Oleh:
Jurusan Fisika
Program studi Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Gorontalo
Tahun ajaran 2018/2019
`
KATA PENGANTAR
Bismillah, Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala Rabb semesta alam yang
melindungi, menjaga dan memberi rizki kepada makhluk-Nya, Saya bersaksi bahwa
tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar selain Allah Subhanahu
wa ta’ala dan saya bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah rasul dan hamba-Nya.
Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala
atas selesainya makalah berjudul “Seni Dalam Pandangan Islam” yang disusun dalam
rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Agama yang diampu oleh Bapak Dr.
Munkizul Umam Kau, S.Fil.I
Makalah ini berisi tentang pandangan islam terhadap bidang seni berlandaskan Al
Quran dan Hadist beserta pendapat pendapat ulama dan ijma atau kesepakatan yang
paling kuat antara ulama. Dalam penyusunan makalah ini melibatkan beberapa pihak.
Oleh sebab itu kami mengucapkan banyak terima kasih atas segala kontribusinya
dalam pembuatan makalah ini.
Meski disusun secara maksimal, namun kami sebagai penyusun adalah manusia yang
juga bisa salah dan menyadari bahwa masih jauh dari sempurna dalam pembuatan
makalah ini. Karenanya kami mengharapkan saran dan kritikan yang membangun
dari pembaca sekalian.
Besar harapan kami makalah ini dapat menjadi sarana dalam membantu masyarakat
dalam memahami ilmu agama yang berlandaskan Al Quran dan Sunnah. Dan
sebelum membaca ini saya ingin mengajak saudara sekalian untuk senantiasa
bertakwa kepada Allah dan Rasul-Nya. tentunya kita mengimani bahwasanya
Allah Subhanahu wa ta’ala adalah Tuhan kita dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah Nabi dan panutan kita. Maka konsekuensi dari itu, kita harus
meyakini kebenaran yang datang dari firman Allah dan sabda Rasul-Nya.
Demikian apa yang bisa kami sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat
dari karya kami ini, sekian Brakallahu fiikum, semoga Allah selalu menjagamu.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari seni
2. Untuk mengetahui hukum hukum dalam seni
BAB II
PEMBAHASAN
Islam memandang bahwa orang orang yang menghalalkan sesuatu yang haram
dan mengharamkan sesuatu yang halal menjadi suatu pengekangan dan
penyempitan bagi manusia setelah Allah melapangkannya. Juga memandang
bahwa perbuatan ini banyak dilakukan oleh orang orang yang ahli agama yang
berlebih-lebihan dam merasa hebat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
sendiri pernah memerangi orang orang ini dengan gencar dan mengerahkan
seluruh senjata yang ada berupa celaan dan mengabarkan akan kehancuran
mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Binasalah orang-orang yang berlebihan itu (beliau mengatakannya tiga
kali).” (HR Muslim, Ahmad, dan Abu Daud) (lihat Halal Haram dalam Islam
karya Dr. Yusuf Al-Qaradhawi. 2004 halaman 29. Akbar media eka sarana.)
A. Seni Rupa
Dalam seni sebenarnya boleh namun ternyata ada beberapa senu rupa yang
dilarang dalam pandangan islam. Pada hakikatnya seni rupa seperti kebanyakan hal
duniawi lainnya hukumnya adalah mubah (boleh) asal tidak bertentangan dengan
dalil yang ada. Maka pada hakikatnya semua seni rupa adalah boleh namun ternyata
ada beberapa hal yang diceritakan dalam nash shahih yang dilarang dalam agama,
yaitu patung dan menggambar makhluk bernyawa dalam jumhur ulama patung dan
gambar telah dilarang dan diharamkan dalam islam secara umum berdasarkan dalil
dalil berikut
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Pernah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dari suatu safar dan aku
ketika itu menutupi diri dengan kain tipis milikku di atas lubang angin pada tembok
lalu di kain tersebut terdapat gambar-gambar. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam melihat hal itu, beliau merobeknya dan bersabda, “Sesungguhnya orang
yang paling berat siksanya pada hari kiamat adalah mereka yang membuat sesuatu
yang menandingi ciptaan Allah.” ‘Aisyah mengatakan, “Akhirnya kami menjadikan
kain tersebut menjadi satu atau dua bantal.” (HR. Bukhari no. 5954 dan Muslim
no. 2107).
Dalam riwayat lain disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,
“Sesungguhnya pembuat gambar ini akan disiksa pada hari kiamat. Dikatakan pada
mereka, “Hidupkanlah apa yang telah kalian ciptakan (buat).” (HR. Bukhari no.
2105 dan Muslim no. 2107).
Dan dalam riwayat lainnya,
“Sesungguhnya orang yang peling berat siksanya di sisi Allah pada hari kiamat
adalah al mushowwirun (pembuat gambar).” (HR. Bukhari no. 5950 dan Muslim
no. 2109).
Maka dari dalil dalil di atas dapat disimpulkan bahwa hukum membuat patung dan
gambar makhluk bernyawa adalah haram dan tidak bisa karena seperti menyaingi
ciptaan Allah dan akan mendapat siksa yang sangat berat, namun dalam Al
Mughni karya Ibnu Qudamah disebutkan, “Ketika gambar atau patung dibentuk dari
badan tanpa kepala atau kepala tanpa badan atau dijadikan kepala tetapi bagian
lainnya adalah berbentuk lainnnya selain hewan, ini semua tidak termasuk dalam
larangan.”
Namun menurut ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa jika bagian tubuh lain tidak
ada, lalu masih tersisa kepala, maka pendapat yang rojih (kuat), gambar atau patung
tersebut masih tetap haram.
“Gambar itu adalah kepala, jika kepalanya dihilangkan maka tidak lagi disebut
gambar.” (HR. Al-Baihaqi 7: 270. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih
dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 1921)
Maka telah jelaslah hukum seni rupa dalam pandangan islam jika suatu seni rupa
tidak menyerupai makhluk bernyawa maka tidak ada masalah adapun untuk boneka
untuk mainan anak anak maka tidak ada masalah insyaa Allah dan untuk gambar
makhluk bernyawa hanya dibolehkan pada pengajaran kepada anak anak misal untuk
mengenalkan bentuk suatu hewan seperti apa. Demikian pendapat yang disepakati.
B. Seni Tari
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan cara al-marah, karena
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu
tidak akan sampai setinggi gunung” (QS. Al-Isra: 37).
“Para ulama berdalil dengan ayat ini untuk mencela joget dan pelakunya. Al-Imam
Abul Wafa bin Aqil mengatakan, ‘Al-Qur’an menyatakan dilarangnya joget dalam
firman-Nya janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan cara al marah
(penuh kesenangan). Dan ayat ini juga mencela kesombongan. Sedangkan joget itu
adalah bentuk jalan dengan ekspresi sangat-sangat senang dan penuh kesombongan”
(Tafsir Al-Qurthubi, 10/263).
Namun jika kita gabungkan dengan riwayat yang lain, maka kita akan
ketahui bahwa (menari-nari) di sini maksudnya bermain alat-alat perang.
Sebagaimana dalam riwayat Bukhari,
C. Seni Teater
Seperti pada dasarnya dalam teater atau seni cerita asal tidak melanggar hukum
syariat maka boleh namun dalam hal ini banyak hukum yang harus dipatuhi seperti
tidak bolehnya berbohong walaupun hanya bercanda, namun dalam pentas pentas
sekarang kebohongan dalam candaan tidak bisa terlepas dari unsurnya, islam tidak
melarang dalam bercanda namun tidak bolehnya melanggar batasan maka hal ini
berdasarkan dalil
Dan,
Dari Bahz bin Hakim dari bapaknya dari kakeknya berkata, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Celakalah bagi seseorang yang bercerita
dengan suatu cerita, agar orang lain tertawa maka ia berdusta, maka kecelakaan
baginya, kecelakaan baginya.” (Shahîh, diriwayatkan Imam at-Tirmdzi dalam
Sunan-nya (2315) dan Imam at-Tibrizi dalam Miskâtul- Mashâbih, Bab: Hifzul-
Lisan (4834), dan dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albâni..
Lihat Jami’ul Ulum wal-Hikam, Ibnu Rajab (1/336))
Dan,
Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barang siapa yang menjaminku mampu menjaga apa yang ada diantara dua
bibirnya dan di antara kakinya, maka aku akan jamin surga.”(Shahîh, diriwayatkan
Imam al-Bukhâri dalam Shahîh-nya (6474) dan Imam Muham
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat tentang sesuatu yang
diridhai Allah, yang tidak ia sadari, maka Allah mengangkat dengannya beberapa
derajat. Dan sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat tentang
sesuatu yang dimurkai Allah, yang tidak ia sadari, ternyata menghempaskan dirinya
dengannya ke dalam jahannam.”(Shahîh, diriwayatkan Imam al-Bukhâri dalam
Shahîh-nya (6478) dan Imam Ibnu Majah dalam Sunannya (3970)).
Maka dari penjelasan di atas sudah jelaslah bahwa bercanda boleh asal tidak
melampaui batas.
D. Seni Musik
Banyak yang mengupas tentang musik, namun dalam Al Quran belum ditemukan
dalil tegas untuk musik namun dalam hadist sendiri terdapat hadist yang
menjelaskannya. Dalam berbagai pandangan ada yang mengatakan bahwa musik
boleh dan musik juga haram hukumnya masing masing mempunyai hujjah namun
dalam pendapat yang paling kuat diikuti oleh 4 imam mahzab yaitu imam hanafi,
imam malik, imam syafi’i, dan imam ahmad semuanya mencela musik.
Imam al Ghazali mengambil pengertian ayat ini adalah Allah subahanahu wa ta’ala
memuji suara yang baik. Dengan demikian diboloehkan mendengarkan nyanyian
yang baik.
Meski demikian Dr. Abdurrahman membagi nyanyian ke dalam dua jenis. Nyanyian
yang halal dan nyanyian yang haram. Nyanyian yang haram yaitu nyanyian yang
disertai perbuatan munkar atau haram. Selain itu nyanyian halal tidak boleh diikuti
hal hal haram. Tidak diisi dengan kata kata memuji kecantikan wanita, kata kata yang
mengajak pacaran, main asmara/cinta atau disertai mabuk mabukan, didadakan
ditempat maksiat atau tempat ikhtilath, klub malam dan diskotik. (Musik dalam
islam, Hidayatullah.com)
Dalam pembicaraannya Dr. Zakir naik menjelaskan tentang musik yang dalam Al
Quran di isyaratkan berdasar dalil
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak
berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan
menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang
menghinakan.”
Berdasarkan ayat ini, banyak ahli tafsir, termasuk penafsiran sahabat Ibnu
Mas’ud, mengatakan perkataan yang tidak berguna (Lahwal hadits) ini maksudnya
adalah nyanyian dan alat musik.
Hadits ini menyebutkan bahwa kelak akan ada yang menghalalkan beberapa
hal. Dan kita telah tahu bahwa khamr hukumnya haram, kita sudah tahu zina itu
haram. Karena alat musik disebutkan bersama-sama dengan hal-hal yang diharamkan
tersebut, itu artinya Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam mengharamkannya.
Tetapi ada sebagian orang yang tetap menghalalkannya, kita tahu ada
beberapa ulama kontemporer yang membolehkan. Dari hadits ini secara jelas
mengatakan bahwa alat musik itu haram.
Tetapi ada hadits shahih lainnya yang membolehkan alat musik tertentu, yaitu
duff (rebana).
“Ada dua orang anak perempuan yang bermain rebana sambil bernyanyi. Ketika Abu
Bakar radhiallaahu anhu melihatnya, beliau menyuruh mereka berhenti. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Abu Bakar: “Biarkanlah mereka
melakukannya, karena sesungguhnya ini adalah hari raya.”
Pada hadits yang lain (Sahih Al Tirmidhi Book of Manaaqib Hadith 3690):
Ada seseorang yang berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Aku
telah bernadzar kepada Allah, jika anda (Rasulullah) kembali dalam keadaan
selamat, aku berjanji akan memainkan rebana.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab: “Jika engkau bernadzar maka lakukanlah, jika belum maka jangan
engkau lakukan.”
Dari semua hadits tersebut mengindikasikan bahwa alat musik secara umum
haram, kecuali rebana, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
membolehkannya dalam situasi tertentu.
Syaikh Utsaimin berkata: Menabuh duff pada hari-hari resepsi pernikahan itu
boleh atau sunnah, jika hal itu dilakukan dalam rangka I’lanunnikah (menyiarkan
pernikahan).
Dalam pandangan empat imam mahzab yang paling besar yaitu imam hanafi,
imam malik, imam syafi’i, dan imam ahmad semua mencela musik. Syaikhul islam
ibnu taimiyyah rahimahullah berkata”empat imam madzhab berpendapat bahwa
semua alat musik adalah haram. Telah ada hadist nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
diriwayatkan oleh al-Bukhari dan ulama lainnya bahwasanya nabi mengabarkan akan
adanya orang orang dari ummatnya yang menghalalkan zina, sutra, minum khamr,
dan alat alat musik serta mereka akan diubah menjadi kera dan babi. Al-ma’azif
adalah alat alat musik sebagaimana yang disebutkan oleh pakar bahasa arab. Dan
tidak ada perselisihan sedikitpun dari pengikut para imam (tentang haramnya alat
musik). (Majmu’ Fatawa (XI\/576).
Imam Malik bin Anas. Beliau berkata, “Barangsiapa membeli budak lalu
ternyata budak tersebut adalah seorang biduanita (penyanyi), maka hendaklah dia
kembalikan budak tadi karena terdapat ‘aib.” (talbis iblis, 284).
Imam Asy Syafi’i. Beliau berkata, “Nyanyian adalah suatu hal yang sia sia
yang tidak kusukai karena nyanyian itu seperti kebatilan. Siapa saja yang sudah
kecanduan mendengarkan nyanyian, maka persaksiannya tertolak.” (talbis iblis, 283).