Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
Nazlatul Adilah
BANDUNG
2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................13
C. Daftar Pustaka……………………………………………………………14
2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Agama
dengan judul “KEMBALI KEPADA AL-QURAN DAN HADITS”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen Agama kami yang telah membimbing dalam menulis
makalah ini.
3
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di sisi lain, ada yang perlu diluruskan dari ajakan ini, agar tidak terjadi
kesalahpahaman dan ketimpangan jika 'mentah-mentah' langsung
kembali pada Alquran dan sunah Nabi. Namun perlu diingat, tidak
semua orang memiliki kemampuan kembali pada Alquran dan hadis,
terutama bagi awam yang sedang semangat-semangatnya belajar
agama.
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Dengan adanya pemberian pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits kepada siswa MI,
maka diharapkan dapat memberikan satu pemahaman tentang agama Islam kepada
siswa sejak dini. Adapun pemahaman tersebut diantaranya:
1) Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
2) Belajar untuk memahami dan menghayati Al-Qur’an dan Hadits
3) Menumbuhkembangkan kemampuan siswa dalam membaca dan menulis
Al-Qur’an dan Hadits
4) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif apa yang
terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits
5) Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain sesuai tuntunan
Al-Qur’an dan Hadits
Dengan demikian, dapat diketahui bahwasanya peran pembelajaran Al-Qur’an dan
Hadits bagi siswa di MI begitu penting, sebab secara substansial mata pelajaran
Al-Qur’an dan Hadits memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk mencintai kitab sucinya, membantu mempelajari dan
mempraktikkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits sebagai
sumber utama ajaran Islam, dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup
dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang muslim memang harus merujuk pada kitab pedomannya, yaitu Alquran
dan apa yang sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW melalui riwayat-
riwayat hadis.
Di sisi lain, ada yang perlu diluruskan dari ajakan ini, agar tidak terjadi
kesalahpahaman dan ketimpangan jika 'mentah-mentah' langsung kembali pada
Alquran dan sunah Nabi. Melihat fenomena ini, dosen Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr Abdul Moqsith Ghazali, mengatakan pada
dasarnya ini adalah anjuran yang baik. Namun perlu diingat, tidak semua orang
7
memiliki kemampuan kembali pada Alquran dan hadis, terutama bagi awam yang
sedang semangat-semangatnya belajar agama.
Maka, bagi orang awam, penting untuk mendengarkan firman Allah berikut
ini. 'Fas aluu ahladzdzikri inkuntum la ta'lamuun'. Bertanyalah kalian kepada
orang orang yang ahli,yaitu para ulama jika kalian tidak cukup mengerti.
Bagi orang awam yang tidak memiliki cukup waktu untuk belajar dan tidak
memiliki kemampuan akademik intelektual, tidak secara langsung untuk kembali
kepada Alquran dan sunah, pilihannya adalah dengan mengikuti para ulama yang
memiliki kemampuan dan memiliki kapasitas untuk kembali pada Alquran dan
sunah.
"Itulah yang dimaksud dengan tradisi bermazhab di dalam hukum Islam. Tradisi
akademik untuk mengikuti pendapat dan metodologi yang telah ditetapkan oleh
para ulama sejak zaman dahulu sampai dengan akhir zaman," terang alumnus
Ma'had Aly, Situbondo, Jawa Timur, ini.
8
'Biayyihim iqtadaytum ihtadaytum', dari mana saja para sahabat itu kamu ikuti,
maka dengan sendirinya akan mendapatkan petunjuk, akan mendapatkan hidayah,
serta mendapatkan arahan.
"Hari ini yang tersisa adalah para ulama, para kiai, yang memiliki kemampuan
untuk kembali kepada Alquran dan sunah. Sebuah pepatah menyatakan 'Man
qallada 'aliman, laqiyallahu saliman', barang siapa mengikuti orang alim, dia
akan menjadi orang yang selamat," tutup Moqsith.
Slogan kembali kepada Al-Qur’an dan hadits tidak boleh dimakan secara mentah.
Jika semangat kembali kepada Al-Qur’an dan hadits hanya dimaknai mengacu Al-
Qur’an dan hadits secara tekstual begitu saja, maka akan timbul aneka macam
kekacauan dalam memahami Al-Qur'an maupun hadits itu sendiri. Padahal
kekacauan dalam kedua sumber utama ajaran Islam tersebut adalah hal yang
mustahil.
Kita bisa melihat bagaimana Al-Qur’an mengarahkan kita untuk tidak hanya
berhenti pada teks Al-Qur’an dan hadits dengan mengesampingkan peran akal
dalam arti ijtihad yang sesuai koridor disiplin keilmuan Islam. Allah berfirman:
9
menguasai sebagian ilmu secara mendalam. Orang ini bebas memilih ulama
mujtahid siapa yang ia kehendaki. Hal ini mengacu kepada ayat "Bertanyalah
kalian kepada orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui." Di sini Allah
mewajibkan orang tidak tahu satu hal untuk bertanya kepada orang yang
menguasai di bidangnya." (Muhammad Hasyim Asy'ari, Risalah Ahlus Sunnah
wal Jama'ah dalam Irsyadus Sari, Jombang, Maktabah Al Masruriyah, halaman
16)
Al-Qur’an tidak memonopoli untuk selalu merujuk secara tekstual Al-Qur’an dan
hadits, meskipun terdapat satu sumber hadits Baginda Nabi yang tetap disuruh
memegang teguh Al-Qur’an maupun hadits. Namun perlu kita ketahui, cara
memeganginya dengan teguh, tidak mesti harus menyentuh secara langsung.
Ibarat orang yang akan menjadikan bara api supaya manfaat. Cara mengambil
manfaatnya tentu tidak harus dipegang tangan lalu dimasukkan ke dalam mulut.
Begitu pula Al-Qur’an, isinya sangat beragam. Ada yang bisa dimakan mentah.
Ada pula yang perlu dimasak hingga masak betul.
Ada contoh dari Al-Qur’an yang secara sastrawi menampilkan redaksi dengan
maksud lain dari pada teks yang ditampilkan. Misalnya, dalam
ilmu balaghah (kajian sastra Arab) ada yang disebut majaz ithlaqul jam'i anil
mufrad (mengutarakan dalam bentuk plural, namun yang dikehendaki adalah
tunggal). Simak ayat berikut:
ُ َْحتَّى إِ َذا َجا َء أَ َح َدهُ ُم ْال َمو
ِ ت قَا َل َربِّ ارْ ِجع
ُون
Dalam ayat di atas terdapat teks yang menampilkan orang berdoa kepada Allah
untuk dikembalikan ke dunia dengan kalimat اِرْ ِجعُوْ ِن.
Jika diurai, lafadz ini tersusun dari dua kalimat, yaitu ارجعو (artinya: semoga
Engkau kembalikan) dan ِن (yang berarti kepada kami) dengan keterangan
singkatan ijaz yang cukup panjang penjelasannya.
Contoh semacam di atas bisa jadi mencapai ratusan. Itu baru satu bab, satu
masalah. Belum lagi memahami ayat mujmal, mutasyabihat, muqayyad dan
segunung keilmuan yang perlu dipelajari terlebih dahulu untuk bisa menjangkau
bahasa Al-Qur’an yang begitu tinggi.
10
Seperti orang yang belum pernah belajar ilmu kedokteran lalu ia tidak mau
mendengar keterangan dari dokter. Ia hanya mau jika mengoperasi dirinya sendiri
selayaknya dokter mahir. Ini tentu merupakan tindakan bodoh.
Adalah sesuatu yang mustahil, orang yang tidak pernah mendalami kajian
ketatabahasaan Arab dengan 12 macam cabang keilmuan yang mengelilingi lalu
berani berteriak "mari kita kembali kepada Al-Qur’an dan hadits" dengan maksud
meninggalkan tafsir Al-Qur’an, syarah hadits, dan hanya merasa cukup dengan
terjemah saja. Wallahu a'lam.
Yang menjadi landasan para Salafu Shalih dalam menjadikan semua di atas
sebagai dalil syar’i adalah legalitas berijtihad yang diberikan oleh Rasulullah
SAW kepada Muadz Bin Jabal RA saat diutus ke Yaman:
َض لَ<<ك َ ض<ي إِنْ َع< َر ِ { َك ْي<<فَ تَ ْق:س<لَّ َم قَ<<ا َل لِ ُم َع<<ا ٍذ ِحينَ بَ َعثَ<هُ إِلَى ا ْليَ َم ِنَ ص<لَّى هللاُ َعلَ ْي< ِه َو َ أَنَّ النَّبِ َّي, عَنْ ُم َع<<ا ٍذ
ص<لى هللاُ َعلَ ْي< ِه َّ هَّللا
َ ِ س<و ِل ُ س<نَّ ِة َر َ َ
ُ ِ فب:ب ِ؟ قا َل هَّللا َ
ِ فإِنْ لَ ْم يَ ُكنْ فِي ِكتَا:ب ِ قا َلَ هَّللا ِ ضي بِ َما فِي ِكتَا ِ أَ ْق:ضا ٌء؟ قَا َل َ َق
ِ ا ْل َح ْم< ُد هَّلِل: َوقَ<<ا َل, ُص< ْد َره َ ض< َر َب َ َ ف:سو ِل هَّللا ِ؟ قَا َل أَ ْجتَ ِه ُد َر ْأيِي َواَل آلُو قَا َل ُ سنَّ ِة َر ُ فَإِنْ لَ ْم يَ ُكنْ فِي:سلَّ َم قَا َل
َ َو
}سلَّ َم و
َ َ ِ ه ي
ْ َ لعَ ُ هللا ى َّ لص هَّللا لو س ر ي ض ر
ْ
َ ِ َ ُ َ ِ ُ َِ ِ ِ ُ َ َ ُ َ ي ا م ل هَّللا لوس ر ل و س ر قَ َّ ف و
َ ِي ذ َّ لا
Dari Muaz bin Jabal RA berkata: bahwa Nabi SAW bertanya kepadanya,
“Bagaimana engkau memutuskan perkara jika diajukan kepadamu?” Muadz
menjawab, “Saya akan putuskan dengan kitab Allah.” Nabi bertanya kembali,
“Bagaimana jika tidak engkau temukan dalam kitab Allah?”. Muadz menjawab,
“Saya akan putuskan dengan sunnah Rasulullah.” Rasulullah bertanya kembali,
“Jika tidak engkau dapatkan dalam sunnah Rasulullah dan tidak pula dalam
Kitab Allah?” Muazd menjawab, ”Saya akan berijtihad dengan akal saya dan
saya tidak akan lalai.” Lalu Rasulullah saw menepuk dadanya seraya bersabda,
”Segala puji bagi Allah yang telah menganugrahkan taufiq-Nya kepada utusan
Rasulullah sesuai dengan yang diridhai Rasulullah. (HR. Abu Daud).[1]
11
Jadi, masih yakin bisa menentukan hukum sebuah perkara hanya dengan kembali
kepada teks Quran dan Sunnah?
Dalil para ulama yang berpendapat tentang disyariatkannya adzan dua kali dalam
shalat jum’at, tidak ada teksnya dalam Quran dan hadist, namun dalilnya adalah
pendapat Utsman R.A yang kemudian menjadi Ijma’ sukuti saat itu[2] .
Dalil baik dari teks Quran atau Sunnah tentang dilarangnya membakar harta anak
yatim tidak akan pernah kita temukan. Karena dalilnya adalah qiyas terhadap
larangan memakan harta anak yatim yang tertera dalam Al Quran.
Begitupula Dalil dari teks al Quran dan Sunnah tentang diperintahkannya
membukukan al Quran dan Hadist. Secara eksplisit tidak akan pernah kita
temukan, karena dalilnya adalah maslahat mursalah.
Sama halnya dengan dalil dari Qur’an tentang dilarangnya memukul orang tua.
Tidak juga akan ditemukan karena para ulama menggunakan metode qiyas
terhadap dilarangnya berkata ‘ah’ kepada orang tua sesuai dengan yang tertulis
dalam Qur’an.
Para ulama juga menggunakan metode dalalah ibarah dalam menarik kesimpulan
hukumnya, yakni penunjuk redaksi hukum atau suatu ketentuan hukum pada
perkara lain yang juga berlaku sama atas sesuatu yang tidak disebutkan karena
terdapatnya persamaan ‘illat antara keduanya.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Setelah mengkaji dari materi di atas kami harapkan yang membaca bias
mengerti dari isi materi tersebut. Dan salah saat merujuk karena bagi orang awam
akan tidak akan mengerti jadi harus merujuk atau kembali kepada al-quran dan
hadits dengan benar.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://islam.nu.or.id/post/read/86945/kembali-kepada-al-quran-hadits-
mungkinkahDirektorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Penididkan
Agama Islam (2016)
https://www.rumahfiqih.com/fikrah-495-kembali-kepada-al-quran-dan-hadist-
seperti-apa.html
http://kumpulantugassekolahdankuliah.blogspot.com/2014/12/pengertian-al-quran-
dan-hadits.html
14