Anda di halaman 1dari 1

Tanggapan tentang Dilema Heinz

Andaikan hidup berjalan lurus seperti yang kita mau, tentu kenyataan pahit tidak akan menghampiri. Andaikan
hidup memberikan kepastian bahwa kita selalu mempunyai kemampuan dan kewenangan untuk memilah juga
memilih segala sesuatu seperti yang kita ingin atau butuhkan, tentu tak akan muncul dilema dalam kehidupan
kita.

Dilema yang sedang dihadapi Heinz tentu bukan sebuah pilihan, ia adalah sebuah kenyataan ironis. Akan tetapi,
hidup adalah sebuah pilihan. Oleh karena itu, sebenarnya problem dan berbagai dilema yang terjadi adalah
bagian dari konsekuensi kehidupan yang telah kita pilih dan jalani. Artinya, apapun yang ada di depan kita, suka
atu tidak, bahagia atau tidak, mau tidak mau harus kita hadapi dan rasakan sebagai kenyataan hidup. Dan,
dalam rangka memanusiakan diri, maka kita harus berusaha sebaik dan sebijak mungkin dalam menentukan
langkah maupun sikap hidup. Meskipun ternyata tidaklah mudah mengaplikasikan konsep kehidupan yang
dimaksud.

Menurut saya, dilema yang sedang dihadapi Heinz sangat berat. Tentu tidak mudah mencari solusi
alternatif saat kita ada dalam ketersudutan yang simalakama (:bagai makan buah simalakama). Dimakan atau
tidak, sama-sama berisiko. Ketersudutan karena posisi dan waktu yang membatasi seringkali membuat kita
menjadi panik dan akhirnya berada pada jalan buntu yang membuat kita kurang atau tidak tepat dalam membuat
keputusan.

Satu kekuatan dahsyat yang disebutkan di atas (Tuhan), juga tidak menjadi titik balik bagi Heinz. Padahal, Dia
adalah Maha Penentu segalanya. Garis Tuhan mengatakan bahwa kalau kita sudah berusaha dengan maksimal
tetapi keberhasilan belum tercapai, itulah yang namanya takdir Tuhan. Dan, untuk yang satu ini, kita tunduk
terhadap segala yang menjadi kehendak-Nya. Oleh karena itu, mencuri bukanlah sebuah jalan akhir karena itu
bukanlah tindakan bijak, meski ternyata kematian istri Heinz akhirnya menjadi cerita yang memilukan bagi Heinz
dan kita.

Anda mungkin juga menyukai