Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FARMAKOTERAPI GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DAN

REPRODUKSI

PENYAKIT ADDISON

Dosen Pengampu :Apt. Annisa Septyana Putri, M.Farm

Disusun Oleh : Kelompok 2

05FKKP001

1. Prasasti Maydinda Fatihah 201030700042


2. Rudiatna 201030700043
3. Rois Anshori 201030700021
4. Siti Risdah Rosipah 201030700015
5. Syafira Azzahra Putri 201030700016

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA DHARMA HUSADA

TANGERANG SELATAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami bias menyelesaikan makalah
ilmiah tentang “Penyakit Addison”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
ibu Apt. Annisa Septyana Putri, M.Farm pada Mata Kuliah Farmakoterapi
Gangguan Sistem Endokrin dan Reproduksi . Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Penyakit Addison” bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik


dari penyusunan hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapa tmemperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga informasi untuk pembaca.

Tangerang Selatan, 15 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB 1 ....................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
A. Latar belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................................................................... 2
BAB II ...................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 3
A. Definisi ......................................................................................................................... 3
B. Etiologi ......................................................................................................................... 4
C. Patofisiologi ................................................................................................................. 5
D. Epidemiologi ................................................................................................................ 7
E. Klasifikasi .................................................................................................................... 8
F. Faktor Resiko .............................................................................................................. 9
G. Tatalaksana ............................................................................................................. 9
BAB III................................................................................................................................... 11
PENUTUP .............................................................................................................................. 11
A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit Addison adalah kelainan langka yang terjadi karena tubuh
kekurangan hormon yang seharusnya diproduksi oleh kelenjar
adrenal. Penyakit Addison dapat menyerang siapa pun, tetapi lebih sering
dialami oleh wanita berusia 30–50 tahun.
Penyakit Addison terjadi ketika kelenjar adrenal mengalami
kerusakan, sehingga tidak bisa menghasilkan kelompok hormon steroid,
termasuk hormon kortisol dan aldosteron, dalam jumlah yang cukup. Hormon
kortisol maupun aldosteron memiliki peran yang penting bagi tubuh. Hormon
kortisol berfungsi untuk menjaga tekanan darah, fungsi jantung, sistem
kekebalan tubuh, dan kadar gula darah. Sementara itu, hormon aldosteron
berfungsi untuk membantu ginjal mengatur jumlah garam dan air di dalam
tubuh.
Penyakit Addison jarang dijumpai dan memiliki prevalensi 4 dari
100.000 orang; dua pertiga pasien adalah perempuan. Diagnose ditegakkan
antara usia 20 dan 50 tahun. Dahulu, tuberkolosis adalah penyabab utama
penyaki Addison. Saat ini, dengan kemoterapi yang lebih baik, hanya sedikit
pasien tuberkolosis yang mempunyai insufisiensi adrenal. Kerusakan korteks
adrenal merupakan akibat dari proses autoimun pada lebih dari 50% pasien
penyakit Addison.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi penyakit Addison?
2. Bagaimana etiologi dari penyakit Addison?
3. Patofisiologi dari penyakit Addison?
4. Epidemiologi dari penyakit Addison?
5. Apa saja klasifikasi Penyakit Addison?

1
6. Apa saja faktor resiko penyakit Addison?
7. Tatalaksana Penyakit Addison?

C. Tujuan
Tujuan Umum : Mahasiswa mampu meengetahui dan memahami
tentang penyakit Addison
Tujuan Khusus : Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
definisi, etiologi, patofisiologi, epidemiologi,
klasifikasi, faktor resiko dan tatalaksana penyakit
Addison

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi
Penyakit Addison terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks
adrenal. (Bruner, dan Suddart, edisi 8)
Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks
tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon – hormon
korteks adrenal (Soediman, 1996)
Penyakit Addison ialah kondisi yang terjadi sebagai hasil dari
kerusakan pada kelenjar adrenal (Black, 1997)
Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit
destruktif atau atrofik, biasanya auto imun atau tuberkulosa. (Baroon, 1994)
Bentuk primer dari penyakit ini disebabkan oleh atrofi/ destruksi
(kerusakan) jaringan adrenal (misalnya respon autoimun, TB, infark
hemoragik, tumor ganas) atau tindakan pembedahan. Bentuk sekunder adalah
gangguan pada kelenjar hipofisis yang menyebabkan penurunan sekresi/ kadar
ACTH, tetapi biasanya sekresi aldosteron normal. (Doenges, 1993)
Penyakit Addison (juga dikenal sebagai kekurangan adrenalin kronik,
hipokortisolisme atau hipokortisisme) adalah penyakit endokrin langka
dimana kelenjar adrenalin memproduksi hormon steroid yang tidak cukup.
Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormone yang
terjadi pada semua kelompok umur yang menimpa pria dan wanita sama rata.
Penyakit ini dikarakteristikan oleh kehilangan berat badan, kelemahan otot,
kelelahan, tekanan darah rendah, dan adakalanya penggelapan kulit pada
kedua bagian tubuh yang terbuka dan tidak terbuka.

3
B. Etiologi
Etiologi dari penyakit Addison bentuk primer :
a. Infeksi kronis, terutama infeksi-infeksi jamur
b. Sel-se kanker yang menyebar dari bagian-bagian lain tubuh ke kelenjar-
kelenjar adrenal
c. Amyloidosis (sekelompok keadaan yang di cirikan oleh penimbunan
protein fiblirer yang tidak larut dalam berbagai organ)
d. Pengangkatan kelenjar-kelenjar adrenal secara operasi

Etiologi dari penyakit Addison bentuk sekunder :

a. Tumor-tumor atau infeksi-infeksi dari area


b. Kehilangan aliran darah ke pituitary
c. Radiasi untuk perawatan tumor-tumor pituitary
d. Operasi pengangkatan bagian-bagian dari hypothalamus
e. Operasi pengangkatan kelenjar pituitary

Penyebab lain dari ketidakcukupan adrenal sekunder adalah operasi


pengangkatan dari tumor-tumor yang jinak atau yang tidak bersifat kanker
dari kelenjar pituitary yang memproduksi ACTH (Penyakit Cushing). Pada
kasus ini, sumber dari ACTH secara tiba-tiba diangkat, dan hormon pengganti
harus dikonsumsi hingga produksi ACTH dan cortisol yang normal pulih
kembali.

Pada satu waktu, kebanyakan kasus penyakit addison adalah merupakan


komplikasi dari TBC. Saat ini, 70% dianggap idiopatik. Sejak satu setengah
hingga dua per tiga klien dengan Addison idiopatik memiliki sirkulasi
antibody yang bereaksi secara spesifik menyerang jaringan adrenal, kondisi
ini mungkin merupakan suatu dasar autoimun. Sebagai tambahannya,
beberapa kasus penyakit Addison disebabkan oleh neoplasma, amyloidosis,
atau infeksi jamur sistemik.

4
Insufisiensi adrenal primer itu jarang. Insiden dan prevalen di USA tidak
diketahui. Penyakit ini mengenai orang dengan segala macam tingkat usia dan
menyerang baik laki-laki maupun perempuan.

Insufisiensi adrenal primer disebabkan oleh hipofungsi kelenjar adrenal.


75% penyakit Addison primer terjadi sebagai proses autoimun.

Insufisiensi adrenal umumnya terlihat pada orang dengan acquired


immunodeficiency syndrome (AIDS). 20% penyakit Addison dikarenakan
oleh TBC. Metastasisnya dari paru, payudara, saluran GI, melanoma, atau
lymphoma (kelainan neuplastik jaringan limfoid). 4 Insufisiensi adrenal
sekunder adalah hipofungsi dari unit pituitary-hipotalamus. Umumnya
kebanyakan menyebabkan perawatan kronik dengan menggunakan
glukokortikoid untuk yang kasus nonendokrin. Penyebab lain termasuk
adrenalectomy bilateral, hipopituitari menghasilakan penurunan sekresi
ACTH oleh kelenjar pituitary, tumor pituitary atau infark, dan radiasi.

C. Patofisiologi
Penyebab terjadinya Hipofungsi Adrenokortikal mencakup operasi
pengangkatan kedua kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua kelenjar
tersebut. Tuberkulosis (TB) dan histoplasmosis merupakan infeksi yang
paling sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan pada kedua kelenjar
adrenal. Meskipun kerusakan adrenal akibat proses autoimun telah
menggantikan tuberculosis sebagai penyebab penyakit Addison, namun
peningkatan insidens tuberculosis yang terjadi akhir-akhir ini harus
mempertimbangkan pencantuman penyakit infeksi ini kedalam daftar
diagnosis. Sekresi ACTH yang tidak adekuat dari kelenjar hipofisis juga akan
menimbulkan insufisiensi adrenal akibat penurunan stimulasi korteks adrenal.
Gejala insufisiensi adrenokortikal dapat pula terjadi akibat
penghentian mendadak terapi hormon adrenokortikal yang akan menekan
respon normal tubuh terhadap keadaan stres dan mengganggu mekanisme

5
umpan balik normal. Terapi dengan pemberian kortikosteroid setiap hari
selama 2-4 minggu dapat menekan fungsi korteks adrenal. Oleh sebab itu
kemungkinan Addison harus di anitsipasi pada pasien yang mendapat
pengobatan kortikosteroid. (Brunner & Suddart, 2002)
Patofisiologi kegagalan adrenal pada Addison disease berupa
berkurangnya produksi kortisol dan aldosteron, yang diikuti dengan
peningkatan adrenocorticotropic hormone (ACTH) dan aktivitas renin plasma
sebagai akibat hilangnya inhibisi umpan balik negative

Perjalanan Alamiah Addison Disease

Addison disease subklinis dilatarbelakangi oleh proses autoimun, yang


ditandai dengan adanya autoantibodi adrenal (antibodi 21-hidroksilase) dan
dapat disertai endokrinopati autoimun lainnya. Pada perjalanan penyakit,
fungsi adrenokortikal menurun secara bertahap

Perjalanan alamiah Addison disease dapat dibagi menjadi 4 tahap, antara lain:

▪ Tahap 0: fungsi adrenal, ACTH plasma, ACTH basal, kortisol (yang


distimulasi ACTH), aktivitas renin plasma (PRA), aldosteron serum
normal

▪ Tahap 1: PRA meningkat, aldosteron normal/rendah, respons kortisol


terhadap ACTH adekuat

▪ Tahap 2: respons kortisol terhadap ACTH menurun

▪ Tahap 3: ACTH plasma meningkat, kortisol serum basal berada di batas


bawah nilai normal, tidak ada respons kortisol terhadap ACTH

▪ Tahap 4: kortisol serum/urine rendah, ACTH plasma meningkat tajam,


disertai tanda-tanda kegagalan adrenokortikal

Tahap 0 merupakan tahap potensial, di mana terdapat autoantibodi, namun


parameter fungsi adrenal menunjukkan nilai normal dan tidak ada gejala

6
klinis. Setiap individu sehat yang memiliki risiko mengalami kegagalan
adrenal termasuk dalam tahap 0. Tahap 1-3 termasuk dalam kategori
subklinis. Pasien menunjukkan gejala klinis pada tahap 4, yang umumnya
didahului dengan gejala fatigue dan hiperpigmentasi kulit

gejala-gejala insufisiensi adrenal tidak terdeteksi, penyakit dapat terus


berkembang dan dapat terjadi krisis Addison

D. Epidemiologi
Epidemiologi Addison disease pada populasi umum sulit untuk
diperkirakan. Data mengenai penyakit ini di Indonesia pun masih terbatas.
Secara umum, Addison disease merupakan kondisi langka. Di seluruh
dunia, insidensi Addison disease adalah 0,6 per 100.000 populasi per tahun.
Di Inggris dan Eropa, diperkirakan insidensi Addison disease sebesar
1 per 10.000 populasi. Kasus pada perempuan lebih banyak dijumpai, dengan
rasio perempuan:laki-laki sebesar 1,8. Studi oleh Olafsson et al menemukan
bahwa prevalensi insufisiensi adrenal primer di Islandia sebesar 22,1 per
100.000 populasi, sedangkan studi oleh Hong et al menemukan prevalensi
penyakit tersebut di Korea adalah sebesar 4,17 per 1.000.000 populasi.
Data epidemiologi Addison disease di Indonesia masih terbatas.
Menurut Divisi Endokrinologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (IKA
FKUI RSCM), pada 1985-2005 terdapat 25 kasus hiperplasia adrenal
kongenital (HAK), yang merupakan salah satu etiologi Addison disease.
Selain itu, terdapat beberapa laporan kasus Addison disease di Indonesia
yang berhubungan dengan tuberkulosis.
Selain itu, beberapa peneliti telah menuliskan beberapa laporan
kasus krisis adrenal yang berhubungan dengan infeksi tuberkulosis yang
terjadi di Indonesia.
Morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan Addison disease
umumnya disebabkan kegagalan atau tertundanya diagnosis, atau kegagalan

7
dalam terapi penggantian glukokortikoid dan mineralokortikoid.Kegagalan
adrenal merupakan kondisi yang letal, dengan tingkat mortalitas yang lebih
tinggi dengan adanya gagal adrenal akut, infeksi, dan sudden death pada
pasien yang didiagnosis pada usia muda. Penelitian oleh Martina et
al menunjukkan bahwa rerata usia saat kematian pada pasien perempuan dan
laki-laki lebih rendah 3,2 dan 11,2 tahun daripada perkiraan harapan hidup.
Sebuah studi oleh Skov et al menunjukkan bahwa perempuan dengan
Addison disease autoimun memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit
jantung iskemik. Pada perempuan, dosis glukokortikoid dan
mineralokortikoid yang lebih tinggi berhubungan dengan risiko penyakit
kardiovaskular. Peneliti menemukan bahwa pada pasien Addison disease
autoimun, terdapat insidensi 10,7 penyakit kardiovaskular per 1000 orang per
tahun, sedangkan pada kelompok kontrol insidensi penyakit kardiovaskular
adalah 7 penyakit per 1000 orang per tahun.
Studi oleh Chantzichristos et al menunjukkan bahwa pasien diabetes
tipe 1 dan 2 yang memiliki Addison disease memiliki tingkat mortalitas lebih
tinggi daripada kelompok yang hanya mengidap diabetes. Tingkat mortalitas
pasien diabetes dengan Addison disease adalah 28%, sedangkan mortalitas
pasien diabetes tanpa Addison disease adalah 10%.
E. Klasifikasi
Penyakit Addison diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu :
1. Addison Primer
Merupakan penyakit Addison yang disebabkan karena infeksi kronis
terutama infeksi jamur pada bagian kelenjar adrenal, sel kanker yang
menyebar dari bagian tubuh lain ke kelenjar adrenal, pengangkatan
kelenjar adrenal karena operaasi.
2. Addison sekunder
Merupakan penyakit Addison yang disebabkan karena tumor atau infeksi
dari area khususnya dibagian otak dan kelenjar pituitary, kehilangan aliran

8
darah ke pituary, radiasi untuk perawatan tumor pituary, operasi
pengangkatan bagian hypotalamus
3. Addison Idiopatik
Merupakan penyakit Addison yang disebabkan karena komplikasi
penyakit lain seperti TBC dan penyakit autoimun
F. Faktor Resiko
Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang alami
krisis Addison antara lain :
1. Pernah mengidap penyakit Addison
2. Pernah melakukan operasi kelenjar adrenal
3. Adanya kerusakan pada kelenjar hipofisis
4. Tidak mengonsumsi obat untuk penyakit Addison secara rutin
5. Alami dehidrasi berat
6. Alami trauma fisik atau stress yang berat
G. Tatalaksana
Penatalaksanaan Addison disease berupa terapi penggantian hormon
glukokortikoid dan mineralokortikoid. Selain itu, diperlukan juga
penatalaksanaan untuk mengobati penyakit yang mendasari, seperti obat
antituberkulosis (OAT) untuk Addison disease yang disebabkan tuberculosis
Pada pasien dengan krisis adrenal, pemberian cairan intravena
isotonik, berupa cairan salin normal, harus segera dilakukan untuk
mengembalikan kekurangan volume intravena dan mengoreksi hipotensi.

Penatalaksanaan ditinjau dari tingkat keparahan:


a. Kegagalan adrenal kronis: penggantian glukokortikoid dengan
hidrokortison 20 mg/hari dalam dosis terbagi, ditambah dengan terapi
terhadap infeksi atau penyakit penyrta, atau pembedahan. Pengganti
mineralokortikoid (fludrokortison) hanya dilakukan pada kegagalan
adrenal primer.

9
b. Kegagalan adrenal akut: merupakan sebuah kegawat daruratan medis.
Cairan intravena (NaCL fisiologis) dalam jumlah besar dan hidrokortison
diberikan dengan dosis yang tinggi. Faktor pemicu (infeksi dan lain-lain)
ditangani. Pantau kadar elektrolit dan glukosa. (Patrick davey, 2005)

Penatalaksanaan secara medis :

a. Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai 4


minggu dosis 12,5 – 50 mg/hr.
b. Hidrokortison (solu – cortef) disuntikan secara IV.
c. Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi
pengganti kortisol.
d. Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline.
e. Fludrukortison : 0,05 – 0,1 mg/hr diberikan per oral

10
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormone yang terjadi
pada semua kelompok umur yang menimpa pria dan wanita sama rata. Penyakit
ini dikarakteristikan oleh kehilangan berat badan, kelemahan otot, kelelahan,
tekanan darah rendah, dan adakalanya penggelapan kulit pada kedua bagian
tubuh yang terbuka dan tidak terbuka.
Penyakit Addison dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti, Infeksi
kronis, terutama infeksi-infeksi jamur , Sel-se kanker yang menyebar dari
bagian-bagian lain tubuh ke kelenjar-kelenjar adrenal, Amyloidosis (sekelompok
keadaan yang di cirikan oleh penimbunan protein fiblirer yang tidak larut dalam
berbagai organ) dan Pengangkatan kelenjar-kelenjar adrenal secara operasi

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Makalah Addison. Tersedia online di


https://id.scribd.com/doc/306171062/Makalah-Addison Diakses pada 15
September 2022.

Dr. Krisandryka. Penyakit Endrokin Addison Disease. Tersedia online di


https://www.alomedika.com/penyakit/endokrin/addison-disease/epidemiologi
Diakses pada 15 September 2022

Trinovita Sari. 2016. Addison’s Disease. Tersedia online di


https://www.academia.edu/27401271/Addisons Diakses pada 15 September
2022

12

Anda mungkin juga menyukai