Anda di halaman 1dari 15

Studi tentang Pelanggaran Merek (Kasus

pada Merek Vans di Indonesia)

Anggota Kelompok:
1. Amalia Nabilah Julita (01031181823044)
2. Dicky Pratama (01031281823059)
3. R. Muhammad Islahuddin A. (01031281823066)
4. Pingkan Kanaya (01031281823087)
5. Fadhlan Fitriali (01031281823090)
6. M. Rafif Dhafirsyah (01031281823105)
7. Armitha Putri Pramadhanty (01031281823106)
8. Fitrah Prayudha Fersa (01031281823108)
9. Jacky Tansil (01031281823111)
Dosen Pengajar : Sri Handayani, S.H, M. Hum
Mata Kuliah : Pengantar Hukum dan Bisnis

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

1
Contents
BAB I LATAR BELAKANG..........................................................................................1
BAB II RUMUSAN MASALAH.....................................................................................5
BAB III TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................6
3.1. Merek.................................................................................................................6
3.2. Syarat dan Tata Cara Permohonan Pendaftaran Merek......................................6
3.2.1. Permohonan................................................................................................6
3.2.2. Pemeriksaan...............................................................................................6
3.2.3. Pengumuman..............................................................................................7
3.3. Peraturan Perundang-undangan Terkait Merek..................................................7
3.3.1. Undang-undang (UU) Merek Republik Indonesia......................................7
3.3.2. Peraturan Pemerintah (PP) Bidang Merek..................................................7
3.3.3. Peraturan Menteri (Permen) Bidang Merek................................................8
3.3.4. Keputusan Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual Bidang Merek............8
3.4. Vans...................................................................................................................8
3.4.1. Sejarah Perusahaan Vans............................................................................8
3.4.2. Perkembangan Vans di Indonesia.............................................................10
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................................11
4.1. Alasan Sepatu Vans Marak Diduplikasi...........................................................11
4.2. Dampak dari Kegiatan Penduplikasian Vans....................................................11
4.2.1. Dampak Positif.........................................................................................11
4.2.2. Dampak Negatif.......................................................................................12
4.3. Cara Mengurangi Kegiatan Penduplikasian Vans.............................................12
BAB V KESIMPULAN..................................................................................................14
Daftar Pustaka...............................................................................................................15

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 - Perbandingan Vans Asli vs Palsu..................................................................11

3
BAB I LATAR BELAKANG

Di era yang semakin maju dan perkembangan teknologi pesat, yang


memudahkan kegiatan produksi dan ditambah dengan kebutuhan serta gaya hidup
masyarakat yang tidak sesuai dengan sumber daya yang dimiliki masyarakat. Hal
ini menimbulkan maraknya kegiatan-kegiatan duplikasi terhadap produk-produk
yang terkenal dan harganya relatif tinggi. Contoh dari beberapa produk yang
memiliki merek terkenal dan harga yang relatif tinggi yaitu Vans, Nike, Adidas,
Balenciaga, dan lain-lain.

Salah satu kasus yang sering terjadi mengenai pelanggaran merek ialah kasus
bangkrutnya distributor sepatu Vans di Indonesia, yaitu PT Gagan Indonesia.
Bangkrutnya distributor ini disebabkan oleh banyaknya kegiatan penduplikasian
sepatu-sepatu dengan merek ini. Sehingga sepatu-sepatu Vans original mengalami
penurunan omset yang pesat sebagai dampak dari adanya kegiatan penduplikasian
tersebut. Masyarakat yang memiliki keterbatasan sumber daya ekonomi lebih
memilih produk Vans yang tidak asli dibanding produk Vans yang asli, karena
jika ditinjau lebih dalam harga Vans original dan duplikatnya cukup jauh, yakni
dari harga duplikat yang hanya Rp 150.000-200.000 sedangkan produk
originalnya mencapai Rp 900.000-1.000.0001. Oleh karena itu, penulis akan
melakukan pembahasan terhadap kasus ini.

1
Sumber data : www.vanz.com

4
BAB II RUMUSAN MASALAH

2.1. Mengapa kegiatan penduplikasian sepatu Vans marak terjadi?


2.2. Apa dampak dari kegiatan penduplikasian sepatu Vans tersebut?
2.3. Bagaimana cara mengurangi kegiatan penduplikasian sepatu Vans?

5
BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Merek
Menurut Pasal 1 Angka 1 UU No. 15 Tahun 2001, merek adalah tanda yang
berupa gambar, nama, kata, huruf, angka- angka, susunan warna atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang mempunyai unsur pembeda yang
dapat digunakan untuk usaha perdagangan barang atau jasa.

3.2. Syarat dan Tata Cara Permohonan Pendaftaran Merek


Berdasarkan ketentuan UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, syarat dan
tatacara Permohonan Pendaftaran Merek adalah sebagai berikut:
3.2.1. Permohonan
Permohonan pendaftaran merek harus diajukan secara tertulis dalam
bahasa Indonesia kepada Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual,
oleh pemohon atau kuasa, dengan melampirkan bukti pembayaran
biaya pendaftaran merek. Dalam surat permohonan harus
dicantumkan:
3.2.1.1. Tanggal. Bulan, dan tahun.
3.2.1.2. Nama lengkap, kewarganegaraan dan alamat Pemohon.
3.2.1.3. Nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan
mengajukan merek melalui kuasa.
3.2.1.4. Warna-warna, apabila merek yang dimohonkan
pendaftarannya menggunakan unsur-unsur warna.
3.2.1.5. Nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama
kali dalam hal permohonan diajukan dengan hak prioritas.
3.2.2. Pemeriksaan
Paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal penerimaan,
pemeriksa pada Direktorat Jenderal akan mengadakan pemeriksaan
substantive terhadap permohonan. Pemeriksaan substantif wajib
diselesaikan paling lambat 9 (sembilan) bulan. Apabila permohonan
dapat diterima berdasarkan hal pemeriksaan substantif, maka

6
berdasarkan persetujuan Direktorat Jenderal, permohonan tersebut
akan diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Apabila permohonan
ditolak, maka Direktorat Jenderal akan menginformasikan pemohon
atau kuasanya penolakan tersebut secara tertulis dan juga alasan
terhadap penolakan tersebut.
3.2.3. Pengumuman
Permohonan akan diumumkan dalam berita resmi merek paling
lambat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal disetujuinya permohonan untuk
didaftar oleh pemeriksa substantif. Pengumuman dilakukan dengan
mencantumkan:
3.2.3.1. Nama dan alamat lengkap pemohon, termasuk kuasa apabila
permohonan diajukan melalui kuasa;
3.2.3.2. kelas dan jenis barang dan/atau jasa bagi merek yang
dimohonkan pendaftarannya;
3.2.3.3. tanggal penerimaan;
3.2.3.4. nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang
pertama kali, dalam hal permohonan diajukan dengan
menggunakan hak prioritas; dan
3.2.3.5. contoh merek, termasuk keterangan mengenai warna dan
apabila etiket merek menggunakan bahasa asing dan/atau
huruf selain huruf Latin dan/atau angka yang tidak lazim
digunakan dalam bahasa Indonesia, disertai terjemahannya ke
dalam bahasa Indonesia, huruf Latin atau angka yang lazim
digunakan dalam Bahasa Indonesia, serta cara
pengucapannya dalam ejaan Latin.

3.3. Peraturan Perundang-undangan Terkait Merek


3.3.1. Undang-undang (UU) Merek Republik Indonesia
3.3.1.1. UU Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek.
3.3.1.2. UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.
3.3.2. Peraturan Pemerintah (PP) Bidang Merek
3.3.2.1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
1995 tentang Komisi Banding Merek.

7
3.3.2.2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
1993 tentang Kelas Barang atau Jasa Bagi Pendaftaran
Merek.
3.3.2.3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun
2016 tentang Jenis dan Tarif atas Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Berlaku pada Kementrian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
3.3.3. Peraturan Menteri (Permen) Bidang Merek
3.3.3.1. Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 67 tahun
2016 tentang Pendaftaran Merek.
3.3.4. Keputusan Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual Bidang Merek
3.3.4.1. Keputusan Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual Nomor
HKI-02.KI.06.01 Tahun 2017 tentang Penetapan Formulir
Permohonan Merek.

3.4. Vans
3.4.1. Sejarah Perusahaan Vans
Ini bermula pada 16 Maret 1966, di jalan 704E Broadway, di
Anaheim, California. Paul Van Doren dan tiga sahabatnya membuka
toko pertama mereka tempat penjualannya atau bisa dikatakan First
Store dan disana vans lahir. ketika itu mereka menamakan wearhouse
store mereka Van Doren Rubber Company, dan sangat unik ketika itu
karena mereka langsung memproduksi sepatu mereka disana dan
menjualnya langsung kepada publik. mirip toko roti yang membuat
roti dadakan dan langsung menjualnya langsung ke konsumen dan
konsumen bisa melihat proses pembuatannya hehe.. Pada pagi di hari
pertama, 12 pelanggan membeli sepatu yang membuat langsung di
hari itu juga dan siap untuk diambil di sore hari. ketika itu nama series
sepatu pertama mereka The Vans #44 deck shoes, yang sekarang
dikenal sebagai Authentic.
Pada saat itu Pemain skateboard di Southern California pada awal
tahun 1970 hampir semuanya menyukai dan memakai sepatu Vans.
dan pada tahun 1975, Vans # 95 atau yang sekarang dikenal sebagai
Vans Era dirancang oleh Tony Alva dan Stacy Peralta. Dengan bagian
kerah yang empuk dan kombinasi warna yang berbeda Vans Era
menjadi sepatu pilihan bagi generasi pemain skateboard pada masa
itu.
Pada tahun 1979, Vans memperkenalkan #44 Shoe atau yang
sekarang dikenal dengan Vans Slip-on, dan dengan bantuan pemain
skateboard dan pengendara BMX, Vans Slip-On menjadi sesuatu yang
booming di Southern California. dan pada akhir tahun 1970-an, Vans
ekspansi store mereka dengan memiliki 70 toko di California dan
menjual melalui dealer-dealer sepatu baik secara nasional maupun
internasional. 
Pada tahun 1980-an, Paul Van Doren mulai mengambil peran
yang lebih kecil dalam kegiatan perusahaannya. Selama periode ini,

8
Vans mulai membuat sepatu untuk beberapa olahraga seperti baseball,
basketball, wrestling sampai skydiving untuk mencoba bersaing
dengan perusahaan-perusahaan seaptu lainnya.
Vans Slip-Ons mendapat perhatian dan daya tarik
internasional ketika mereka dipakai oleh Sean Penn pada 1982, film
ikon anak muda pada kala itu "Fast Times at Ridgemont High"
Meskipun Vans sepatu yang laris manis, berbagai macam polemik
yang dihadapi seperti produk yang diproduksi sangat besar dan
menyerap sumberdaya yang besar, manajemen perusahaan yang
kurang baik memaksa Vans Company memiliki hutang yang besar dan
mengalami kebangkrutan pada tahun 1983. 
Hanya berselang tiga tahun dari kebangkrutannya, Vans telah
membayar kembali semua kreditur dan keluar dari kebangkrutannya.
dan pada tahun 1988 pemilik asli Vans menjual ke sebuah perusahaan
investasi perbankan, dan dengan dukungan finansial pemilik baru,
Vans memperluas dan meningkatkan eksistensinya di seluruh dunia.
Vans mulai manufaktur sepatu di luar negeri pada tahun 1994,
memungkinkan untuk pengembangan gaya sepatu baru, dan ekspansi
besar-besaran mulai dilakukan. vans mulai merajai action sport
industri du Dunia dengan mensponsori inaugural Triple Crown of
skateboarding dengan ivent skateboarding, BMX, surfing,
wakeboarding, snowboarding, motocross and super cross.
Vans diakui oleh Forbes pada tahun 2000 dan kemudian tahun
2001 mendapatkan penghargaan serupa sebagai “America’s Best
Small Companies.”. Pada tahun 2001 Vans pembiayaan produksi Film
Dogtown and Z-Boys, Stacy Peralta telibat pada Film itu. film ini
menyabet penghargaan Audience Award dan the Best Director Award
pada ajang Sundance Film Festival. The film is diceritakan oleh Sean
Penn.  ditahun yang sama Vans membeli dan membuat ivent the Vans
Warped Tour, dan merajai ivent action sports and music festival
Amerika.
Pada tahun 2004 Vans membuat sistem pembelian Vans Customs
di www.vans.com, memungkinkan calon pembeli bisa merancang
sendiri classic slip-ons dengan ratusan warna dan pola yang bisa
dipilih sendiri. Vans kemudian membuat ivent skateboard bowl
contest terbaik, Pro-tec Pool Party 2005 yang berlangsung di the
replica of the legendary Combi Bowl di Vans Skate Park di the Block
at Orange. Pada tahun yang sama, Vans Warped Tour menarik lebih
dari 680.000 penggemar punk selama musim panas. menempatkannya
sebagai running konser series terpanjang di Amerika. kemudian Vans
mengadopsi sebuah konsep baru dalam kontes skateboard street
dengan Vans Downtown Showdown, diselenggarakan di Universal
Studios pada Hari Buruh.
Vans terus berinovasi dan mengembangkan bisnisnya dan
menjadi salah satu Industri yang besar di dunia, dan bisa dikatakan

9
sejajar dengan Nike, Adidas dan industri besar lainnya. dan ini
berawal dari hal kecil dan mimpi yang besar.
3.4.2. Perkembangan Vans di Indonesia

Jauh sebelum brand ini membuka original store di Jakarta. Vans


masuk lewat jalur kolektor dan pebisnis yang membelinya dari luar
negeri untuk kemudian dijual lagi di sini. Tahunnya pun masih sekitar
1990-an, dan penyebarannya masih di kalangan tertentu saja. Vans tidak
jauh-jauh dari kehidupan permainan skateboard, atau kehidupan para
pecinta musik indie. Sampai akhirnya penggemar merek Vans terus
bertambah dan puncaknya pada 2013, PT Gagan Indonesia menjadi
distributor resmi sepatu Vans di Indonesia.

10
BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Alasan Sepatu Vans Marak Diduplikasi


Mulai digandrunginya kultur indie dan juga olahraga skating membuat
merek Vans mengalami kelonjakan popularitas. Desain yang menarik dan
juga nama besar menyebabkan kenaikan minat secara pesat pada merek ini.
Kepopularitasan ini menyebabkan hampir seluruh golongan masyarakat
menaruh minat pada produk ini termasuk golongan menengah kebawah.
Harga Vans original yang menyentuh 900 ribu keatas menyebabkan tidak
semua golongan dapat mencapainya, sehingga beberapa oknum-oknum
memanfaatkan peluang tersebut untuk menghasilkan produk tiruan Vans
yang lebih murah sekalipun melanggar hak cipta dari merek tersebut.
Parahnya lagi, perkembangan teknologi manufaktur menyebabkan
mudahnya proses penduplikasian sepatu Vans hingga sangat mirip dengan
produk aslinya.
Gambar 1 - Perbandingan Vans Asli vs Palsu

4.2. Dampak dari Kegiatan Penduplikasian Vans


4.2.1. Dampak Positif
4.2.1.1. Berkembang pesatnya industri sepatu Vans palsu.
Menyebabkan naiknya rasio pendapatan perusahaan-
perusahaan manufaktur yang memproduksi sepatu Vans palsu

11
dan juga menyebabkan naiknya pendapatan pekerja di sektor
tersebut.
4.2.1.2. Hampir semua orang dari berbagai golongan dapat merasakan
memakai brand Vans walaupun bukan yang original.
4.2.2. Dampak Negatif
4.2.2.1. Distributor resmi Vans Indonesia mengalami penurunan
revenue.
Akibat tersedianya produk-produk palsu, beberapa golongan
lebih memilih untuk membeli produk Vans yang tidak asli.
Hal ini menyebabkan turunnya revenue dari perusahaan Vans
karena kehilangan potential buyer dan puncaknya pada 2017
distributor resmi Vans mengalami kebangkrutan.
4.2.2.2. Image dari brand Vans tercemar.
Akibat dari hampir semua golongan masyarakat dapat
menjangkau produk Vans melalui produk-produk palsu,
image dari Vans menurun karena hilangnya keekslusifan
merek asal Amerika tersebut.
4.2.2.3. Menurunnya pemasukan negara dari pajak perusahaan Vans.
Penurunan revenue yang disebabkan oleh menjamurnya
barang-barang palsu menyebabkan rendahnya penerimaan
negara dari pajak distributor tersebut.
4.3. Cara Mengurangi Kegiatan Penduplikasian Vans
4.3.1. Menindak dan memberi sanksi yang tegas kepada produsen-produsen
sepatu Vans palsu.
Dengan menindak dan memberi sanksi yang tegas kepada produsen-
produsen tersebut, diharapkan peredaran dari sepatu Vans yang tidak
asli berkurang, hal ini dapat menyebabkan produk Vans Original
meningkat permintaannya.
4.3.2. Memberi tahu dampak negatif dari menggunakan produk palsu.

12
Pemerintah mensosialisasikan dampak negatif dari industri produk
palsu terhadap perekonomian. Hal ini diharapkan mampu mengurangi
penggunaan produk Vans yang tidak asli
4.3.3. Mengetatkan Pengawasan Terhadap Produk Palsu Seperti Sepatu
Vans.
Pemerintah harus mengawasi dengan ketat pergerakan produk palsu
baik dari dalam negeri maupun luar negeri, hal ini dilakukan dalam
upaya pemberantasan kegiatan penduplikasian produk, dalam kasus
ini produk Vans.

13
BAB V KESIMPULAN
Maraknya duplikasi tidak hanya dapat menghancurkan suatu brand, dalam
kasus ini contohnya Vans. Nama besar yang sudah dibangun dan semua research
produk yang memakan biaya tidak sedikit dari perusahaan aslinya di Amerika
seakan tidak berharga karena kalah bersaing dengan produk-produk palsu yang
ada di Indonesia. Seharusnya pemerintah dapat menindak tegas dan lebih fokus
dalam memberantas duplikasi merek besar, dalam konteks ini bukan untuk
membunuh perusahaan manufaktur kecil tetapi membangun mental yang jujur dan
berani membangun merek sendiri.

14
Daftar Pustaka
Alfian, D. (2017). 5 Fakta Dibalik Bangkrutnya Vans Indonesia yang Harus
Diketahui Pecinta Sneakers. Retrieved January 28, 2019, from
https://www.inovasee.com/5-fakta-dibalik-bangkrutnya-vans-indonesia-
24418/
Asyhadie, Z. (2014). Hukum Bisnis : Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia.
Jakarta: Rajawali Pers.
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. (2019). Peraturan Perundang-undangan
Terkait Merek. Retrieved January 28, 2019, from
http://www.dgip.go.id/peraturan-perundang-undangan-terkait-merek
Hajj, R. W. (2014). Sejarah Sepatu Vans : Segala Yang Menjadi Besar Bermula
Dari Hal Kecil. Retrieved January 28, 2019, from
https://www.sneakersholic.com/2014/10/the-vans-history-segala-yang-
menjadi.html

15

Anda mungkin juga menyukai