Anda di halaman 1dari 49

FARMAKOTERAPI GANGGUAM

SISTEM DARAH DAN


KARDIOVASKULER
Dosen Pengampu :
apt . Tania Rizki Amalia, M.Farm
Disusun Oleh :
Siti Risdah Rosipah

06FKKP001
DEFINISI HIPERTENSI

Obat antihipertensi adalah kelompok obat yang digunakan


untuk menurunkan tekanan darah akibat hipertensi. Hipertensi
yang tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan
komplikasi, mulai dari stroke, serangan jantung, gagal jantung,
hingga gagal ginjal.
?
Katagori ACE inhibitor

Bekerja dengan cara menghambat enzim khusus untuk


memproduksi hormon angiotensin II, yaitu hormon yang dapat
memicu penyempitan pembuluh darah. Dengan begitu,
pembuluh darah dalam melebar, aliran darah dapat lebih lancar,
dan tekanan darah dapar menurun. Contoh
ACE inhibitor adalah:
1. FOSINOPRIL
A. Makanisme Kerja Obat

Fosinopril termasuk ke dalam obat antihipertensi golongan ACE inhibitor. Obat ini
bekerja dengan cara menghambat konversi atau perubahan angiotensin I menjadi
II. Cara kerja ini akan membantu relaksasi otot pembuluh darah, sehingga
pembuluh darah melebar, aliran darah menjadi lebih lancar, dan tekanan darah
pun dapat menurun.

B. Efek Samping

Beberapa efek samping yang bisa terjadi setelah mengonsumsi fosinopril adalah:

• Pusing atau sakit kepala


• Mual atau muntah
• Diare atau sakit perut
• Batuk
• Lelah yang tidak biasa
C. Interaksi Obat

Berikut ini adalah beberapa interaksi antarobat yang dapat terjadi apabila fosinopril
digunakan bersamaan dengan obat lain:

• Peningkatan risiko terjadinya hipotensi, hiperkalemia, dan gagal ginjal, jika


digunakan dengan aliskiren, candesartan, atau irbesartan
• Peningkatan kadar dan efek racun dari lithium
• Peningkatan risiko terjadinya hiperkalemia jika digunakan dengan diuretik hemat
kalium atau suplemen kalium
• Penurunan kadar fosinopril dalam darah jika digunakan dengan antasida
• Peningkatan risiko terjadinya kerusakan ginjal jika digunakan dengan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
• Peningkatan risiko terjadinya reaksi nitritoid berupa kemerahan pada wajah,
mual, muntah, dan tekanan darah rendah jika digunakan dengan obat berbahan
dasar emas, seperti sodium aurothiomalate
D. Dosis

• Dewasa: 10 mg, 1 kali sehari. Dosis pertama diberikan sebelum tidur


untuk menghindari penurunan tekanan darah yang drastis. Dosis
pemeliharaan adalah 10–40 mg, 1 kali sehari.
• Anak-anak dengan berat badan >50 kg: 5–10 mg, 1 kali sehari.

2. LISINOPRIL

A. Makanisme Kerja Obat

Lisinopril bekerja dengan cara memperlebar pembuluh darah, sehingga


darah dapat mengalir lebih lancar dan meringankan beban kerja
jantung dalam memompa darah.
B. Efek Samping

ada beberapa efek samping yang bisa terjadi setelah mengonsumsi lisinopril, di antaranya:

• Pusing
• Sakit kepala
• Mual dan muntah
• Batuk kering
• Lelah yang tak biasa
• Hidung tersumbat atau pilek
• Penurunan gairah seksual

C. Interaksi Obat

Ada beberapa efek interaksi yang dapat terjadi jika lisinopril dikonsumsi dengan obat-
obatan tertentu, antara lain:

• Peningkatan risiko terjadinya angioedema jika digunakan dengan sirolimus, alteplase,


sacubitril, atau racecadotril
• Peningkatan risiko terjadinya hipotensi, hiperkalemia, dan gagal ginjal jika digunakan
dengan aliskiren
• Peningkatan risiko terjadinya reaksi anafilaktik jika digunakan dengan dextran
• Bertambahnya efek penurunan darah dari lisinopril jika digunakan dengan diuretik atau
obat antihipertensi lain
• Peningkatan risiko terjadinya hipoglikemia jika digunakan dengan insulin atau obat
antidiabetes
• Peningkatan kadar dan efek toksik dari lithium dalam darah
• Peningkatan risiko terjadinya kerusakan ginjal dan penurunan efek antihipertensi dari
lisinopril jika digunakan dengan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
• Peningkatan risiko terjadinya hiperkalemia jika digunakan dengan
suplemen kalium atau diuretik hemat kalium

D. Dosis
• Dewasa: Dosis awal 10 mg sekali sehari. Dosis perawatan 20 mg sekali sehari, dapat
ditingkatkan hingga maksimal 80 mg per hari. Untuk penderita hipertensi renovaskular dan
hipertensi berat, dosis bisa diawali dengan 2,5–5 mg sekali sehari.
• Anak usia 6–16 tahun: Dosis awal untuk anak dengan berat badan 20–50 kg adalah 2,5 mg,
sekali sehari. Dosis maksimal 20 mg perhari. Dosis awal untuk anak dengan berat badan
≥50 kg adalah 5 mg sekali sehari. Dosis maksimal 40 mg per hari.
3. ENALAPRIL

A. Makanisme Kerja Obat

Obat ini akan membantu melemaskan atau merelaksasi otot pembuluh darah. Cara
kerja ini akan membantu melebarkan pembuluh darah, menurunkan tekanan, dan
memperlancar aliran darah, sehingga meringankan kerja jantung.

B. Efek Samping

▪ Batuk kering
▪ Pusing atau merasa melayang
▪ Lelah yang tidak biasa
▪ Sembelit atau diare
C. Interaksi Obat

Berikut ini adalah beberapa efek interaksi antarobat yang dapat terjadi apabila enalapril
digunakan bersama obat lain:

• Peningkatan risiko terjadinya hipotensi, hiperkalemia, dan kerusakan atau obat


golongan ARB, seperti candesartan
• Peningkaan risiko terjadinya angioedema jika digunakan dengan sacubitril
atau allopurinol
• Peningkatan risiko terjadinya hipoglikemia jika digunakan dengan obat metformin
atau insulin
• Peningkatan risiko terjadinya hiperkalemia jika digunakan dengan diuretik hemat
kalium atau suplemen kalium
• Peningkatan kadar dan kemungkinan terjadinya efek racun dari lithium
• Peningkatan risiko terjadinya kerusakan ginjal jika digunakan dengan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
• Peningkatan risiko terjadinya reaksi nitritoid yang bisa ditandai dengan gejala berupa
kemerahan di wajah, mual, muntah, dan tekanan darah rendah jika digunakan dengan
obat berbahan dasar emas, seperti sodium aurothiomalate
D. Dosis

• Dewasa: 5 mg, 1 kali sehari. Dosis pemeliharaan 10–20 mg sekali sehari. Dosis
bisa ditingkatkan sampai 40 mg.
• Anak dengan berat badan 20– <50 kg: 2,5 mg, 1 kali sehari. Dosis bisa
ditingkatkan sampai maksimal 20 mg per hari.
• Anak dengan berat badan ≥50 kg: 5 mg, 1 kali sehari. Dosis bisa ditingkatkan
sampai maksimal 40 mg per hari.
• Lansia: 2,5 mg, 1 kali sehari. Dosis selanjutnya disesuaikan berdasarkan respons
terhadap obat.
DEFINISI ANTIARITMIA

Antiaritmia adalah kelompok obat yang digunakan menangani aritmia,


yaitu gangguan irama jantung yang bisa berupa detak jantung yang terlalu
cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Antiaritmia hanya boleh
digunakan sesuai resep dokter.
Antiaritmia bekerja dengan cara memengaruhi impuls listrik di jantung yang
mengatur ritme atau irama jantung. Berdasarkan cara kerjanya, antiaritmia
dapat dibagi menjadi lima golongan

Antiaritmia Golongan I
Antiaritmia golongan I adalah sodium-channel blocker yang bekerja dengan
cara memperlambat konduksi listrik yang terjadi di jantung. Beberapa contoh
antiaritmia golongan I adalah:
1. QUINIDINE
A. Makanisme Kerja Obat

Obat ini bekerja dengan cara memblokir aliran sinyal denyut jantung yang tidak
beraturan dan meningkatkan kemampuan jantung agar dapat bekerja secara normal.

B. Efek Samping

Berikut adalah beberapa efek samping yang dapat dirasakan setelah menggunakan
quinidine:

• Mual • Sakit kepala


• Muntah • Pusing
• Diare • Mudah merasa lelah dan lemas
• Kehilangan nafsu makan • Penglihatan kabur atau ganda
• Kembung • Sulit tidur
• Sakit perut hingga kram • Tremor
• Ruam pada kulit
C. Interaksi Obat

Berikut ini adalah beberapa risiko interaksi obat yang mungkin terjadi jika menggunakan
quinidine bersamaan dengan obat-obatan tertentu, di antaranya:

• Peningkatan risiko terjadinya efek samping digoxin, procainamide,


phenothiazines, haloperidol, aliskiren, codeine, mefloquine, doxepine, amitriptyline,
dan antidepresan trisiklik (misalnya desipramine dan imipramine)
• Peningkatan risiko terjadinya efek samping quinidine jika digunakan
bersama cimetidine, amiodarone, ketoconazole, warfarin
• Penurunan efektivitas quinidine, jika digunakan bersama phenobarbital, phenytoin,
propranolol, ditiazem, rifampicin, nifedipine, dan verapamil
• Penurunan efektivitas codeine dan hydrocodone

D. Dosis • Takikardia supraventrikular


Dewasa: 400–600 mg tiap 2–3 jam
• Kontraksi atrium dan ventrikel prematur hingga irama jantung normal
Dewasa: 200–300 mg 3–4 kali sehari • Malaria falciparum tanpa komplikasi
• Fibrilasi atrium Dewasa dan anak-anak: 300–600 mg
Dewasa: 300–400 mg 4 kali sehari 3 kali sehari selama 5–7 Hari
2. LIDOCAINE
A. Makanisme Kerja Obat

Lidocaine bekerja dengan cara menghambat sinyal penyebab nyeri sehingga mencegah
timbulnya rasa sakit untuk sementara

B. Efek Samping

Beberapa efek samping yang mungkin timbul setelah menggunakan lidocaine adalah:

• Mual, muntah, atau konstipasi


• Pusing
• Kesemutan
• Tremor
• Sakit kepala
• Hipotensi
• Iritasi kulit, kemerahan, atau bengkak di area suntikan atau di kulit yang diolesi lidocaine
C. Interaksi Obat

Lidocaine dapat menimbulkan interaksi obat jika digunakan bersama obat-obatan lain. Berikut
ini adalah beberapa efek interaksi obat yang dapat terjadi:

• Peningkatan kadar lidocaine dalam darah jika digunakan dengan cimetidine atau propranolol
• Peningkatan risiko terjadinya gangguan jantung jika digunakan dengan obat golongan beta
blocker, misalnya bisoprolol
• Peningkatan efek samping terhadap jantung jika digunakan dengan phenytoin suntik
• Penurunan efektivitas lidocaine jika digunakan dengan diuretik loop, acetazolamide, atau
thiazide

D. Dosis

• Suntik (darurat): Dosis 300 mg diberikan melalui otot bahu. Dapat diulang setelah 60–90
menit, jika dibutuhkan.
• Suntik (stabil): Dosis 1–1,5 mg/kgBB, dapat diulang jika dibutuhkan. Dosis maksimal 3
mg/kgBB, dapat diulang 2 kali. Dosis perlu dikurangi jika penggunaan obat lebih lama dari 24
jam.
3. PROPAFENONE
A. Makanisme Kerja Obat

Propafenone merupakan obat golongan antiaritmia golongan I yang bekerja dengan cara
menghambat aktivitas sinyal listrik jantung yang menyebabkan detak jantung tidak teratur.
Obat ini akan diberikan di rumah sakit oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan
dokter.

B. Efek Samping

Ada beberapa efek samping yang dapat timbul akibat penggunaan propafenone, yaitu:

• Mual atau muntah


• Sembelit atau diare
• Sakit kepala, pusing, atau lelah yang tidak biasa
• Gangguan pengecapan, mulut kering, atau hilang nafsu makan
• Penglihatan kabur
• Gangguan tidur atau cemas
C. Interaksi Obat

Ada beberapa interaksi yang dapat terjadi jika propafenone dikonsumsi dengan obat-obatan
tertentu, antara lain:

• Peningkatan kadar propafenone dalam darah jika digunakan dengan ritonavir, quinidine,
fluoxetine, cimetidine, ketoconazole, erythromycin, atau sertraline
• Peningkatan risiko terjadinya efek samping jika digunakan dengan lidocaine, obat
golongan penghambat beta, atau antidepresan trisiklik
• Penurunan kadar propafenone dalam darah jika digunakan dengan phenobarbital, rifampicin,
atau orlistat
• Peningkatan risiko terjadinya proaritmia, yaitu timbulnya jenis aritmia baru atau munculnya
kembali aritmia yang lama, jika digunakan dengan amiodarone
• Peningkatan kadar teofilin, digoxin, ciclosporin, atau warfarin

D. Dosis

Dosis awal 150 mg, 3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 225–300 mg, 3–4 kali sehari
selama 3 hari. Dosis maksimal 300 mg per hari
DEFINISI ANTIPLATELET

Antiplatelet adalah kelompok obat yang digunakan untuk mencegah


terjadinya penggumpalan darah. Obat ini umum digunakan oleh pasien
dengan masalah penyumbatan pembuluh darah, seperti pada penderita
stroke, penyakit jantung koroner, atau penyakit arteri perifer.
Antiplatelet disebut juga sebagai obat pengencer darah, tetapi sebutan
ini kurang tepat. Antiplatelet tidak mengencerkan darah, melainkan
mencegah sel keping darah (trombosit) untuk saling menempel,
sehingga tidak membentuk gumpalan darah.
1. Aspirin (Asam asetilsalisilat)

A. Makanisme Kerja Obat

Aspirin merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid yang bekerja untuk


mencegah pembentukan prostaglandin, yaitu zat yang memicu timbulnya
peradangan, nyeri, atau demam, sehingga kondisi tersebut dapat mereda.

B. Efek Samping

Berikut adalah beberapa efek samping yang bisa muncul setelah mengonsumsi
aspirin:

• Sakit kepala ringan


• Kantuk
• Sakit perut
• Rasa panas di dada (heartburn)
C. Interaksi Obat

Ada efek interaksi yang bisa terjadi jika aspirin digunakan bersama obat lain, di antaranya:
Peningkatan risiko terjadinya perdarahan atau luka pada saluran pencernaan jika digunakan
dengan kortikosteroid; OAINS lain, seperti ibuprofen; atau antidepresan SSRI, seperti sertraline
dan paroxetine.

D. Dosis

• Tujuan: Mencegah stroke, angina pektoris, serangan jantung, atau penyakit kardiovaskular
yang disebabkan oleh penggumpalan darah
Dosisnya 75–150 mg, disesuaikan oleh dokter berdasarkan kondisi dan respons pasien
terhadap pengobatan.
2. CLOPIDOGREL
A. Makanisme Kerja Obat

Clopidogrel adalah obat golongan antiplatelet yang bekerja dengan cara


mencegah trombosit atau sel keping darah saling menempel dan
membentuk gumpalan darah. Obat ini umumnya digunakan untuk
mencegah stroke atau serangan jantung pada orang yang sudah pernah
mengalaminya, tapi bisa juga digunakan pada kasus baru.
?
B. Efek Samping

Efek samping yang mungkin muncul setelah mengonsumsi clopidogrel


adalah:

• Diare
• Mudah mengalami memar atau perdarahan
• Perdarahan sulit berhenti
• Sembelit
• Rasa terbakar di dada (heartburn)
• Nyeri perut
C. Interaksi Obat

Berikut adalah interaksi yang mungkin terjadi jika clopidrogel digunakan bersamaan dengan
obat-obatan tertentu:

• Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan bersama aspirin, antikoagulan,


antiplatelet, OAINS, COX-2 inhibitor, trombolitik, glycoprotein IIb/IIIa
inhibitor, antidepresan SSRI, atau SNRI
• Penurunan efek clopidogrel jika digunakan bersama esomeprazole, omeprazole,
fluvoxamine, moclobemide, voriconazole, ticlopidine, carbamazepine, atau efavirenz
• Peningkatan risiko terjadinya efek samping obat repaglinide atau paclitaxel
• Penurunan penyerapan clopidogrel jika digunakan bersama obat golongan opoid,
seperti morfin
D. Dosis
Berikut adalah dosis clopidrogel yang umumnya dianjurkan oleh dokter:

• Untuk penanganan angina dan non-ST-elevation myocardial infarction ?


(NSTEMI), dosis awal adalah 300 mg, 1 kali sehari. Setelah kondisi
pasien stabil, dokter akan memberikan dosis perawatan sebanyak 75
mg, 1 kali sehari. Lama pengobatan ditentukan oleh dokter.
3. PRASUGREL
A. Makanisme Kerja Obat

Obat ini bekerja dengan cara menghalangi platelet (sel keping darah) saling
menempel sehingga mencegah pembentukan gumpalan darah yang bisa
menyumbat pembuluh darah.

B. Efek Samping
?
Efek samping yang mungkin terjadi setelah mengonsumsi prasugrel
antara lain:

• Sakit kepala
• Mual
• Mimisan
• Pusing
• Tubuh terasa sangat lelah
• Batuk
• Nyeri di punggung, kaki, dan lengan
C. Interaksi Obat

Ada beberapa efek interaksi obat yang dapat terjadi jika prasugrel digunakan bersama
obat-obatan lain, di antaranya:

• Peningkatan risiko terjadinya pendarahan jika digunakan bersama obat


golongan antikoagulan, seperti apixaban, warfarin, dan heparin
• Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan bersama obat golongan
antiinflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen dan naproxen
• Penurunan efektivitas prasugrel, jika digunakan bersama obat golongan analgesik
opioid, seperti codeine dan morfin

D. Dosis

Berikut ini adalah dosis prasugrel untuk mengatasi kondisi sindrom koroner akut:

• Dewasa: Dosis awal 60 mg, 1 kali sehari, dilanjutkan dengan dosis perawatan sebanyak
10 mg, 1 kali sehari selama 12 bulan, dikombinasikan dengan aspirin.
• Lansia ≥75 tahun: 5 mg, 1 kali sehari.
DEFINISI ANTIKOAGULAN

Antikoagulan adalah obat yang berfungsi mencegah penggumpalan


darah. Obat ini digunakan untuk mengatasi atau mencegah
penyumbatan pembuluh darah yang dapat membahayakan
nyawa, seperti fibrilasi atrium, serangan jantung, penyakit jantung
bawaan, stroke, deep vein thrombosis (DVT), atau emboli paru.

Berikut ini adalah empat jenis obat antikoagulan yang dibagi


berdasarkan faktor pembekuan darah yang dihambatnya:
1. COUMARIN

Coumarin adalah jenis obat antikoagulan yang bekerja dengan menghambat kerja
vitamin K dalam mengaktifkan faktor-faktor pembekuan darah. Satu-satunya obat
yang termasuk ke dalam golongan ini adalah:

WARFARIN

A. Makanisme Kerja Obat

Warfarin bekerja dengan menghambat kerja vitamin K, yang merupakan salah satu
faktor penting dalam proses pembekuan darah. Obat ini digunakan dalam
pengobatan emboli paru, stroke ringan (transient ischemic attack/TIA), atau
penyumbatan pembuluh darah vena akibat bekuan darah (trombosis vena).
B. Efek Samping

Efek samping yang mungkin bisa timbul setelah mengonsumsi warfarin antara lain:

• Mual
• Kehilangan selera makan
• Sakit perut atau abdomen
• Ruam kulit ringan
• Rambut rontok
• Gusi berdarah sesudah menyikat gigi
• Tubuh mudah memar, dan memar butuh waktu lebih lama untuk memudar
• Mimisan (tidak sering dan berlangsung <10 menit)
• Perdarahan akibat terluka agak lebih lama untuk berhenti
• Darah menstruasi lebih banyak atau durasi haid lebih panjang daripada biasanya
C. Interaksi Obat

Berikut ini adalah interaksi yang dapat terjadi jika warfarin digunakan dengan obat-obatan
tertentu:

• Peningkatan risiko terjadinya perdarahan yang berpotensi fatal jika digunakan dengan
obat fibrinolitik, seperti alteplase atau streptokinase
• Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan dengan antikoagulan lain,
seperti argatroban, dabigatran, atau heparin; antiplatelet, seperti aspirin, cilostazol, atau
clopidogrel; OAINS, seperti celecoxib, diclofenac, atau ibuprofen;
atau antidepresan SSRIs, seperti citalopram atau paroxetine
• Peningkatan risiko terjadinya gangguan pada kandung empedu dan liver jika digunakan
dengan ticlopidine
• Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan dengan amiodarone,
capecitabine, cotrimoxazole, acyclovir, ciprofloxacin, alprazolam, atau atorvastatin
• Penurunan efektivitas warfarin jika digunakan dengan carbamazepine,
rifampicin, phenytoin, efavirenz, atau sofosbuvir
• Penurunan atau peningkatan efektivitas warfarin jika digunakan dengan prednisone
D. Dosis

Dosis awal warfarin adalah 5–10 mg per hari, selama 1–2 hari pertama. Dosis perawatan 3–
9 mg per hari, tergantung hasil tes darah saat evaluasi rutin.

2. Penghambat thrombin
merupakan obat antikoagulan yang bekerja dengan cara menghambat aktivitas thrombin,
salah satu faktor pembekuan darah, sehingga pembentukan bekuan darah dapat terhambat.
Salah satu obat yang termasuk ke dalam jenis antikoagulan ini adalah:

Dabigatran
A. Makanisme Kerja Obat

Yang bekerja dengan cara menghambat aktivitas protein yang berperan dalam proses
pembekuan darah.
B. Efek Samping

Beberapa efek samping yang mungkin timbul setelah menggunakan dabigatran adalah:

• Nyeri perut atau heartburn


• Mual
• Muntah
• Kepala terasa pusing atau kunang-kunang
• Wajah dan kulit pucat

C. Interaksi Obat

Berikut adalah efek interaksi antarobat yang dapat terjadi jika dabigatran digunakan
bersamaan dengan obat lain:

•Peningkatan kadar dan efek dabigatran jika digunakan dengan verapamil, amiodarone,
quinidine, clarithromycin, ticagrelor, ketoconazole, atau posaconazole
• Penurunan efek dabigatran jika digunakan dengan carbamazepine,
pantoprazole, phenytoin, atau rifampicin
• Peningkatan risiko terjadinya epidural hematoma jika digunakan dengan anestesi
neuraksial
• Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan dengan obat antikoagulan lain,
seperti heparin, obat antiinflamasi nonsteroid, seperti aspirin , obat antiplatelet, seperti
clopidogrel, obat antidepresan golongan SSRI atau SNRI

D. Dosis

• Tujuan: Mengobati dan mencegah deep vein thrombosis, atau emboli paru
Dewasa: 150 mg, 2 kali sehari.
• Tujuan: Mencegah stroke pada penderita fibrilasi atrium
Dewasa: 150 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat disesuaikan dengan hasil pemeriksaan
fungsi ginjal pasien.
• Tujuan: Mencegah penyumbatan pada pembuluh darah pascaoperasi
Dewasa: Dosis awal 110 mg yang diberikan 1–4 jam setelah operasi. Dilanjutkan
dengan 220 mg, 1 kali sehari selama 10 hari, untuk kondisi pascaoperasi lutut,
atau 28–35 hari, untuk kondisi pascaoperasi panggul.
3. Penghambat faktor Xa

Penghambat faktor Xa adalah jenis obat antikoagulan yang bekerja dengan cara
menghambat aktivitas faktor pembekuan Xa. Dengan begitu, pembentukan bekuan darah
dapat terhambat. Beberapa contoh obat antikoagulan ini antara lain:

Rivaroxaban

A. Makanisme Kerja Obat

Bekerja dengan cara menghambat aktivitas faktor Xa pada proses pembekuan darah.
Dengan begitu, terbentuknya gumpalan atau bekuan darah pada pembuluh darah dapat
dicegah.
B. Efek Samping

Efek samping dari penggunaan rivaroxaban yang paling sering adalah perdarahan.
Beberapa gejala yang bisa muncul bila terjadi perdarahan adalah:

• Sering mimisan, gusi berdarah, mudah memar, atau menorrhagia


• Sakit kepala parah atau pusing yang terasa hingga ingin pingsan
• Urine berdarah, buang air besar berdarah, atau batuk berdarah
• Gangguan penglihatan, kelemahan di satu sisi tubuh, bingung, atau sulit bicara

C. Interaksi Obat

Ada beberapa efek interaksi obat yang dapat terjadi bila rivaroxaban digunakan bersama
obat lain, yaitu:

• Peningkatan risiko terjadinya perdarahan jika digunakan dengan obat antikoagulan


lain, antiplatelet, antiinflamasi nonsteroid (OAINS), atau antidepresan golongan SSRI
atau SNRI
• Peningkatan kadar rivaroxaban di dalam darah jika digunakan dengan
obat antijamur golongan azole atau obat antivirus golongan penghambat protease HIV
• Penurunan efektivitas rivaroxaban jika digunakan dengan rifampicin,
phenytoin, carbamazepine, atau phenobarbital

D. Dosis

Tujuan: Mencegah dan mengobati deep vein thrombosis (DVT) atau emboli paru
Dosis awal 15 mg, 2 kali sehari, selama 3 minggu. Dosis pemeliharaan adalah 20
mg, 1 kali sehari.
Tujuan: Mencegah stroke dan emboli sistemik pada atrial fibrilasi non-valvular
Dosis 20 mg, 1 kali sehari, dikonsumsi setelah makan malam.
Tujuan: Mencegah penggumpalan darah pada pasien yang menjalani operasi panggul atau
lutut
Dosis 10 mg, 1 kali sehari. Pengobatan dimulai 6–10 jam setelah operasi. Obat
diberikan selama 5 minggu untuk operasi panggul dan 2 minggu untuk operasi
lutut.
DEFINISI angiotensin receptor-neprilysin
inhibitor (ARNI)

Angiotensin Receptor-Neprilysin Inhibitors adalah kombinasi dari obat


inhibitor neprilysin dan ARB. Salah satu contoh jenis obat yang
diresepkan adalah sacubitril atau valsartan.

Neprilysin adalah enzim yang memecah zat alami dalam tubuh yang
membuka jalur arteri yang sempit. Dengan membatasi efek enzim ini,
jalur arteri yang sempit akan terbuka lebih lebar dan melancarkan
aliran darah.

Biasanya obat ini diresepkan pada orang yang mengalami gagal


jantung. Selain itu, obat sakit jantung ini juga mengurangi tegangan
pada organ dan retensi natrium (garam) dalam tubuh.
1. Sacubitril atau Valsartan
A. Makanisme Kerja Obat

Obat ini terdiri dari dua jenis kandungan utama, yaitu sacubitril dan valsartan.
Kandungan sacubitril bekerja dengan cara mengontrol volume darah, sedangkan
valsartan mencegah pengencangan pembuluh darah.Alhasil, aliran darah lebih
lancar dan jantung bisa memompa darah lebih baik ke seluruh tubuh.

B. Efek Samping

Berikut efek samping lain yang sangat umum dan sering dijumpai:

• Tekanan darah rendah, seperti pusing dan kehilangan keseimbangan.


• Kadar kalium pada darah meningkat.
• Gangguan fungsi ginjal.
• Batuk.
• Pusing.
• Diare.
• Sel darah merah berkurang.
• Lelah.
• Gagal ginjal akut.
• Sakit kepala.
• Pingsan.
• Lemas.
• Mual.
• Maag.
• Kepala seperti berputar-putar.
• Gula darah rendah.

C. Interaksi Obat

Ada beberapa jenis obat yang memengaruhi cara kerja obat ini dan sebaliknya.
Berikut daftarnya.

• Obat golongan ACE inhibitor.


• Obat gagal jantung atau obat hipertensi lain, seperti obat golongan
angiotensin receptorblockers atau aliskiren.
• Statin atau obat untuk menurunkan kolesterol.
• Sildenafil.
• Suplemen kalium.
• Heparin.
• Pengganti garam yang mengandung kalium.
• Obat pereda nyeri nonsteroid (NSAID) atau cyclooxygenase-2 (Cox-2)
inhibitor.
• Litium.
• Furosemide.
• Nitroglycerine.
• Antibiotik rifamycin dan cyclosporin.
• Ritonavir.
• Metformin

D. Dosis

• Dewasa: dosis awal 49/51 mg 2 kali sehari, setelah 2 – 4 minggu, 97/103 mg 2


kali sehari.
• Anak dengan berat badan kurang dari 40 kg: dosis awal 1,6 mg/kg 2 kali
sehari, dosis lanjutan 2,3 – 3,1 mg/kg.
• Anak dengan berat badan 40 kg hingga kurang dari 50 kg: dosis awal 24/26
mg 2 kali sehari, dosis lanjutan 49/51 – 72/78 mg 2 kali sehari.
• Anak dengan berat badan 50 kg ke atas: dosis awal 49/51 mg 2 kali sehari,
dosis lanjutan 72/78 – 97/103 mg 2 kali sehari.
DEFINISI ANTIANGINA

Angina pectoris adalah nyeri dada akibat penyakit


jantung koroner. Angin duduk atau angina pectoris
terjadi ketika otot jantung tidak mendapatkan suplai
darah yang cukup, akibat penyempitan atau
penyumbatan pada pembuluh darah arteri di jantung.

Pengobatan angina pectoris bertujuan untuk


mengurangi keluhan dan mencegah terjadinya serangan
jantung. Metode yang diberikan dapat berbeda-beda,
tergantung pada kondisi yang dialami pasien.
1. Trimetazidine

A. Makanisme Kerja Obat

Trimetazidine adalah obat untuk mengurangi kejadian dan keparahan angina


pektoris (nyeri dada). Obat ini umumnya diberikan sebagai tambahan ketika obat
angina lain tidak cocok atau tidak efektif. Namun, trimetazidine tidak bisa
menyembuhkan penyebab angina pektoris.

B. Efek Samping

Efek samping yang bisa terjadi sesudah mengonsumsi trimetazidine dapat


berbeda-beda bagi setiap orang. Efek samping yang biasa terjadi antara lain:

• Pusing atau sakit kepala


• Sakit perut
• Gangguan pencernaan atau sakit maag
• Diare
• Rasa tidak enak badan atau tubuh terasa lemah
• Mual dan muntah
• Ruam kulit, biduran, atau rasa gatal
• Konstipasi

C. Interaksi Obat

Belum diketahui interaksi obat yang dapat timbul bila trimetazidine digunakan
dengan obat-obat lain. Namun, tidak tertutup kemungkinan trimetazidine bisa
berinteraksi dengan obat atau bahan aktif tertentu. Oleh sebab itu, beri tahu
dokter jika Anda akan menggunakan obat lain bersamaan dengan trimetazidine.
D. Dosis

Bentuk obat: Tablet biasa


Dewasa: 20 mg, 3 kali sehari.
Bentuk obat: Tablet pelepasan lambat
Dewasa: 35 mg, 2 kali sehari.
Bentuk obat: Kapsul pelepasan lambat
Dewasa: 80 mg, 1 kali sehari

2. Ranolazine

A. Makanisme Kerja Obat

Ranolazine bekerja dengan memaksimalkan penggunaan oksigen di jantung


sehingga jantung tetap dapat bekerja dengan baik meski pasokan oksigen tidak
tersedia sebagaimana normalnya.
A. Efek Samping

• Mual
• Muntah
• Lemas
• Sembelit
• Sakit kepala
• Pusing

C. Interaksi Obat

Berikut ini adalah beberapa efek samping yang bisa terjadi jika ranolazine digunakan
bersamaan dengan obat-obatan lain:

• Peningkatan risiko terjadinya overdosis dan efek samping ranolazine jika digunakan
dengan itraconazole, ketoconazole, antivirus untuk infeksi HIV, atau clarithromycin
• Penurunan drastis pada efektivitas ranolazine jika digunakan dengan rifampicin,
phenytoin, phenobarbital, atau carbamazepine
• Peningkatan risiko terjadinya gangguan irama jantung (aritmia) yang dapat berakibat
fatal jika digunakan dengan quinidine
• Peningkatan risiko terjadinya efek samping ranolazine jika digunakan dengan diltiazem,
fluconazole, erythromycin, verapamil, atau ciclosporin
• Peningkatan risiko terjadinya efek samping dari digoxin
• Peningkatan risiko terjadinya rhabdomyolysis jika digunakan dengan simvastatin
• Peningkatan kadar dan risiko terjadinya efek samping atorvastatin, lovastatin, tacrolimus,
atau everolimus
• Peningkatan risiko terjadinya efek samping dari metformin
• Peningkatan risiko terjadinya aritmia ventrikular jika digunakan dengan terfenadine

D. Dosis

Dosis ranolazine untuk mengatasi angina pektoris adalah:


Dewasa: dosis awal 375 mg 2 kali sehari. Setelah 2–4 minggu, dosis ditingkatkan menjadi
500 mg 2 kali sehari. Dosis maksimal 750 mg 2 kali sehari.
E. Perbedaan Golongan Obat Hipertensi, Antiaritmia,
Antiplatelet, Antikoagulan, Arni, Antiangina .

Antihipertensi adalah kelompok obat yang digunakan untuk menurunkan


tekanan darah akibat hipertensi.

Antiaritmia adalah kelompok obat yang digunakan menangani aritmia,


yaitu gangguan irama jantung yang bisa berupa detak jantung yang terlalu
cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur.

Antiplatelet adalah kelompok obat yang digunakan untuk mencegah


terjadinya penggumpalan darah.

Antikoagulan adalah obat yang berfungsi mengatasi atau mencegah penggumpalan


darah.
Neprilysin adalah enzim yang memecah zat alami dalam tubuh yang
membuka jalur arteri yang sempit. Dengan membatasi efek enzim ini, jalur
arteri yang sempit akan terbuka lebih lebar dan melancarkan aliran darah.

Antiangina bertujuan untuk mengurangi keluhan dan mencegah terjadinya


serangan jantung.
TERIMAKASIH ☺

Anda mungkin juga menyukai