Anda di halaman 1dari 53

Afany Tawwab (1152050001)

Dhea Sri Rahayu (1152050024)


Faizar Hidayatulloh (1152050034)

FILSAFAT PENDIDIKAN
MATEMATIKA

FILSAFAT PENDIDIKAN
Pengertian Filsafat
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari
sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala
sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat
adalah pandangan hidup seseorang atau
sekelompok orang yang merupakan konsep dasar
mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat
juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang
sadar dan dewasa dalam memikirkan segala
sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari
segi yang luas dan menyeluruh dengan segala
hubungan.
Pengertian Pendidikan
i. Pengertian Pendidikan Secara Umum
Dalam bahasa Inggris, pendidikan berasal
dari kata education. Sedangkan dalam bahasa
latin, pendidikan berasal dari kata educatum,
di mana kata ini tergabung atas kata 2 kata
yaitu E dan Duco, E artinya adalah
perkembangan dari luar ke dalam, dan
perkembangan dari sedikit menuju banyak,
sedangkan Duco artinya adalah sedang
berkembang. Dari sinilah, pendidikan bisa
juga disebut sebagai upaya untuk
mengembangkan kemampuan diri.
Secara umum, pendidikan diartikan
sebagai sebuah usaha sadar, real, dan
direncanakan dalam sebuah proses belajar
dan mengajar untuk mewujudkan kualitas diri
peserta didik yang secara aktif mampu
mengembangkan potensi di dalam diri agar
mereka mempunyai pondasi kuat dalam
beragama, berkepribadian baik, cerdas,
memiliki pengendalian diri, memiliki
pemikiran yang kritis dna dinamis,
bertanggung jawab, dan memiliki
keterampilan aktif yang diperlukan, baik bagi
dirinya sendiri maupun masyarakat.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa
Indonesia, pendidikan merupakan proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok dalam upaya mendewasakan
manusia melalui sebuah pengajaran dan
pelatihan.
ii. Menurut para ahli
Ki Hajar Dewantoro yang lebih akrab
dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Indonesia,
mengemukakan bahwa pengertian pendidikan
adalah tuntunan tumbuh dan berkembangnya
anak. Artinya, pendidikan merupakan upaya
untuk menuntun kekuatan kodrat pada diri
setiap anak agar mereka mampu tumbuh dan
berkembang sebagai manusia maupun
sebagai anggota masyarakat yang bisa
mencapai keselamatan dan kebahagiaan
dalam hidup mereka.
iii. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun
2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi di
dalam diri untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara.
A. Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan aplikasi
filsafat dalam pendidikan [ CITATION
Geo71 \l 1057 ].
Menurut Al-Syaibany  filsafat
pendidikan adalah aktivitas pikiran yang
teratur yang menjadikan filsafat menjadi
sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan
dan memadukan proses pendidikan. Artinya
Filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-
nilai dan maklumat-maklumat yang
diupayakan untuk mencapainya.
Filsafat pendidikan juga bisa
didefenisikan sebagai kaidah filosofis dalam
bidang pendidikan yang menggambarkan
aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan
menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-
prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar
dari filsafat umum dalam upaya memecahkan
persoalan-persoalan pendidikan secara
praktis. 
Menurut John Dewey, fisafat pendidikan
merupakan suatu pembentukan kemampuan
dasar yang fundamental, baik yang
menyangkut daya pikir (intelektual) maupun
daya perasaan (emosional), menuju tabiat
manusia. Sementara menurut Thopmson,
filsafat artinya melihat suatu masalah secara
total dengan tanpa ada batas atau
implikasinya; ia tidak hanya melihat tujuan,
metode atau alat-alatnya, tapi juga memiliki
dengan sama hal-hal yang dimaksud.
Keseluruhan masalah yang dipikirkan oleh
filosof tersebut merupakan suatu upaya untuk
menemukan hakekat masalah, sedangkana
suatu hakekat itu dapat dibakukan melalui
proses kompromi.[ CITATION Ham87 \l 1057 ]
Menurut Imam Barnadib filsafat
pendidikan merupakan ilmu yang pada
hakikatnya merupakan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan dalam bidang
pendidikan baginya filsafat pendidikan
merupakan aplikasi suatu analisis filosofis
terhadap bidang pendidikan. Sedangkan
menurut seorang ahli filsafat Amerika,
Brubachen [ CITATION Ham87 \l 1057 ],
filsafat pendidikan adalah seperti menaruh
sebuah kereta didepan seekor kuda, dan
filsafat dipandang sebagai bunga, bukan
sebagai akar tunggal pendidikan. Filsafat
pendidikan itu berdiri secara bebas dengan
memperoleh keuntungan karena punya kaitan
dengan filsafat umum. Kendati kaitan ini
tidak penting, tapi yang terjadi ialah, suatu
keterpaduan antara pandangan filosofis
dengan filsafat pendidikan, karena filsafat
sering diartikan sebagai teori pendidikan
dalam segala tahap.
Pendidikan adalah upaya
mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik potensi cipta,
rasa, maupun karsanya, agar potensi itu
menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam
perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan
adalah cita-cita kemanusiaan universal.
Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi
dalam keseimbangan, kesatuan. organis,
harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan
hidup kemanusiaan.
Dari pengertian yang dikemukakan oleh
beberapa ahli maka dapat di tarik bahwa
filsafat pendidikan adalah sebagai ilmu
pengetahuan normatif dalam bidang
pendidikan merumuskan kaidah-kaidah,
norma-norma dan ukuran tingkah laku
perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh
manusia dalam hidup dan kehidupannya.
B. Ruang Lingkup Bahasan Filsafat dan
Filsafat Pendidikan
Ruang lingkup filsafat adalah semua
lapangan pemikiran manusia yang
komprehensif. Segala sesuatu yang mungkin
ada dan benar-benar ada (nyata), baik
material konkret maupun nonmaterial
(abstrak). Jadi, objek filsafat itu tidak
terbatas[ CITATION Moh88 \l 1057 ].
Secara makro, apa yang menjadi objek
pemikiran filsafat yaitu permasalahan
kehidupan manusia, alam semesta, dan alam
sekitarnya, juga merupakan objek pemikiran
filsafat pendidikan. Namun secara mikro,
ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi:
1) Merumuskan secara tegas sifat hakikat
pendidikan (the natureof education);
2) Merumuskan sifat hakikat manusia,
sebagai subjek dan objek pendidikan (the
nature of man);
3) Merumuskan secara tegas hubungan
antara filsafat, filsafat pendidikan, agama
dan kebudayaan; 
4) Merumuskan hubungan antara filsafat,
filsafat pendidikan, dan teori pendidikan;
5) Merumuskan hubungan antara filsafat
Negara (ideology), filsafat pendidikan
dan politik pendidikan (system
pendidikan);
6) Merumuskan system nilai norma atau isi
moral pendidikan yang merupakan tujuan
pendidikan. 
Kesimpulannya, yang menjadi ruang
lingkup filsafat pendidikan adalah semua
aspek yang berhubungan dengan upaya
manusia untuk mengerti dan memahami
hakekat pendidikan itu sendiri, yang
berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan
pendidikan yang baik dan bagaimana tujuan
pendidikan itu dapat dicapai seperti yang
dicita-citakan. 
Memperhatikan tujuan atau ruang
lingkup filsafat yang begitu luas, maka para
ahli pun membatasi ruang lingkupnya.
Menurut Will Durant [ CITATION Ham87 \l
1057 ], ruang lingkup studi filsafat itu ada
lima: Logika, estetika, etika, politik, dan
metafisika. 
Sebagaimana filsafat umum, filsafat
pendidikan juga memiliki beberapa sumber;
ada yang tampak jelas dan ada yang tidak
jelas. Sumber-sumber primer dari filsafat
hidup dan filsafat pendidikan : manusia,
Sekolah, dan Lingkungan. 
Menurut Will Durant [ CITATION
Ham87 \l 1057 ] ruang lingkup studi filsafat
itu ada lima: logika, estetika, etika, politik
dan metafisika.
1) Logika. Studi mengenai metode-metoe
ideal mengenai berpikir dan meneliti
dalam melaksanakan observasi,
introspeksi, dedukasi dan induksi,
hipotensis dan analisis eksperimental dan
lain-lain, yang merupakan bentuk-bentuk
aktivitas manusia melalui upaya logika
agar bisa dipahami.
2) Estetika. Studi tentang bentuk dan
keindahan atau kecantikan yang
sesungguhnya dan merupakan filsafat
mengenai kesenian.
3) Etika. Studi mengenai tingkah laku yang
terpuji yang dianggap sebagai ilmu
pengetahuan yang nilainya tinggi.
Menurut sacrotes, bahwa etika sebagai
pengetahuan tentang baik, buruk, jahat
dan mengenai kebijaksanaan hidup.
4) Politik. Suatu studi tentang organisasi
sosial yang utama dan bukan
sebagaimana yang diperkirakan orang,
tetapi juga sebagai seni pengetahuan
dalam melaksanakan pekerjaan kantor.
Politik merupakan pengetahuan mengenai
organisasi sosial seperti monarki,
aristokrasi, demokrasi, sosialisme,
markisme, feminisme, dan lain-lain,
sebagai ekspresi actual filsafat politik.
5) Metafisika. Suatu studi mengenai realita
tertinggi dari hakikat semua benda, nyata
dari benda (ontologi) dan dari akal
pikiran manusia (ilmu jiwa filsafat) serta
suatu studi mengenai hubungan kokoh
antara pikiran seseorang dan benda dalam
proses pengamatan dan pengetahuan.

Menurut Imam Barnadib, filsafat sebagai


ilmu yang mempelajari objek dari segi
hakikatnya, memiliki beberapa problema
pokok, antara lain: realita, pengetahuan dan
nilai.
i. Realita, yakni kenyataan yang
selanjutnya mengarah kepada
kebenaran, akan muncul bila orang
telah mampu mengambil konklusi
bahwa pengetahuan yang diperoleh
tersebut memang nyata. Realita dibagi
oleh matafisika;
ii. Pengetahuan, yakni yang menjawab
pertanyaan-pertanyaan, missal apakah
pengetahuan, cara manusia
memperoleh dan menangkap
pengetahuan tersebut, dan jenis-jenis
pengetahuan. Pengetahuan dibagi oleh
epistemologi;
iii. Nilai, yang dipelajari oleh filsafat
disebut aksiologi.
Pertanyaanpertanyaan yang dicari
jawabannya, misalnya nilai yang
bagaimana yang diingini manusia
sebagi dasar hidupnya.

Sebagai filsafat umum, filsafat


pendidikan memiliki beberapa sumber; ada
yang tanpa jelas dan ada yang tidak jelas.
1) Manusia. Manusia kebanyakan
mengalami kesulitan-kesulitan dalam
proses kedewasaan atau kematangan.
Hal ini tentunya memiliki dampak yang
signifikan bagi keyakinan manusia
sebagai individu. Orang tua, guru,
teman, saudara kandung, anggota
keluarga, tetangga dan orang lain dalam
masyarakat akan mempengaruhi
pemikiran dan tingkah laku individu.
Macam-macam hubungan dan
pengalaman di atas membantu proses
penciptaan sikap dan sistem
keyakinannya.
2) Sekolah. Pengalaman seseorang, jenis
sekolah, dan guru-guru di dalamnya
merupakan sumber-sumber pokok
filsafat pendidikan. Banyak orang yang
telah memutuskan untuk berprofesi
sebagai guru karena mereka
menyenangi sekolah, atau mungkin
karena dipengaruhi seseorang selama
belajar disekolah. Sekolah telah
mempengaruhi dan terus akan
mempengaruhi filsafat pendidikan
seseorang.
3) Lingkungan. Lingkungan sosial budaya
tempat seseorang tinggal dan
dibesarkan adalah sumber yang lain
dari filsafat pendidikan. Jika seseorang
dibesarkan dalam masyarakat yang
menempatkan suatu nilai pendidikan
yang tinggi hal ini akan mempengaruhi
filsafat pendidikan seseorang. Dengan
demikian hubungan fisafat dan filsafat
pendidikan menjadi begitu penting.
Karena masalah pendidikan merupakan
masalah hidup dan kehidupan manusia.
Proses pendidikan berada dan
berkembang bersama proses
perkembangan hidup dan kehidupan
manusia. Dalam kontek ini, filsafat
pendidikan mempunyai ruang lingkup
yang sangat luas menyangkut seluruh
aspek hidup dan kehidupan manusia.
C. Hubungan Filsafat dengan Filsafat
Pendidikan
Filsafat yang dijadikan pandangan hidup
oleh suatu masyarakat atau bangsa
merupakan asas dan pedoman yang
melandasi semua aspek hidup dan kehidupan
bangsa, termasuk aspek pendidikan. Filsafat
pendidikan yang dikembangkan harus
berdasarkan filsafat yang dianut oleh suatu
bangsa. Sedangkan pendidikan merupakan
suatu cara atau mekanisme dalam
menanamkan dan mewariskan nilai-nilai
filsafat itu sendiri. Pendidikan sebagai suatu
lembaga yang berfungsi menanamkan dan
mewariskan sistem-sistem norma tingkah
laku yang didasarkan pada dasar-dasar
filsafat yang dijunjung lembaga pendidikan
dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk
menjamin upaya pendidikan dan proses
tersebut efektif, dibutuhkan landasan-
landasan filosofis dan ilmiah sebagai asas
normative dan pedoman pelaksanaan
pembinaan[ CITATION Moh88 \l 1057 ].
Hubungan fungsional antara filsafat dan
teori pendidikan:
i. Filsafat, dalam arti filosofis,
merupakan satu cara pendekatan
yang dipakai dalam memecahkan
problematika pendidikan dan
menyusun teori-teori pendidikan oleh
para ahli. 
ii. Filsafat, berfungsi memberi arah bagi
teori pendidikan yang telah ada
menurut aliran filsafat tertentu yang
memilki relevansi dengan kehidupan
yang nyata. 
iii. Filsafat, dalam hal ini filsafat
pendidikan, mempunyai fungsi untuk
memberikan petunjuk dan arah dalam
pengembangan teori-teori pendidikan
menjadi ilmu pendidikan.

1. Filsafat Pendidikan di Indonesia


Pancasila merupakan dasar negara yang
membedakan suatu bangsa dengan bangsa
lain, sedangkan filsafat adalah berpikir
secara mendalam dan sungguh-sungguh
untuk mencari kebenaran sesuatu.
Sementara filsafat pendidikan adalah
pemikiran yang mendalam tentang
kependidikan berdasarkan filsafat. Jika kita
hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem
pendidikan, ditinjau dari filsafat
pendidikan, maka dapat kita jabarkan
bahwa Pancasila adalah pandangan hidup
bangsa yang menjiwai sila-silanya dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk menerapkan
sila-sila Pancasila, diperlukan pemikiran
yang sungguh-sungguh mengenai
bagaimana nilai-nilai pancasila itu dapat
dilaksanakan. Dalam hal ini, tentu
pendidikanlah yang mempunyai peran
utama.
Pancasila sebagai pedoman
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia
ditegaskan dalam TAP MPR RI No. 11/
MPR/ 1988 bahwa dasar pendidikan adalah
Pancasila. Juga ditegaskan dalam UUSPN
No.2 Tahun 1989, bahwa pendidikan
nasional berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Pendidikan yang diselenggarakan
atas dasar falsafah hidup bangsa dikenal
sebagai pendidikan nasional.
Pancasila sebagai konsep filsafat
memiliki nilai-nilai luhur yang menjiwai
kehidupan bangsa Indonesia, karena
didalamnya mengandung muatan-muatan
filosofis yang dapat dikaji dan diyakini
kebenarannya.
1) Pancasila dan metafisika
Bangsa Indonesia meyakini adanya
Tuhan YME sebagai causa prima.
Keyakinan ini menjadi pondasi terhadap
seluruh perilaku bangsa Indonesia untuk
kehidupan bernegara.

2) Pancasila dan epistemologi


Salah satu pokok pikiran dalam
pembukaan UUD 1945 adalah Negara
hendaknya mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat. Pokok pikiran ini
mengandung makna bahwa Negara
berupaya meningkatkan keadilan,
kesejahteraan hidup rakyat melalui
pembangunan di segala bidang. Semuanya
harus didukung melalui pengembangan
ilmu pengetahuan.
3) Pancasila dan aksiologi
Ilmu dan teknologi merupakan pondasi
suksesnya pembangunan. Namun sukses
tersebut memerlukan disiplin dari
manusianya. Nilai dasar pancasila adalah
kemerdekaan seperti tercantum pada alinea
3 pembukaan UUD 1945. Nilai
kemerdekaan sebagai modal dasar bangsa
Indonesia untuk lebih maju dalam keadilan
dan kemakmuran rakyat.

FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA

A. Filsafat Pendidikan Matematika


Filsafat ilmu pendidikan dalam arti luas
menurut Mudyahardjo (2004) dapat
dibedakan menjadi dua macam, yakni:
a. Analisis secara menyeluruh dan kritis
tentang bagaimana seharusnya
pendidikana dilaksanakan.
b. Analisis secara mendalam dan
menyeluruh tentang pendidikan dan
konsep-konsep psikologi pendidikan
yang berkaitan dengan teori-teori
belajar,pengukuran pendidikan,
prosedur pembuatan kurikulum, dst.
Filsafat pendidikan matematika
merupakan salah satu cabang filsafat
pendidikan, yang mana didalamnya
menelusuri dan menyelidiki hakekat
pelaksanaan pendidikan matematika, yang
berkesinambungan dengan tujuan, latar
belakang, serta kegunaanya.
Filsafat pendidikan matematika dapat
dibedakan dalam tiga kategori, yakni:
1. Ontologi Ilmu Pendidikan Matematika
Ontologi adalah cabang filsafat
yangmembahas tenatng realitas, yaitu
kenyataan yang menjurus pada suatu
kebenaran [CITATION Jal12 \l 1057 ].
Apabila disangkutkpautkan dengan
pengertian diatas, maka Ontologi
pendidikan matematika adalah hakikat
yang ada dalam matematika atau yang
ada dibalik matematika secara
menyeluruh. Ontologi pendidikan
matematika terdiri dari :
a. Karakteristik Pendidikan
Matematika
 Memiliki kajian yang bersifat
abstrak
Bersifat abstrak karena objek
matematika adalah objek mental
dan pikiran [ CITATION RSo00 \l
1057 ]. Sehingga objek kajian
disekolah adalah berupa fakta,
konsep, operasi, dan prinsip.
Fakta adalah kesepakatan
atau konvensi dalam matematika,
seperti istilah, notasi, dan
lambang. Contoh notasi 2 < 3,
mengungkapkan fakta bahwa
bilangan dua lebih kecil atau
lebih sedikit dari bilangan tiga.
Konsep adalah ide yang
memungkinkan untuk ide itu
dapat digunakan atau tidak,
konsep ini dipelajari melalui
definisi. Contoh konsep sebuah
lingkaran didefinisikan sebagai
kumpulan titik-titik pada bidang
datar yang berjarak sama
terhadap suatu titik tertentu (titik
pusat).
Operasi merupakan suatu
keterampilan dalam matematika
berupa kemampuan pengerjaan
dengan prosedur-prosedur
tertentu. Contoh 2 ×3, perkalian
tersebut dapat dioperasikan
dengan melakukan prosedur
penjumlahan 3 sebanyak 2 kali,
maka 2 ×3=3+3.
Prinsip adalah hubungan
antara beberapa objek dasar
matematika, sehingga terdiri dari
beberapa fakta, konsep, dan
dikaitkan oleh suatu operasi.
Prinsip disini, berupa aksioma,
teorema, sifat, dll. Contoh luas
suatu persegi panjang merupakan
hasil kali dari panjang dan
lebarnya ( p ×l), hal tersebut
merupakan suatu prinsip dengan
konsep persegi panjang, dan
dinotasikan dengan p untuk
panjang dan l untuk lebar, dengan
operasi perkalian.

 Mangacu pada kesepakatan


Fakta matematika merupakan
hasil kesepakatan, sehingga
kesepakatan tersebut menjadi
sebuah pembahasan yang mudah
dikomunikasikan.
 Mempunya pola pikir deduktif
Pola pikir deduktif
didasarkan pada urutan
kronologis dari pengertian
pangkal, aksioma (postulat),
definisi, sifat-sifat, dalil-dalil
(rumus-rumus) dan penerapannya
dalam matematika sendiri atau
dalam bidang lain dan kehidupan
sehari-hari. Pola pikir deduktif
adalah pola pikir yang didasarkan
pada hal yang bersifat umum dan
diterapkan pada hal yang bersifat
khusus, atau pola pikir yang
didasarkan pada suatu pernyataan
yang sebelumnya telah diakui
kebenarannya.
 Konsisten dalam sistemnya
Dalam suatu sistem
matematika berlaku hukum
konsistensi atau ketaatazasan,
artinya tidak boleh terjadi
kontradiksi di dalamnya.
Konsistensi ini mencakup dalam
hal makna maupun nilai
kebenarannya.
 Memiliki simbol kosong dari arti
Matematika memiliki banyak
simbol. Rangkaian simbol-simbol
dapat membentuk kalimat
matematika yang dinamai model
matematika. Secara umum
simbol dan model matematika
sebenarnya kosong dari arti,
artinya suatu simbol atau model
matematika tidak ada artinya bila
tidak dikaitkan dengan konteks
tertentu. Contoh: Simbol x tidak
ada artinya. Bila kemudian kita
menyatakan bahwa x adalah
bilangan bulat, maka x menjadi
bermakna, artinya x mewakili
suatu bilangan bulat.
 Memeperhatikan semesta
pembicaraan.
Karena simbol-simbol dan
model-model matematika kosong
dari arti, dan akan bermakna bila
dikaitkan dengan konteks tertentu
maka perlu adanya lingkup atau
semesta dari konteks yang
dibicarakan. Lingkup atau
semesta dari konteks yang
dibicarakan sering diistilahkan
dengan nama semesta
pembicaraan. Ada-tidaknya dan
benar-salahnya penyelesaian
permasalahan dalam matematika
dikaitkan dengan semesta
pembicaraan. Bila dijumpai
model matematika 4 x=10,
kemudian akan dicari nilai x,
maka penyelesaiannya tergantung
pada semesta pembicaraan. Bila
semesta pembicaraannya
himpunan bilangan bulat maka
tidak ada penyelesaiannya.
Mengapa? Karena tidak ada
bilangan bulat yang bila
dikalikan 4 hasilnya 10. Bila
semesta pembicaraannya
bilangan rasional maka
penyelesaian dari permasalahan

10
adalah x= =2,5.
4
b. Objek Pendidikan Matematika
Menurut Gagne, secara garis
besar ada dua macam objek yang
dipelajari dalam matematika, yaitu:
 Objek langsung, yakni fakta
(abstrak), konsep,
operasi/keterampilan dan prinsip.
 Objek tak langsung, yakni
meliputi kemampuan berpikir
logis, kemampuan memecahkan
masalah, kemampuan berpikir
analitis, sikap positif terhadap
matematika, ketelitian,
ketekunan, kedisiplinan, dan ha
lain yang secara implisit akan
dipelajari jika mempelajari
matematika
c. Sejarah pengembangan pendidikan
matematika
2. Epistimologi Ilmu Pendidikan
Matematika
Epistimologi adalah pengetahuan
yang mengkaji pertayaan-pertanyaan
seperti apakah pengetahuan, cara manusia
memperoleh dan menangkap
pengetahuan dan jenis-jenis pengetahuan
itu sendiri [CITATION Jal12 \l 1057 ].
Sehingga apabila dikaitkan dengan
pengertian diatas maka dapat dikatakan
bahwa epistimologi pendidikan
matematika merupakan suatu
pengetahuan yang mana didalamnya
menggali tentang bagaimana cara
memperoleh pengetahuan matematika,
apa saja sumber-sumber pendidikan
matematika, dst.
Sehingga Epistemologi pendidikan
matematika dapat diklasifikasikansebagai
berikut:
c. Metode Pendidikan Matematika
Metode pendidikan matematika
adalah teknik penyampaikan dalam
kegiatan belajar mengajar yang harus
dikuasai pengajar untuk menyajikan
bahan pelajaran kepada peserta
didiknya. Adapun metode yang lazim
digunakan dalam pendidikan
matematika yaitu seperti metode
ceramah, metode ekspositori, metode
demonstrasi, metode drill atau
latihan, metode tanya jawab, metode
inkuiri, metode discovery, metode
pemberian tugas, dan metode
permainan (untuk tingkat tertentu).
d. Alat Pengembangan Pendidikan
Matematika
Alat pengembangan pendidikan
matematika adalah suatu media yang
digunakan pengajar dalam proses
mengajar dengan tujuan untuk
meningkatkan pemahaman dan
semangat belajar siswa agar
pembelajaran semakin efektif. Alat
pengembangan pendidikan
matematika meliputi software dan
hardware yang berfungsi sebagai
alat belajar dan alat bantu belajar.
Menurut Vernon S. Gerlack dan
Donald P Hardware adalah the
materials and equipment which store
and for transmit instructional stimuli
or content. Sedangkan, Software
adalah the stimuli (content) which
are stored and transmitted
[ CITATION Dar83 \l 1057 ]. Yang
mana Hardware sendiri terbagi
menjadi dua bagian yaitu multimedia
dan alat peraga, peralatan
multimedia seperti: overhead
proyektor, LCD, Komputer,
Powerpoint, Video animasi, dsb.
Sedangkan peralatan alat peraga
seperti: loncat kakat, menara hanoi,
sesatan hexagon, dll. Sedangkan
Software merupakan informasi atau
cerita yang terdapat dalam overhead
proyektor tersebut.
e. Sumber-sumber dan Batas-batas
Pengembangan Pendidikan
Matematika
Sumber pembelajaran merupakan
sarana dalam kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
Pengembangan sumber pembelajaran
yang dimaksud setidaknya mencakup
beberapa hal berikut.
i. Sumber belajar dibuat dan
disajian sedemikian rupa
sehingga mudah dipahami dan
ringan untuk dilakukan;
ii. Sumber belajar harus disesuaikan
dengan kondisi siswa dan
lingkungan sekolah
Sedangkan untuk batasan
pengembangan pendidikan
matematika yakni adalah seperti apa
yang tercantum dalam GBPP(Garis-
garis Besar Program Pengajaran).
3. Aksiologi Ilmu Pendidikan
Matematika
Ilmu merupakan sesuatu yang paling
penting bagi manusia karena dengan ilmu
semua keperluan dan kebutuhan manusia
bisa terpenuhi secara lebih cepat dan
lebih mudah. Dan merupakan kenyataan
yang tidak bisa di pungkiri bahwa
peradaban manusia sangat beruntung
kepada ilmu. Ilmu telah banyak
mengubah wajah dunia seperti hal
memberantas penyakit, kelaparan,
kemiskinan, dan berbagai wajah
kehidupan yang sulit lainnya. Dengan
kemajuan ilmu juga manusia bisa
merasakan kemudahan lainnya seperti
transportasi, komunikasi dan lainnya.
Singkatnya ilmu merupakan sarana yang
untuk membantu manusia dalam
mencapai tujuan hidup.

Beberapa definisi tentang aksiologi


diataranya:

a. Aksiologi berasal dari perkataan


axios (Yunani) yang berarti nilai dan
logos yang berarti teori. Jadi
aksiologi adalah teori tentang nilai.
[CITATION Bah97 \l 1057 ].
b. Sedangkan aksiologi yang terdapat
di dalam bukunya Jujun S.
Suriasumantri Filsafat Ilmu sebuah
pengantar Populer bahwa aksiologi
di artikan sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh.
[ CITATION Juj \l 1057 ].
c. Menurut Bramel, aksiologi terbagi
dalam tiga bagian, pertama, moral
conduct, yaitu tindakan moral,
bidang ini melahirkan disiplin
khusus, yakni etika. Kedua, Esthetic
expression, yaitu ekspresi keindahan.
Bidang ini melahirkan keindahan.
Ketiga, sosio – political life,yaitu
kehidupan sosial politik yang akan
elahurkan filsafat sosio-politik.
Secara filsafat, aksiologi pendidikan
matematika, dapat kita kaji berdasarkan
tujuan pembelajaran matematika di
sekolah, antara lain :
a. Memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antarkonsep
dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan
masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola
dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika,
menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah/
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian,
dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Dari lima tujuan pembelajaran
matematika di sekolah tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa nilai dari
pembelajaran matematika adalah
pembentukan karakter/ kepribadian
seseorang berpikir matematis.

Salah satu contoh dari aksiologi


pendidikan matematika adalah
pendidikan matematika yang bertujuan
untuk pembentukan karakter salah
satunya karakter disiplin.
Aksiologi pendidikan matematika
terdiri dari:
a. Pembenaran Pendidikan
Matematika
Dalam kamus umum bahasa
Indonesia menurut Purwadarminta
ditemukan arti pembenaran
diantaranya yaitu keadaan sesuatu
yang benar, dan sungguh-sungguh
ada. Pembenaran adalah kenyataan
yang benar-benar terjadi. Pernyataan
ini pasti, dan tidak dapat dipungkiri
lagi. Pembenaran ialah persesuaian
antara pengetahuan dan obyeknya.
Pengetahuan yang benar adalah
pengetahuan yang sesuai dengan
obyeknya.

Pendidikan adalah pembelajaran
pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang
ditransfer dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

Matematika berarti ilmu


pengetahuan yang didapat dengan
berpikir (bernalar). Matematika lebih
menekankan kegiatan dalam dunia
rasio (penalaran), bukan menekankan
dari hasil eksperimen atau hasil
observasi matematika terbentuk
karena pikiran-pikiran manusia, yang
berhubungan dengan ide, proses, dan
penalaran.

b. Prinsip-prinsip Pengembangan
Pendidikan Matematika
Pendidikan matematika di
Indonesia berkembang sejalan
dengan perkembangan pendidikan
matematika dunia. Perubahan-
perubahan yang terjadi dalam proses
pembelajaran di kelas, selain
dipengaruhi adanya tuntutan sesuai
perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan juga seringkali diawali
adanya perubahan pandangan tentang
hakekat matematika serta
pembelajarannya. Perubahan
pandangan tentang hakekat
matematika dapat mendorong
terjadinya perubahan substansi
kurikulum. Sementara itu perubahan
pandangan tentang pembelajaran
matematika sangat dipengaruhi oleh
terjadinya perkembangan mengenai
teori belajar baik yang bersifat umum
maupun yang khusus berkaitan
dengan belajar matematika.
Walaupun perubahan pembelajaran
matematika saat ini terjadi secara
pelan-pelan, akan tetapi upaya-upaya
untuk memperbaiki kualitasnya
sesuai perkembangan yang terjadi di
dunia mulai dilakukan sekalipun
masih bersifat terbatas. Bagian ini
memuat uraian tentang beberapa hal
yang berkaitan dengan pendidikan
matematika khususnya di Indonesia.
Uraian tersebut antara lain meliputi
perkembangan kurikulum
matematika sekolah di Indonesia,
pembelajaran matematika masa kini,
pengembangan kemampuan berpikir
matematik, dan beberapa pendekatan
pembelajaran matematika
kontemporer yang banyak diadaptasi
dalam proses pembelajaran
matematika di Indonesia.

 Perkembangan Kurikulum
Matematika Sekolah
Terdapat dua prinsip dalam
pengembangan kurikulum, yakni
pertama prinsip umum yang
meliputi prinsip relevansi,
fleksibilitas, kontinuitas, praktis,
evektivitas, dan integritas. Dan
kedua prinsip khusus yakni
prinsip yang berkenaan dengan
tujuan pendidikan, pemilihan isi
pendidikan, proses belajar
mengajar, pemilihan media, dan
pemilihan kegiatan penilaian.
Adapun model-model dalam
pengembangan kurikulum
diantaranya adalalah model the
administrative model, the grass
roots model, taba’s inverted
model, beauchamp’s system, the
demonstration model, roger’s
interpersonal relations model,
dan systematic action-research
model.[CITATION Ase17 \l 1057 ]
PERJALANAN KURIKULUM
MATEMATIKA

Tahun Ciri-ciri Materi


Kurikulum Matematika
1968 1. Lebih a. Pengajaran
mengutamakan geometri,
hafalan yang penekanan lebih
sifatnya mekanis diberikan pada
daripada keterampilan
pengertian. berhitung
2. Diutamakan b. materi
pengerjaan soal- peljaran
soal latihan guna matematika yang
meningkatkan lain lebih
daya ingat akan menekankan
rumus-rumus. pada
3. Menggunakan penggunaan
teori belajar rumus-rumus
Skinner, bukan
bagaimana
rumus-rumus
tersebut
Tahun Ciri-ciri Materi
Kurikulum Matematika
diperoleh
1975 1. Pengajaran a. Geometri
lebih menekankan bidang dan
pada pengertian, Ruang
dan berpusat pada b. Statistika dan
siswa. probabilitas
2. Soal-soal c. Relasi
bersifat d. Sistem
pemecahan numerasi kuno
masalah daripada e. Penulisan
rutin. lambang
3. Menggunakan bilangan non-
teori beljar Piaget desimal
dan Brunner
1984 Memiliki ciri yag Materi
sama dengan pengenalan
kurikulum tahun kalkulator, muali
1984 diberikan.
1994 Menggunakan SD : berhitung,
kembali teori pengantar
Skinner di SD, dan aljabar, geometri
Tahun Ciri-ciri Materi
Kurikulum Matematika
Piaget dan pengukuran,
Brunner di SMP pengantar
dan SMA statistik. SMP :
aritmatika,
aljabar, peluang,
geometri, dan
statistika. SMA :
pengenalan teori
graf.
2002 Pembelajaran SMA : aljabar,
lebih menekankan geometri dan
pada kemampuan pengukuran,
pemecahan trigonometri,
masalah dan peluang dan
berpusat pada statistika, logika
siswa sebagai matematika.
pengembang Sedangkan SD
pengetahuan dan SMP masih
materi yang
sama dengan
kurikulum 1994.
Tahun Ciri-ciri Materi
Kurikulum Matematika
2006 Pembelajaran Materi pelajaran
digunakan dengan masih sama
metode belajar sepeti pada
yang bervariasi. kurikulum 2002.
2013 Tiap mata Materi pelajaran
pelajaran masih sama
mendukung semua seperti pada
kompetensi dan kurikulum 2002.
diajarkan dengan
pendekatan
saintifik
c. Aliran Pengembangan Pendidikan
Matematika
Dalam subbab sebelumnya telah
dibahas mengenai aliran fislafat
matematika, yaitu aliran absolutisme dan
platonisme. Pada subbab ini sama halnya
dengan aliran filsafat matematika
sebelumnya, filsafat pendidikan
matematika memiliki beberapa aliran,
yakni:
1. Konvensionalisme
Pandangan pengikut aliran
konvensionalis menyebutkan bahwa
pengetahuan matematika dan
kebenaran didasarkan pada konvensi
(kesepakatan) linguistik. Atau lebih
jauh kebenaran logika dan
matematika memiliki sifat analitis,
benar karena ada hubungan nilai dari
makna istilah yang digunakan.
Bentuk moderat dari
konvensionalisme seperti Quine
(1936) atau Hempel (1945)
menggunakan konvensi linguistic
sebagai sumber kebenaran
matematika dasar yang menjadi
landasan konstruksi bangunan
matematika. Bentuk
konvensionalisme ini sedikit banyak
sama dengan ifthenisme.
Filasafat matematika
konvensionalis memiliki dua kritik,
yaitu Pertama, aliran ini tidak
banyak memberikan informasi.
Terlepas dari penjelasan tentang sifat
social matematika, konvensionalisme
hanya memberikan sedikit informasi.
Kedua, penolakan dari Quine.
Penolakan Quine tidak memiliki
alasan kuat karena penolakan itu
tidak dapat dikenakan pada bahasa
asli dan dikenakan pada peran
pembatas pada konvensi umum.
Sebaliknya dia benar dengan
mengatakan bahwa kita tidak akan
menemukan semua kebenaran
matematika dan logika yang
dikemukakan secara literal seperti
aturan dan konvensi linguistik.
Meskipun Quine mengkritik
konvensionalisme terkait dengan
logika, dia memandang aliran ini
memiliki potensi menjadi filsafat
matematika yang sedikit berbeda.
2. Empirisme

Pandangan empiris tentang


pengetahuan matematika
menyebutkan bahwa kebenaran
matematika adalah generalisasi
empirik (pengamatan). Konsep
empirik terbagi menjadi dua, yaitu:

i. Konsep matematika memiliki


asal usul empirik.
ii. kebenaran matematika
memiliki dasar kebenaran
empirik maka diambil dari
dunia nyata.
Konsep pertama tidak dapat
disangkal dan telah diterima oleh
sebagian besar filsuf matematika
(sehingga banyak konsep tidak
terbentuk secara langsung dari
pengamatan tetapi terdefinisi karena
adanya konsep lain yang
menyebabkan terbentuknya konsep
dari pengamatan melalui serangkaian
definisi). Konsep yang kedua ditolak
oleh semua pihak kecuali penganut
aliran empiris karena arahnya yang
mengarah ke ketidakjelasan.
Penolakan pertama beralasan bahwa
sebagian besar ilmu matematika
diterima dengan dasar alasan teoritis
dan bukan empiris. Oleh karena itu
saya tahu bahwa 999.999 + 1 =
1.000.000 tidak melalui pengamatan
kebenarannya di dunia tetapi melalui
pengetahuan teoritis saya tentang
angka dan penjumlahan.

Empirisme terbuka untuk


sejumlah kritik[ CITATION Pau91 \l
1057 ]. Pertama, menurut Davis dan
Hersh, 1980 ketika pengalaman kita
berlawanan dengan kebenaran
matematika dasar, kita tidak akan
menyangkalnya, kita justru akan
berasumsi bahwa mungkin ada
kesalahan dalam penalaran kita
karena ada kesepakatan bersama
tentang matematika sehingga kita
tidak dapat menolak kebenaran
matematika. Oleh karena itu, “1 + 1 =
3” sangat jelas salah, bukan karena
jika seekor kelinci ditambahkan ke
kelinci lainnya tidak dapat berjumlah
tiga kelinci tetapi dengan definisi “1
+ 1” artinya “pengganti dari 1” dan
“2” adalah pengganti dari “1”.
Kedua, matematika sangat abstrak
dan begitu banyak konsepnya tidak
memiliki keaslian dalam pengamatan
di dunia nyata. Justru konsep tersebut
didasarkan pada konsep yang sudah
terbentuk sebelumnya.
Kebenarankebenaran tentang konsep
seperti itu yang membentuk
bangunan matematika tidak dapat
dikatakan berasal dari kesimpulan
dari observasi dunia luar. Ketiga,
empirisme bisa dikritik karena
terfokus secara eksklusif (khusus)
pada masalah-masalah pondasionis
dan gagal menguraikan kecukupan
tentang pengetahuan matematika.
Dengan dasar kritik ini kami menolak
pandangan empirik sebagai filsafat
matematika yang tepat.

References
Abdullah dan Jalaluddin. (2012). Filsafat
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Ali, H. (1987). Filsafat Pendidikan. Yogyakarta:


Kota Kembang.

Darhim. (1983). Media Pendidikan Matematika


untuk Guru dan Calon Guru Matematika.
Bandung.
Ernest, P. (1991). The Phylosophy of
Mathematics Education. Francis:
Routledge.

Jihad, A. (2017). Kurikulum dan Pembelajaran


Matematika. Bandung: PT Cipta Persada.

Kneller, G. F. (1971). Introduction to The


Philosophy of Education. New York: Jhon
Willey Sons Inc.

Salam, B. (1997). Filsafat Ilmu Pengetahuan.


Jakarta: Reneka Cipta.

Sisnandar. (2003). Kurikulum Berbasis


Kompetensi Pendidikan Menengah.
Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.

Soedjadi, R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika


di Indonesia. Dirjen Pendidikan Tinggi.

Syam, M. N. (1988). Filsafat Pendidikan dan


Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila.
Surabaya: Usaha Nasional.

Anda mungkin juga menyukai