetapi kekuasaan yang sesungguhnya adalah kekuasaan yang dapat menyalurkan sumberdaya
yang dibutuhkan oleh orang lain pada seseorang. Karena itu menurut Giddens, seorang aktor
mampu mendominasi pihak lain apabila ia menguasai struktur-struktur sosial yang mendasari
hubungan-hubungan sosial didalam masyarakat.
18

Kemampuan teungku dayah (elite agama) menguasai struktur signifikasi (wacana)


misalnya pada akhirnya menjadi fasilitas bagi mereka untuk mendominasi dan memobilisasi
masyarakat. Dan masyarakat menerima dominasi kekuasaan elite agama melalui sikap
kepatuhan dan ketundukan yang mereka maknai sebagai sesuatu yang alamiah atau natural.
Tindakan dan praktik sosial kepatuhan dan ketundukan masyarakat itu lambat-laun menjadi
praktik rutinitas bagi mereka. Praktik rutinitas ini terjadi karena apa yang menjadi tindakan
rutin itu dilakukan berdasarkan refleksi dari kesadaran praktis. Melakukan sesuatu yang telah
menjadi kesadaran praktis membangkitkan rasa aman bagi pelakunya, sehingga dengan
sendirinya mendorong mereka melakukannya secara berulang-ulang.

Kesadaran praktis ini sepadan artinya dengan habitus dalam konsep Bourdieu, yaitu
struktur mental atau kognitif yang digunakan individu (aktor) untuk menghadapi kehidupan
sosial. Sebagai struktur mental atau kognitif yang mendeterminasi praksis sosial, habitus
mencakup pemikiran, persepsi, ekspresi dan tindakan yang lahir dalam bingkai sejarah,
situasi dan struktur sosial tertentu (Cheelan Mahar,tt: 15). Habitus merupakan produk
dialektika internalisasi struktur dunia sosial. Karena itu habitus merupakan struktur sosial
yang dinternalisasikan dan diwujudkan (George Ritzer, 2000: 522).

Namun, yang perlu diingat menurut Giddens kekuasaan itu tidak muncul begitu saja. Ia
mengacu pada kapasitas transformatif dari tindakan manusia (elite yang berkuasa). Maksudnya,
makna kekuasaan yang paling luas secara logis tunduk pada subyektivitas yakni introspeksi dan
mawas diri. Hal ini perlu ditekankan karena konsepsi kekuasaan dalam ilmu-ilmu sosial
cenderung mencerminkan dualisme subyek dan obyek. Jadi kekuasaan seringkali didefiniskan
berdasarkan tujuan atau kemauan yakni kemampuan mencapai hasil-hasil yang dinginkan dan
dimaksudkan (Antony Giddens, 1984: 15). Sementara, Faucault (2002) lain lagi, ia memandang
kekuasaan sebagai milik masyarakat atau komunitas sosial. Kekuasaan sama luasnya dengan
lembaga sosial, tidak ada ruang yang sama sekali bebas dicelah-celah jaringannya. Bahwa
relasi-relasi kekuasaan saling terjalin dengan jenis-jenis relasi lain.

Kekuasaan dalam pengertian kapasitas transformatif agensi manusia menurut Giddens


(1984) merupakan kemampuan aktor untuk mencampuri rangkaian peristiwa dan juga
mengubah rangkaiannya seperti kata ”bisa” yang memediasi maksud atau keinginan dan
realisasi aktual dari hasil yang dicari. Dalam pengertian inilah, beberapa orang memiliki
kekuasaan atas orang lainnya: ini adalah kekuasaan sebagai dominasi. Meskipun seorang aktor
dengan sumberdaya yang dimilikinya mampu mendominasi kekuasaannya pada pihak
19

lain, namun hal itu tidak berarti ia berkuasa secara total terhadap pihak yang dia
dominasikan. Sebab ketundukan terhadap seorang figur yang berkuasa selalu tidak bersifat
mutlak atau penguasaan total. Karena dalam penguasaan selalu terlibat relasi otonomi dan
ketergantungan, baik yang menguasai maupun yang dikuasai.

Semua ketergantungan menawarkan beberapa sumberdaya dimana mereka yang


menjadi bawahan bisa mempengaruhi aktivitas-aktivitas atasannya. Mekanisme ini, oleh
Giddens (1984) disebut sebagai dialektika kendali (dialectic of control) dalam sistem-sistem
sosial. Seorang yang mendominasi pihak lain karena ia memiliki sumberdaya yang dibutuhkan
baik berupa otoritas maupun ekonomi harus selalu mampu menyalurkan sumberdayanya itu
pada bawahannya. Jika tidak maka bawahan akan keluar dari jaringan kekuasaannya. Sebab
sumberdaya yang dimiliki oleh seorang figur yang berkuasa pada satu sisi adalah fasilitas bagi
dia untuk mendominasi pihak lain namun disisi lain dan disaat bersamaan hal itu sekaligus juga
merupakan sumberdaya bagi bawahan untuk mengontrol atasannya agar selalu mentransfer
sumberdaya itu pada mereka. Inilah yang dimaksud dengan dialektika kendali dimana atasan
dengan bawahan selalu terikat dalam hubungan saling menerima dan memberi. Sebab itu pula
maka setiap figur yang berkuasa harus selalu mawas diri dan memperhatikan kepentingan
bawahannya. Dengan demikian, seorang yang berkuasa tidak boleh berbuat sewenang-wenang
atau seenaknya sendiri terhadap bawahannya.

3. Peta Jalan (Road Map) Penelitian

Studi-studi tentang tatanan sosial masyarakat Aceh memperlihatkan keberadaan teungku


dayah memiliki arti penting dalam pelbagai bagian tatanan sosialnya. Penelitian pertama yang
membuka jalan terhadap penelusuran arti penting keberadaan teungku dayah di Aceh adalah
studi yang dilakukan oleh James T. Siegel. Penelitian Siegel yang dilakukan pada 1969
menemukan bahwa Islam merupakan dasar pembentuk pandangan dunia (worldview)
masyarakat Aceh. Islam merupakan mata rantai penyambung hubungan-hubungan sosial,
pembentuk nasionalisme dan nilai-nilai politik, pemberi ruh dalam spirit perlawanan terhadap
kolonialisasi dan ekspansi politik keluar Aceh dan dasar nilai pendorong praktik-praktik sosial.
Keterkaitan erat antara Islam dan masyarakat Aceh menjadi dasar penting dan menentukannya
keberadaan pengajar agama Islam di Aceh, teungku dayah. Teungku dayah (ulama) menurut
Siegel (1969) menentukan proses-proses aktivitas ibadah, pelaksanaan pembangunan dan
tindakan-tindakan politik masyarakat Aceh.
20

Penelitian lain dilakukan oleh John R. Bowen pada 1993. Studi terhadap masyarakat
Aceh yang mendiami wilayah dataran tinggi Gayo itu berhasil menemukan bahwa ulama
(Teungku) di Aceh Tengah tidak hanya mampu merekonstruksi identitas etnik tetapi juga
mampu mentransformasi Islam sebagai sumber tata nilai sosial dan budaya masyarakat
Gayo. Islam merupakan dasar pembentuk etos kerja ekonomi terutama dalam budaya
berladang (agricultural season), kekuasaan politik maupun budaya. Pembacaan al-Qur’an
dalam setiap aktivitas tidak hanya diyakini sebagai amal untuk memperoleh pahala namun
juga kemudahan dalam memperoleh pengetahuan, kekuasaan, berumah tangga dan
keberhasilan dalam usaha-usaha pertanian.

Dominan dan menentukannya posisi teungku dayah dalam masyarakat Aceh juga
ditunjukkan oleh hasil studi Nirzalin. Penelitian yang dilakukan oleh Nirzalin pada 2011
menunjukkan bahwa teungku dayah di Aceh tidak hanya dominan dalam ranah agama
tetapi juga dalam ranah sosial-politik. Sumberdaya kewibawaan teungku dayah dalam ranah
agama disokong oleh pengetahuan agama yang ia kuasai. Penguasaan pengetahuan agama
Islam di Aceh bersifat ekslusif dan umumnya diakui oleh masyarakat hanya dapat dikuasai
secara baik oleh teungku dayah sebab mempelajari agama Islam secara kaffah
(komprehensif) hanya dapat dilakukan oleh pribadi yang shaleh, ikhlas dan mampu menjaga
diri dari melakukan dosa baik dosa besar maupun kecil. Sementara sumber pengetahuan
agama yang diakui asli dan sesungguhnya oleh masyarakat Aceh hanyalah yang berasal
dari kitab-kitab kuning yang tertulis dalam bahasa Arab gundul (tidak berharakat).
Penguasaan kitab kuning ini hanya dapat dilakukan oleh teungku dayah, sebab itu
masyarakat dalam hal pengetahuan agama Islam sangat tergantung pada teungku dayah.

Sementara sumberdaya kewibawaan sosial-politik teungku dayah di Aceh diperoleh


berdasarkan pada keterlibatan-keterlibatan mereka dalam menawarkan solusi terhadap
pelbagai persoalan sosial-politik yang dihadapi oleh masyarakat. Teungku dayah terlibat
sebagai penggerak pembangunan seperti jalan dan irigasi, persoalan-persoalan konflik
persawahan, rumah tangga dan pembagian harta warisan. Dalam politik praktis mereka
mampu menawarkan konsepsi-konsepsi dan tindakan-tindakan politik alternatif. Dalam hal
kebijakan politik negara mereka mampu mempengaruhinya dan bahkan mengintervensi
tatkala dinilai kurang berpihak pada kepentingan Islam dan masyarakat.

Penelitian lain tentang signifikansi keberadaan teungku dayah di Aceh dalam ranah
sosial dilakukan pula oleh Nirzalin dan Fakhrurrazi pada 2015. Studi ini menemukan
21

keberhasilan gerakan kolektif masyarakat Ujoeng Pacu Kota Lhokseumawe melawan mafia
narkoba tidak terlepas dari agensi para teungku dayah. Melalui transformasi spirit keagamaan
yang dilakukannya masyarakat berhasil terkonsolidasi, terintegrasi, memiliki tujuan bersama,
konsisten dan tak tergoyahkan meskipun mengalami serangan balik dari para mafia narkoba
melalui ancaman dan teror bom Molotov. Keberhasilan gerakan melawan mafia narkoba
mampu mengubah wajah gampoeng (desa) Ujoeng Pacu dari gampoeng basis peredaran
narkoba di kota Lhokseumawe menjadi gampoeng yang bebas narkoba.

Berangkat dari rekam jejak penelitian yang telah dilakukan mengenai keberadaan
teungku dayah dalam masyarakat Aceh diatas, maka studi yang akan dilakukan berikutnya
ini adalah berupaya menemukan model agensi sosial yang dilakukan oleh para teungku
dayah dalam menggerakkan masyarakat secara kolektif melawan mafia narkoba di Ujoeng
Pacu Kota Lhokseumawe, Aceh. Temuan model transformasi sosial-keagamaan Teungku
Dayah ini bermanfaat bagi pemerintah dalam memperkuat strategi alternatif pemberantasan
narkoba di Indonesia. Secara teoritik temuan studi ini bermanfaat dalam memperkaya
perspektif kajian gerakan kolektif sebagaimana yang dikonstruksikan oleh Giddens (1989)
bahwa agensi gerakan kolektif tidak hanya diaktori oleh agen-agen non agama tetapi juga
dapat diprakarsai oleh aktor yang berbasis agama khususnya agama Islam.
22

Bagan. 2
Peta Jalan (Road Map) Penelitian
James T. Siegel. agama Islam John R. University pembe
(1969). The Rope of (Religious Bowen Press ntuk
God . California: Teaching) (1993). etos
memiliki Menemukan kerja
university of bahwa di
California Press kedudukan Muslim ekono
Aceh
yang Through mi
dominan dan Discourse : Tengah,
Menemukan terutam
teungku
bahwa Islam menentukan Religion a dalam
di Aceh (ulama)
merupakan dasar budaya
pandangan And mampu
berlada
Ritual In mentran
dunia (worlview) ng
Gayo sforma
masyarakat (agricu
Society. sikan
Aceh. Hal itu ltural
menjadikan season)
New Islam
ulama (teungku dan
Jersey : sebagai
dayah) sebagai kekuas
guru Princeton
dasar aan
politik. Nirzalin dan gerakan
Nirzalin. bertahan
Fakhrurrazi.
(2012). dan tidak
(2015).
ULama Dan tergoyah
Gerakan
Politik Di ka
Kolektif
Aceh
Masyarakat
Menelaah
Melawan
Hubungan
Mafia
kekeuasaan
Narkoba di
Teungku
Ujoeng Nirzalin,
Dayah dan
Pacu Kota Faisal
Negara.
Lhokseuma dan
Yogyakarta:
we. Fakhrur
Maghza
Lhokseuma ra
Pusataka
we: zi
Menemukan Laporan (2016).
bahwa Penelitian Bertujua
Teungku BOPTN n
Dayah Universitas menem
tampil Malikussale u
dominan h kan
dan Model
Menemuka
menentukan Agensi
n
dalam ranah Teungk
keberhasila u
sosial politik
di Aceh n gera Dayah
karena kan Dalam
mereka Kolektif Gerakan
mampu Masyara Kolektif
mempengar kat Pember
uhi Ujoeng a
kebijakan- Pacu ntasan
kebijakan Kota Mafia
negara agar Lhokseu Narkob
berpihak ma we a
pada dalam di
member Ujoeng
kepentingan
ant as Pacu
Islam dan
mafia Kota
narkoba Lhokseu
didorong mawe
oleh
Agensi
Para
teungku
Dayah
sehingga
24

Penelitian dengan menggunakan perspektif teoritik strukturasi menurut Giddens pada


dasarnya adalah sebuah penelitian yang mengkaji tentang kesadaran praktis, yaitu menyelidiki
apa yang telah diketahui oleh agen-agen dalam praktik sosial mereka. Karena itu
mengindentifikasi batas-batas daya pengetahuan agen dan praktik agensi mereka dalam konteks
ruang dan waktu yang senantiasa bergeser sangatlah penting bagi ilmu sosial. Sebab salah satu
tujuan dari analisis sosial adalah menemukan pengetahuan bersama (Mutual Knowledge) dari
suatu kesadaran praktis yang menjadi dasar dari praktik sosial itu (Antony Giddens, 1984: 336-
7). Dengan demikian, keterlibatan dalam kehidupan komunitas yang diamati merupakan salah
satu instrumen bagi peneliti agar mampu menghasilkan suatu pemahaman bagaimana mereka
berpartisipasi dalam suatu rangkaian praktik sosial tertentu.
Hal ini penting, sebab menurut Giddens (1976) memahami bagi seorang peneliti
adalah:
“Understanding is provided by the reasons or accounts social actors give for their
actions. The latter is also associated with the meaning of an event or activity in a
particular social context, either that given by social actors or the meaning that researchers
derived from social actors’ account. Explanations are produced by researchers who looks
at a phenomenon from the “outside”, while understanding is based on an “inside” view in
which researchers grasp the subjective counsciousness, the interpretations, of social actors
involved in the conduct”.

Karena itu, untuk dapat memberikan penjelasan dari gejala “luar” dan memahami
dari “dalam” gejala yang diteliti itu sendiri sebagaimana dikatakan Giddens di atas maka
studi ini menggunakan metode etnografi dalam pengumpulan datanya. Namun perlu
ditegaskan bahwa studi ini bukanlah sebuah kajian etnografis murni yang berusaha
melakukan deskripsi ilmiah sosial tentang manusia dan landasan budayanya secara
menyeluruh (holistik-integratif) sebagaimana yang dilakukan oleh para antropolog (Denzin,
1994: 25). Tetapi studi ini hanya menelusuri dan menemukan pengetahuan bersama
masyarakat (mutual knowledge) tentang Agensi Teungku Dayah Dalam Gerakan Kolektif
Pemberantasan Narkoba di Ujoeng Pacu, Lhokseumawe-Aceh.
Untuk memperoleh data sebagai landasan interpretasi dalam menjawab permasalahan
penelitian sebagaimana telah disebutkan di atas, maka di bawah ini berturut-turut dipaparkan
lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengambilan data dan teknik analisis data.

2. Lokasi Penelitian.
Penelitian ini dilakukan di gampoeng (desa) Ujoeng Pacu Kecamatan Muara Satu Kota

Lhokseumawe, Propinsi Aceh. Lokasi ini dipilih karena tindak penggunaan narkoba terjadi
secara massif didaerah ini. Massifikasi peredaran narkoba menyebabkan gampoeng ini di
25

juluki sebagai gampoeng narkoba di Lhokseumawe. Proses peredaran terjalin dan


terkoordinasi secara rapi sebab selain para agen pengedar, mafianyapun berdomisi di
gampoeng ini. Keresahan masyarakat merebak akibat terganggunya kehidupan sosial
masyarakat oleh aktivitas mafia dan antek narkoba. Aparat kepolisian berkali-kali
menangkap para pengedar narkoba di daerah ini namun aktivitas narkoba tidak kunjung
berhenti. Regenerasi mafia dan antek narkoba berlangsung sistematis sebab para mafia
narkoba memanfaatkan sebagian pemuda gampoeng (desa) pengangguran sebagai target
“kader” pengedar.

Hal yang sama dilakukan pula oleh aparat gampoeng (desa), upaya pencegahan dan
pemberantasannya selalu berakhir gagal. Kegagalan itu sebagian dipicu oleh rendahnya
integrasi massa dan sebagian lainnya tumbuhnya demoralisasi gerakan pasca terjadinya
serangan balik dari para mafia narkoba. Baru, tatkala teungku dayah tampil kedepan dalam
meng-agensikan gerakan pemberantasan narkoba, gerakan kolektif dari masyarakat lahir
dan berhasil secara efektif efektif menghentikan peredaran narkoba di gampoeng Ujoeng Pacu.

3. Informan Penelitian
Informan penelitian dalam studi ini adalah para teungku dayah dan kelompok masyarakat
yang terlibat dalam gerakan kolektif melawan mafia narkoba. Ada tiga Teungku Dayah yang terlibat
dan menjadi informan utama (key informan) yaitu Abu Hasballah Nisam, Abati Aba Buloh dan
Teungku Muslim FPI. Sementara tokoh masyarakat yang menjadi sumber informasi penelitian
(informan) adalah Geuchiek (Kepala Desa), Tuha 4 (Badan Perwakilan Desa), Teungku Imeum dan
Tokoh Pemuda. Selain mereka, studi ini juga akan mewawancarai beberapa anggota masyarakat
yang dipilih secara acak. Penentuan para anggota masyarakat biasa dilakukan melalui proses
interaksi intensif antara peneliti dengan masyarakat melalui proses live in (tinggal bersama
masyarakat) dan observasi.

4. Metode Pengumpulan Data.

Hal yang paling utama dari penelitian etnografi adalah mampu melukiskan pola-pola
budaya dalam masyarakat. Budaya masyarakat hanya mampu dipahami untuk kemudian
dilukiskan dalam bentuk narasi apabila peneliti mampu menangkap makna dari pola-pola
budaya dalam praktik sosial subjek penelitian. Proses praktik sosial selalu diperantai oleh
pengetahuan bersama (Mutual Knowledge) diantara para subjek. Melalui pengetahuan bersama
aliran interaksi sosial berlangsung. Dalam konteks inilah studi ini secara sengaja menggali dan
mengumpulkan data melalui metode live in, observasi, indepth interview,
26

Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) dan dekonstruksi dokumen. Proses penggunaan


metode-metode tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Live In

Live in adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara hidup
dan tinggal bersama dengan masyarakat yang menjadi subjek penelitian. Tujuan
utama dari metode ini adalah peneliti mampu membangun imajinasi sosiologis
tentang pola-pola praktik sosial masyarakat yang menjadi subjek penelitian. Maka
melalui metode ini peneliti tinggal disalah satu rumah warga, ikut dalam diskusi-
diskusi mereka, mendengarkan gosip-gosip yang mereka lakukan, beribadah
bersama mereka dan ikut terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan tertentu yang dilakukan
oleh anggota masyarakat utamanya yang menjadi target sebagai informan.
Pekerjaan itu seperti ikut memotong rumput untuk ternak, ketambak dan
memanen padi. Melalui strategi ini tidak hanya imajinasi sosiologis yang terbangun
tetapi juga hubungan emosional yang akrab dan bersaudara antara peneliti dan
masyarakat subjek penelitian. Proses ini memudahkan peneliti dalam menggali
informasi sebanyak-banyaknya.
2. Observasi
Metode observasi tujuan akhirnya adalah menemukan informan kunci (key informan) dan
para informan lainnya dari kelompok masyarakat biasa. Observasi ini dilakukan terhadap
pelbagai hal yang menonjol yang ditemukan dalam pelbagai bentuk interaksi yang dilakukan
oleh masyarakat . pola-pola hubungan sosial warga, benda-benda menonjol, gosip-gosip
dominan, pembicaraan-pembicaraan informal di warung kopi dan diskusi formal warga di
meunasah (musalla/langgar). Isu-isu utama yang diperbicangkan, tokoh-tokoh dan orang-
orang yang sering disebut. Selain itu hal yang paling utama diberi perhatian dalam observasi
adalah siapa saja personal yang paling dominan menyampaikan informasi sehingga dapat
ditentukan informan dalam penggalian data lebih lanjut dalam wawancara mendalam
(indepth interview). Terkait dengan teungku dayah oibservasi diarahkan pada metode
transformasi ajaran Islam yang mereka lakukan terhadap masyarakat. Begitu pula dengan
pola-pola tindakan mereka yang kharismatik dan memberi ketauladanan kepada warga
sehingga melahirkan kepatuhan.
3. Wawancara Mendalam (indept interview).
Teungku dayah dan warga masyarakat yang teridentifikasi sebagai figur yang kaya dengan
informasi dalam proses observasi yang telah dilakukan sebelumnya ditetapkan sebagai
informan dalam studi ini. Terhadap mereka peneliti akan melakukan wawancara mendalam
(indepth interview). Tujuan dari wawancara mendalam terutama untuk menggali apa yang
27

tersembunyi di hati sanubari seseorang baik yang menyangkut masa lalu, masa kini, maupun
masa depan, Sanapiah faisal, 2003). Juga latar belakang biografi, (Heru Nugroho, 2001) dan
lingkungan kehidupan subjek. Melalui wawancara mendalam ini data-data terkait dengan
landasan nilai, sumber keresahan sosial, alasan menjadikan narkoba dan mafianya sebagai
musuh bersama (common enemy), pola-pola dan model-model transformasi nilai dan
ideologisasi gerakan kolektif, strategi-strategi mempertahankan moralitas dan konsistensi
gerakan para aktor/agen gerakan kolektif pemberantasan narkoba di Ujoeng Pacu dapat
dikumpul dan temukan.

4. Focus Group Discussion (FGD)

Agar data-data yang diperoleh melalui wawancara mendalam tidak saling kontradiktif tetapi
konsisten, singkron dan harmonis satu sama lain, maka para informan yang dalam
wawancara mendalam diwawancarai sendiri-sendiri dipertemukan dalam satu forum
bersama. Dalam forum bersama inilah dilakukan diskusi secara terfokus. Jika dalam
observasi dan wawancara mendalam data diperoleh secara personal maka dalam FGD
informasi-informasi yang diperoleh menjadi data yang bersifat kolektif. Data-data krusial
dan sensitif yang diperoleh observasi dan wawancara mendalam dilemparkan kembali
keforum FGD. Maka, data menjadi data yang telah terverifikasi, ia menjadi kuat dan handal
untuk kemudian dianalisis sehingga dapat ditemukan makna dan pemahaman yang utuh
tentang peristiwa yang menjadi tema penelitian.

5. Dekonstruksi Dokumen
Sebagaimana yang disebutkan oleh Moleong (2000), penelitian ini juga memanfaatkan
dokumen baik dokumen pribadi berupa: kitab, buku harian, surat pribadi dan autobiografi
maupun dokumen resmi berupa: memo, pengumuman, instruksi, aturan, laporan rapat,
keputusan pemimpin, majalah, koran, buletin dan catatan-catatan lain yang ada relevansinya
dengan tema penelitian. Dokumen-dokumen tersebut dipahami melalui strategi dekonstruksi
(pembongkaran) setiap teks yang ditemukan. Dekonstruksi tersebut bertujuan membedah
untuk kemudian menemukan konteks sejarah, sosio-kultur dan tujuan lahirnya teks. Melalui
strategi dekonstruksi inilah teks dokumen dapat ditemukan makna dan dipahami secara
komprehensif.
28

5. Teknik Analisis dan Interpretasi Data.

Upaya penafsiran data yang berhasil diperoleh melalui wawancara mendalam dan
penggunaan data sekunder dan dekonstruksi dokumen akan dianalisis melalui tiga tahap:

Pertama, tahapan reduksi data yang bertujuan untuk melakukan penyeleksian,


pemilahan, penajaman, pengorganisasian data ke dalam suatu pola tertentu, kategori tertentu,
atau tema tertentu. Kedua, tahap display data yang dimaksudkan untuk menyajikan data dalam
bentuk sketsa, sinopsis dan matrik yang sangat diperlukan untuk memudahkan upaya
pemaparan dan penegasan kesimpulan dalam upaya verifikasi data sebagai tahap ketiga.

Proses analisis data tersebut tidaklah dipahami sekali jadi dalam bentuk linier, akan
tetapi proses itu mengikuti siklus yang bersifat interaktif dan bolak balik yang sudah harus
dilakukan sejak saat pengumpulan data ( Matthew B. Miles dan A. Michael Haberman, 1992).
Setelah itu data dianalisis melaui teknik interpretasi sebagaimana yang dipahami oleh
Patton (Michael Quinn Patton), yaitu untuk memberikan arti yang signifikan terhadap analisis,
menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian. Proses
analisis ini dilakukan sebagaimana yang terdeskripsikan dalam gambar berikut ini.

Bagan. 4
Proses Analis Data Interaktif Huberman dan Miles (1992)

Pengumpulan
Penampilan
Data Data

Reduksi
Data

Penarikan
Kesimpulan
dan Verifikasi
29

Melalui metode analisis interaktif maka data dapat dianalisis secara mendalam
sehingga diyakini semua informasi dari data dapat ditemukan makna dan dipahami dengan
baik dan komprehensif. Maka realitas yang ditemukan dari hasil penelitian ini tidak hanya
memperkaya etalase teoritis tetapi juga panduan praktis yang dapat dijadikan sebagai
pembelajaran berharga (Lesson Learned) baik bagi pemerintah dalam pembentukan
kebijakan maupun masyarakat luas dalam memberantas mafia dan peredaran narkoba di
Indonesia khususnya.
30

BAB 4
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

1. Anggaran Biaya
Anggaran biaya yang direncanakan dipakai dalam penelitian secara lengkap dapat
dilihat pada lampiran 1 (Justifikasi Anggaran), sedangkan ringkasan anggaran adalah
sebagai berikut:

Tabel. 2.
Ringkasan Anggaran Yang Diajukan Selama Dua Tahun

N Biaya yang Diusulkan


o Jenis Pengeluaran
Tahun 1 Tahun 2
1 Gaji dan Upah Rp 19,531,200.00 Rp 21,008,000.00
2 Peralatan Penunjang Rp 8,991,250.00 Rp 8,991,250.00
3 Bahan Habis Pakai Rp 8,980,000.00 Rp 8,980,000.00
4 Perjalanan Rp 11,000,000.00 Rp 11,000,000.00
5 Lain-lain Rp 19,000,000.00 Rp 19,000,000.00
6 Total 1+2+3+4+5 Rp 67,500,000.00 Rp 136,479,250.00

2. Jadwal Penelitian
Adapun jadwal penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel. 3.
Jadwal Penelitian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2
1 Persiapan
a. Persiapan tim peneliti
b. Studi literature
c. Diskusi awal proposal
d. Penyusunan proposal
e. pengurusan izin dan adm.
2 Pelaksanaan Penelitian
1.Live In
2.Observasi
3.Indept Interview
4.FGD
5. Dekontruksi Dokumen
6.Analisis Data

3 Finishing
a. Penulisan laporan
Penelitian
b. Seminar
c. Publikasi
31

DAFTAR PUSTAKA

Bowen. R. John. 1993. Muslims Through Discourse: Religion And Ritual In Gayo
Society. New Jersey: Priceton University Press
Elias, Norbert. 1993. Violence and Civilization: The State Monopoly of Physical
Violence and Its Infrigement. London: Verso
Faisal. Sanapiah. 2003, Filosofi dan Akar Tradisi Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
-------------.2003. Pengumpulan dan Analisis Data dalam Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Rajawali
Giddens, Antony. 1984. The Constitution of Society: Outline of the Theory of Structuration.
UK:Polity Press
----------------------1985. Modernity, Totalitarianism and Critical Theory. Berkeley:
University Of California Press
Gurr, Ted. Robert. 1970. Relative Deprivation and The Impetus To Violence.
Princeton: Princeton University Press
Harian Serambi Indonesia, 6 Maret 2015
http://aceh.tribunnews.com/2014/01/02/pengguna-narkoba-di-aceh-capai-10-ribu, 26
Desember 2013.
Miles. B. Matthew dan A. Michael Haberman. Analisis Data Kualitatif. UI Press.
Jakarta 1992.
Moleong. J, Lexy, Motodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya. 2000)
Nugroho.Heru, Uang, Rentenir dan Hutang Piutang di Jawa, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2001).
Nirzalin. 2011. Krisis Agensi Politik Teungku Dayah Di Aceh. Yogyakarta: Disertasi
Program Doktor Sosiologi Universitas Gadjah Mada
------------2012. Ulama Dan Politik Di Aceh: Menelaah Hubungan Kekuasaan
Teungku Dayah Dan Negara. Yogyakarta: Maghza Pustaka
Siegel. James. T. 1969. The Rope Of God. USA: University Of California Press
Syamsuddin. Muh. 2013. Kiai dan Politik: Keterlibatan Kiai Madura Dalam Politik
Praktis. Yogyakarta: Jurnal Sosiologi Reflektif UIN Sunan Kalijaga
Patton Michael Quinn. How to Use Qualitative Methods Evaluation. Sage
Publications. California 1987.
Santoso, Thomas. Ed. 2002, Teori-Teori Kekerasan. Jakarta: Ghalia Indonesia
Tilly, Charles. 1981. Class Conflict And Collective Action. London: Sage Publication
32

Lampiran 1

Justifikasi Anggaran Penelitian

1. Honor
honor/jam Waktu Honor per Tahun (Rupiah)
Honor Minggu
(Rupiah) (jam/Minggu) Tahun 1 Tahun 2
1. Dr. Nirzalin, M.Si Rp 15,750.00 8 54 Rp 6,552,000.00 Rp 7,404,800.00
2.Dr. Faisal, S.Ag., M.H.,
M.Hum Rp 15,650.00 8 52 Rp 6,510,400.00 Rp 6,905,600.00
3. Fakhrurrazi, S.H.I., M.Si Rp 15,550.00 8 52 Rp 6,468,800.00 Rp 6,697,600.00
Sub Total Rp 19,531,200.00 Rp 21,008,000.00
2. Peralatan penunjang
Material
Justifikasi Harga Harga Peralatan Penunjang (Rupiah)
Kuantitas
Pemakaian Satuan Tahun 1 Tahun 2
1. Buku Referensi 10 Rp 70,000.00 Rp 700,000.00 Rp 700,000.00
2. Foto copy dokumen 565 Rp 250.00 Rp 141,250.00 Rp 141,250.00
3. Tape recorder 1 Rp 450,000.00 Rp 450,000.00 Rp 450,000.00
4. Kaset rekaman dan baterai 10 Rp 20,000.00 Rp 200,000.00 Rp 200,000.00
5. FGD Transportasi & konsumsi 3 Rp 2,500,000.00 Rp 7,500,000.00 Rp 7,500,000.00
para peserta FGD,alat-alat
pendukung, seperti; note
book, dan camera digital
Sub Total Rp 8,991,250.00 Rp 8,991,250.00
3. Bahan Habis Pakai
Justifikasi Harga Harga Peralatan Penunjang (Rupiah)
Material Kuantitas
Pemakaian Satuan Tahun 1 Tahun 2
1. Buah tangan untuk informan 15 Rp 500,000.00 Rp 7,500,000.00 Rp 7,500,000.00
2. Voucher HP Menghubungi informan 10 Rp 50,000.00 Rp 500,000.00 Rp 500,000.00
3. Kertas HVS 6 Rp 30,000.00 Rp 180,000.00 Rp 180,000.00
4. Tinta komputer 6 Rp 50,000.00 Rp 300,000.00 Rp 300,000.00
Sub Total Rp 8,980,000.00 Rp 8,980,000.00
4. Perjalanan
Harga Biaya per Tahun (Rupiah)
Material Justifikasi Perjalanan Kuantitas
Satuan Tahun 1 Tahun 2
1. Transportasi lokal Observasi, wawancara 3 peneliti Rp 500,000.00 Rp 1,500,000.00 Rp 1,500,000.00
2. Perjalanan LSMWE-JKT
(PP) Progress report 1 paket Rp 4,500,000.00 Rp 4,500,000.00 Rp 4,500,000.00
3. Penginapan Progress report 3 malam Rp 2,000,000.00 Rp 2,000,000.00 Rp 2,000,000.00
4. Lumpsum peneliti Progress report 3x3 Rp 1.000,000.00 Rp 3,000,000.00 Rp 3,000,000.00
Sub Total Rp 11,000,000.00 Rp 11,000,000.00
5. Lain-lain
Harga Biaya per Tahun (Rupiah)
Material Justifikasi Kuantitas
Satuan Tahun 1 Tahun 2
33

1. Administrasi Ijin, surat menyurat, survei 1 paket Rp 2,000,000.00 Rp 2,000,000.00 Rp 2,000,000.00


2. Seminar Ijin, surat menyurat, 1 paket Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00
akomodasi dan konsumsi
peserta seminar
3. Publikasi Ijin, biaya publikasi 1 paket Rp 5,000,000.00 Rp 5,000,000.00 Rp 5,000,000.00
4. Laporan penelitian Penggandaan laporan 1 paket Rp 2,000,000.00 Rp 2,000,000.00 Rp 2,000,000.00
Sub Total Rp 19,000,000.00 Rp 19,000,000.00

TOTAL ANGGARAN SETIAP TAHUN Rp 67,500,000.00 Rp 68,979,250.00

TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN SELURUH TAHUN Rp 136,479,250.00


34

Lampiran 2.

Dukungan Sarana dan Prasarana Penelitian

Universitas Malikussaleh memiliki sarana dan pra sarana yang memadai untuk
mendukung penelitian ini, yaitu :

1. Fasilitas Internet.
Dengan adanya internet, peneliti terbantu untuk bisa mengeksplor lebih jauh
fenomena gerakan-gerakan kolektif komunitas dalam melawan gembong narkoba

dan peredarannya baik di Ujoeng Pacu sendiri maupun ditempat lain. Fasilitas ini
juga memudahkan peneliti dalam berkomunikasi dengan para informan ahli dan
pihak yang terkait lainnya. Secara financial, internet ini juga membantu peneliti
dalam menghemat anggaran, utamanya terkait dengan informasi yang peneliti

unggah ditanggung oleh tempat peneliti bernaung, yaitu Universitas


Malikussaleh.
2. Perpustakaan
Untuk memperkaya referensi Universitas Malikussaleh memiliki perpustakaan
yang representatif. Ada dua perpustakaan yang dapat dimanfaatkan pertama
perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan kedua perpustakaan
pusat Universitas. Kedua perpustakaan ini memiliki referensi aktual mengenai
kajian-kajian sosiologi gerakan sosial yang secara signifikan membantu
pengayaan perspektif teoritik dan analisis
3. Ruang Seminar
Universitas Malikussaleh memiliki ruang-ruang besar (gedung pertemuan
ilmiah) yang dapat menampung hingga dengan 700 orang peserta. Hal ini bisa
peneliti gunakan untuk kegiatan seminar hasil dari penelitian ini.
4. Ruang Focus Group Discussion
Dalam melaksanakan FGD, tempat juga bagian yang penting. Ruangan yang
nyaman, tidak bising membuat para peserta FGD menjadi lebih fokus untuk
menyuarakan pendapat dan pandangannya sehubungan dengan permasalahan
penelitian. Universitas Malikussaleh memberikan fasilitas tersebut bagi
lingkungan internal yang mempunyai kepentingan akademik.
35

Lampiran 3.

Susunan Organisasi Tim Peneliti/Pelaksana dan Pembagian Tugas

Alokasi
No Nama/NIDN Instansi Asal Bidang Ilmu Waktu Uraian Tugas
(jam/minggu)

1 Dr. Nirzalin, M.Si FISIP- Sosiologi 8 Mengadakan


(0014057704) UNIMAL Politik dan observasi,
Pembangunan wawancara,
memandu FGD,
menganalisis
informasi yang
ditemukan di
lapangan.

2 Dr. Faisal, S.Ag., S.H., Fakultas Hukum 6 Mengadakan


M.Hum Hukum Ekonomi wawancara,
( 0018087403) Unimal Syariah mencari data
sekunder,
membantu
memandu FGD,
mendokumentasi
kan informasi
hasil penelitian,
mengurus
perijinan dan
administrasi serta
hal-hal tekhnis
lainnya.

3 Fakhrurrazi, S.H.I., M.Si FISIP- Ketahanan 6 Melakukan


(0016067705) UNIMAL Nasional observasi,
(Perdamaian wawancara,
dan Resolusi mencari data
Konflik) sekunder,
membantu
menganalisis
informasi yang
ditemukan di
lapangan.
36

Lampiran 4.

Biodata Ketua Peneliti


A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Dr. Nirzalin, M.Si


2 Jenis Kelamin Laki-Laki
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
4 Jabatan Struktural Ketua Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh
5 NIP 197705142003121001
6 NIDN 0014057704
7 Tempat dan Tanggal Lahir Cadek, 14 Mei 1977
8 Email nirzalinarmia@yahoo.co.id
9 Nomor Telp/HP 08126978860
10 Alamat Kantor Kampus Bukit Indah Jalan Sumatera, Blang Pulo
Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe
10 Lulusan yang telah dihasilkan S1= 70 orang, S2= - orang, S3= - orang
11 Mata kuliah yang Diampu 1. Sosiologi Politik
2. Sosiologi Pembangunan
4. Teori Sosiologi Klasik
5. Teori Sosiologi Kritis dan Postmodernisme
6. Metodologi Penelitian Kualitatif
7. Filsafat Ilmu

B. Riwayat Pendidikan.

S1 S2 S3

Nama Perguruan IAIN Sunan Universitas Gadjah Universitas Gadjah


Tinggi Kalijaga Yogyakarta Mada Yogyakarta Mada Yogyakarta
Bidang Ilmu Aqidah Filsafat Sosiologi Sosiologi
Tahun Masuk-Lulus 1996-2000 2001-2003 2006-2011

Judul Gagasan Masyarakat Pergeseran Krisis Agensi Politik


Skripsi/Tesis/Disertasi Madani di Indonesia Kekuasaan Ulama di Teungku Dayah di
(Studi Terhadap Aceh Aceh
Pemikiran Predikat : Cumlaude Predikat : Cumlaude
Nurkholish Madjid
Dari Tahun 1996
Sampai Pertengahan
Tahun 2000)
Predikat : Cumlaude
Nama Pembimbing Drs. M. Fahmi, Dr. Tadjuddin Noer Prof. Dr. Tadjuddin
M.Hum Effendi Noer Effendi
37

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian
Sumber Jml (juta Rp)
1 2012 Baseline Survey Kemiskinan di Kota Pemerintah Kota 30000000,-
Lhokseumawe Lhokseumawe
2 2013 Understanding Vulnerability Post Indonesia 150000000,-
Tsunami and Conflict in Aceh Project – ANU
3 2014 Model Deradikalisasi Aksi Massa Hibah Penelitian 63000000
Keagamaan (Studi Kasus Kekerasan Fundamental
Massa Terhadap kelompok Keagamaan Dikti
Yang Dianggap Berpaham Sesat di
Plimbang Bireun Propinsi Aceh)
4 2015 Model Pemberdayaan Sosial Ekonomi Skema MP3EI 1890000000
Mantan Kombatan Gerakan Aceh Kementerian
Merdeka Pasca Konflik Riset Teknologi
(Studi Pada Koperasi Kelapa Sawit Dan Pendidikan
Bumoe Tari Tinggi Republik
Sagoe Teungku Chiek Di Moen Indonesia
Lhoek Simpang Keuramat
Kabupaten Aceh Utara)

5 2016 Petani dan Produktivitas (Studi Skema 50000000


Tentang Sistim Produksi dan Fundamental
Hubungan Kekuasaan petani) Kementerian
Riset Teknologi
Dan Pendidikan
Tinggi Republik
Indonesia
D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

Judul Pengabdian Kepada Pendanaan


No Tahun
Masyarakat Sumber Jml (Juta Rp)
1 2012 Tenaga Ahli Dewan Perwakilan Rakyat Pemerintah 50000000
Kabupaten (DPRK) Aceh Utara Untuk Kabupaten Aceh
Evaluasi LKPJ Bupati Aceh Utara Utara
Periode 2006-2011
2 2013 Tenaga Ahli Badan Perencanaan Pemerintah Kota 50000000
Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Lhokseumawe
Lhokseumawe Untuk Penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Kota Lhokseumawe
3 2014 Usaha Pembibitan dan Penggemukan Hibah Program 100000000
Kambing Produk Unggul Ipteks Bagi
Kewirausahaan
(IBK) Dikti
5 2015 Tim Penyusun Revisi Qanun Nomor. Pemerintah 50000000
12 Tentang Pemilihan Kepala Daerah Propinsi Aceh
Aceh
38

E. Publikasi Artikel Ilmiah dalam jurnal 5 Tahun Terakhir

Volume/Nomor/
No Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Tahun
1 Islam dan Orang Aceh (Menelisik At-Tafkir, STAIN 2010
Pertautan Agama dan Identitas) Zawiyah Cot Kala Langsa.
ISSN: 1979-9357
2 Demokrasi Etik Untuk Aceh Suwa FISIP Unimal 2011
ISSN: 1693-8569
3 Revitalisasi Teungku Dayah Media Syariah, Fakultas 2012
Sebagai Kekuatan Civil Society di Syari’ah IAIN Ar-Raniry
Aceh Banda Aceh
ISSN: 1411-2353
4 Islamic Shari’a Politics And Jurnal Ilmu Pemerintahan 2012
Teungku Dayah’s Political FISIPOL Universitas
Authority Crisis in Aceh Muhammadiyah
Yogyakarta
ISSN: 1907-8374
5 Konsep dan Hirarkhi Teungku di Jurnal Pasai, LPPM 2013
Aceh Universitas Malikussaleh
Lhokseumawe
ISSN: 1979-1755
6 Mendamaikan Aktor dan Struktur Jurnal Sosiologi 2013
Dalam Analisis Sosial Perspektif Universitas Syiah Kuala.
Teori Strukturasi Antony Giddens ISSN 2252-5254
7 Formalisasi Syari’at Islam dan Jurnal Komunitas 2014
Dominasi Negara Terhadap Elite Universitas Negeri
Agama Islam Tradisional Semarang. ISSN 2086-
5465

8 Teungku Dayah dan Kekuasaan Jurnal Substantia April 2014


Panoptik Universitas Islam Negeri
Ar-Raniry Banda Aceh.
ISSN: 1411-4976
9 Kekerasan Atas Nama Aliran Jurnal Substantia April 2015
Sesat: Studi Tentang Mobilisasi Universitas Islam Negeri
Isu Sesat Dalam Kontestasi Elite Ar-Raniry Banda Aceh.
Gampoeng ISSN: 1411-4976
F. Pemakalah Seminar dan Workshop Ilmiah

Nama Pertemuan Ilmiah/ Waktu dan


No Judul Artikel Ilmiah
Seminar Tempat
1 Seminar Sehari, Ulama dan Politik Syari’at Islam 9 Juli 2011, Aula
Membangun Budaya Kritis di Aceh Balee Gadeung
Aceh dalam Perspektif, Yogyakarta
Penyelengara Himpunan
Mahasiswa Pascasarjana
Aceh Yogyakarta

2 Seminar Sehari “Elite Krisis Agensi Politik Ulama di 1 Desember 2011,


39

Agama Lokal dan Politik Aceh Gedung Asrama


Pasca Damai Aceh”, Haji Banda Aceh
Penyelenggara Pusat Studi
Agama dan Filsafat IAIN
Ar-Raniry Banda Aceh
3 Seminar Sehari, “Etika Etika Dalam Praktik Demokrasi 4 Maret 2012, Aula
Politik di Indonesia”, LSM Sepakat
Penyelenggara Sekolah Lhokseumawe
Demokrasi Aceh Utara
4 Seminar Sehari Reinventing Nasionalisme 22 September
“Revitalisasi Nilai-Nilai Keindonesiaan 2012, Aula Nuvata
Pancasila Bagi Pemuda Café Banda Aceh
Aceh”. Penyelenggara
Lipmaga Aceh
5 Seminar Sehari Strategi Sosialisasi Pemilu Efektif Upaya 10 Oktober 2012,
Sosialisasi Pemilu di Meretas Jalan Bagi Demokrasi Aula Harun Square
Subtantif di
Lhokseumawe, Indonesia Lhokseumawe
Penyelenggara Komisi
Independen Pemilu (KIP)
Kota Lhokseumawe
6 Seminar Nasional, SDA dan Memakmurkan Aceh Melalui 4 April 2013, Aula
Kesejahteraan Bagi Kekayaan Sumberdaya Alam dan FKIP Unsyiah
Indonesia, Penyelenggara Sumberdaya Manusianya Banda Aceh
BEM FKIP Universitas
Syiah Kuala
7 Workshop Metodologi Mengeksplorasi Metodologi 3 September 2014,
Penelitia
Penelitian Bagi Dosen n Kualitatif Sebagai Sekolah Tinggi
Metode memahami Masyarakat Ilmu Administrasi
Nasional
8 Pelatihan Metodologi Piere Bourdie: Positivisme 18 MEI 2015,
Penelitian Sosial- Generatif IAIN Zawiyah Cot
Keagamaan Kala LANGSA
9 INTERMEDIATE Jalan Terjal Mewujudkan 23 Februari 2015,
TRAINING TINGKAT Masyarakat Madani di Indonesia Aula Sekolah
NASIONAL HIMPUNAN Sukma Bangsa
MAHASISWA ISLAM Lhokseumawe
10 Pelatihan Demokrasi Demokrasi: Arkeologi Geneologis 14 Mei 2015,
dan Filosofis Sekolah Demokrasi
Aceh Utara, Aula
Nadya Foundation
11 Konferensi Internasional Political Cult 29-30 Juli 2015
(Studies Issues Mobilization Universitas
Heresy and State Failure to Serambi Mekkah
Prevent Conflict In the Name of Banda Aceh
Religion in Plimbang Bireuen
Aceh )
40
41

Biodata Anggota Peneliti 1


A. Identitas Diri

1. Nama Dr. Faisal, S.Ag., S.H., M.Hum


2. Jabatan fungsional Lektor
3. Jabatan struktural Penata Tk. I/III/d
4. NIP 197408182005011001
5. NIDN 0018087403
6. Tempat dan tanggal lahir Lamtuba, 18 Agustus1974
7. Alamat rumah Jln. Studi Fond, Lrg. Mutiara, No. 2 KutaAlam,
Banda Aceh.
9. Telpon 081360172004
10. Alamat kantor FakultasHukumUniversitas Malikussaleh,
Komplek Bukit Indah,Kec. Muara satu,
Lhokseumawe-Aceh
11 Nomor telepon/fax -
.
12. E-mail faichal_fh@yahoo.co.id
1. Hukum Ekonomi Islam

2. Hukum Perbankan
3. Hukum Pembiayaan Perusahaan
13. Mata kuliah yang diampu
4. Hukum Islam
5. Peradilan Islam
6. HukumPerkawinan

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-1 S2 S-3


Nama Universitas Islam Universitas Universitas Universitas
Perguruan NegeriAr-Raniry Islam Malang Brawijaya Gadjah Mada
Tinggi Darussalam
Banda Aceh
Bidang Ilmu Peradilan Islam Hukum Perdata Hukum Ekonomi Hukum Islam
Tahun 1993-1999 2001-2004 2001-2004 2007-2013
Judul Riset Perkawinan Dual Banking Eksistensi Perlindungan
Wanita Hamil Di System Yuridis Prinsip- Hukum Bagi
Lua rNikah Perbankan Prinsip Bank Syariah
Syariah dalam Perbankan danNasabah
SistemHukum Syariah di Dalam
Perbankan Indonesia Pembiayaan
Nasional Murabahah
Nama Prof. Dr. H. Ana Prof. Dr. H. Prof. Dr. Abdul
Pembimbing A.Hamid Sarong, Rakhmatussa’dy Dewi Astutty Ghofur Anshori,
S.H. ah, SH., M.H Mochtar, S.H., M.H.
42

S.H.,MS.

C. Pengalaman Riset
No. Tahu Judul Penelitian Pendanaan
n Sumber Jlh (JutaRp)
1 2006 Peran Lembaga Pembiayaan Syariahdalam Forum HEDS 10.000.000,-
Pengembangan Potensi Masyarakat Aceh
Pasca Gempa dan Gelombang Tsunami
(Penelitian Kualitatif Pada Lembaga
Pembiayaan Syariah dan masyarakat korban
gempa dan gelombang tsunami di Kabupaten
Aceh Utara)
2 2006 Zakat dan Pemberdayaan Ekonomi Forum HEDS 10.000.000,-
Masyarakat Kota Lhokseumawe

3 2007 Peranan Kepala Persekutuan Masyarakat BRR 30.000.000,-


Hukum Adat dalam Menggali dan Aceh-Nias
Mengembagkan Potensi Sumber Daya Alam
di Kabupaten Aceh Utara.

4 2007 Persepsi Masyarakat Terhadap Hukum DP2M 10.000.000,-


Cambuk dalam Rangka Penerapan Syariat DIKTI
Islam (StudiKasus Kota Lhokseumawe)
5 2014 Penerapan Murabahah dan Kaitannya dengan DP2M 30.000.000,-
Perwuju dan Kemanfaatan Hukum bagi Para DIKTI
Pihak dalam Praktik Perbankan Syariah di
Indonesia

D. Pengabdian Kepada Masyarakat

No. Tahu Judul Penelitian Pendanaan


n Sumber Jlh (JutaRp)
1 2005 Penelusuran Kepemilikan Intelektual APBA 5.000.000,-
Tradisional dan Bantuan Pendaftaran Hakatas
Kekayaan Intelektual (Penyuluhan dan
Bantuan Pendaftaran HaKI bagi Pengusaha
Kecil dan Menengah di Wilayah Kota
Lhokseumawe)
2 2006 Peralihan Hakatas Tanah Setelah Berlakunya APBA 5.000.000,-
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah (Penyuluhan
Hukum Terhadap Masyarakat di Kecamatan
Blang Mangat Kota Lhokseumawe)
3 2006 Bakti Sosial Program Peningkatan Partisipasi MANDIRI -
Mahasiswa & Masyaraka tDalam Penguatan
Lembaga SosialPada Panti Asuhan Baitul
Yatama Gampoeng Peunayan Kec. Nisam
4 2012 Penyuluhan Narkotika dan Obat Berbahaya MANDIRI -
43

(NARKOBA) padaSiswa-Siswi Madrasah


Aliyah Negeri Gandapura –KabupatenBireuen
5 2013 Kenakalan Remaja dan Dampaka Terhadap MANDIRI -
Masyarakat di SMK Negeri 1 Dewantara
6 2014 Membumikan Ekonomi Syariah di Panti Asuhan MANDIRI -
Mistahul Jannah

E. Jurnal dan Proceeding


Volume/ Nama
No. Judul Artikel Ilmiah Jurnal/Proceeding/Pe
Nomor nerbit
1 Hubungan Hukumantara Bank danNasabah Vol. 13/No. Jurnal YUSTIKA
Peminjam Dana Berdasarkan Prinsip Qardh 1/Juli 2010 Fakultas Hukum
dalam Operasional Bank Syariah di Universitas Surabaya
Indonesia.
2 Restrukturisasi Pembiayaan Murabahah Vol. 11/No. Jurnal DINAMIKA
dalam Mendukung Manajemen Risiko 3/September HUKUM Fakultas
sebagai Implementasi Prudential Principle 2011 Hukum Universitas
pada Bank Syariah di Indonesia. Jenderal Sudirman
3 Prinsip Kehati-hatian Bank Syariah dalam Edisi Khusus/ Jurnal MIMBAR
Pengalihan Pengadaan Barang Murabahah November 2012 HUKUM Fakultas
Kepada Pihak Ketiga. Hukum
UniversitasGadjahM
ada
4 Aplikasi Pembiayaan Qardh dan Kaitannya Vol. I/No. 2/ Jurnal NANGGROE
Dengan Kesejahteraan Sosial Dalam Sistem April 2013 Fakultas Hukum
Ketatanegaraan bagi Pencapaian Tujuan Universitas
Perbankan Syariah. Malikussaleh
5 Metode Anuitas dan Proporsional Vol. 26/ No. 3/ Jurnal MIMBAR
Murabahah sebagai Bentuk Transparansi Oktober, 2014 HUKUM Fakultas
dan Publikasi Laporan Bank Hukum Universitas
Gadjah Mada
6 Penerapan Murabahah dan Kaitannya Vol. II/No. 2/ Jurnal REUSAM
dengan Perwujudan Kemanfaatan Hukum Nopember 2014 Fakultas Hukum
Bagi Bank SyariahdanNasabah Universitas
Malikussaleh
7 Prinsip-Prinsip Perjanjian Muamalat dalam Vol. IV/No. 1 Jurnal REUSAM
Hukum Perbankan Syariah di Indonesia /Mei 2015 Fakultas Hukum
Universitas
Malikussaleh

F. Seminar/Simposium/Konferensi

No. Nama Seminar Penyelenggara Waktu


1 Seminar “Penelitian Bagian Hukum dan Masyarakat 2008
dalam Perspektif Socio- Fakultas Hukum Universitas
44

Legal Dipenogoro dengan HuMa

2 Seminar “Peran Pusat Pendidikan dan Studi 1 April 2009


Mahkamah Konstitusi Kebanksentralan Bank Indonesia
dalam Mewujudkan dengan Mahkamah Konstitusi
Pemilu yang Demokratis Republik Indonesia
dan Peran Bank
Indonesia dalam
Perekonomian di
Indonesia”
3 Pelatihan “The Short SBTC dengan Bank Indonesia, 7 Desember 2009
Course on Sharia Bank Muamalat, BNI Syariah, Bank
Banking” Syariah Mandiri, BRI Syariah, dan
BTN Syariah Yogyakarta

4 Seminar “Evaluasi 17 Syariah Economics Forum dengan 13 Desember 2009


Tahun Ekonomi Islam di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Indonesia” Universitas Gadjah Mada,
5 Pelatihan “Sharia Muamalat Institut Jakarta 9-10 April 2011
Accounting and Audit
Training”.
6 Workshop “Syariah Moslem Law Fair 2012, KMFH 14-15 Desember
Contract Drafting”. UGM dengan Karimsyah Law Firm 2012
G. Buku

No. Buku Tahun Hal Penerbit


1 Perbankan Syariah di 2008 110 Hal Yayasan Pena
Indonesia Banda Aceh
2 Merajut Aceh dariJogja: 2009 311Hlm HIMPASAY dan
Kompilasi Pemikiran NuhaLitera
Intelektual Muda Aceh Yogyakarta
Yogyakarta (Editor)
3 “Hukum danPemberdayaan 2012 318Hlm IRCiSoD
Zakat” dalam Wajah Nanggroe Yogyakarta
Endatu: Percikan Pemikiran
Intelektual Aceh-Yogya.
4 Perceraian TidakTercatat; 2015 100 Hlm CV. BieNa Edukasi
Penulis Pendamping

Lhokseumawe, 05 Mei 2016

Anggota Pengusul.

(Dr. Faisal, S.Ag., S.H., M.Hum.)


45

Biodata Anggota Peneliti 2

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap Fakhrurrazi. S.H.I., M.Si


2. Jenis Kelamin Laki-laki
3. Jabatan Fungsional Lektor
4. NIP 197706162008121003
5. NIDN 0016067705
6. Tempat dan Reuleut Timu, 16-06-1977
Tanggal Lahir
7. Email razi_ugm@yahoo.co.id
8. No. Telepon/HP 085260176513
9. Alamat Kantor Kampus Bukit Indah Jalan Sumatera, Blang Pulo Kecamatan
Muara Satu, Lhokseumawe Kode Pos- 24355 – PO BOX: 141
10. Nomor Telp/faks. 0645 – 57320/44450
11. Lulusan yang telah S-1 = - orang; S-2 = - orang; S-3 = - orang
dihasilkan
1. Sosiologi Konflik dan Rekonsiliasi
Matakuliah yang
12. 2. Ilmu Sosial Budaya Dasar
diampu
3. Pendidikan Kewarganegaraan

B. Riwayat Pendidikan
S1 S2 S3
Nama Pergururan UIN Ar-Raniry Universitas Gadjah
Tinggi Banda Aceh Mada
Bidang Ilmu Perbandingan Ketahan Nasional
Mazhab dan
Hukum
Tahun Masuk- 1996-2005 2006-2007
Lulus
Judul Konsep Barang Peran Badan
Skripsi/Tesis/ Dalam Tindak Reintegrasi Damai
Disertasi Pidana Pencurian Aceh (BRDA) Dalam
Barang dalam Proses Disarmament,
Hukum Islam Demobilitation, Dan
Reintegrasi (DDR) Di
Aceh Pasca Perjanjian
Helsinki 2005
Nama Prof. Dr. Syahrial Dr. Nanang Pamuji
Pembimbing/ Drs. Samir Fuadi, Mugasejati
Promotor
46

B. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir


Sumber
No. Tahun Judul Pengabdian
Pendanaan
1. 2011 Penyuluhan Bahaya Narkoba Untuk Siswa MAN Mandiri
Gandapura Kab Bireuen.
2 2012 Penyuluhan Kenakalan Remaja Pada Siswa SMK N 2 Mandiri
Dewantara Kab Aceh Utara.
3 2013 Penyuluhan Internet Sehat dan Aman Pada Siswa SMP N 2 Mandiri
Nisam Antara Kab Aceh Utara
4 2014 Penyuluhan Membumikan Keuangan Islam dalam Mandiri
Kehidupan Sehari-hari, pada Pasantren anak yatim Al-Iklas
Tambon Tunong Kec Dewantara Aceh Utara.
5 2014 Ketua Pelatihan Pemeliharaan Ikan Lele IBK-Simlitabmas
Dikti
6 2014 Pelatihan Pemeliharaan Kambing Yang Sehat IBK-Simlitabmas
Dikti
7 2014 Pelatihan Pembuatan Kue Rumoh Aceh IBK-Simlitabmas
Dikti
8 2014 Pelatihan Produksi Garam Dapur. IBK-Simlitabmas
Dikti
9 2015 Pelatihan Pemeliharaan Kambing Yang Sehat dan IBK-Simlitabmas
Menguntungkan Dikti

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis


maupun Disertasi)
No Tahun Judul Penelitian Sumber Pendanaan
1 2016 Model Karakter Nasionalisme Keindonesiaan Mantan Dikti
Pemuda Sparatis GAM di Aceh Utara

D. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 tahun terakhir


No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/
Tahun
1. Peran Badan Reintegrasi Damai Aceh (BRDA) Jurnal komunitas FIS- Vol.4 No 2,
Dalam Proses Disarmament, Demobilitation, UNNES September 2010
Dan Reintegrasi (DDR) Di Aceh Pasca ISSN : 20865465
Perjanjian Helsinki 2005
2. Akulturasi Budaya Aceh dan Arab Dalam Keunduri Jurnal Komunitas FIS- Vol.39 No.2
Moulod. UNNES Desember
2012 ISSN
1412-971X
3. Eksistensi Eks combatan GAM Sebagai Warga JURNAL PASE Vol 6. No 1.Mei
Negara Indonesia. Universitas 2012
Malikussaleh ISSN: 1979-1755;
47
48

Anda mungkin juga menyukai