Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

TEORI MEDIKAL BEDAH LANJUT I


GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN
HIPERPIGMENTASI PADA ADDISON DISEASE

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Teori Medikal Bedah Lanjut I
Dosen Pengampu : Urip Rahayu, S.Kp., M.Kep

Oleh :
Kelompok 2
Dessi Kusmawati Nugrha (220120190023)
Meriska Winanda Tenri (220120190003)
Muhammad Alghifari B (220120190036)
Ria Indriani (220120190035)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, anugerah dan karunia-Nya serta sholawat dan salam semoga tetap

terlimpah curahkan kepada Rasulullah SAW, sehingga makalah yang berjudul

Hiperpigmentasi Pada Addison Disease tepat pada waktunya.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna

dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,

penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar

nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat

banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya

kepada dosen yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian

penulis ucapkan terima kasih atas waktunya membaca makalah ini.

Bandung, 14 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Addison Disease merupakan penyakit yang jarang terjadi di
dunia. Di Amerika Serikat tercatat 0,4 per 100.000 populasi. Frekuensi pada
laki-laki dan wanita hampir sama yaitu laki-laki 56% dan wanita 44%.
Penyakit Addison dapat dijumpai pada semua umur, tetapi lebih banyak
terdapat pada umur 30-50 tahun. sebanyak 50% pasien dengan penyakit
Addison mengalami kerusakan korteks adrenal yang merupakan manifestasi
dari proses autoimun.
Di Amerika Serikat, penyakit addison terjadi pada 40-60 kasus per satu
juta penduduk. Secara global, penyakit addison jarang terjadi. Bahkan hanya
negara-negara tertentu yang memiliki data prevalensi dari penyakit ini.
Prevalensi di Inggris Raya adalah 39 kasus per satu juta populasi dan di
Denmark mencapai 60 kasus per satu juta populasi.
Mortalitas/morbiditas terkait dengan penyakit addison biasanya karena
kegagalan atau keterlambatan dalam penegakkan diagnosis atau kegagalan
untuk melakukan terapi pengganti glukokortikoid dan mineralokortikoid yang
adekuat. Jika tidak tertangani dengan cepat, krisis addison akut dapat
mengakibatkan kematian. Ini mungkin terprovokasi baik secara de novo,
seperti oleh perdarahan kelenjar adrenal, maupun keadaan yang menjadi
penyerta pada insufisiensi adenokortikal kronis atau yang tidak terobati
secara adekuat.
Dengan onset lambat penyakit addison kronik, kadar yang rendah
signifikan, non spesifik, tapi melemahkan, maka gejala dapat terjadi. Bahkan
setelah diagnosis dan terapi, risiko kematian lebih dari 2 kali lipat lebih tinggi
dengan penyakit addison. Penyakit kardiovaskuler, keganasan dan penyakit
infeksi bertanggung jawab atas tingginya angka kematian.
Penyakit addison predileksinya tidak berkaitan dengan ras tertentu.
Sedangkan penyakit addison idiopatik autoimun cenderung lebih sering pada
wanita dan anak-anak.
Usia paling sering pada penderita addison disease adalah orang dewasa
antara 30-50 tahun. Tapi, penyakit ini tidak dapat timbula lebih awal pada
pasien dengan sindroma polyglanduler autoimun, congenital adrenal
hyperplasia (CAH), atau jika onset karena kelainan metabolisme rantai
panjang asam lemak.
………………..
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ yang fungsi utamanya
adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke
dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk
mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh. Salah satu organ utama
dari sistem endokrin adalah kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal merupakan
bagian dari suatu sistem yang rumit yang menghasilkan hormon yang saling
berkaitan. Hipotalamus menghasilkan CRH (corticotropin-releasing
hormone), yang merangsang kelenjar hipofisa utnuk melepaskan
kortikotropin, yang mengatur pembentukan kortikosteroid oleh kelenjar
adrenal. Fungsi kelenjar adrenal bisa berhenti jika hipofisa maupun
hipotalamus gagal membentuk hormon yang dibutuhkan dalam jumlah yang
sesuai. Kekurangan atau kelebihan setiap hormon kelenjar adrenal bisa
menyebabkan penyakit yang serius. Salah satu penyakit yang ditimbulkan
adalah penyakit Addison.
Penyakit Addison jarang dijumpai, di Amerika Serikat tercatat 0,4 per
100.000 populasi, sedang di rumah sakit terdapat 1 dari 6.000 penderita yang
dirawat. Dari Bagian Statistik Rumah Sakit Dr.Soetomo pada tahun 1983,
Frekuensi pada laki-laki dan wanita hampir sama. Menurut Thom, laki-laki
56%, dan wanita 44%. Penyakit Addison dapat dijumpai pada semua umur,
tetapi lebih banyak terdapat pada umur 20 – 50 tahun.
Penyakit Addison merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
penyakit ini merupakan penyakit yang relatif langka dan masih perlu
dipelajari untuk pemahaman yang lebih baik dalam mendeteksi dan
menanggulanginya secara dini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya yaitu
bagaimanakah konsep dari Addison Disease ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Memahami konsep dari Addison Disease
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi dari Addison Disease
b. Mengetahui etiologi dari Addison Disease
c. Mengetahui manifestasi klinis dari Addison Disease
d. Mengetahui klasifikasi dari Addison Disease
e. Mengetahui patofisiologi dari Addison Disease
f. Mengetahui test diagnostic dari Addison Disease
g. Mengetahui komplikasi dari Addison Disease
h. Mengetahui penatalaksanaan dari Addison Disease
i. Mengetahui analisis kasus dari Addison Disease
j. Mengetahui peran perawat terhadap Addison Disease
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Addison Disease


Penyakit Addison atau lebih dikenal dengan nama Addison’s Disease
adalah suatu hipofungsi dari adrenal yang timbul secara spontan dan
berangsur-angsur, dimana ketidakmemadaian adrenal, dapat menjadi penyakit
yang mengancam jiwa. Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan
terganggunya fungsi dari kelenjar korteks adrenal. Hal ini menyebabkan
penurunan produksi dua bahan kimia penting (hormon) biasanya dirilis oleh
korteks adrenal: kortisol dan aldosteron (Liotta EA et all 2010).
Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormon yang
terjadi pada semua kelompok umur dan menimpa pria dan wanita sama rata.
Penyakit ini dikarakteristikan oleh kehilangan berat badan, kelemahan otot,
kelelahan, tekanan darah rendah dan adakalanya penggelapan kulit pada
kedua bagian-bagian tubuh yang terbuka dan tidak terbuka.
Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks
tidak kuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon–hormon korteks
adrenal (Soediman, 1996). Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer
karena penyakit destruktif atau atrofik, biasanya auto imun atau tuberkulosa.
(Baroon, 1994). Penyakit Addison terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormone-hormon
korteks adrenal. (Bruner, dan Suddart Edisi 8 hal 1325). Penyakit Addison
ialah kondisi yang terjadi sebagai hasil dari kerusakan pada kelenjar adrenal
(Black, 1997).
Penyakit Addison (juga dikenal sebagai kekurangan adrenalin kronik,
hipokortisolisme atau hipokortisisme) adalah penyakit endokrin langka
dimana kelenjar adrenalin memproduksi hormon steroid yang tidak cukup.
B. Etiologi Addison Disease
Sebagian besar insufisiensi adrenokortikal primer disebabkan oleh
penyakit autoimun dan tuberkulosa.
Penyebab paling umum penyakit Addison adalah kerusakan dan
penyusutan (atrofi) dari adrenal korteks.

C. Manifestasi Klinis Addison Disease


Sesudah penyakit Addison terjadi, penderita biasanya merasa lemah,
lelah, dan pusing terutama jika berdiri sesudah duduk atau berbaring. Gejala
penyakit Addison mungkin berkembang secara perlahan-lahan dan tak
kentara biasanya dalam waktu beberapa bulan. Gejala umum dari penyakit
Addison’s Disease, antara lain:
1. Kelemahan dan kelelahan pada otot
2. Penurunan nafsu makan yang menyebabkan hilangnya berat badan
3. Tekanan darah rendah dan gula darah rendah
4. Mudah marah
5. Depresi
6. Diare, mual, dan / atau muntah yang menyebabkan dehidrasi
7. Kehilangan kesadaran
Sementara, gejala yang khas atau spesifik dari penyakit Addison’s
Disease meliputi:
1. Keinginan mengonsumsi garam
2. Kulit gelap (hiperpigmentasi)
3. Sakit di kaki, punggung bawah, dan perut
Gejala penyakit Addison kadang dapat terjadi secara tiba-tiba dan berat.
Kondisi ini disebut krisis Addisonian atau insufisiensi adrenal akut. Krisis
adrenal biasanya terjadi jika tubuh mengalami stress berat, seperti
pembedahan, cedera berat, atau infeksi hebat. Gejala-gejala yang dapat
ditemukan pada krisis Addisonian meliputi: rasa nyeri menusuk pada
punggung bagian bawah, perut, atau kaki yang tiba-tiba, muntah-muntah dan
diare hebat, dehidrasi, tekanan darah yang rendah, kadar kalium yang tinggi
(hiperkalemia), dan hilangnya kesadaran. Jika krisis Addisonian tidak
ditangani, maka dapat berakibat fatal.
Pada penyakit Addison, kelenjar hipofise menghasilkan lebih banyak
kortikotropin sebagai usaha untuk merangsang pembentukan hormone-
hormon oleh kelenjar adrenal. Namun kortikotropin juga merangsang
produksi melanin, sehingga pada kulit dan mukosa penderita sering terbentuk
pigmentasi yang gelap (hiperpigmentasi). Kulit yang lebih gelap mungkin
nampak seperti akibat sinar matahari, tetapi terdapat pada area yang tidak
merata. Hiperpigmentasi paling jelas terlihat pada jaringan parut kulit,
lipatan-lipatan kulit, tempat-tempat yang sering mendapat penekanan, seperti
siku, lutut, ibu jari, bibir, dan membran mukosa.

D. Klasifikasi Addison Disease


Penyakit Addison diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu:
1. Addison Primer
Merupakan penyakit addison yang disebabkan karena infeksi
kronis terutama infeksi jamur pada bagian kelenjar adrenal, sel kanker
yang menyebar dari bagian tubuh lain ke kelenjar adrenal, pengangkatan
kelenjar adrenal karena operasi.
2. Addison Sekunder
Merupakan penyakit Addison yang disebabkan karena tumor atau
infeksi dari area khususnya di bagian otak dan kelenjar pituitary,
kehilangan aliran darah ke pituitary, radiasi untuk perawatan tumor
pituitary, operasi pengangkatan kelenjar pitutary, operasi pengangkatan
bagian hypotalamus.
3. Addison Idiopatik
Merupakan penyakit Addison yang disebabkan karena komplikasi
penyakit lain seperti TBC dan penyakit autoimun.
E. Patofisiologi Addison Disease
Penyakit addison atau insufiensi adrenokortikal, terjadi bila fungsi
korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan
hormon-hormon korteks adrenal. Atrofi autoimun atau idiopatik pada
kelenjar adrenal merupakan penyebab pada 75% kasus penyakit addison
(Stern & Tuck, 1994). Penyebab lainnya mencakup operasi peningkatan
kelenjar adrenal atau infeksi yang paling sering di temukan dan menyebabkan
kerusakan pada kedua kelenjar tersebut. Tuberkulosis (TB) dan
histoplasmosis merupakan infeksi yang paling sering ditemukan dan
menyebabkan kerusakan pada kedua kelenjar adrenal. Meskipun kerusakan
adrenal akibat proses autoimun telah menggantikan tuberkulosis sebagai
penyebab penyakit addison, namun penigkatan tuberkulosis yang terjadi
akhir-akhir ini harus mempertimbangkan pencantuman penyakit infeksi
kedalam daftar diagnosis. Sekresi ACTH ynag tidak adekuat dari kelenjar
hipofisis juga akan menimbulkan insufisiensi adrenal akibat penurunan
stimulasi korteks adrenal.
Kerusakan pada korteks adrenal mempengaruhi insufisiensi kortisol
yang menyebabkan hilangnya glukoneogenesis, glikogen hati menurun yang
mengakibatkan hipoglikemia, insufisiensi kortisol mengakibatkan ACTH dan
sehingga merangsang sekresi melanin meningkat sehingga timbul ® MSH
hiperpigmentasi. Defisiensi aldosteron dimanifestasikan dengan peningkatan
kehilangan natrium melalui ginjal dan peningkatan reabsorpsi kalium oleh
ginjal kekurangan garam dapat dikaitkan dengan kekurangan air dan volume.
Penurunan volume plasma yang bersirkulasi akan dikaitkan dengan
kekurangan air dan volume mengakibatkan hipotensi.

F. Test diagnostic Addison Disease


Diagnosis dari penyakit Addison tergantung terutama pada tes darah dan urin.
Tes diagnostic fungsi adrenal kortikal meliputi:
1. Uji ACTH
Pemeriksaan ini adalah tes yang paling sering dilakukan untuk
mendiagnosa insufisiensi adrenal. Pemeriksaan ini akan mengukur kadar
kortisol di dalam air kemih dan darah sebelum dan sesudah diberikan
ACTH sintetik melalui suntikan. Normalnya, setelah mendapat suntikan
ACTH, kadar kortisol di dalam air kemih dan darah akan meningkat.
Tetapi pada penyakit Addison atau insufisiensi adrenal sekunder jangka
panjang, kadar kortisol tidak atau hanya sedikit meningkat.
2. Pemeriksaan Stimulasi CRH
Jika pemeriksaan stimulasi ACTH memberikan hasil yang
abnormal, maka pemeriksaan stimulasi CRH dapat dilakukan untuk
membantu menentukan penyebab insufisiensi adrenal. Pada penyakit
Addison, dengan pemberian CRH sintetik akan menghasilkan ACTH
yang tinggi tetapi tanpa kortisol.
3. Tes Insulin-Induced Hypoglycemia
Dalam tes ini gula darah dan kadar kortisol diperiksa pada berbagai
interval setelah suntikan insulin diberikan. Jika kadar glukosa turun dan
terjadi peningkatan kortisol, orang tersebut dianggap sehat.
4. Tes Darah
Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat potassium, kortisol
natrium, dan ACTH dalam darah. Komponen tersebut akan memberikan
indikasi awal apakah gangguan kelenjar adrenal adalah penyebab dari
tanda dan gejala yang dialami pasien. Tes ini juga digunakan untuk
mengukur antibodi yang berkaitan dengan penyakit Addison.
5. Tes Pencitraan
Tes Computerized Tomography (CT) scan mungkin diperlukan
untuk memeriksa ukuran kelenjar adrenal serta untuk mencari adanya
kelainan untuk diagnosa lebih lanjut.

Jika diagnosis penyakit Addison telah dibuat, maka dapat dilakukan


pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi yang berkaitan
dengan penyakit Addison karena autoimun.
G. Komplikasi Addison Disease
Komplikasi yang dapat diakibatkan oleh Addison Disease yaitu antara lain:
1. Syok (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)
2. Kolaps sirkulasi
3. Dehidrasi
4. Hyperkalemia
5. Sepsis
6. Ca paru
7. Diabetes melitus
H. Penatalaksanaan Addison Disease

I. Analisis Kasus Addison Disease

J. Peran perawat terhadap masalah Addison Disease


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai