KELOMPOK 6
Anggota :
Pertanyaan :
Di jawab oleh :
Dijawab oleh :
Dengan demikian dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan secara
moderat bahwa nyayian itu ada yang diharamkan dan ada pula yang dihalalkan
(baca: dibolehkan), sebuah nyanyian dihukumi haram apabila di dalam nyanyian
itu terkandung unsur-unsur kemaksiatan atau kemunkaran, baik dalam bentuk
perkataan (qouliyah), perbuatan (fi’liyah), atau dalam bentuk sarana (asy-yâ’),
misalnya dalam praktek nyanyian itu disertai dengan minuman-minuman keras
(khamr), zina, penampakan aurat, campur baur pria-wanita (ikhtilath), atau pesan-
pesan dalam syairnya bertentangan dengan syara’, misalnya mempropagandakan
ajakan berpacaran, mendorong pergaulan bebas, mempropagandakan sekulerisme,
liberalisme dan sebagainya.
Dijawab oleh :
3. Dalam islam tidak diperbolehkan untuk membuat makhluk hidup seperti binatang,
nah pada masa Wali Songo, para Wali menggunakan wayang untuk mendekatkan
diri pada masyarakat, Apakah wayang tersebut masih boleh digunakan sekarang?
Rahma Diana (04021281924021)
Jawaban :
Ada sebagian ulama yang mengharamkan semua jenis gambar, baik itu
lukisan, kartun, foto atau film. Bagi mereka, apapun yang berbau gambar, lepas
dari apa tujuan, madharat, manfaat dan fungsinya, hukumnya haram. Dan
pelakunya masuk neraka. Namun, kelompok ulama yang seperti ini berhadapan
dengan para ulama lain yang lebih moderat. Mereka tidak menelan mentah-mentah
begitu saja hadits-hadit yang terkait dengan haramnya gambar, setidaknya tidak
memahami hadits dengan apa yang tersurat, tetapi memahami lebih jauh dan
mendalam. Sebenarnya perbedaan pendapat di antara mereka dipicu dari cara
memahami nash-nash yang mereka sepakati keshahihannya, namun tidak mereka
sepakati pengertian dan maksudnya.
Wayang (Bahasa Jawa Krama: "ringgit"), konon dari kata "bayang", adalah
sebuah pertunjukan seni tradisional yang sudah sangat klasik dan membudaya bagi
masyarakat Indonesia. dalam perkembangannya, sumber inspirasi pertunjukkan seni
wayang itu sangat kaya dan beraneka ragam, bukan hanya dipengaruhi oleh cerita-
cerita Hindu-Budha saja tetapi juga dari Serat Menak, sejarah keislaman, dan kisah-
kisah kehidupan manusia sehari-hari.
Serat Menak adalah sebuah karya sastra fiksi agung yang konon diinspirasi
oleh karya sastra Melayu: "Hikayat Amir Hamzah" yang merupakan terjemahan dari
sebuah karya sastra yang ditulis di zaman Khalifah Harun al-Rasyid di abad ke-8/9
M. Yang dimaksud dengan "Amir Hamzah" (atau "Raja Hamzah") dalam Serat
Menak dan Hikayat Amir Hamzah adalah Hamzah bin Abdul Muttalib (salah seorang
paman Nabi Muhammad yang gagah perkasa dalam membela dan menyebarkan
Islam).
Dari cerita Serat Menak inilah kemudian lahir sejumlah wayang golek menak
atau wayang orang menak, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Barat, yang isi
ceritanya menggambarkan lika-liku "dakwah Islam" dan perjuangan menegakkan
masyarakat bermoral.
Karena wayang adalah "tradisi positif" dan medium yang cukup efektif untuk
menyampaikan pesan-pesan moral ke publik masyarakat, maka para ulama dan
Walisongo dulu, elit Muslim Turki Usmani, raja-raja Islam Jawa, dsb ikut idan
memopulerkan seni wayang ini. Wayang pun masih bisa digunakan hingga saat ini,
tetapi, tergantung dengan pemahaman masing-masing individu.
Islam itu hadir bukan untuk "meng-Islamankan tradisi dan budaya lokal"
tetapi untuk "memberi nilai" atas tradisi dan budaya setempat itu agar tidak
melenceng dari nilai-nilai dan norma-norma keislaman. Jika tradisi dan budaya lokal
itu sudah sangat baik, positif, bernilai, dan bermoral, serta bermanfaat untuk
masyarakat banyak, maka Islam sama sekali tidak mempermasalahkannya, dan
bahkan turut memelihara dan menyerapnya karena memang "sudah Islami".
Dijawab oleh :