Toksilogi
Toksilogi
KEGAWATDARURATAN TOKSIKOLOGI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
A. Latar Belakang
Toksikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang mekanisme efek berbahaya (efek toksik)
berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup dan lingkungan. Toksikologi merupakan studi
mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-zat kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi
juga membahas tentang penilaian secara kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang
Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan dihasilkan oleh
bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya mencapai tempat yang
sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi
toksik. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan
(pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan
frekuensi pemaparan. Apabila zat kimia dikatakan beracun (toksik), maka kebanyakan diartikan
sebagai zat yang berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada
suatu organisme.
Racun dapat mengganggu fungsi tubuh atau bahkan menghentikan fungsi tubuh yang
berakibat terjadinya gangguan kesehatan dalam kondisi gawat darurat. Penatalaksanaan keracunan
membutuhkan terapi yang tepat sehingga dapat menyelamatkan nyawa pasien dan membuat
pengobatan menjadi efektif dan efisien. Pada buku pedoman penatalaksanaan keracunan yang disusun
BPOMRI tahun 2001, pada periode tersebut ditemukan 117 kasus keracunan dengan angka kematian
0 kasus. Penyebab tertinggi keracunan yakni gigitan ular (69,2%) selain itu ditemukan juga keracunan
pestisida, makanan, obat, alkohol, racun tanaman, dan shellfish. Pasien mayoritas adalah laki-
Menurut laporan American Association of Poison Control Center, zat yang paling sering
menimbulkan racun pada manusia yaitu : analgetik, kosmetik, zat pembersih rumah tangga,
antipsikotik, mainan anak-anak dan obat-obat topikal. Pajanan terhadap toksik seringkali terjadi pada
saat kita bekerja, berekreasi, pada saat menjalani terapi, ataupun karena pengaruh lingkungan
sedangkan cara masuk racun ke tubuh manusia terjadi melalui saluran pernapasan atau inhalasi,
pencernaan, injeksi, atau kontak langsung dengan kulit dan selaput lendir. Dari sekian banyak kasus
keracunan yg terjadi, hanya 24% yang membutuhkan penanganan di rumah sakit dan 16% saja yang
Pasien yang memiliki risiko paling besar mengalami komplikasi serius dan kematian serta
Umur : semakin tua, semakin besar kemungkinan pasien mengalami kematian jika
keracunan.
Farmasetikal : agen farmasi umumnya lebih beracun dari tanaman, bahan kimia rumah
Polifarmasi : pasien yang mengkonsumsi beberapa obat memiliki risiko kematian yang
lebih tinggi.
Keracunan disengaja : orang yang sengaja meracuni diri sendiri akan memilih zat yang
lebih beracun dibanding mereka yang mengalami keracunann secara tidak disengaja.
Perubahan status mental atau gejala berat lainnya yang terlihat jelas, misalnya pasien
dengan kondisi yang buruk ketika tiba di IGD cenderung memiliki outcome yang jelek.
a) Tingkat kesadaran.
Tingkat kesadaran merupakan petunjuk penting untuk mengetahui beratnya keracunan yang
dialami oleh penderita. Derajat tingkat keracunan didalam toksikologi terbagi dalam beberapa
berkomunikasi.
dimana penderita dalam keadaan koma dan tidak ada reaksi sedikitpun terhadap
rangsangan.
b) Gejala respirasi.
Banyak kasus keracunan seringkali terjadi hambatan pada jalan nafas yang dapat
menyebabkan kematian, cara menolong penderita yaitu dengan memastikan jalan nafas tetap
terbuka dan bersihkan / keluarkan / bebaskan jalan nafas jika memang ada hambatan.
Syok terjadi karena depresi dan penurunan curah jantung, kadang terjadi henti jantung.
Kejang merupakan pertanda terhadap adanya respon dari sistem saraf pusat atau medulla
spinalis. Selain beberapa gejala keracunan yang lain adalah retensio urin, diare, mual-mual
dan adanya kerusakan ginjal dan hati yang dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium.
Dalam kasus keracunan masif yang jarang terjadi (kadar zat dalam darah 4 jam > 800
mg/L), asidosis metabolik dan koma dapat berkembang dalam 24 jam pertama.
Merupakan tahap yang relatif bebas gejala toksisitas. Gangguan pencernaan cenderung
Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan transminase serum (AST, ALT) dan uji
tromboplastin ).
Muntah.
Jaundice.
Gangguan perdarahan.
Hipoglikemia.
Kerusakan ginjal.
Semua pasien yang terpajan dengan zat kimia / keracunan sebaiknya dirawat di rumah
sakit meskipun mereka terlihat sehat karena ada beberapa jenis zat yang bekerja lambat
sehingga lambat juga menimbulkan tanda dan gejala (misalnya asetosal, zat besi, parasetamol,
Tindakan prehospital dan intra hospital pada pasien keracunan secara umum, dapat dilakukan
1) Fungsi pernapasan.
Pada pasien yang mengalami kesadaran menurun setelah terpajan zat toksik sering terjadi
gangguan pernapasan yang harus segera ditindaki. Bila tidak ada trauma, segera bebaskan
jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw trust. Gunakan oropharingeal untuk
memberikan ventilasi yang adekuat. Tindakan intubasi dan ventilasi mekanik sebaiknya
aspirasi.
2) Tekanan darah.
Hipotensi sering terjadi pada keracunan yang berat yang disertai depresi sistem saraf
pusat. Tekanan darah sisitolik < 70 mmHg dapat menyebabkan kerusakan otak yang
permanen atau nekrosis tubulus ginjal. Hipotensi sebaiknya segera dikoreksi mula-mula
dengan cara merendahkan posisi kepala pasien dan berikan infus NaCl atau infus cairan
koloid. Kehilangan cairan tubuh tanpa hipotensi, umum terjadi pada pasieen yang koma
akibat keracunan asetosal yang disertai adanya muntah, berkeringat, dan hiperpneu.
3) Jantung.
Gangguan konduksi jantung dan aritmia dapat terjadi pada keracunan akut, terutama pada
sebaiknya dirujuk ke ahli jantung. Aritmia supraventrikel kadang mengancam jiwa dan
4) Suhu tubuh.
Hipotermi dapat terjadi pada semua pasien yang tidak sadarkan diri selama
beberapa jam, khusunya setelah menelan barbiturat atau fenotiazin. Cara terbaik
untuk mengatasi hipotermi adalah dengan membalut pasien dengan selimut untuk
Hipertermi dapat terjadi pada pasien yang mengkonsumsi stimulan SSP, anak dan
melepaskan pakaian pasien dan gunakan kipas angin secara tidak langsung,
5) Konvulsi.
Bila kejang berlangsung lama dan berulang, segera berikan lorazepam 4 mg atau
diazepam (sebaiknya dalam bentuk emulsi) hingga 10 mg injeksi intravena, pada vena
sirkulasi (Airway, Breathing, and Circulation), keadekuatan jalan napas sangat penting pada
Berikan terapi intravena dan infus ringer laktat atau normal salin.
Jika pasien diduga terekspos opioid berikan nalokson 0,4-2 mg dapat melalui intravena,
Periksa kadar glukosa darah dan infus dextrose 50% pada 50 ml (25 g) intravena jika
Berikan 50-100 mg tiamin secara intravena untuk pasien dewasa jika diduga keracunan
alkohol kronis.
Pantau jantung secara kantinyu dan periksa EKG 12 lead sesuai dengan indikasi.
- Rute paparan
- Penanganan prehospital
- Kaji riwayat medis pasien apakah ada riwayat penyakit jiwa, penyakit hati, jantung,
dan ginjal.
- Apakah ada faktor risiko psikologis, sosial atau lingkungan yang terlibat.
Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dan pasien tentang pencegahan keracunan
berulang.
sebelum masa pengosongan lambung terlewati (1-2 jam, termasuk penuh atau tidaknya
lambung). Dekontaminasi lambung tidak menjamin semua racun yang masuk bisa
dikeluarkan, oleh karena itu tindakan dekontaminasi lambung tidak rutin dilakukan pada
a. Periksa anak apakah ada tanda kegawatan dan periksa gula darah (hipoglikemia).
b. Identifikasi bahan racun dan keluarkan zat tersebut segera mungkin. Ini akan sangat
efektif jika dilakukan segera setelah terjadi keracunan, kurang dari 1 jam sejak
tepajan.
Jika anak tertelan minyak tanah, premium, solar, pestisida pertanian berbahan pelarut
minyak tanah atau jika mulut dan tenggorokan mengalami luka bakar (misalnya
karena zat pemutih, pembersih toilet, atau asam kuat dari aki), jangan rangsang
d. Jika anak tertelan racun lainya berikan arang aktif jika tersedia, jangan rangsang
muntah. Arang aktif diberikan peroral dengan atau tanpa nasogatrik tube.
Tabel dosis arang aktif
Larutkan arang aktif dengan 8-10 kali air, misalnya 5 gr ke dalam 40 ml air.
Jika memungkinkan berikan sekaligus, jika sulit (anak tidak kooperatif), dapat
Efektifitas arang aktif bergantung pada isi lambung (lambung kosong lebih
efektif).
Jika arang aktif tidak tersedia, rangsang muntah (hanya pada anak yang sadar)
Bilas lambung
Dilakukan pada saat tiba di fasilitas kesehatan dengan petugas kesehatan yang
sudah terlatih yang mempunyai pengalaman melakukan prosedur bilas lambung dan
keracunan terjadi kurang dari 1 jam (waktu pengosongan lambung) dan mengancam
nyawa. Bilas lambung tidak boleh dilakukan pada keracunan bahan korosif atau
mulut. Tempatkan anak dengan posisi miring kekiri dengan kepala lebih rendah. Ukur
panjang NGT yang akan dimasukkan. Masukkan NGT ukuran 24-28 F melalui mulut ke
dalam lambung, pastikan pipa berada di dalam lambung. Lakukan bilasan dengan 10
ml/kg BB garam normal hangat. Jumlah cairan yang diberikan harus sama dengan yang
dikeluarkan, tindakan bilas lambung dilakukan sampai cairan bilasan yang keluar jernih.
mengalami luka bakar di mulut dan tenggorokan, mengalami sesak napas berat,
a. Kontaminasi kulit.
Lepaskan semua pakaian dan barang pribadi, cuci seluruh daerah yang
terkontaminasi dengan air hangat yang banyak. Gunakan sabun dan air untuk
bahan berminyak.
Pakaian dan barang pribadi yang telah dilepas harus diamankan dalam
kantong plastik transparan yang dapat disegel, untuk dibersihkan lebih lanjut
atau dibuang.
b. Kontaminasi mata.
Bilas mata selama 10-15 menit dengan air bersih yang mengalir atau garam
normal.
Balikkan kelopak mata dan pastikan semua permukannya terbilas. Pada kasus
asam atau alkali irigasi mata hingga pH mata kembali normal. Periksa
konjungtiva atau kornea, anak harus segera diperiksa oleh dokter mata.
dapat menyebabkan pembengkakan dan sumbatan jalan napas bagian atas, bronkospasme
dan delayed pneumonitis. Jika perlu lakukan Intubasi endotrakeal, bronkodilator dan
ventilator.
4) Keracunan makanan.
a. Botulisme
botulinum. Bakteri anaerob ini sering tumbuh pada makanan atau bahan makanan yang
diawetkan dengan proses pengawetan yang tidak baik seperti : sosis, bakso, ikan kaleng,
Gejala akut dapat muncul 2 jam sampai 8 hari setdlah menelan makanan yang
Gejala awal dapat berupa suara parau, mulut kering dan rasa tidak enak pada
Gejala pada bayi meliputi hipotoni, konstipasi, sukar minum atau makan,
lambung jika korban masih sadar, dapat juga dilakukan bilas lambung. Arang
simptomatik.
mengandung racun asam bongkrek yang dihasilkan oleh pseudomonas cocovenenan yang
Gejala keracunan yang ditimbulkan bervariasi mulai dari yang sangat ringan
misalnya pusing, mual, dan nyeri perut sampai yang berat, misalnya gagal
c. Sianida
Sianida merupakan zat kimia yang sangat toksik, terdapat pada jenis umbi-
umbian.
delirium dan kebingungan. Kadang diikuti dengan pingsan, kejang, koma, dan
kesadaran menurun.
Gigitan ular adalah suatu keadan yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa.
Bisa ular adalah kumpulan dari protein yang mempunyai efek fisiologik yang luas atau
ditangani dapat menyebabkan kematian. Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit
Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada beberapa macam :
a) Hematoxic yaitu bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, merusak dan
b) Neurotoxic yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan-jaringan sel
saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan sel saraf tersebut mati. Penyebaran
racun selanjutnya melumpuhkan susunan saraf pusat dengan seperti saraf pernafasan
dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limfe.
jantung.
terganggunya kardiovaskuler.
f) Cytolitik. Zat ini aktif menyebabkan peradangan dan nekrose jaringan pada tempat
gigitan.
g) Enzim-enzim lain termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.
lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life support.
Tenangkan pasien dan atasi masalah ABC (Airway, Breathing, Circulation). (Brian
James. 2006)
1. Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit
2. Tenangkan korban, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani secara
efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang
terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang tergigit
3. Buka semua perhiasan atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat
menghambat aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Jika berada ditempat
yang jauh dari fasilitas kesehatan pasang bidai longgar untuk immobilisasi area
yang tergigit.
5. Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang
7. Jangan menghisap bisa dengan mulut dan memotong sisi gigitan. Memotong sisi
1. Evaluasi tanda-tanda syok (seperti takipneu, takikardi, kulit kering dan pucat,
tube dan ventilasi mekanik untuk menolong korban bernafas. Korban dengan
dari setengah ekstremitas atau nekrosis berat) berikan anti bisa. Beri antivenin
pada korban gigitan ular koral sebagai standar perawatan jika korban datang
dalam 12 jam setelah gigitan, tanpa melihat adanya tanda-tanda lokal atau
3. Bersihkan luka dari pecahan taring ular atau kotoran lain. Beri suntikan tetanus
jika korban belum pernah mendapatkannya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
5. Berikan antibisa polivalen. Dosis pada anak sama dengan dosis orang dewasa.
6. Jika gatal atau timbul urtikaria, gelisah, demam, batuk atau kesulitan bernapas,
diberikan sampai 4 kali perhari (maksimal 50 mg/kali atau 300 mg/hari). Bila
keadaan pasien stabil mulai kembali berikan antibisa perlahan melalui infus.
pembekuan darah berulang, atau setelah 1-2 jam jika pasien terus mengalami
perdarahan atau menunjukkan tanda yang memburuk dari efek neurotoksik atau
kardiovaskuler.
DAFTAR PUSTAKA
Singapore : ELSEVIER
Safitrih, L., Kusuma, A.M., Aji Wibowo, M.I.N,. (2014). ‘Angka Kejadian dan
Soekardjo Purwokerto.