Fungsi Uang
1. Medium of exchange : uang adalah alat tukar yang digunakan dalam transaksi jual
beli barang/jasa yang disepakati oleh semua pihak. (Uang adalah bentuk harta paling
liquid, sehingga mudah dijadikan sebagai alat tukar)
2. Unit of account : uang digunakan sebagai patokan atau ukuran pada hal yang
memiliki nilai ekonomi, misalnya saat seseorang membadingkan harga dan membayar
utang.
3. Store of value : uang digunakan untuk memindahkan daya beli (purchasing power)
seseorang dari masa kini ke masa depan. Namun uang bukan satu-satunya alat
penyimpan nilai dalam ekonomi, terdapat bond, stock, dll yang berbentuk non-
monetary
Jenis Uang
1. Commodity money : Uang yang memiliki nilai intrinsik-(benda tersebut tetap
memiliki nilai walaupun bukan dijadikan uang)
Contoh: Emas, perak, rokok saat PD II
2. Fiat money : Uang yang tidak memiliki nilai intrinsik, disepakati sebagai uang karena
disahkan oleh pemerintah
Contoh: rupiah, dollar USD
Money Supply
Money Stock/Money Supply adalah jumlah uang yang beredar pada suatu
perekonomian
Untuk menghitung kuantitas uang, terdapat dua komponen utama
yang harus diperhatikan
Currency: Uang dalam bentuk kertas maupun koin yang dipegang oleh
masyarakat (non-bank)
Demand deposits: Jumlah simpanan pada akun bank yang dapat ditarik oleh
depositor dengan mudah seperti melalui debit card dan menulis cek.
Money Multiplier
Money multiplier: jumlah uang yang diciptakan melalui sistem perbankan dari setiap
dolar reserves.
The money multiplier sama dengan 1/R.
Pada contoh sebelumnya,
R = 10%
Money Multiplier = 1/R = 10
Artinya $100 dari cadangan menciptakan uang sebesar $1000
Nilai Uang
P (price) adalah harga dari keranjang barang dan jasa, diukur dalam satuan mata uang.
1/P = Nilai dari $1 uang, diukur dalam satuan barang.
Contoh: keranjang terdiri atas satu batang cokelat.
Jika P= $4, nilai dari $1 adalah 1/4 batang cokelat.
Jika P = $5, nilai dari $1 adalah 1/5 barang cokelat.
Inflasi mendorong harga dan menurunkan nilai dari uang.
Menegaskan bahwa kuantitas uang dipengaruhi oleh nilai uang. Bahasan teori ini
menggunakan dua pendekatan:
Pada kondisi P awal, peningkatan MS atau jumlah uang beredar akan mendorong
adanya excess supply of money.
Peningkatan jumlah uang beredar di masyarakat akan direspon dengan meningkatkan
permintaan barang dan jasa, atau meminjamkannya kepada pihak yang akan
menggunakan untuk konsumsi.
Jika diasumsikan supply barang dan jasa tidak berubah, maka harga akan meningkat.
W Rp 45.000.000
= = Rp 30.000.000
P 150
Interpretasi : Dengan upah nominal sebesar 45.000.000, maka upah riil yang diperoleh
untuk membeli barang dan jasa setara dengan Rp 30.000.000
Dikotomi Klasik
Dikotomi Klasik adalah pemisahan variabel riil dan variabel nominal secara teoritis.
Hume dan ekonom klasik lainnya berpendapat bahwa kebijakan moneter hanya
berpengaruh terhadap variabel nominal, tidak kepada variabel riil.
Jika Bank Sentral meningkatkan jumlah uang beredar (Ms), maka menurut Hume dan
teori klasikal lain yang akan terjadi adalah:
- Seluruh variabel nominal – harga – akan meningkat dua kali lipat.
- Seluruh variabel riil – harga relatif – tidak akan berubah.
Netralitas Uang
Netralitas Uang : Konsep yang menyatakan bahwa apabila terjadi perubahan jumlah
uang beredar (Ms), maka tidak akan memengaruhi variabel riil
Peningkatan jumlah uang beredar (Ms) sebesar dua kali lipat akan meningkatkan
seluruh variabel nominal dua kali lipat.
Pada analisis sebelumnya, indikator yang digunakan seperti PDB Riil, investasi,suku
bunga riil, dan pengangguran merupakan variabel riil, sehingga tidak akan
dipengaruhi oleh penawaran uang (Ms) di jangka panjang.
Karena menurut Hume, apabila jumlah uang beredar meningkat dua kali lipat, maka
harga akan naik dua kali lipat, nominal upah juga akan meningkat dua kali lipat, dan
nilai nominal lainnya juga akan meningkat dua kali lipat.
Misal pada pasar tenaga kerja, upah riil W/P tidak berubah, karena asumsinya W
naik dua kali lipat dan P naik dua kali lipat, apabila Ms naik dua kali lipat,
sehingga:
- Kuantitas penawaran tenaga kerja tidak berubah & Kuantitas permintaan tenaga
kerja tidak berubah
- Total kesempatan kerja tidak berubah
Hal ini juga terjadi pada sumber daya lain, seperti barang modal dan lainnya.
Sehingga total produksi juga tidak akan berubah apabila penawaran uang meningkat.
Kritik Netralitas Uang: bahwa netralitas uang tidak sepenuhnya terjadi di kehidupan
nyata. Namun, sebagian ekonom mempercayai konsep dikotomi klasik dan netralitas
uang sebagai gambaran perekonomian di jangka panjang. Pada konsep jangka pendek
(Short-Run), adanya perubahan moneter, juga akan memengaruhi variabel riil.
Rumus : M × V = P × Y
V diasumsikan stabil. Perubahan M menyebabkan (P x Y) meningkat dengan
persentase yang sama. Perubahan pada M tidak memengaruhi Y( konsep netralitas
uang, karena Y dipengaruhi oleh teknologi dan sumber daya). Sehingga, P berubah
dengan persentase yang sama dengan P x Y dan M.
Pertumbuhan jumlah uang beredar (%∆M) akan sama dengan persentase perubahan
harga.
Jika PDB riil konstan, maka tingkat inflasi = tingkat pertumbuhan jumlah uang
beredar.
Jika PDB riil meningkat, maka Tingkat inflasi < tingkat pertumbuhan jumlah uang
beredar.
The bottom line:
- Economic growth increases number of transactions.
- Some money growth is needed for these extra transactions.
- Excessive money growth causes inflation.
Hiperinflasi
Pencetakan uang secara berlebihan oleh bank sentral dapat mendorong hiperinflasi.
Hiperinflasi merupakan kondisi dimana tingkat inflasi melebih 100%.
Hal ini pernah terjadi di Indonesia pada era 1960-1967 ketika krisis ekonomi melanda
bersamaan dengan runtuhnya orde lama.
Suku bunga riil ditentukan oleh tabungan dan investasi di pasar dana pinjaman.
Pertumbuhan jumlah uang beredar akan menentukan tingkat inflasi. Sehingga, tingkat
suku bunga nominal dapat diperoleh dengan menambahkan tingkat suku bunga riil
dengan tingkat inflasi.
Pada jangka panjang, uang akan bersifat netral: pertumbuhan jumlah uang beredar
akan memengaruhi tingkat inflasi, namun tidak memengaruhi suku bunga riil.
Sehingga suku bunga nominal akan meningkat sebesar satu persen apabila tingkat
inflasi naik satu persen. Hubungan ini kemudian disebut juga Efek Fisher (Fisher
effect).
Pajak inflasi akan berdampak pada uang nominal yang dipegang oleh masyarakat,
bukan jumlah kekayaan yang dipegang. The Fisher Effect: peningkatan inflasi akan
mendorong suku bunga nominal naik, namun suku bunga riil (kekayaan) tidak akan
berubah.
Seluruh biaya ini sangat tinggi bagi perekonomian yang mengalami hiperinflasi.
Negara yang memiliki tingkat inflasi rendah (< 10% per tahun) umumnya memiliki
biaya yang lebih rendah pula. Meskipun belum ada konsensus yang menjelaskan
berapa besar target inflasi yang ideal