Anda di halaman 1dari 11

Seorang bayi mengalami kejadian nahas di rumah sakit tempatnya dilahirkan.

Bayi tersebut harus kehilangan nyawa setelah perawat yang membantu kelahirannya menarik kaki sang
bayi terlalu keras hingga menyebabkan kepalanya terputus.

Bayi yang lahir secara sungsang (posisi kaki keluar terlebih dahulu) tersebut dilahirkan di sebuah rumah
sakit di Jodhpur, India pada Jumat (11/1/2019).

2 perawat laki-laki yang terlibat dalam insiden tersebut kemudian menyembunyikan tubuh dari bayi
yang baru dilahirkan itu dan mengirim sang Ibu ke rumah sakit lain.

Tim dokter kemudian menginformasikan temuan ini kepada pihak keluarga yang segera melaporkan
insiden tersebut ke polisi.

Saat ditanyai mengenai tubuh sang bayi oleh polisi, kedua perawat tersebut kemudian menunjukkan
tempat mereka menyembunyikan tubuhnya.

Tak lama setelah kejadian itu, Amrit Lal yang menarik kaki sang bayi terlalu keras ditangkap polisi atas
tuduhan pembunuhan.

Baca Juga : Wow! Petarung Ini Berujar Akan Gampar Kepala Khabib Nurmagomedov

Sementara Jhujhaar Singh yang membantu Amrit Lal menyembunyikan insiden itu saat ini tengah dalam
pencarian polisi setempat.2 perawat ini sebelumnya diskors karena tidak memanggil dokter yang
bertugas saat itu, Dr Nikhil Sharma, untuk membantu persalinan bayi sungsang tersebut.

Sang dokter saat ini juga tengah diskors hingga penyelidikan terhadap kasus ini selesai.

Sementara itu, kondisi sang ibu saat ini dikabarkan telah stabil dan tidak mengalami trauma apapun.
Diduga Ada Kelalaian Dalam Menangani Pasien, Seorang Ibu Rumah Tangga Meninggal Pasca Melahirkan

SidakNews.com 20 Juli 2017 Berita Foto, Padang Sidempuan 498 Views

Almarhum meninggal pasca melahirkan sementara sang bayi selamat,

P.Sidimpuan, sidaknews.com – Diduga lalai dan lambat penanganan cepat terkait emergency
pendarahan pasca melahirkan, hembusan kasih demi sang buah hati oleh seorang ibu Rumah Tangga
istri dari Gunawan Pakpahan,(37), Almarhum Lastiurlan Paskaria Siregar, (38) Warga jalan Teuku Umar
Gang Martabe, Kelurahan Losung Kecamatan psp Selatan Kota Padangsidimpuan berakhir duka.

Seorang Ibu muda meninggal dunia di Unit Gawat Darurat (UGD) di salah satu rumah Sakit Swasta
ternama di kota Padangsidimpuan, Almarhum meninggal dunia usai melahirkan anak ketiganya sekira
Pukul 21:45 WIB, Selasa (18/07/20170 kemarin di Rumah sakit tersebut akibat dugaan pendarahan
hebat menimpa korban.

Dari data sementara yang berhasil dihimpun Sidaknews.com kamis (20/07) berbagai sumber dari pihak
keluarga ketika melayat di rumah duka meninggalnya Ibu rumah tangga tersebut ini kuat ditengarai
akibat dugaan lambatnya penanganan cepat emergency pasien pasca melahirkan oleh pihak medis
Rumah sakit tersebut, akibat dugaan riwayat pendarahan hebat usai melahirkan seorang bayi putri di
ruang persalinan oleh tenaga bidan setempat.

Kepergian Lastiurlan Paskaria Siregar sangat menyayat hati pihak keluarga serta kerabat, ini menjadi
kabar duka yang lagi-lagi menimbulkan pertanyaan demi pertanyaan masyarakat, atas meninggalnya ibu
rumah tersebut ketika melahirkan atas dugaan kelalaian riwayat penanganan tim medis terhadap nyawa
manusia.
Kepada media ini, Kamis (20/2017) Gunawan Pakpahan suami almarhum mengatakan, “Bahwa anaknya
lahir dengan selamat”, namun dia menduga ada Pembiaran dan kelalaian dalam menangani istrinya.
Pendarahan di bekas operasi dari bekas luka operasi.

Pihak keluarga juga mengeluhkan kondisi pasien kepada pihak Rumah Sakit. Akan tetapi seorang
perawat mengatakan “biasa itu” bang ujarnya menirukan Ucapan perawat tersebut.

Gunawan juga menuturkan, bahwa pada saat kondisi istrinya kritis, seorang dokter menekan bagian
dada pasien bermaksud memberikan pertolongan sesuai dengan prosedur tindakan medis. Padahal
istriku menjalani operasi cesar, saat akan melahirkan anak ketiga yang juga diamini oleh JS saudara
pakpahan karena ikuti menyaksikan persalinan dan operasi tersebut dia juga mengatakan sekira pukul
18 :25 WIB istrinya masuk Ruang operasi, sekitar Pukul 20:09WIB istriku keluar dari ruang operasi di
pindahkan ke ruang rawat.

Almarhum disemayangkan di rumah duka di jalan teuku umar gang martabe kelurahan losung kota
Padangsidimpuan. Rabu 19/07/2017.kemarin.

Di kamar rawat pasien mengeluhkan sakit seluruh badan, gunawan kembali menghubungi perawat.
Setelah istrinya mengalami dan merasa sakit yang sangat luar biasa, tak berapa lama lagi istrinya
mengeluhkan lagi sesak nafas, Gunawan kembali memanggil perawat, dengan alasan yang sama
perawat menjawab. Oksigen habis, setelah kondisi korban kritis baru dokter datang. Dalam suasana
kepanikan Gunawan sempat mengamuk kepada perawat dan dokter yang menangani istrinya setelah
korban meninggal, Dokter yang berinisial AWN datang ke kamar 210, dimana istriku dirawat,” imbuhnya.

Sementara itu, Juli Herniatman Zega (Divisi Advokasi Yayasan Burangir) yang dijumpa wartawan ketika
melayat di rumah duka di jalan teuku umar gang Martabe kelurahan Losung kecamatan psp selatan kota
padangsidimpuan menyampaikan turut Berduka cita dan sangat kecewa terhadap kinerja dan pelayanan
di Rumah sakit tersebut, termasuk dalam hal penanganan emergency nyawa Ibu dan anak saat
melahirkan maupun pasca melahirkan. “Sangat menyakitkan mendengar peristiwa yang menimpa nasib
seorang Ibu melahirkan ini.
Lagi-lagi pasien melahirkan menghembuskan nafas teraklhir di UGD atas ketidakberdayaannya pasca
melahirkan akibat dugaan pendarahan hebat. Apakah ini adalah ajal ataukah kelalaian, kami minta Tim
Medis dirumah sakit tersebut menjelaskan kronologis penangananya Kepihak keluarga karena pihak
keluarga pasien merasa curiga ada keganjilan dan kelalaian dalam proses persalinan yang ditangani
pihak rumah sakit.imbuh. (
MUNGKID, KABARMAGELANG.com__Polres Magelang tengah melengkapi berkas perkara kasus aborsi
yang melibatkan bidan Mus (44), warga Tempuran bersama perawat NU (27), dan J (53) serta pacar
korban B (43). Keempat tersangka tersebut saat ini ditahan di Mapolres Magelang sambil menunggu
proses selanjutnya, karenan dinyatakan terbukti melakukan aborsi dengan korban Riyati, warga Desa
Sukorejo, Tegalrejo februari 2016 lalu.

Kasat Reskrim Polres Magelang, AKP Rendy Wicaksana, didampingi Kanit PPA, Aiptu Isti Wulandari,
menegaskan pihaknya dalam waktu dekat akan melimpahkan berkasnya ke Kejaksaan Negeri Mungkid.

"Dalam waktu dekat, akan kita limpahkan ke Kejaksaan Negeri Mungkid," katanya Saat gelar perkara,
Jumat (28/10).

Dia menyebutkan, dari hasil penyelidikan, proses aborsi yang terjadi 27 Februari 2016 lalu merupakan
permintaan korban sendiri.

"Tersangka B yang juga pacar korban mengaku sempat melarang keinginan korban karena dia bersedia
bertanggung jawab," ungkap Rendy.

Karena korban bersikeras, akhirnya aborsi tersebut tetap berlanjut melalui perantara J (53) yang
berprofesi sebagai pedagang, warga Tegalrejo. Saat itu, J menyampaikan permintaan korban tersebut
kepada perawat NU (27) yang kemudian diteruskan ke bidan Mus.

"Bidan Mus menyanggupi dan disepakati bahwa biaya yang harus dibayar untuk aborsi sebesar RP3 juta.
Meliputi biaya aborsi Rp2.500.000 dan uang jasa J Rp500 ribu," ungkap Kasatreskrim.

Setelah korban dan B sepakat, mereka kemudian mendatangi tempat praktek bidan Mus di Klinik Fajar
Pratama Mertoyudan, Sabtu (27/2/2016). Korban diberikan 3 butir obat cytotek yang dimasukkan ke
dalam alat kelaminnya.
"Selain itu, korban juga diberikan 10 butir obat oleh tersangka NU untuk diminum 3 kali sehari masing-
masing 1 butir," jelasnya.

Malam harinya, korban memberitahu tersangka Mus dan NU melalui pesan singkat bahwa janin dalam
perutnya sudah keluar namun ari-arinya masih tertinggal. Korban kemudian mengeluarkan sendiri ari-ari
tersebut dengan menariknya. Tersangka NU kemudian menyarankan korban pergi ke Rumah Sakit untuk
penanganan medis. Dini hari, sekitar pukul 03.00 WIB, korban akhirnya diantar tersangka B ke praktek
dokter H.

"Karena kondisi korban semakin melemah dan kehabisan darah, akhirnya dirujuk ke RSUD Tidar
Magelang namun disarankan ke RS Budi Rahayu. Saat diperiksa di rumah sakit bersalin tersebut,
ternyata korban sudah meninggal dunia," urainya.

Pihak keluarga sempat curiga akan kematian korban dan melaporkan hal tersebut ke Polres Magelang.
Petugas bahkan sempat melakukan pembongkaran makam korban pada 19 Juli lalu untuk mencari bukti
dugaan praktek aborsi ilegal.

"Dari hasil otopsi jenazah korban, diketahui ada indikasi upaya aborsi menggunakan obat dengan dosis
tertentu sehingga mengakibatkan korban meninggal dunia," terangnya.

Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Magelang, Isti Wulandari menambahkan,
beberapa barang bukti yang diamankan diantaranya sebuah bet, slimut, dan dua Hp. Tersangka akan
dijerat pasal 194 UURI nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan atau pasal 348 KUHP.

"Ancaman hukuman yang diberikan yakni penjara paling lama 10 tahun dan denda maksimal Rp1 miliar,"
tegasnya.(zis)
Pamekasan - Seorang pasien bernama Amyani (66) jatuh dari ranjang hingga tangan kirinya patah.
Korban asal Desa Poto\\\'an Daya, Pamekasan, Madura ini dirawat di RSUD Pamekasan.

Diduga jatuhnya pasien yang akan menjalani operasi payudara itu karena ketelodaran perawat. Kini,
nenek 5 orang cucu itu terbaring lemah dengan lengan kiri digip.

Kini Amyani terpaksa menunggu lebih lama untuk menjalani operasi, lantaran

harus menunggu lengannya yang patah itu sembuh.

\\\"Karena keteledoran perawat, kami sekeluarga harus mengeluarkan biaya lebih besar,\\\" sambat
Dedy, putra bungsu Amyani, yang ditemui di RSUD Pamekasan saat menunggu Amyani di Ruang 3A Zal
D, Selasa (19\/7\/2011).

Musibah yang menimpa Amyani itu berawal dari perintah seorang oknum perawat yang meminta
Amyani pindah ranjang karena akan dibersihkan. Usai menyuruh pindah, sang perawat keluar ruangan.

Sepeninggal sang perawat, Amyani yang kondisinya fisiknya lemah berusaha turun ranjang untuk
pindah. Sedetik kemudian, tubuh Amyani terjatuh dan lengan kirinya patah.

Sekitar 10 menit tubuh Amyani tergolek di lantai Ruang 3A, yang memang hanya terisi 5 pasien tanpa
seorang pun pengunjung, \\\"Saat ibu terjatuh, seluruh pengunjung ada di luar ruangan karena akan ada
visite dokter,\\\" sambung Dedi.

Secara terpisah, Direktur RSUD Pamekasan dr Iri Agus Zubairi membenarkan adanya pasien alami lengan
patah karena terjatuh dari ranjang. Pihaknya telah menegur sang perawat.

\\\"Saya akui ada beberapa perawat yang masih kurang profesional dalam melayani pasien. Itu
sebabnya, saya terus melakukan pembinaan ke dalam,\\\" pungkas dr Iri yang juga pemilik RS Larasati.
Perawat atau dokter seharusnya lebih mengedepankan kepentingan pasiennya. Apalagi jika pasiennnya
sudah dalam kondisi kritis. Hal ini merupakan tugas seorang perawat atau dokter untuk cepat dan
tanggap dalam menangani pasien.

Namun, hal berbeda justru terjadi pada salah seorang oknum perawat di salah satu rumah sakit yang
cukup besar. Tindakannya pun dinilai sama sekali tidak profesional dan dapat membahayakan pasien.

Sontak, banyak warganet yang membahas berita tersebut hingga akhirnya menjadi viral dimana-mana.

Bagaimana kisahnya?

Video seorang perawat asyik bertelepon saat pasien yang ditangani tengah kesakitan viral di facebook.

Video ini diposting di akun facebook Maria Manalu, Senin (6/11/2017).

Dalam postingan ini disebutkan peristiwa ini terjadi di RSU Grand Medistra Lubukpakam.

Diperkirakan video ini diambil keluarga pasien yang menyaksikan langsung tindak tak terpuji di perawat.

Terlihat si perawat ini akan memasang infus pada pasien bayi yang tengah mengerang kesakitan.

Sambil bertelepon, si perawat mencari pembuluh darah vena di kaki si bayi.

Entah karena sedang asyik bertelepon, pembuluh dara vena yang akan ditusukkan jarum infus tidak
ditemukan.
Akhirnya rekannya yang memasangkan infus.

”Begini lah cara kerja perawat perawat rumah sakit grand medistra lubuk pakam.uda gk bs masag infus
tlponan lg sambil bekerja.apa lagi pasienya anak usia 18 bulan.

Boha ma songonon (Bagaimana lah ini) .

Hingga Selasa malam, postingan ini sudah 243 ribu kali diputar dan dibagikan 7.537 Kali.

Umumnya komentar yang masuk menghujat dan mengecamn si perawat.

Hingga berita ini ditayangkan sedang diupayakan mendapat konfirmasi dari manajemen RSU Grand
Medistra Lubukpakam.

Upaya konfirmasi yang dilayangkan tribun-medan.com belum berhasil.

Humas RSU Grand Medistra Emra berkali-kali dihubungi via telepon tapi belum direspons.

Gara-gara Perawat Lalai, Bayi Perempuan Tertukar

Selasa, 16 Juni 2015 03:46 WIB


abdul-rahman-dan-istri_20150616_034616.jpg

Pasangan Abdul Rahman (29) dan Risna Yanti (26) saat menjaga bayi mereka yang baru lahir tertukar
karena kelalaian perawat. - Tribun Medan/Jefri Susestio

Laporan Wartawan Tribun Medan, Jefri Susetio

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Rumah Sakit Sufina Azis, Medan Helvetia, mendapat protes keras dari
pasangan Abdul Rahman (29) dan Risna Yanti (26), Senin (15/6/2015). Gara-gara perawatnya lalai, bayi
pasangan ini tertukar dengan bayi milik pasangan Zakaria (29) dan Ainun (31).

"Awalnya saya tidak mengetahui bayi saya tertukar dengan bayi lainnya. Karena saya juga berpikiran
baik-baik saja. Namun, ketika istri Zakaria yang bernama Ainun ingin menyusui, dia melihat gelang bayi
pakai nama istri saya Risna Yanti," kata Rahman di Rumah Sakit Sufina Azis.

Setelah melihat bayi yang akan disusuinya milik orang lain, Ainun segera melapor kepada perawat
rumah sakit yang sedang tugas berjaga. Perawat begitu saja menukar bayi dari gendongan Ainun ke
tempat bayi itu berasal tanpa sepengetahuan Rahman yang sedang tak berada di rumah sakit.

"Memang perawat menukar ulang, tapi saya keberatan karena prosedur penukarannya kurang santun.
Pihak rumah sakit tidak ada yang menemui kami selaku keluarga," tambah Rahman yang masih
memendam kesal.

Istri Rahman melahirkan, Kamis (11/6/2015) sekitar pukul 23.47 WIB. Berat si bayi mencapai 2,8
kilogram. Ciri-cirinya si bayi berkulit putih dan berambut lebat. Bahkan, pihak keluarga memiliki bukti
foto bayi tersebut.
"Bayi perempuan Ibu Ainun kabarnya lahir Jumat (12/6/2015) sore dengan berat 3,7 kilogram. Jadi
tertukarnya bayi ini murni kelalaian perawat yang bertugas," sambungnya.

Pengacara Rumah Sakit Sufina Azis, Edy Sipayung mengatakan, managemen rumah sakit akan
bertanggung jawab menyelesaikan kasus tertukarnya bayi perempuan tersebut. Sehingga, pihak rumah
sakit akan berupaya mengembalikan bayi.

"Kita akan melakukan mediasi dengan kedua belah pihak. Kita juga akan menanyakan kepada perawat
yang bersangkut. Kita belum tahu ini kesalahan dari siapa. Intinya kita akan bertanggungjawab," ungkap
Edy.

Anda mungkin juga menyukai