Anda di halaman 1dari 26

Aliran dalam saluran, 2- 1

Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

BAB 2
ALIRAN DALAM SALURAN

Tujuan yang diharapkan :


 Mahasiswa dapat menjelaskan aliran laminar dalam pipa
 Mahasiswa dapat menjelaskan aliran laminar diantara plat paralel
 Mahasiswa dapat menjelaskan aliran laminar diantara silinder berotasi
 Mahasiswa dapat menjelaskan aliran turbulen dalam pipa
.

Gambar 2.1 Pipa Alaska yang mengangkut minyak


sejauh 1286 km dengan diameter 1,2 m

2.1 Klasifikasi aliran


Bagian ini menjelaskan cara untuk mengklasifikasikan aliran dalam
saluran dengan mempertimbangkan (a) apakah aliran laminar atau turbulen ?
(b) apakah aliran tersebut berkembang sepenuhnya ?
Mengelompokkan arus adalah penting untuk memilih ersamaan yang
tepat untuk menghitung headloss.
2.1.1 Aliran laminar dan aliran turbulen
Aliran dalam saluran diklasifikasikan sebagai laminar ataukah turbulen
tergantung pada nilai bilangan Reynolds. Penelitian asli yang terlibat untuk
memvisualisasikan aliran dalam tabung kaca seperti ditunjukkan pada gambar
2.2. Reynolds pada tahun 1880 an menyuntikkan pewarna ke pusat tabung dan
mengamati berikut :
Ketika kecepatan rendah, stik pewarna mengalir pada tabung dengan
sedikit ekspansi seperti ditunjukkan pada gambar 2.2b. Namun, ketika air
dalam tangki terganggu, seketika bergeser ke sekitar dalam tabung. Ketika
kecepatan meningkat pada beberapa titik dalam tabung, pewarna akan
sekaligus bercampur dengan air seperti ditunjukkan pada gambar 2.2c.
Ketika pewarna digerakkan cepat bercampur (gb 2.2c), iluminasi dengan
percikan listrik mengungkapkan pusaran pada cairan campuran seperti
ditunjukkan gambar 2.2d. Rezim aliran ditunjukkan pada gambar 2.2, dimana
aliran laminar (gb 2.2b) dan aliran turbulen (gb. 2.2c dan 2.2d). Reynolds
Aliran dalam saluran, 2- 2
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

menunjukkan bahwa timbulnya gejolak terkait dengan sebuah kelompok yang


dikenal dengan bilangan Reynolds (Re), untuk menghormati karya perintis
Reynold.

Gambar 2.2 Percobaan Reynolds : (a) Aparatur, (b) Aliran laminar pewarna dalam
tabung, (c) Aliran turbulen pewarna dalam tabung, (d) Pusaran dalam aliran turbulen

Reynolds menemukan bahwa jika cairan pada reservoir hulu tidak


sepenuhnya diam atau jika pipa memiliki beberapa getaran, perubahan dari
aliran laminar ke turbulen terjadi pada Re ~ 2100. Namun, jika kondisi ideal,
mungkin peralihan dari aliran laminar ke turbulen mencapai jauh lebih tinggi.
Reynolds juga menemukan bahwa ketika kecepatan tinggi bergerak mendekati
kecepatan rendah, perubahan dari laminar ke turbulen terjadi pada Re~ 2000.
Pada eksperimen Reynolds, insinyur menggunakan panduan untuk
menetapkan apakah aliran dalam saluran termasuk laminar ataukah turbulen.
Pedoman yang digunakan pada naskah ini adalah sebagai berikut :

...................(2.1)
Pada persamaan (2.1), dinyatakan kisaran tengah (2000  Re  3000)
sesuai dengan jenis aliran yang tidak dapat diprediksi karena dapat berubah
bolak-balik antara laminar dan turbulen. Dengan demikian, pedoman yag
diberikan pada persamaan (2.1) diatas adalah perkiraan dan referensi lain
mungkin memberikan sedikit berbeda nilai. Sebagai contoh, beberapa
referensi menggunakan Re = 2300 sebagai kriteria untuk turbulensi.
Terdapat beberapa persamaan untuk menghitung bilangan Reynolds dalam
pipa.

......................(2.2)
Persamaan ini diturunkan dengan menggunakan definisi Re, definisi viskositas
kinematik dan persamaan laju aliran, sehingga :

...............(2.3)

Persamaan 2.3 berlaku untuk aliran memasuki pipa melingkar dari


reservoir bawah kondisi diam. Komponen hulu lainnya, seperti katup, siku dan
Aliran dalam saluran, 2- 3
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

pompa menghasilkan medan aliran yang kompleks yang memerlukan panjang


yang berbeda untuk mencapai aliran berkembang penuh.
Singkatnya, aliran dalam saluran diklasifikasikan menjadi 4 kategori :
laminar berkembang, laminar berkembang penuh, turbulen berkembang atau
turbulen berkembang penuh. Kunci untuk mengklasifikasikannya adalah dengan
menghitung bilangan Reynolds seperti yang ditunjukkan oleh contoh soal 2.1.

Gambar 2.3 Dalam aliran yang berkembang, tegangan geser dinding berubah. Pada
aliran yang berkembang penuh, tegangan geser dinding konstan.

Contoh soal : 2.1 (Klasifikasi aliran dalam saluran)


Pertimbangkan aliran fluida dalam tabung bundar dengan panjang 1 m
dan diameter 5 mm. Klasifikasikan aliran sebagai laminar atau turbulen dan
hitung panjang pintu masuk untuk (a) udara pada temperatur 50°C dengan
kecepatan 12 m/s dan (b) air pada temperatur 15°C dengan laju aliran massa
ṁ= 8 g/s.
Definisi masalah :
Situasi : Cairan mengalir dalam tabung bulat (dua kasus diberikan).
Cari : 1. Apakah setiap aliran bersifat laminar atau turbulen.
2. Panjang masuk (dalam meter) untuk setiap kasus.
Properti : 1. Udara pada temperatur 50 ° C, dicari dengan tabel A.3,
2. Air pada temperatur 15 ° C, dicari dengan Tabel tabel A.5,
Sketsa:

Asumsi : 1. Pipa terhubung ke reservoir.


2. Kondisi masuknya halus dan meruncing.
Aliran dalam saluran, 2- 4
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

Langkah : 1. Hitung bilangan Reynolds menggunakan persamaan. (2.2).


2. Tetapkan apakah alirannya laminar atau turbulen menggunakan
persamaan (2.1).
3. Hitung panjang pada kondisi masuk menggunakan
persamaan (2.3).
Perhitungan :
a. Udara
Re = (v * D)/ 
Re = (12 (m/s) * 0,005 (m)) / 1,79 * 10-5 (m2/s)
Re = 0,0335 * 105
Re = 3350
Dengan batasan, Rec = 3000, aliran termasuk turbulen.
Untuk aliran turbulen, panjang pada kondisi masuk :
Le = 50 * D
Le = 50 * 0,005 (m)
Le = 0,25 m
b. Air
Re = 4 ṁ / (Dμ)
Re = (4 * 0,008 (kg/s)) / ( * 0,005 (m) * 1,14 * 10-3 (Ns/m2))
Re = 1,787 * 103
Re = 1787
Dengan batasan, Rec = 2000, aliran termasuk laminar.
Untuk aliran laminar, panjang pada kondisi masuk :
Le = 0,05 Re * D
Le = 0,05 * 1787 * 0,005 (m)
Le = 0,447 m

2.2 Head loss Pipa


Bagian ini menyajikan persamaan Darcy- Weisbach , yang digunakan
untuk menghitung head loss pada pipa lurus. Persamaan ini adalah salahsatu
persamaan paling berguna dalam mekanika fluida.
2.2.1 Head Loss total
Head loss pipa adalah salah satu jenis head loss; tipe lainnya disebut
head loss komponen. Semua head loss diklasifikasikan menggunakan dua
kategori ini:
…… (2.4)
Head loss komponen, dikaitkan dengan aliran melalui perangkat seperti
katup, tikungan, dan tee. Head loss pipa dikaitkan dengan aliran yang
berkembang penuh dalam saluran, hal ini disebabkan oleh tegangan geser yang
bekerja pada fluida yang mengalir. Perhatikan bahwa headloss pipa kadang-
kadang disebut head loss mayor dan head loss komponen kadang-kadang
disebut head loss minor. Head loss pipa dihitung dengan persamaan Darcy-
Weisbach .
Aliran dalam saluran, 2- 5
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

2.2.2 Penurunan Persamaan Darcy-Weisbach


Untuk menurunkan persamaan Darcy- Weisbach , dimulai dengan situasi
yang ditunjukkan pada gambar 2.4. Anggaplah aliran berkembang penuh dan
stedi dalam tabung bundar dengan diameter konstan D. Pasang volume kontrol
silinder berdiameter D dan panjang ΔL pipa. Tetapkan sistem koordinat
dengan koordinat aksial dalam arah aliran (s) dan koordinat radial dalam arah
r.
Terapkan persamaan momentum ke volume kontrol yang ditunjukkan
pada gambar 2.4.

………… (2.5)
Pilih arah streamwise dan analisis masing-masing dari tiga istilah dalam
persamaan (2.5). Keluaran bersih momentum adalah nol karena distribusi
kecepatan pada bagian 2 identik dengan distribusi kecepatan pada bagian 1.
Istilah akumulasi momentum juga nol karena alirannya stabil.

Gambar 2.4 Situasi awal untuk penurunan persamaan Darcy- Weisbach

Sehingga persamaan (2.5) disederhanakan menjadi  F = 0. Gaya diturunkan


pada gambar 2.4. Penjumlahan gaya pada pola aliran adalah :

......... (2.6)
Gambar 2.4b menunjukkan bahwa sin α = (Δz/ ΔL), sehingga persamaan diatas
menjadi :

................ (2.7)

Selanjutnya, terapkan persamaan energi untuk volume kontrol seperti


ditunjukkan pada gambar 2.4. Diketahui bahwa hp = ht = 0, v1=v2,  1 =  2.
Dengan demikian, persamaan energi diturunkan menjadi :
Aliran dalam saluran, 2- 6
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

........ (2.8)
Gabungkan persamaan (2.7) dan (2.8), ganti ΔL dengan L, berikan simbol
baru hf untuk melambangkan headloss dalam pipa, sehingga :

............. (2.9)
Atur ulang sisi kanan persamaan (2.9), sehingga diperoleh :

......... (2.10)
Definisikan  grup baru yang disebut faktor gesekan (f) yang
memberikan perbandingan antara tegangan geser pada dinding dengan
tekanan kinetik, sehingga diperoleh ;

.......................................... (2.11)
Dalam pustaka teknik, faktor gesekan diidentifikasi dengan beberapa
nama berbeda yang identik, faktor gesekan, faktor gesekan Darcy, faktor
gesekan Darcy- Weisbach dan koefisien resistensi. Terdapat juga koefisien
lain yang disebut faktor gesek Fanning yang sering digunakan pada teknik
kimia. Terkait dengan faktor gesek Darcy-Weisbach, yang merupakan empat
kalinya.

Gambar 2.5 Diagram gaya

Naskah ini hanya menggunakan faktor gesekan Darcy-Weisbach. Dengan


menggabungkan persamaan (2.10) dan (2.11) dihasilkan persamaan Darcy-
Weisbach berikut :

.................................. (2.12)

Untuk menggunakan persamaan Darcy-Weisbach, aliran harus


berkembang penuh dan stabil. Persamaan Darcy-Weisbach digunakan untuk
aliran laminar atau turbulen dan untuk pipa bundar atau saluran pipa tidak
bundar seperti saluran persegi panjang.
Aliran dalam saluran, 2- 7
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

Persamaan Darcy-Weisbach menunjukkan bahwa headloss bergantung


pada faktor gesekan, rasio panjang pipa terhadap diameter dan kuadrat dari
kecepatan rata-rata. Kunci untuk menggunakan persamaan Darcy-Weisbach
menghitung nilai faktor gesekan.

2.3 Aliran Laminar dalam Tabung Bulat


Bagian ini menjelaskan aliran laminar dan mendapatkan persamaan yang
relevan. Aliran laminar adalah penting untuk aliran di saluran kecil yang
disebut microchannels, untuk aliran pelumasan, dan untuk menganalisis aliran
lain dimana kekuatan kental dominan. Juga, pengetahuan tentang aliran
laminar yang memberikan dasar untuk mempelajari topik-topik lanjutan.
Aliran laminar adalah rezim aliran dimana gerakan fluida lancar, aliran
terjadi berlapis-lapis (Lamina), dan pencampuran antara lapisan terjadi oleh
difusi molekuler, suatu proses yang jauh lebih lambat dari pencampuran
bergolak. Menurut persamaan (2.1), aliran laminar terjadi ketika Re ≤ 2000.
Aliran laminar dalam tabung bundar disebut aliran Poiseuille atau aliran
Hagen-Poiseuille untuk menghormati para peneliti perintis yang mempelajari
aliran kecepatan rendah pada tahun 1840-an.
2.3.1 Profil Kecepatan
Untuk mendapatkan persamaan profil kecepatan dalam aliran laminar,
dimulai dengan menghubungkan tegangan dengan laju-regangan menggunakan
persamaan (2.6)

dimana y adalah jarak dari dinding pipa. Ubah variabel dengan membiarkan y =
r0 – r, dimana r0 adalah radius pipa dan r adalah koordinat radial. Selanjutnya,
gunakan aturan rantai kalkulus:

………(2.13)
Gantikan persamaan (2.13), sehingga diperoleh :

…………… (2.14)
Dalam persamaan (2.14), sisi kiri persamaan adalah fungsi jari-jari r,
dan sisi kanan adalah fungsi lokasi aksial s. Ini bisa benar jika dan hanya jika
setiap sisi persamaan (2.14) sama dengan sebuah konstanta. Dengan demikian,

= konstan ………….. (2.15)


Dimana Δh adalah perubahan pada kepala piezo metric pada panjang ΔL
saluran. Gabungkan persamaan (2.14) dan (2.15), sehingga diperoleh :

……………………..…….. (2.16)
Aliran dalam saluran, 2- 8
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

Integrasikan persamaan (2.16):

……………………… (2.17)
Untuk mengevaluasi integrasi konstan C pada persamaan (2.17), terapkan
kondisi tanpa slip, yang menyatakan bahwa kecepatan fluida di dinding adalah
nol, sehingga :

Solusi untuk C dan integrasikan hasilnya pada persamaan (2.17), diperoleh :

……………. (2.18)
Kecepatan maksimum, terjadi pada r = ro :

…………………… (2.19)
Gabungkan persamaan (2.18) dengan (2.19), sehingga diperoleh :

……… (2.20)
Persamaan (2.20) menunjukkan bahwa kecepatan bervariasi sebagai radius
kuadrat yang berarti bahwa kecepatan distribusi dalam aliran laminar adalah
parabola seperti yang diplot dalam gb. 2.6.

Gambar 2.6 Profil kecepatan pada aliran Poiseuille adalah parabolik

2.3.2 Debit dan kecepatan rata-rata V


Untuk memperoleh persamaan debit Q, perkenalkan profil kecepatan
dari persamaan(10.20) ke dalam persamaan laju aliran.

…….. (2.21)
Lakukan integrasi persamaan (2.21).

…………… (2.22)
Aliran dalam saluran, 2- 9
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

Untuk memperoleh sebuah persamaan kecepatan berarti, terapkan


persamaan debit Q dan gunakan persamaan (2.22), diperoleh :

………. (2.23)
Bandingkan persamaan (2.23) dan (2.19), nyatakan bahwa V = Vmax / 2.
Selanjutnya, gantikan D / 2 untuk r0 dalam persamaan (2.23). Hasil akhir
adalah persamaan untuk kecepatan rata-rata dalam tabung lingkaran.

…………… (2.24)

2.3.3 Headloss dan faktor gesekan f


Untuk mendapatkan persamaan head loss pada tabung lingkaran,
asumsikan aliran berkembang penuh dalam pipa seperti ditunjukkan pada
gambar 2.7. Terapkan persamaan energi dari bagian 1 ke 2 dan sederhanakan
untuk memberikan :

…………… (2.25)

Gambar 2.7 Aliran dalam pipa

Biarkan hL= hf dan kemudian persamaan (2.25) menjadi :

……………………… (2.26)
Kembangkan persamaan (2.24), sehingga diperoleh :

…………….. (2.27)
Atur kembali persamaan (2.27) dan ganti ΔL dengan L, diperoleh :

………………….. (2.28)
Bandingkan persamaan (2.26) dan (2.28) sehingga memberikan persamaan
untuk head loss dalam pipa :

………………………….. (2.29)
Asumsi kunci pada persamaan (2.29) adalah (a) aliran laminar, (b) aliran
berkembang penuh, (c) aliran stabil, dan (d) fluida Newtonian. Persamaan
(2.29) menunjukkan bahwa head loss pada aliran laminar bervariasi secara
linier dengan kecepatan. Juga, head loss dipengaruhi oleh viskositas, panjang
Aliran dalam saluran, 2- 10
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

pipa, berat spesifik, dan diameter pipa kuadrat. Untuk mendapatkan


persamaan faktor gesekan f, gabungkan persamaan (2.29) dengan persamaan
Darcy-Weisbach (2.12).

………………. (2.30)

………….. (2.31)
Persamaan (2.31) menunjukkan bahwa faktor gesekan untuk aliran
laminar hanya bergantung pada bilangan Reynolds. Contoh soal 2.2
menggambarkan bagaimana cara menghitung head loss.

Contoh soal : 2.2 (Headloss untuk aliran laminar)


Minyak (s=0,85) dengan viskositas kinematik sebesar 6 * 10-4 m2/s
mengalir dalam pipa dengan diameter 15 cm dengan debit 0,02 m3/s. Tentukan
head loss untuk panjang pipa 100 m !
Definisi masalah
Situasi :
 Minyak mengalir dalam pipa dengan debit 0,02 m3/s.
 Diameter pipa, D = 15 cm
Tentukan : Headloss pipa untuk panjang pipa 100 m
Asumsi : laju aliran berkembnag penuh, stabil
Sifat-sifat : Minyak dengan s = 0,85 dan  = 6 * 10-4 m2/s
Langkah –langkah :
 Hitung v menggunakan persamaan laju aliran
 Hitung bilangan Reynolds dengan persamaan (2.2)
 Cek apakah termasuk aliran laminar atau turbulen dengan persamaan
(2.1)
 Hitung headloss menggunakan persamaan (2.32)
Solusi ;
Kecepatan v,
v = Q/A
v = 0,02 (m3/s) / (( * 0,152 (m2)/4)
v = 1,132 m/s
Bilangan Reynolds,
Re = (v * D)/ 
Re = (1,132 (m/s) * 0,15 (m)) / 6 * 10-4 (m2/s)
Re = 0,0283 * 104
Re = 283
Dengan batasan bahwa Rec = 2000,aliran ini termasuk laminar.
Head loss untuk aliran laminar, dihitung dengan persamaan :
hf = (32 *  * L * v) / (g * D2)
Aliran dalam saluran, 2- 11
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

hf = (32 * 6 * 10-4 (m2/s) * 100 (m) *1,132 (m/s) ) / (10 (m/s2) *


0,152 (m2))
hf = 2,173 (m4/s2) / 0,225 (m3/s2)
hf = 9,658 m
Sebagai cara alternatif untuk menghitung head loss aliran laminar,
gunakan persamaan Darcy-Weisbach berikut :
Faktor gesekan, f
f = 64/Re
f = 64 / 283
f = 0,226
Head loss untuk aliran laminar, dihitung dengan persamaan :
hf = f * (L/D)* (v2/ 2g)
hf = 0,226 * (100 (m)/ 0,15 (m)) * (1,1322 (m/s)2 / ( 2 * 10 (m/s2))
hf = 0,226 * 666,67 * 0,064 (m)
hf = 9,643 m

2.4 Aliran turbulen dan diagram Moody


Bagian ini menggambarkan karakteristik aliran turbulen, persamaan
sekarang untuk menghitung faktor gesekan f, dan grafik yang sekarang
dikenal diagram Moody. Informasi ini penting sebab sebagian besar aliran
adalah turbulen.
2.4.1 Deskripsi kualitatif aliran turbulen
Aliran turbulen adalah rezim aliran dimana pergerakan partikel fluida
adalah acak, eddy dan tidak stabil dengan gerakan signifikan partikel dalam
arah melintang ke arah aliran. Sebab, gerakan acak partikel fluida, aliran
turbulen menghasilkan level tinggi pada pencampuran dan memiliki profil
kecepatan yang lebih seragam atau lebih datar dari profil kecepatan aliran
laminar. Menurut persamaan (2.1), aliran turbulen terjadi ketika Re ≥ 3000.
Engineer dan ilmuan memodelkan aliran turbulen dengan menggunakan
pendekatan empirik. Hal ini disebabkan aliran turbulen bersifat kompleks
mencegah penelitian dari membuat solusi matematika pada utilitas umumnya.
Bahkan, informasi empirik telah digunakan secara sukses dan luas pada
desain sistem. Selama bertahun-tahun, penelitian telah mengusulkan berbagai
persamaan untuk tegangan geser dan headloss pipa pada aliran turbulen.
Persamaan empirik telah terbukti menjadi yang paling handal dan akurat
untuk digunakan Engineer tampil pada bagian berikutnya.
2.4.2 Persamaan distribusi kecepatan
Waktu rata-rata distribusi kecepatan sering digambarkan menggunakan
persamaan yang disebut rumus hukum kekuasaan.

………………….. (2.32)
Aliran dalam saluran, 2- 12
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

Dimana Umax adalah kecepatan pada tengah pipa, ro adalah radius dan
m variabel yang ditentukan secara empirik bergantung pada Re seperti yang
ditunjukkan pada tabel 2.2. Memperhatikan tabel 2.2 bahwa kecepatan pada
tengah pipa adalah tipe sekitar 20 % lebih tinggi daripada kecepatan rata-
rata v. Sementara persamaan (2.32) memberikan representasi akurat pada
profil kecepatan, itu tidak memprediksi nilai yang akurat pada tegangan geser
dinding.
Sebagai alternatif pendekatan ke persamaan (2.32) digunakan
persamaan lapisan batas turbulen seperti yang disajikan sebelumnya. Yang
paling penting dari persamaan ini adalah yang disebut distribusi kecepatan
logaritmik dan diulang kembali :

…………….(2.33)
Dimana U* adalah kecepatan geser, seperti yang diberikan oleh :
U* = (o / ρ)1/2
2.4.3 Persamaan faktor gesek, f
Untuk menurunkan persamaan f dalam aliran turbulen, substitusikan
hukum log pada persamaan (2.33) untuk mendefinisikan kecepatan rata-rata.

Setelah diintegrasi, aljabar dan mengolah konstanta agar lebih sesuai


data eksperimen, dihasilkan :

…………. (2.34)
Tabel 2.2 Eksponen untuk persamaan hukum kekuasaan
dan rasio rata-rata pada kecepatan maksimum

Persamaan (2.34), pertama berasal dari Prandtl (1935), memberikan


koefisien tahanan untuk aliran turbulen pada tabung yang mempunyai dinding
halus. Detail penurunan persamaan (2.34) disajikan oleh White (21). Untuk
mengetahui pengaruh kekasaran pada dinding, Nikuradse(4), salahsatu
mahasiswa Prandtl, menetapkan butiran pasir ukuran seragam untuk dinding
bagian dalam tabung dan mengukur perubahan tekanan serta laju aliran.
Data Nikuradse (gb 2.8) menunjukkan bahwa faktor gesek f diplot
sebagai fungsi bilangan Reynolds untuk berbagai ukuran butir pasir.
Aliran dalam saluran, 2- 13
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

Karakteristik ukuran butir pasir oleh Nikuradse disebut variabel kekasaran


pasir tinggi dengan simbol ks. Kelompok , ks/D, disebut kekasaran relatif.
Pada aliran laminar, data pada gambar 2.8 menunjukkan bahwa
kekasaran dinding tidak mempengaruhi f. Khususnya, perhatikan bagaimana
data terkait dengan berbagai nilai ks/D runtuh menjadi satu garis biru yang
diberi nama aliran laminar.
Pada aliran turbulen (data pada gb. 2.8), menunjukkan bahwa kekasaran
dinding memiliki pengaruh besar pada f ketika ks/D = 0,033, nilai f sekitar
0,04. Pada penurunan kekasaran relatif 0,002, nilai faktor f berkurang
sekitar 3. Akhirnya kekasaran dinding tak bermasalah dan nilai f
diperkirakan dengan asumsi bahwa tabung memiliki dinding halus. Kasus
terakhir ini sesuai dengan kurva biru pada gambar 2.8 yang diberi label
dinding tabung halus. Pengaruh kekasaran dirangkum oleh White (5) dan
ditunjukkan pada tabel 2.3. Daerah ini juga diberi label seperti ditunjukkan
pada gambar 2.8.
2.4.4 Diagram Moody
Colebrook (6) melanjutkan pekerjaan Nikuradse dengan mengakuisisi
data pipa komersial dan mengembangkan persamaan empiris yang disebut
formula Colebrook-White untuk faktor gesek, f. Moody (3) menggunakan
formula Colebrook-White untuk menghasilkan desain diagram yang serupa
seperti ditunjukkan pada gambar 2.9. Diagram ini sekarang dikenal sebagai
diagram Moody untuk pipa komersial.

Gambar 2.8 Koefisien tahanan ~ Re untuk pipa berpasir


(Setelah Nikuradse 4)

Tabel 2.3 Efek kekasaran dinding


Aliran dalam saluran, 2- 14
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

Tabel 2.4 Ekivalen kekasaran ukuran pasir (ks) untuk berbagai bahan pipa

Dalam diagram Moody seperti pada gambar 2.9, variabel ks menunjukkan


kekasaran pasir. Pipa yang memiliki karakteristik resistansi pada nilai Re yang
tinggi sebagai kekasaran pasir pipa dikatakan memiliki kekasaran ekivalen
pada kekasaran pasir pipa. Tabel 2.4 memberikan kekasaran pasir ekivalen
untuk berbagai pipa. Tabel ini dapat digunakan untuk menghitung kekasaran
relatif untuk diameter pipa yang diberikan, seperti digunakan pada gambar
2.9 untuk mendapatkan faktor gesekan f.
Dalam diagram Moody (gambar 2.9), absis adalah bilangan Reynolds Re
dan ordinat adalah koefisien resistansi f. Tiap kurva biru adalah untuk
kekasaran relatif konstan ks/D dan nilai ks/D diberikan pada bagian kanan
setiap kurva. Untuk menemukan f, berikan Re dan ks/D, tarik ke sebelah
kanan untuk menemukan kurva kekasaran relatif yang dikoreksi. Kemudian
carilah pada bagian bawah diagram untuk menemukan nilai Re. Dengan nilai Re
gerakan vertikal ke atas hingga kurva ks/D yang diberikan tercapai. Akhirnya,
dari titik ini gerakan horizontal pada skala kiri untuk membaca nilai f. Jika
kurva diberikan nilai ks/D tidak diplot pada gambar 2.9, cara sederhana
menemukan posisi yang pantas pada grafik adalah interpolasi diantara kurva
ks/D yang mengurung ks/D yang diberikan.
Aliran dalam saluran, 2- 15
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

Gambar 2.9 Koefisien tahanan ~ Re (Dicetak ulang dengan berbagai variasi minor)

Untuk memberi solusi yang lebih nyaman pada beberapa jenis masalah,
bagian atas diagram Moody menyajikan skala dasar parameter Ref1/2.
Parameter ini digunakan ketika hf dan ks/D diketahui, tetapi kecepatan tidak.
Penggunaan persamaan Darcy-Weisbach diberikan pada persamaan (2.2) dan
definisi bilangan Reynolds dapat ditunjukkan karenanya.

………………(2.35)
Pada diagram Moody (gb. 2.9), kurva Ref1/2 konstan diplotkan
menggunakan garis hitam tebal miring dari kiri ke kanan. Untuk contoh,
ketika Ref1/2 = 105 dan ks/D = 0,004, diperoleh f = 0,029. Ketika
menggunakan komputer untuk menghitung aliran pipa keluar, jauh lebih
nyaman bila memiliki persamaan faktor gesek sebagai fungsi bilangan
Reynolds dan kekasaran relatif. Dengan menggunakan formula Colebrook-
White, Swamee dan Jain (7) mengembangkan persamaan eksplisit untuk
menamai faktor gesek.

……….. (2.36)

Dilaporkan bahwa persamaan ini memprediksi faktor gesek yang


berbeda kurang dari 3 % untuk yang ada pada diagram Moody untuk 4 * 103 
Re  108 dan 10-5  ks/D  2 * 10-2.
Aliran dalam saluran, 2- 16
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

2.5 Solusi masalah aliran turbulen


Bagian ini menggambarkan bagaimana menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan aliran turbulen pada pipa, bagaimana menekankan untuk
mengklasifikasikan masalah sebagai kasus 1, 2 atau 3. Klasifikasi ini penting,
sebab kasus 2 dan 3, biasanya memerlukan beberapa kali iterasi atau perlu
jaringan komputer yang dapat menyelesaikan persamaan non linier ganda.
Beberapa penggunaan program computer termasuk TK solver, EES, MathCAD
dan Matlab.
Untuk mengenali masalah yang perlu pendekatan iterasi atau solusi
komputer, Engineer mengklasifikasikan masalah menjadi 3 kasus dasar pada
sasaran masalah dan informasi yang perlu diketahui.
 Kasus 1, ketika sasaran yang perlu dicarai adalah headloss, berikan
panjang pipa, diameter pipa serta laju aliran. Masalah ini mudah, sebab
dapat diselesaikan menggunakan aljabar, lihat contoh soal 2.3.
 Kasus 2, ketika sasaran yang ingin cicari adalah laju aliran, berikan
headloss (atau penurunan tekanan), panjang pipa serta diameter pipa.
Masalah ini biasanya diperlukan pendekatan iterasi atau solusi program,
lihat contoh soal 2.4 dan 2.5.
 Kasus 3, ketika sasaran yang ingin dicari diameter pipa, berikan lajua aliran,
panjang pipa dan headloss (atau penurunan tekanan). Masalah ini, biasanya
perlu pendekatan iterasi atau program solver, lihat contoh soal 2.6.
Terdapat beberapa pendekatan yang kadang-kadang mengeliminasi yang
perlu untuk pendekatan iterasi. Untuk kasus 2, pendekatan iterasi kadang-
kadang dieliminasi dengan menggunakan persamaan eksplisit yang
dikembangkan oleh Swamee dan Jain (7).

…………….. (2.37)
Gunakan persamaan (2.37) yang digunakan pada bagian atas diagram
Moody, yang dinyatakan sebagai skala untuk Re f1/2. Untuk kasus 3,
salahsatunya dapat digunakan sebagai persamaan eksplisit yang dikembangkan
oleh Swamee dan Jain (7) serta dimodifikasi oleh Streeter dan Wylie (8).

………….. (2.38)

Contoh soal 2.3 menunjukkan sebuah contoh pada kasus masalah 1.

Contoh soal : 2.3 (Head loss pipa (kasus 1))


Air pada temperatur 20oC dialirkan pada laju aliran volume 0,05 m3/s
melalui pipa besi cor diameter 20 cm. Tentukan headloss per km pipa !
Definisi masalah
Aliran dalam saluran, 2- 17
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

Situasi : air mengalir dalam pipa


Tentukan : headloss (m) untuk panjang pipa L = 1000 m
Asumsi : Aliran berkembang penuh
Sifat-sifat : air pada temperatur 20oC, gunakan tabel A.5, diperoleh  = 1 *
10-6 m2/s
Sketsa sistem

Rencanakan :
Karena ini adalah kasus masalah 1 (headloss sebagai sasaran), solusi
yang mudah adalah :
 Hitung kecepatan rata-rata menggunakan persamaan laju aliran.
 Hitung bilangan Reynolds menggunakan persamaan (2.2).
 Hitung kerapatan relatif dan carilah f pada diagram Moody.
 Temukan headloss menggunakan persamaan Darcy-Weisbach.
Solusi ;
Kecepatan v,
v = Q/A
v = 0,05 (m3/s) / (( * 0,022 (m2)/4)
v = 159 m/s
Bilangan Reynolds,
Re = (v * D)/ 
Re = (159 (m/s) * 0,02 (m)) / 10-6 (m2/s)
Re = 31,18 * 106
Koefisien tahanan
 Kekasaran pasir ekivalen, lihat table 2.4, ks = 0,12
 Kekasaran relatif :
ks/D = 0,00012 (m) / 0,2 (m)
ks/D = 0,0006
Persamaan Darcy-Weisbach
hf = f * (L/D) * (v2/2g)
hf = 0,019 * (1000 (m)/ 0,2 (m)) * (1,592 (m/s)2 / ( 2 * 10 (m/s2))
hf = 0,019 * 5000 * 0,126 (m)
hf = 11,97 m

Contoh soal 2.4 menunjukkan contoh untuk kasus masalah 2. Perhatikan


bahwa solusinya melibatkan penerapan pada skala bagian atas diagram Moody.
Dengan demikian, menghindari solusi iterasi.
Contoh soal : 2.4 (Laju aliran dalam pipa (kasus 2))
Aliran dalam saluran, 2- 18
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

Head loss per km besi cor aspal diameter 20 cm adalah 12,2 m. Tentukan laju
aliran air melalui pipa !
Definisi masalah :
Situasi : Ini adalah situasi yang sama seperti contoh soal 2.3, kecuali headloss
spesifik dan keluaran tidak diketahui.
Tentukan : keluaran (m3/s) dalam pipa.
Solusi :

1. Parameter computer
= (0,2 3/2 (m3/2) * (2 * 10 (m/s2) * 12,2 (m)/ 1000 (m))1/2)/ 10-6
(m2/s)
= (0,089 (m3/2) * 0,494 (m/s2)1/2 / 10-6 (m2/s)
= 43966
2. Tentukan koefisien tahanan
 Kekasaran relatif :
ks/D = 0,00012 (m) / 0,2 (m)
ks/D = 0,0006
 Tentukan f pada diagram Moody
Dengan parameter computer sebesar 43966 serta ks/D = 0,0006,
didapat f =
Rencanakan :
Ini adalah kasus masalah ke 2, sebab laju aliran adalah sasaran.
Bagaimanapun, solusi secara langsung (contoh, non iterasi) adalah mungkin
sebab headloss spesifik. Strategi yang akan digunakan skala horizontal pada
bagian atas diagram Moody :
 Hitung parameter pada bagian atas diagram Moody.
 Gunakan diagram Moody untuk menemukan factor gesek, f.
 Hitung kecepatan rata-rata menggunakan persamaan Darcy-
Weisbach.
 Temukan keluaran menggunakan persamaan laju aliran.
3. Tentukan kecepatan v dengan persamaan darcy-Weisbach :
hf = f * (L/D) * (v2/2g), atau
v2 = (hf * D * 2g) / (f * L)
v2 = (12,2 (m) * 0,2 (m) * 2 * 10 (m/s2))/ (0,019 * 1000 (m))
v2 = 48,8 (m3/s) / 19 (m)
v2 = 2,568 (m/s)2
v = 1,60 m/s
4. Gunakan persamaan laju aliran untuk mendapatkan debit.
Laju aliran, dihitung dengan :
Q=v*A
Q = 1,60 (m/s) *  * 0,22 (m)2 / 4
Q = 0,201 (m3/s) / 4
Q = 0,05025 m3/s
Aliran dalam saluran, 2- 19
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

Ulasan:
Validasi. Hitung nilai laju aliran yang cocok dari contoh soal 2.3. Ini yang
diharapkan, sebab datanya sama.

Ketika kasus masalah 2 perlu iterasi, beberapa metode dapat digunakan


untuk menemukan solusi. Salahsatu cara mudah adalah metode yang disebut
penggantian berurutan, dimana contoh soal 2.5 diilustrasikan.

Contoh soal : 2.5 Laju aliran pipa (kasus 2)


Air dengan temperatur 20oC mengalir dari tanki melalui pipa besi dengan
diameter 50 cm. Tentukan keluaran air !
Definisi masalah
Situasi : air dialirkan dari sebuah tanki melalui sebuah pipa besi.
Tentukan : keluaran (m3/s) untuk sistem.
Asumsi :
 Aliran adalah berkembang penuh.
 Hanya disertakan headloss pipa.
Sketsa sistem

Sifat-sifat :
 Air pada temperature 20oC, gunakan table A.5, diperoleh :  = 10-6
m2/s
 Pipa steel, gunakan tabel 2.4, kekasaran pasir ekivalen, ks/D = 9,2 *
10-5
Rencanakan :
Ini adalah sebuah kasus masalah 2 dimana laju aliran sebagai sasaran.
Solusi iterasi digunakan, sebab kecepatan tidak diketahui, juga tidak bisa
langgsung menggunakan diagram Moody.
 Terapkan persamaan energi pada bagian 1 ke 2.
 Uji coba yang pertama dengan memberikan nilai f serta berikan solusi
untuk kecepatan v.
 Uji coba yang kedua, gunakan v dari uji coba yang pertama, hitung nilai
f baru.
Aliran dalam saluran, 2- 20
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

 Konvergensi. Jika nilai f adalah konstan tanpa beberapa persen


diantara uji coba, lalu hentikan. Jika tidak, lanjutkan dengan iterasi
yang lebih banyak.
 Hitung laju aliran menggunakan persamaan laju aliran.
Solusi :
1. Gunakan persamaan energi (permukaan reservoir menuju keluaran)

Dalam hal ini, p1 = p2 = 0 Pa, v1 = 0 m/s ; sehingga :


v22/ 2g = (Z1 – Z2) – hf ; atau
v22= ((Z1 – Z2) – hf) * 2g
v22 = ((60 – 40 (m)) – (1 + 200f)(m)) * 20 (m/s2)
atau
v2 = ((20 (m/s2) * 20 (m))/ (1 + 200 f))1/2
2. Uji coba yang pertama (iterasi 1)
Gunakan nilai f = 0,02
Gunakan persamaan untuk menghitung :
v2 = ((20 (m/s2) * 20 (m))/ (1 + 200 f))1/2
v2 = ((20 (m/s2) * 20 (m))/ (1 + (200 * 0,02))1/2
v2 = (400 (m/s)2/ 5)1/2
v2 = 8,94 m/s
Gunakan v2 = 8,94 m/s untuk menghitung bilangan Reynolds:
Re = (v * D)/ 
Re = (8,94 (m/s) * 0,5 (m)) / 10-6 (m2/s)
Re = 4,47 * 106
Gunakan Re = 4,47 * 106 dan ks/D = 9,2 * 10-5 pada diagram Moody,
didapat f = 0,012.
Gunakan persamaan dengan f = 0,012 untuk menghitung :
v2 = ((20 (m/s2) * 20 (m))/ (1 + 200 f))1/2
v2 = ((20 (m/s2) * 20 (m))/ (1 + (200 * 0,012))1/2
v2 = (400 (m/s)2/ 3,4)1/2
v2 = 10,85 m/s
3. Uji coba yang kedua (iterasi 2)
Gunakan v2 = 10,85 m/s untuk menghitung bilangan Reynolds:
Re = (v * D)/ 
Re = (10,85 (m/s) * 0,5 (m)) / 10-6 (m2/s)
Re = 5,43 * 106
Gunakan Re = 5,43 * 106 dan ks/D = 9,2 * 10-5 pada diagram Moody,
didapat f = 0,012.
4. Konvergensi nilai f = 0,012 tidak mengalami perubahan dintara uji coba
pertama dan kedua, Karen aitu tidak ada iterasi.
Laju aliran, dihitung dengan :
Aliran dalam saluran, 2- 21
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

Q=v*A
Q = 10,7 (m/s) *  * 0,52 (m)2 / 4
Q = 8,404 (m3/s) / 4
Q = 2,101 m3/s
Dalam masalah kasus 3, dapatkan persamaan untuk diameter D kemudian
gunakan metode penggantian berturut-turut untuk mendapatkan solusi.
Pendekatan iterasi sebagai ilustrasi pada contoh 2.6 menggunakan program
untuk menyusun perhitungan.

Contoh soal : 2.6 (temukan diameter pipa (kasus 3))


Tentukan ukuran pipa besi cor yang dilapisi aspal yang diperlukan untuk
membawa air pada temperatur 60oF pada keluaran 3 ft3/s dan dengan
headloss 4 ft untuk panjang pipa 1000 ft !
Definisi masalah
Situasi : Air mengalir pada pipa besi cor yang dilapisi aspal dengan debit Q =
3 ft3/s
Tentukan : diameter pipa (ft) yang memiliki headloss 4 ft pada panjang pipa
1000 ft
Asumsi : aliran berkembang penuh
Sifat-sifat :
 Air pada temperatur 60oF, gunakan table A5, didapat :  = 1,22 * 10-5
ft2/s.
 Pipa besi cor aspal, gunakan tabel 2.4, kekasaran pasir ekivalen, ks =
0,005 in
Solusi untuk diameter pipa :

Iterasi 1 :
 Perkirakan , f = 0,015
 Solusi untuk diameter yang digunakan :
D5 = (0,015 * 1000 (ft) * 32 (ft3/s)2)/ (0,7852 * 2 * 32,2 (ft/s2) *
4 (ft))
D = 135 (ft7/s2)/ 158,74 (ft2/s2)
5

D5 = 0,85 (ft5)
D = 0,968 ft
 Tentukan parameter yang diperlukan untuk menghitung f :
v=Q/A
v = 4 * 3 (ft3/s)/ ( * 0,9682 (ft2))
v = 12 (ft3/s)/ 2,944 (ft2)
v = 4,08 ft/s
Re = (v * D)/ 
Aliran dalam saluran, 2- 22
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

Re = (4,08 (ft/s) * 0,968 (ft)) / 1,22 * 10-5 (ft 2/s)


Re = 3,237 * 105
Re = 323700
ks/D = (0,005 /12) (ft) / 0,968 (ft)
ks/D = 0,00043
Rencana :
Karena ini adalah 3 kasus (diameter pipa sebagai tujuan), gunakan
pendekatan berulang.
 Turunkan persamaan untuk diameter pipa dengan menggunakan
persamaan Darcy-Weisbach.
 Untuk iterasi 1, gunakan diameter pipa, hitung ulang f.
 Untuk menyelesaikan masalah, buat tabel pada program spreadsheet.
Solusi :
 Kembangkan persamaan untuk iterasi :
 Gunakan persamaan darcy-Weisbach :

 Hitung f dengan persamaan (2.36), didapat f = 0,0178


 Pada tabel dibawah ini, baris pertama berisi nilai dari iterasi 1. Nilai f
= 0,0178 dari iterasi 1 akan digunakan untuk nilai pada iterasi 2.
Perhatikan bagaimana solusi telah digabungkan dengan iterasi 3.

Spesifikasi pipa dengan diameter pipa 12 in

…………………. (2.39)

2.6 Saluran tidak bundar


Bagian sebelumnya telah membicarakn tentang pipa bundar. Bagian ini,
melanjutkan informasi ini dengan menggambarkan bagaimana untuk
menghitung saluran yang persegi, segitiga ataupun berbagai bentuk tidak
bundar. Informasi ini penting untuk aplikasi seperti ukuran ventilasi saluran
pada bangunan dan untuk model aliran pada saluran terbuka.
Ketika saluran memiliki bagian yang tidak bundar, kemudian Engineer
memodifikasi persamaan Darcy-Weisbach ke diameter hidrolik sebagai
pengganti diameter.

……… (2.40)
Aliran dalam saluran, 2- 23
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

Persamaan (2.40) diturunkan menggunakan pendekatan yang sama,


diameter hidrolik yang muncul dari penurunan ini :

…….. (2.41)
Dimana perimeter dibasahi adalah bagian dari perimeter yang
menyentuh cairan secara fisik. Perimeter dibasahi dari saluran persegi
panjang dengan dimensi L * w adalah 2L + 2w, kemudian diameter hidrolik
pada saluran ini adalah :

Gunakan persamaan (2.41), diameter hidroplik untuk pipa bundar sebagai


diameter pipa. Ketika persamaan (2.40) digunakan untuk menghitung head loss,
koefisien resistansi, f, yang ditemukan akan digunakan sebagai dasar
perhitungan bilangan Reynolds Re pada diameter hidrolik. Penggunaan
diameter hidrolik adalah perkiraan. Menurut White (21), perkiraan ini
menghasilkan penyimpangan 40 % untuk aliran laminar dan 15 % untuk aliran
turbulen.

….. (2.42a)

………. (2.42b)
Sebagai tambahan pada diameter hidrolik, Engineer juga menggunakan
radius hidrolik, seperti yang didefinisikan berikut :

……….. (2.43)
Catatan, bahwa rasio Rh ke Dh adalah ¼ sebagai pengganti ½.
Sementara, rasio ini bukanlah logika, adalah penggunaan konvensional dalam
literatur dan ini berguna untuk diingat. Berikutnya, kita fokus untuk
membicarakan aliran pada saluran terbuka, akan ditunjukkan contoh
penggunaan radius hidrolik. Untuk model aliran pada saluran yang tidak
bundar, pendekatan pada bagian sebelumnya akan diikuti dengan hanya
membedakan penggunaan pada diameter hidrolik pada penempatan diameter.
Hal ini akan diilustrasikan pada contoh soal 2.7.

Contoh soal : 2.7 (Penurunan tekanan dalam saluran HVAC)


Udara dengan temperatur 20oC dan tekanan 101 kPa absolut memiliki
laju aliran debit 2,5 m3/s pada pipa stainless steal komersial arah horizontal
saluran HVAC. (catatan, bahwa HVAC adalah singkatan untuk pemanasan,
ventilasi dan pengkondisian udara). Berapakah penurunan tekanan udara per
50 m panjang saluran ?
Definisi masalah :
Situasi : Udara mengalir dalam saluran
Temukan : Penurunan tekanan (in H2O) untuk panjang saluran 50 m
Aliran dalam saluran, 2- 24
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

Sketsa sistem sebagai berikut :

Asumsi :
 Aliran berkembnag penuh, artinya v1 = v2, head kecepatan pada
persamaan energi keluar bisa diabaikan.
 Tidak terdapat sumber penyebab headloss komponen.
Sifat-sifat :
 Untuk udara pada temperatur 20oC, tekanan 1 atm, gunakan tabel A.2
diperoleh : ρ = 1,2 kg/m3,  = 15,1 * 10-6 m2/s
 Pipa steel, gunakan table 2.4, didapat : ks = 0,046 mm
Rencanakan :
Ini adalah kasus untuk masalah 1, sebab lajua lairan dan dimensi saluran
diketahui. Oleh karena itu, solusi yang tepat adalah :
1. Kembangkan persamaan untuk penurunan tekanan dengan menggunakan
persamaan energi.
2. Hitung parameter yang diperlukan untuk menemukan head loss.
3. Hitung head loss menggunakan persamaan darcy-Weisbach.
4. Hitung penurunan tekanan Δp dengan menggabungkan langkah 1, 2, dan 3.
Solusi :
1. Gunakan persamaan energi berikut untuk menganalisis :

2. Hitung hal-hal berikut :


 Persamaan laju aliran :
v=Q/A
v = 2,5 (m3/s)/ (0,3 (m) * 0,6 (m))
v = 2,5 (m3/s)/ 0,18 (m2)
v = 13,9 m/s
 Persamaan diameter hidrolik :
Dh = 4 A / perimeter dibasahi
Dh = 4 * (0,3 (m) * 0,6 (m)/ ((2 * 0,3 (m) + (2 * 0,6 (m))
Dh = 0,72 (m2)/ 1,8 (m)
Dh = 0,4 m
 Gunakan v= 13,9 m/s untuk menghitung bilangan Reynolds:
Re = (v * Dh)/ 
Re = (13,9 (m/s) * 0,4 (m)) / 15,1 * 10-6 (m2/s)
Re = 0,368 * 106
Aliran dalam saluran, 2- 25
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

Re = 368 * 103, dengan demikian termasuk aliran turbulen.


 Kekasaran relatif :
ks/Dh = 0,000046 (m) / 0,4 (m)
ks/Dh = 0,000115
 Dengan Re = 368 * 103 serta ks/Dh = 0,000115, dari diagram Moody
didapat, f = 0,015
3. Gunakan persamaan Darcy-Weisbach berikut :

hL = 0,015 * (50 (m) /0,4 (m)) * (13,92 (m/s)2 /(2 * 10 (m/s2))


hL = 0,015 * 125 * 9,66 (m)
hL = 18,113 m
4. Perhitungan pressure drop dari langkah 1 :

Δp = 1,2 (kg/m3) * 10 (m/s2) * 18,113 (m)


Δp = 217,36 Pa

2.7 Ringkasan
Saluran adalah setiap pipa, tabung, atau saluran yang diisi dengan cairan
yang mengalir. Aliran ini bisa jadi laminar atau turbulen tergantung pada
bilangan Reynolds (Re). Pedoman yang digunakan dalam teks ini adalah :
Re ≤ 2000 aliran laminar
Re ≥ 3000 aliran turbulen
Dekat pintu masuk, aliran berkembang, yang berarti bahwa profil
kecepatan dan tegangan geser dinding berubah dengan jarak dari pintu masuk.
Setelah aliran menjadi berkembang penuh, distribusi kecepatan konstan
(aliran seragam) dan tegangan geser dinding memiliki nilai konstan.
Dalam aliran yang berkembang penuh, head loss diberikan oleh
persamaan terkenal yang disebut dengan persamaan Darcy-Weisbach:

dimana f adalah koefisien resistansi, L adalah panjang pipa, D adalah


diameter, dan v adalah rata-rata kecepatan. Untuk aliran laminar, teori
Hagen-Poiseuille digunakan untuk mengembangkan persamaan head loss :

dan persamaan untuk koefisien hambatan :

Untuk aliran turbulen, koefisien hambatan tergantung pada bilangan Reynolds


dan kekasaran relatif:
Aliran dalam saluran, 2- 26
Mekanika Fluida 2 (20192), Teknik Mesin (S1) -FT, UNSIKA

dimana ks adalah kekasaran butir pasir setara. Nilai untuk f dapat diperoleh
dari diagram Moody atau dari persamaan empiris. Headloss total dalam
sebuah saluran diberikan oleh :
Headloss total

Dan K adalah koefisien kerugian minor. Headloss pipa (istilah kelompok


pertama) mewakili headloss yang terkait dengan aliran yang berkembang
penuh dalam saluran lurus. Headloss komponen (istilah kelompok kedua)
mewakili headloss terkait dengan komponen seperti katup, bagian siku,
tikungan, dan transisi. Nilai-nilai K ditabulasikan dalam teks ini dan dalam
referensi teknik lainnya. Untuk pipa non sirkuler dapat dianalisis
menggunakan diameter hidrolik Dh atau radius hidrolik (Rh), yang
didefinisikan sebagai :

Referensi :
 Clayton T. Crowe, 2009, “Engineering Fluid Mechanics , Ninth Edition”,
John Wiley & Sons, Inc, USA.

Anda mungkin juga menyukai