DISUSUN OLEH :
PRODI S1 KEPERAWATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan rahmat Allah SWT yang telah memberikan karunianya sehingga kelompok 2
dari Prodi S1 Keperawatan tingkat II mampu menyelesaikan tugas “Makalah Keperawatan –
Diagnosa Keperawatan Addison Disease-“ sebagai syarat tugas dari mata kuliah KMB
(Keperawatan Medikal Bedah) II pada semester IV ini.
Terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen yang telah membagikan ilmunya sehingga
kami mampu menelaah setiap mata kuliah. Terima kasih kepada paa Orang Tua yang telah
mendidik kami dan para teman-teman sekelompok yang telah bekerja sama dalam
menyelesaikan tugas ini walaupun dalam kondisi isolasi yang mempersulit untuk berdikusi
bersama.
Dengan hasil kerja keras kami, akhirnya Makalah Keperawatan “Makalah Asuhan
Keperawatan Diagnosa Keperawatan Pada Klien Dengan Addison Dissease” telah rampung
dan siap diterbitkan oleh masing-masing anggota kelompok duta.
Anggota Kelompok II
ii
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Sindrom insufiensi korteks adrenal terjadi akibat defisiensi sekresi koristol dan
aldosterone. Apabila tidak diobati, maka penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Penyebab utama influsiensi korteks adrenal adalah (1) penyakit primer korteks adrenal atau
(2) defisiensi sekresi hormone adrenokortikotropik (ACTH). Definisi corticotropin-realising-
hormone (CRH) saja dapat menyebabkan defiesiensi ACTH dan kortisol. Tetapi penyakit ini
hanya dijumpai pada pajajan kronik glukookortikoid dosis farmakologik atau setelah
pengangkatan adenoma adrenokorteks penghasil korisol.
Apabila penyebab insufiensi korteks adrenal adalah suatu proses patologik dikorteks
adrenal, maka penyakit ini disebut dengan penyakit Addison. Pasien dengan penyakit
Addison memperlihatkan ketiga zona korteks, sehingga terjadi difisiensi semua sekresi
koreteks adrenal: kortisol, aldosterone, dan adnrogen. Kadang-kadang pasien datang dengan
defisiensi parsial sekresi hormone korteks adrenal. Defisiensi ini dijumpai pada kasus-kasus
hipoaldestronisme-hiperenemik, yang hanya mengenai sekresi aldesteron, atau hiperplasi
adrenal konginetal, dengan suatu defek enim persial yang hanya menghambat sekresi
kortisol.
Penyakit Addison jarang dijumpai dan memiliki prevalensi 4 dari 100.000 orang; dua
pertiga apasien adalah perempuan. Diagnose ditegakkan antara usia 20 dan 50 tahun. Dahulu,
tuberkolosis adalah penyakit utama penyakit Addison. Saat ini dengan kemoterapi yang lebih
baik, hanya sedikit pasien tuberkolosis yang mempunyai insufiensi adrenal. Kerusakan
korteks adrenal merupakan akibat dari proses autoimun pada lebih dari 50% pasien penyakit
Addison. Auto antibodi adrenal ditemukan dalam titer tinggi pada sebagian pasien dengan
penyakit Addison. Antibodi ini bereaksi dengan antigen dikorteks adrenal, termasuk enzim
21 hidroksilase dan menyebabkan peradangan yang akhirnya menghancurkan kelenjar
adrenal. Biasanya lebih dari 80% dari kedua kelenjar harus rusak sebelum timbul gejala dan
tanda insufiensi. Penyakit Addison dapat timbul bersamaan dengan penyakit endokrin lain
yang memiliki dasar autoimunitas. Diantaranya adalah tiroiditis hashimoto, beberapa kasus
diabetes mellitus type 1, dan hipoparatiroidisme. Juga tampaknya terdapat presisposisi
familial unutk penyakit endokrin autominun, yang mungkin berkaitan dengan kelainan
reaktifitas sistem imum pasien. Penyebab penyakit Addison yang lebih jarang adalah
perdarahan yang disebabkan oleh pemakaian antikoogulan jangka panjang terutama heparin,
1
penyakit granulomatosa non perkijuan, infeksi sitomegalovirus (CMV) pada pasien dengan
sindrom imnodefisiensi didapat (AIDS), dan neuplasma metastatic yang mengenai kedua
kelenjar adrenal. Pernah dilaporkan kasus-kasus jarang yaitu, insufisiensi korteks adrenal
primer terjadi akibat mutasi di gen-gen yang mengode protein yang mengendalikan
perkembangan adrenal atau steroidogenesis. (Price, Sylvia. 2006)
1.2 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
3. Amyloidosis, yaitu penyakit yang mengenai kelenjar adrenal akibat adanya
penumpukan protein amiloid yang berlebihan.
4. Pengangkatan kelenjar-kelenjar adrenal secara operasi
b) Etiologi dari penyakit Addison bentuk sekunder :
1. Tumor-tumor atau infeksi-infeksi dari area, khususnya dibagian otak,
dikelenjar pituitary.
2. Kehilangan aliran darah ke pituitary.
3. Radiasi untuk perawatan tumor-tumor pituitary.
4. Operasi pengangkatan bagian-bagian dari hypothalamus.
5. Operasi pengangkatan kelenjar pituitary
c) Etiologi penyakit addison bentuk idiopatik :
Insufisiensi adrenal primer itu jarang. Insiden dan prevalen di USA tidak
diketahui. Penyakit ini mengenai orang dengan segala macam tingkat usia dan
menyerang baik laki-laki maupun perempuan.
4
Hipofungsi adrenokortikal menghasilkan penurunan level mineralokortikoid
(aldosteron), glukokortikoid (cortisol), dan androgen.
Penurunan aldosteron menyebabkan kebanyakan cairan dan
ketidakseimbangan elektrolit. Secara normal, aldosteron mendorong penyerapan
Sodium (Na+) dan mengeluarkan potassium (K+). Penurunan aldosteron
menyebabkan peningkatan ekskresi sodium, sehingga hasil dari rantai dari peristiwa
tersebut antara lain: ekskresi air meningkat, volume ekstraseluler menjadi habis
(dehidrasi), hipotensi, penurunan kardiak output, dan jantung menjadi mengecil
sebagai hasil berkurangnya beban kerja. Akhirnya, hipotensi menjadi memberat dan
aktivitas kardiovaskular melemah, mengawali kolaps sirkulasi, shock, dan kematian.
Meskipun tubuh mengeluarkan sodium berlebih, ini mempertahankan kelebihan
potassium. Level potassium lebih dari 7 mEq/L hasil pada aritmia, memungkinkan
terjadinya kardiak arrest.
Penurunan glukokortikoid menyebabkan meluasnya gangguan metabolic.
Ingat bahwa glukokortikoid memicu glukoneogenesis dan memiliki efek anti-insulin.
Sehingga, ketika glukokortikoid menurun, glukoneogenesis menurun, sehingga
hasilnya hipoglikemia dan penurunan glikogen hati. Klien menjadi lemah, lelah,
anorexia, penurunan BB, mual, dan muntah. Gangguan emosional dapat terjadi, mulai
dari gejala neurosis ringan hingga depresi berat. Di samping itu, penurunan
glukokortikoid mengurangi resistensi terhadap stress. Pembedahan, kehamilan, luka,
infeksi, atau kehilangan garam karena diaphoresis berlebih dapat menyebabkan krisi
Addison (insufisiensi adrenal akut). Akhirnya, penurunan kortisol menghasilkan
kegagalan untuk menghambat sekresi ACTH dari pituitary anterior.
MSH menstimulasi melanosit epidermal, yang menghasilkan melanin, pigmen
warna gelap. Penurunan sekresi ACTH menyebabkan peningkatan pigmentasi kulit
dan membrane mukosa. Sehingga klien dengan penyakit Addison memiliki
peningkatan level ACTH dan warna keperakan atau kecokelatan pun muncul.
Defisiensi androgen gagal untuk menghasilkan beberapa macam gejala pada laki-laki
karena testes menyuplai adekuat jumlah hormone seksual. Namun, pada perempuan
tergantung pada korteks adrenal untuk mensekresi androgen secara adekuat.
Hormone-hormon tersebut disekresi oleh korteks adrenal yang penting bagi
kehidupan. Orang dengan penyakit Addison yang tidak diobati akan berakhir fatal.
5
Kerusakan pada korteks adrenal mempengaruhi insufisiensi kortisol yang
menyebabkan hilangnya glukoneogenesis, glikogen hati menurun yang
mengakibatkan hipoglikemia, insufisiensi kortisol mengakibatkan ACTH dan
sehingga merangsang sekresi melanin meningkat sehingga timbul MSH
hiperpigmentasi.
Pada sekitar 70% dari semua kasus, atrofi ini diduga terjadi karena adanya
gangguan autoimun. Dalam gangguan autoimun, sistem kekebalan tubuh,
bertanggung jawab untuk mengidentifikasi penyerbu asing seperti virus atau bakteri
dan membunuh mereka, sengaja dimulai untuk mengidentifikasi sel-sel dari korteks
adrenal sebagai asing, dan menghancurkan mereka. Pada sekitar 20% dari semua
kasus, perusakan korteks adrenal disebabkan oleh tuberkulosis. Itu sisa kasus penyakit
Addison dapat disebabkan oleh infeksi jamur, seperti histoplasmosis,
coccidiomycosis, dan kriptokokosis, yang mempengaruhi adrenal kelenjar dengan
memproduksi merusak, massa tumor seperti disebut Granuloma; penyakit amiloidosis
disebut, di zat tepung yang disebut amiloid diendapkan pada abnormal tempat
seluruh tubuh, mengganggu fungsi struktur kelenjar adrenal oleh kanker.
Pada sekitar 75% dari semua pasien, penyakit Addison cenderung menjadi
sangat bertahap, perlahan-lahan berkembang penyakit. Gejala signifikan tidak dicatat
sampai sekitar 90% dari korteks adrenal telah dihancurkan. Yang paling
umumtermasuk gejala kelelahan dan hilangnya energi, penurunan nafsu makan, mual,
muntah, diare, sakit perut, penurunan berat badan, lemah otot, pusing ketika berdiri,
dehidrasi, tidak biasa bidang gelap (pigmen) kulit, dan freckling gelap. Sebagai
penyakit berlangsung, pasien mungkin tampak telah sangat disamak, atau kulit
berwarna perunggu, dengan penggelapan lapisan mulut, vagina, dan rektum, dan
gelap pigmentasi daerah sekitar puting susu (aereola). Sebagai dehidrasi menjadi lebih
parah, tekanan darah akan terus untuk drop dan pasien akan merasa semakin lemah
dan pusing. Beberapa pasien memiliki gejala kejiwaan, termasuk depresi dan mudah
tersinggung.Perempuan kehilangan kemaluan dan rambut ketiak, dan berhenti setelah
menstruasi normal periode.
Ketika pasien menjadi sakit dengan infeksi, atau ditekankan oleh cedera,
penyakit ini tiba-tiba dan kemajuan pesat, menjadi hidup mengancam. Gejala dari
krisis “Addisonian” termasuk jantung abnormal irama, rasa sakit parah di punggung
dan perut, tak terkendali mual dan muntah, penurunan drastis dalam darah tekanan,
6
gagal ginjal, dan pingsan. Tentang25% dari pasien penyakit semua Addison
diidentifikasi karena terhadap perkembangan krisis Addisonian.
7
WOC Addison Disease
8
2.4 Gejala atau maniefestasi klinis Addison Disease
Menurut Keperawatan Medikal Bedah II, edisi 8, 2001, gejala yang mungkin saja
timbul pada penderita penyakit addison adalah :
1. Gejala yang mungkin timbul pada penderita penyakit addison yang disebabkan oleh
etiologi primer yaitu :
a. merasa lelah
b. lemah
c. kehilangan berat badan
d. dehidrasi
e. tidak mempunyai selera makan
f. sakit otot
g. mual
h. muntah
i. diare
2. Gejala yang mungkin timbul pada penderita penyakit addison yang disebabkan oleh
etiologi sekunder yaitu :
a. pusing kalau berdiri sesudah duduk atau berbaring
b. memiliki spot kulit yang gelap. Kegelapan mungkin nampaknya seperti karena
sinar matahari, tetapi tampak pada kulit yang terpapar matahari secara tidak
merata.
c. Bintik-bintik hitam mungkin berkembang di balik dahi, muka, dan bahu, dan
seorang kulit hitam kebiru-biruan pemudaran warna mungkin terjadi di seputar
puting susu, bibir, mulut, dubur, kantung kemaluan, atau vagina.
d. Banyak menjadi tidak dapat mentolerir dingin
3. gejala yang mungkin timbul pada penderita penyakit addison yang disebabkan oleh
idiopatik tergantung dari bagian mana yang terkena maka akan timbul gejala baik
gejala meyerupai gejala sekunder maupun primer.
2.5 Komplikasi Addison Disease
Komplikasi dari penyakit addison ini antara lain :
a. Syok, (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)
b. Dehidrasi
c. Hiperkalemiae
9
d. Hipotensi
e. kardiak arrest
2.6 Pemeriksaan Diagnostik Addison Disease
Diagnosis dari penyakit Addison tergantung terutama pada tes darah dan urin.
Tes diagnostic fungsi adrenalkortikal meliputi:
a. Uji ACTH: meningkat secara mencolok (primer) atau menurun (sekunder).
Tes skrining ini paling akurat untuk penyakit Addison. Prosedurnya sebagai
berikut: batas dasar plasma cortisol ditarik (waktu ‘0’). Kortisol plasma
merespon ACTH secara intravena, 45 menit kemudian sampel darah diambil.
Konsentrasi kortisol seharusnya lebih besar dari pada 20 µg/dl.
b. Plasma ACTH: jika gagal menggunakan tes skrining, plasma ACTH dengan
akurat akan mengkategorisasikan dengan insufisiensi adrenal primer (tinggi),
atau sekunder (normal atau rendah).
c. Serum elektrolit: serum sodium biasanya menurun, sementara potassium dan
kalsium biasanya meningkat. Walau pun demikian, natrium dan kalium yang
abnormal dapat terjadi sebagai akibat tidak adanya aldosteron dan kekurangan
kortisol.
d. ADH meningkat, aldosteron menurun, kortisol plasma menurun dengan tanpa
respons pada pemberian ACTH secara IM (primer) atau secara IV.
e. Glukosa: hipoglikemia.
f. Ureum/ kreatinin: mungkin meningkat (karena terjadi penurunan perfusi
ginjal).
g. Analisa gas darah: asidosis metabolic
Ph normal : 7.35 - 7.45
HCo2 : 23 - 27 mmol/l
pada asidosis metabolik Ph dibawah 7.30 dan Hco2 lebih dari 30 mmol/l
h. Sel darah merah (eritrosit): normositik, anemia normokromik (mungkin tidak
nyata/ terselubung dengan penurunan volume cairan) dan hematokrit (Ht)
meningkat (karena hemokonsentrasi). Jumlah limfosit mungkin rendah,
eosinofil meningkat.
i. Urine (24 jam): 17- ketosteroid, 17-hidroksikortikoid, dan 17-ketogenik
steroid menurun. Kadar kortisol bebas menurun. Kegagalan dalam pencapaian
atau peningkatan kadar steroid urin setelah pemeriksaan dengan pemberian
10
ACTH merupakan indikasi dari penyakit Addison primer (atrofi kelenjar
adrenal yang permanen), walaupun peningkatan kadar ACTH memberikan
kesan penyebab supresi hormone sekunder. Natrium urin meningkat.
j. Sinar X: jantung kecil, kalsifikasi kelenjar adrenal, atau TB (paru, ginjal)
mungkin akan ditemukan.
k. CT Scan: Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitive
hubungannya dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit
infiltrasi malignan dan non malignan dan hemoragik adrenal.
l. Gambaran EKG: Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non
spesifik abnormal sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolik.
2.7 Penatalaksanaan Addison Disease
a. Penatalaksanaan secara medik
1) Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu
dosis 12,5 – 50 mg/hr.
2) Hidrokortison (solu – cortef) disuntikan secara IV
3) Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti
kortisol.
4) Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline.
5) Fludrukortison : 0,05 – 0,1 mg/hr diberikan per oral
b. Penatalaksanaan secara keperawatan
1) Monitoring ketat TTV klien ketika penyakitnya telah terdiagnosa. Check nadi,
paling tidak setiap 4 jam. Laporkan penurunan tekanan darah dan perubahan
ortostatik.
2) Ketika terjadi rehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit terdeteksi, kaji
manifestasi dari meningkatnya vitalitas fisik dan emosionalnya. Kaji pada
lokasi di mana terdapat penekanan pada tulang, pada klien yang imobilisasi,
untuk mencegah dekubitus. Dengan berbagai macam terapi, maka kelesuan
dan kelemahan seharusnya berangsur-angsur berkurang dan akhirnya
menghilang.
3) Monitoring untuk pajanan suhu dingin dan infeksi. Segera laporkan pada
dokter jika manifestasi dari infeksi berkembang, misalnya sakit tenggorokan
atau rasa terbakar saat berkemih. Ingat, klien dengan penyakit Addison tidak
11
dapat mentolerir stress. Infeksi akan menambahi beban stress pada tubuh,
butuh lebih tinggi pada level kortisol selama infeksi terjadi.
4) Kaji manifestasi dari ketidakseimbangan sodium dan potassium. Berat badan
harian mengindikasikan pengukuran obyektif dari bertambahnya BB, atau
bahkan menurunnya BB. Jika terapi penggantian steroid tidak adekuat,
kehilangan sodium dan retensi potassium dikoreksi terus. Jika dosis steroid
terlalu tinggi, kelebihan jumlah sodium dan air dipertahankan, dan ekskresi
potassium yang tinggi
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini, semua
data-data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini.
Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis,
sosial, maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan
membuat data dasar klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data
adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostic (Asmadi, 2008).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang dilakukan secara
sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan
kesehatan pasien. Sumber data diperoleh dari pasien, keluarga, catatan medik, dan perawat.
Adapun cara pengumpulan data yang digunakan adalah melalui wawancara, observasi dan
pemeriksaan fisik.
a. Identitas Klien
Penyakit Addison bisa terjadi pada laki -laki maupun perempuan yang mengalami krisis
adrenal
Riwayat Penyakit dahulu perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit penyakit yang
beresiko dapat merusak kerja hormon seperti penyakit TBC
13
4) cepat lelah
Data obyektif :
1) Hipotensi
2) Keringat dingin
3) Gemetar
4) Mual-mual
5) Hiperpigmentasi
6) Kecemasan
7) Nampak lemah
8) Kadang-kadang terjadi penurunan kesadaran
3. Riwayat Kesehatan keluarga
Perlu dikaji apakah keluarga ada yang menderita penyakit yang sama, atau penyakit
autoimun.
Data Biologis
1) Pola nutrisi
klien mengalami perubahan nafsu makan, karena gejala mual, dsb yang
membuat klien menjadi kurang nutrisi
2) Pola Eliminasi
Klien sering BAK
3) Pola Aktivitas
Aktivitas klien terbatas karena sering merasa lelah
1. Sistem Pernapasan
Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya kontraksi otot bantu
pernapasan (dispneu), terdapat pergerakan cuping hidung.Terdapat pergesekan
dada tinggi.Resonan.
2. Sistem Pencernaan.
Mulut dan tenggorokan : anoreksia, bibir kering.Abdomen :Bentuk simetris.
Bising usus meningkat. Nyeri tekan karena ada kram abdomen. Timpani
3. Sistem Endokrin
14
Destruksi kortek adrenal dapat dilihat dari foto abdomen, Lab. Diagnostik ACTH
meningkat.
Integumen : Turgor kulit jelek, membran mukosa kering, ekstremitas dingin,
cyanosis, pucat, terjadi hiperpigmentasi di bagian distal ekstremitas dan kuku-
kuku pada jari, siku dan mebran mukosa
4. Seksualitas
Adanya riwayat menopouse dini, aminore, hilangnya tanda-tanda seks sekunder
(berkurang rambut-rambut pada tubuh terutama pada wanita) hilangnya libido.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Suatu diagnose keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia
terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan terhadap respon
tersebut dari seorang individu, keluarga, kelompok atau komunitas (NANDA-I 2013).
Suatu diagnose keperawatan biasanya berisi dua bagian yaitu deskriptor atau
pengubah dan focus diagnosis, atau konsep kunci diagnosis.
Diagnosa keperawatan yang muncul dari pasien addison diseases diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
dan elektrolit melalui ginjal.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual anoreksia
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan hyperpigmentasi.
4. Disfungsi sexsualitas b.d penurunan libido dan perubahan struktur tubuh
5. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan Fisik.
3.3 Intervensi Keperawatan
Tahap perencanaan memberikan kesempatan kepada perawat, klien, keluarga
dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna
mengatasi masalah yang dialami klien. Perencanaan ini merupakan suatu petunjuk
tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang
dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis
keperawatan.
Tahap perencaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses
keperawatan sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi
tujuan yang ingin dicapai., hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan
siapa yang akan melakukan tindakan keperawatan. Karenanya, dalam menyusun
15
rencana tindakan keperawatan untuk klien, keluarga dan orang terdekat perlu
dilibatkan secara maksimal (Asmadi,2008).
16
BAB IV
KASUS
A. Data Fokus
17
B. Analisa Data
C. Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis.
3. Intoleran aktivitasberhubungandenganimobilitas.
D. Intervensi Keperawatan
23
Implementasi
24
Evaluasi
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2.Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari S: Pasien mengatakan makanan yang sudah
kebutuhan nutrisi tubuh berhubungan disediakan sudah bisa habis dimakan
dengan factor biologi
O: Pasien sudah terlihat tidak lemas lagi
Ttv :
TD:90/60 mmhg
T:37 C
Rr:20 x/menit
N:60x/menit
A: Masalah teratasi
P: Intervensi di hentikan
3.Intoleransi aktivitas berhubungan S:Pasien mengatakan sudah mampu bergerak
25
dengan imobilitas kembali
TTV:
TD:90/60 mmHg
T:37 C
Rr:20 x/menit
N:60x/menit
A:Masalah teratasi
P:Intervensi di hentikan
26
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormono yang terjadi pada
semua kelompok umur yang menimpa pria dan wanita sama rata. Penyakit ini
dikarakteristikan oleh kehilangan berat badan, kelemahan otot, kelelahan, tekanan darah
rendah, dan ada kalanya penggelapan kulit pada kedua bagian tubuh yang terbuka dan
tidak terbuka.
Etiologi dari penyakit Addison bentuk primer : infeksi kronis, terutama infeksi"
jamur, sel - se kanker yang menyebar dari bagian-bagian lain tubuh ke kelenjar - kelenjar
adrenal, amyloidosis (sekelompok keadaan yang di cirikan oleh penimbunan protein
vibliler yang tidak larut dalam berbagai organ), pengangkatan kelenjar-kelenjar adrenal
secara operasi.
5.2 Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
SDKI
SLKI
SIKI
28