Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

MODUL 3
BEBAN KERJA MENTAL

Disusun Oleh:
Kelompok 34

1. Gerard Leonardy Tahapary 21070118120029


2. Jesica Disriena Nababan 21070118120056
3. Dheva Aulia Pratama 21070118130092
4. Muhammad Chla Ayundra B 21070118140123
5. Fikrianuari Wibowo 21070118130172

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
MODUL 3
BEBAN KERJA MENTAL

Semarang, 24 Maret 2020


Menyetujui
Asisten,

Nida Zulfa Auliana


NIM. 21070116130091

Mengetahui,
Koordinator Praktikum

Della Refina Adelia


NIM. 21070117130077
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Perancangan Sistem Kerja dan
Ergonomi Modul 3 yaitu “Beban Kerja Mental”. Penyusunan Laporan Perancangan
Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 3 ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan
untuk menyelesaikan tugas praktikum Perancangan Sistem Kerja Ergonomi di Teknik
Industri Universitas Diponegoro.
Dalam penulisan Laporan Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 2 ini
penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Dr. Ing. Novie S, S.T., M.Eng. selaku dosen pengampu Mata kuliah
Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
2. Para asisten laboratorium RSKE pada umumnya dan Mba Nida Zulfa Auliana
pada khususnya selaku asisten modul 3 dari kelompok 34.
3. Teman-teman kelompok 34 praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
4. Pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan modul 3 ini, yang
tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua teman-teman yang telah
mendukung kami dan teman-teman kelompok 34 dalam bekerja sama menyelesaikan
laporan praktikum modul 3 ”Beban Kerja Mental” ini. Kami berharap, kerja keras kami
tidak sia-sia dan dapat tulisan ini dapat bermanfaat bagi orang lain yang membacanya.
Sebelumnya kami meminta maaf apabila ada terdapat kesalahan dan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan laporan ini di waktu yang akan datang. Kami sadar laporan praktikum yang
kami buat masih jauh dalam keadaan sempurna. Semoga laporan ini dapat dipahami dan
menambah wawasan bagi para pembaca

Semarang, 24 Maret 2020

Kelompok 34

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii


KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Tujuan Praktikum ........................................................................................ 1
1.2 Pembatasan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Sistematika Penulisan .................................................................................. 2
BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM .............................................................. 3
2.1 Metodologi Praktikum ................................................................................. 3
2.2 Penjelasan Metodologi Praktikum ............................................................... 4
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA .................................. 5
3.1 Pengumpulan Data Beban Kerja .................................................................. 5
3.1.1 Deskripsi Pengambilan Data ........................................................................ 5
3.1.2 Rekap Hasil Kuisioner ................................................................................. 6
3.2 Pengolahan Data Beban Kerja ..................................................................... 7
3.3 Rekap Error dan Perhitungan HEP dan HR ................................................. 9
3.4 Rekap Data Perakitan................................................................................... 9
3.5 Rekap Kondisi Lingkungan Kerja ............................................................. 10
BAB IV ANALISIS ................................................................................................ 14
4.1 Analisis Beban Kerja ................................................................................. 14
4.1.1 Klasifikasi Beban Kerja ............................................................................. 14
4.1.2 Perbandingan Perakitan dengan Lingkungan Beda ................................... 16
4.1.3 Perbandingan Perakitan dengan Waktu Baku Beda .................................. 17
4.2 Analisis Human Error ............................................................................... 18
4.3 Analisis Lingkungan Fisik Kerja ............................................................... 20
4.3.1 Kebisingan ................................................................................................. 22
4.3.2 Cahaya ....................................................................................................... 22

iv
4.3.3 Suhu ........................................................................................................... 23
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 25
5.1 Kesimpulan................................................................................................... 25
5.2 Saran ............................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Flowchart Metodologi Praktikum ..........................................................3


Gambar 4.1 Perbandingan Perakitan dengan Lingkungan Beda ................................16
Gambar 4.2 Perbandingan Perakitan dengan Waktu Beda ........................................17

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil Kuisioner NASA-TLX .....................................................................6
Tabel 3.2 Rekap Hasil Pembobotan ...........................................................................6
Tabel 3.3 Rekap Hasil Rating ....................................................................................6
Tabel 3.4 Perhitungan Skor dan WWL ......................................................................7
Tabel 3.5 Rekap Jumlah Error, Perhitungan HEP dan HR ........................................9
Tabel 3.6 Waktu Perakitan Operator Kelompok 34 ...................................................9
Tabel 3.7 Data Perakitan Satu Shift ...........................................................................10
Tabel 3.8 Rekap Kondisi Lingkungan Fisik Kerja.....................................................11
Tabel 4.1 Rekap WWL dan Skor ...............................................................................14

vii
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum modul 3 tentang Beban Kerja Mental adalah sebagai
berikut:
1. Praktikan mampu mengetahui dan memahami tentang beban kerja mental
2. Praktikan mampu mengetahu dan memahami konsep Human Error dalam
performasi kerja.
3. Praktikan mampu memahami dan mengaplikasikan metode perhitungan
beban kerja mental dalam analisis beban kerja.
4. Praktikan mampu memahami dan mengaplikasikan pengukuran lingkungan
fisik kerja
5. Praktikan mampu memahami dan menganalisis pengaruh distraksi dalam
performansi kerja dan beban kerja mental, serta memberikan perbaikan dari
hasil analisis tersebut

1.2 Pembatasan Masalah


Pembatasan penelitian dalam praktikum Modul 3 tentang beban kerja mental ini
meliputi Human Error dalam performansi kerja, dilihat dari seberapa besar pengaruh
tahapan penerimaan informasi dan pengaruh antar perlakuan lingkungan kerja terhadap
Human Error dan operator. Data yang digunakan berasal dari praktikum yang dilakukan
oleh satu orang operator yang melakukan kegiatan merakit piston secara manual yang
menyelesaikan 5 Finish Good dengan waktu maksimal 20 menit dan diberi 3
lingkungan kerja yang berbeda beda diantaranya, di ruangan driving test, Lab PSKE,
dan di luar Lab PSKE dengan macam kondisi atau keadaan yang berbeda juga,
diantaranya, kebisingan, suhu dan pencahayaan dengan perlakuan yang berbeda-beda.
Waktu baku untuk dalam keadaan normal yaitu 5 menit 12 detik, sedangkan waktu baku
dipercepat yaitu 2 menit 36 detik. Kemudian dicatat data berupa output yang dihasilkan
operator dalam merakit piston dari setiap distraksi yang diberikan serta operator mengisi
kuisioner. Kemudian data-data tersebut diolah menggunakan metode NASA-TLX untuk

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 1

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

mengetahui 6 indikator yang dalam mental kerja serta untuk mengetahui Human Error
Probability dan Human Reliability.

1.3 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 3
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang informasi umum yaitu tujuan praktikum,
pembatasan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM
Pada bab ini berisikan flowchart yang menggambarkan urutan dari
Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 3 Beban Kerja
Mental, dimulai dari pengambilan data hingga analisis serta penjelasannya.
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini berisikan tentang pengumpulan data yang terdiri atas
rekapitulasi kuisioner, rekapitulasi error dan perhitungan HEP dan HR,
rekapitulasi data perakitan, rekapitulasi kondisi lingkungan fisik kerja dan
pengolahan data beban kerja mental dengan metode NASA-TLX.
BAB IV ANALISIS
Pada bab ini berisi tentang pembahasan terkait dengan analisis dari
pengolahan data pada bab III meliputi analisis beban kerja, analisis human
error, analisis lingkungan fisik kerja.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan analisis dan
pengolahan data didasarkan pada hasil yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 2

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Metodologi Praktikum


Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Peerakitan Piston

Jumlah Cacat Lingkungan Kerja

Pengolahan Data :
 Kebisingan
Perhitungan HEP
 Cahaya
 Suhu

Analisis

Kesimpulan Saran

Selesai

Gambar 2.1 Flowchart Metodologi Prakrikum

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 3

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

2.2 Penjelasan Metodologi Praktikum


Dalam praktikum modul 3 tentang beban kerja mental ini terlebih dahulu
dilakukan identifikasi masalah. Identifikasi masalah berisi tentang beban kerja mental
seorang operator dalam merakit piston. Setelah itu, praktikan melakukan pengumpulan
data tentang beban kerja mental. Pengumpul data dilakukan dengan cara merakit piston
sesuai waktu baku ( perakitan normal ) lalu mencatat output piston finish good atau
cacat dan dengan mengisi kuisioner NASA-TLX sesuai dengan kondisi lingkungan
kerja. Setelah itu dilakukan pengolahan data NASA-TLX. Pengolahan data berupa
perhitungan skor NASA-TLX yang sudah diisi sebelumnya. Setelah itu, praktikan
melakukan perhitungan Human Error Probability dan Human Reability. Selanjutnya,
praktikan menganalisis beban kerja mental. Analisis berupa perbandingan skor
perakitan piston dengan lingkungan kerja yang berbeda, perbandingan skor perakitan
piston dengan waktu normal dengan waktu yang dipercepat, faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya Human Error, dan pengaruh lingkungan fisik kerja terhadap
kinerja operator. Pada akhir bab, adanya penarikan kesimpulan dan saran praktikum

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 4

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Pengumpulan Data Beban Kerja


3.1.1 Deskripsi Pengambilan Data
Pada praktikum modul 3 tentang beban kerja mental ini pengambilan
data dilakukan dengan satu orang operator melakukan kegiatan merakit piston
secara manual dan diberi 3 macam distraksi, diantaranya, kebisingan, suhu dan
pencahayaan. Dimana dibagi menjadi 3 kondisi lingkungan yaitu kondisi
pertama gelap dan tanpa AC ( Ruangan Driving Simulator ), kondisi kedua
terang lampu dan dengan AC ( Lab RSKE ), dan kondisi ketiga terang matahari
dan udara bebas. Selain itu juga terdapat dua perlakuan yaitu merakit piston
sesuai waktu baku yang telah ditentukan ( perakitan normal ) dan merakit piston
setengah waktu baku ( perakitan dipercepat ). Kemudian dicatat data berupa
output yang dihasilkan operator dalam merakit piston dari setiap distraksi yang
diberikan serta operator mengisi kuisioner.
Pada praktikum ini, kelompok 34 melakukan pengambilan data di ruang
RSKE. Ruang RSKE merupakan ruang tertutup dan memakai AC sebagai sarana
pertukaran udara. Oleh karena itu, sirkulasi udara pada ruang RSKE cukup baik
dan juga suhu yang diatur normal untuk melakukan pekerjaan perakitan piston.
Ruang RSKE juga memiliki pencahayaan yang cukup didukung dengan lampu
yang terang dan kaca jendela yang dapat menyerap cahaya matahari masuk ke
dalam ruangan cahaya matahari yang masuk melalui jendela ruangan. Selain itu,
tingkat kebisingan pada ruang RSKE rendah karena hanya ada beberapa orang di
dalamnya yang berbicara dengan volume suara normal dan suara mesin
dissasembly yang dipakai beberapa kali untuk mengurai rakitan piston.
Perakitan piston juga dilakukan dengan waktu normal yaitu 5 menit 6 detik
untuk setiap unitnya. Finish good yang diharapkan dari perakitan ini adalah 5
unit dengan karakteristik, diantaranya: perakitan setiap unit tidak melewati batas
waktu normal dan seluruh komponen piston terpasang dengan baik.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 5

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

3.1.2 Rekap Hasil Kuisioner


Berikut tabel 3.1 adalah hasil kuisioner NASA-TLX kelompok 34.
Tabel 3.1 Hasil Kuisioner NASA-TLX

MD PD TD PO EF FL
MD PD TD PO EF FL
PD PD PD PD PD
TD PO EF FL
PO EF PO
EF EF
FL

Berikut adalah rekap hasil pembobotan NASA-TLX dari 6 operator.


Tabel 3.2 Rekap Hasil Pembobotan

Indikator
Operator Total
MD PD TD PO EF FL
Kelompok 34 (1) 0 5 1 3 4 2 15
Kelompok 1 (2) 3 4 5 1 0 2 15
Kelompok 14 (3) 1 3 2 5 4 0 15
Kelompok 3 (4) 4 0 5 2 1 3 15
Kelompok 8 (5) 5 0 1 3 4 2 15
Kelompok 23 (6) 3 3 2 5 0 2 15

Berikut adalah rekap hasil rating NASA-TLX dari 6 operator.


Tabel 3.3 Rekap Hasil Rating
Indikator
Operator Total
MD PD TD PO EF FL
1 10 70 10 40 70 30 230
2 60 70 75 55 70 50 380
3 10 30 20 90 30 20 200
4 70 60 80 60 70 70 410
5 75 60 60 70 75 70 410
6 65 55 75 55 60 65 375

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 6

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

3.2 Pengolahan Data Beban Kerja


Berikut merupakan perhitungan WWL dan skor pada operator.
Operator : M. Chla Brahmana
Mental Demand (MD) = Bobot MD Rating MD = 0 10 = 0
Physical Demand (PD) = Bobot PD Rating PD = 5 70 = 350
Temporal Demand (TD) = Bobot TD Rating TD = 1 10 = 10
Performance (PO) = Bobot PO Rating PO = 3 40 = 120
Effort (EF) = Bobot EF Rating EF = 4 70 = 280
Frustation Level (FL) = Bobot FL Rating FL = 2 30 = 60
WWL = MD + PD + TD + PO + EF + FL
= 0 + 350 + 10 + 120 + 280 + 60
= 820

Skor NASA = = = 53,67

Berikut adalah perhitungan skor dan WWL dari 6 operator.


Tabel 3.4 Perhitungan Skor dan WWL
Rating x
No. Operator Aspek Bobot Rating WWL Skor
bobot
MD 0 10 0
PD 5 70 350
TD 1 10 10
1 M. Chla Brahmana 820 54,67
PO 3 40 120
EF 4 70 280
FL 2 30 60
MD 3 60 180
PD 4 70 280
Achmad Fadhillah TD 5 75 375
2 990 66
R PO 1 55 55
EF 0 70 0
FL 2 50 100

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 7

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

Tabel 3.4 Perhitungan Skor dan WWL (Lanjutan)


Rating x
No. Operator Aspek Bobot Rating WWL Skor
bobot
MD 1 10 10
PD 3 30 90
TD 2 20 40
3 Robertus Dimas 710 47,33
PO 5 90 450
EF 4 30 120
FL 0 20 0
MD 4 80 320
PD 0 70 0
Rizki Adi P. TD 5 90 450
4 1215 81
Bagaskara PO 2 70 140
EF 1 80 80
FL 3 75 225
MD 5 75 350
PD 0 60 0
TD 1 60 60
5 Jose Daniel 1060 70,67
PO 3 70 210
EF 4 75 300
FL 2 70 140
MD 3 65 195
PD 3 55 165
TD 2 75 150
6 Machrul Riza 915 61
PO 5 55 275
EF 0 60 0
FL 2 65 130

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 8

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

3.3 Rekap Error dan Perhitungan HEP dan HR


 HEP
Berikut merupakan perhitungan HEP pada operator 1.

HEP = = = 0,375

 HR
Berikut merupakan perhitungan HR pada operator 1.
HR = 1-HEP = 1-0,375 = 0,625

Berikut adalah rekap perhitungan HEP dan HR dari 6 operator.


Tabel 3.5 Rekap Jumlah Error, Perhitungan HEP dan HR
Jumlah Jumlah
Operator HEP HR
Rakitan Error
1 8 3 0,375 0,625
2 9 4 0,444 0,556
3 6 1 0,167 0,833
4 7 2 0,286 0,714
5 6 2 0,333 0,667
6 7 3 0,429 0,571

3.4 Rekap Data Perakitan


Berikut adalah rekap data perakitan operator 1 dari kelompok 34.
Tabel 3.6 Waktu Perakitan Operator Kelompok 34.
Perakitan Waktu
Keterangan
ke- (detik)
1 183.92 FG
2 83.18 NG
3 152.18 FG
4 185.98 FG
5 112.87 NG
6 182.54 FG
7 86.16 NG
8 183.40 FG

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 9

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

Berikut adalah rekap data perakitan shift 4.


Tabel 3.7 Data Perakitan Satu Shift

Lama Perakitan Hasil Produk


Operator
(detik) FG NG
1 1170.23 5 3
2 1205.08 5 4
3 864,32 5 1
4 833,43 5 2
5 1302,30 4 2
6 833,43 4 3

3.5 Rekap Kondisi Lingkungan Fisik Kerja


Operator kelompok 34 melakukan proses perakitan piston di ruangan RSKE
dengan kondisi udara yang baik dan ruangan yang memakai AC sehingga suhu
lingkungan kerja normal. Selain itu, tingkat kebisingan pada lingkungan kerja melebihi
ambang batas normal karena ada beberapa orang yang berbicara di dalam ruangan dan
bunyi mesin dissasembly yang dipakai beberapa kali untuk mengurai rakitan piston.
Berikut adalah rekap kondisi lingkungan fisik kerja operator 1 dari kelompok 34

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 10

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

Tabel 3.8 Rekap Kondisi Lingkungan Fisik Kerja


Hasil
Faktor Dokumentasi Rata-Rata
Pengukuran

Awal 59,5 dB

Kebisingan Tengah 71,9 dB 62,23 dB

Akhir 55,3 dB

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 11

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

Tabel 3.8 Rekap Kondisi Lingkungan Fisik Kerja (Lanjutan)


Hasil
Faktor Dokumentasi Rata-Rata
Pengukuran

Awal 79 lux

Cahaya Tengah 121 lux 102 lux

Akhir 106 lux

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 12

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

Tabel 3.8 Rekap Kondisi Lingkungan Fisik Kerja (Lanjutan)


Hasil
Faktor Dokumentasi Rata-Rata
Pengukuran

Awal 24,4 C

Suhu Tengah 24,4 C 25,3 C

Akhir 27,2 C

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 13

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

BAB IV
ANALISIS DATA
4.1 Analisis Beban Kerja
Beban kerja Mental adalah suatu konsep yang mengarah pada tuntutan atensi
yang dialami selama pekerja melakukan tugas-tugas kognitif (O’Donnell dan
Matthews, 2000). Salah satu pengukuran secara subjektif beban kerja mental adalah
pengukuran dengan menggunakan metode NASA-TLX. NASA-TLX dikembangkan
oleh Sandra G. Hart dari NASA-Ames Research Center dan Lowell E. Staveland dari
San Jose State University pada tahun 1981. Metode ini berupa kuesioner
dikembangkan berdasarkan munculnya kebutuhan pengukuran subjektif yang lebih
mudah namun lebih sensitif pada pengukuran beban kerja (Hancock, 1988).
NASA-TLX menggunakan enam dimensi untuk menilai beban mental :mental
demand, physical demand, temporal demand, effort, dan frustation. Dua puluh
langkah digunakan untuk mendapatkan peringkat untuk dimensi ini. Skor dari 0
sampai 100 didapatkan pada setiap skala . Prosedur pembobotan digunakan untuk
menggabungkan enam peringkat skala individu menjad skor akhir; prosedur ini
memerlukan perbandingan yang berbentuk pasangan antara dua dimensi sebelum
penilaian beban kerja. Perbandingan berpasangan memerlukan operator (responden)
untuk memilih dimensi yang lebih relevan dengan beban kerja di semua pasang
keenam dimensi tersebut. Jumlah dimensi yang terpilih sebagai bobot yang lebih
relevan sebagai yang skala dimensi untuk tugas yang diberikan untuk Operator itu.
Skor beban kerja dari 0 sampai 100 diperoleh untuk setiap skor dimensi dengan
mengalikan berat dengan skor skala dimensi (rating), menjumlahkan seluruh dimensi,
dan membaginya dengan 15 ( jumlah total perbandingan berpasangan) (Rubio, 2004).
4.1.1 Klasifikasi Beban Kerja
Berikut adalah tabel rekap WWL dan skor serta klasifikasinya :
Tabel 4.1 Rekap WWL dan Skor
Operator WWL Skor Klasifikasi
1 (Lab RKSE, waktu normal) 820 54,67 Tinggi
2 (Lab RKSE, waktu dipercepat) 990 66 Tinggi

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 14

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

Tabel 4.1 Rekap WWL dan Skor (Lanjutan)


Operator WWL Skor Klasifikasi
3 (Koridor RKSE, waktu
710 47,33 Agak Tinggi
normal)
4 (Koridor RSKE, waktu
1215 81 Sangat Tinggi
dipercepat)
5 (driving simulator, waktu
1060 70,67 Tinggi
normal)
6 (driving simulator, waktu
915 61 Tinggi
dipercepat)

Beban Kerja adalah tekanan sebagai tanggapan yang tidak dapat menyesuaikan
diri, yang dipengaruhi oleh perbedaan individual atau proses psikologis, yakni suatu
konsekuensi dari setiap tindakan ekstern (lingkungan, situasi, peristiwa yang terlalu
banyak mengadakan tuntutan psikologi atau fisik) terhadap seseorang. (Gibson dan
Ivancevich, 1993). Beban kerja yang merupakan selisih antara tuntutan beban kerja dari
suatu tugas dengan kapasitas maksimum beban mental seseorang dalam kondisi
termotivasi. (Henry R, 1988).
Faktor – faktor yang mempengaruhi beban kerja ialah ada faktor eksternal yang
meliputi tugas – tugas, organisasi, dan lingkungan kerja. Lalu ada faktor internal yaitu
meliputi faktor somatis dan faktor psikis. (Tarwaka, 2004). Berdasarkan penjelasan Hart
dan Staveland (1981) dalam teori NASA-TLX, skor beban kerja yang diperoleh terbagi
dalam beberapa bagian yaitu:
 Sangat Rendah 0 – 9
 Rendah 10 – 29
 Agak tinggi 30 – 49
 Tinggi 50 – 79
 Sangat tinggi 80 – 100
Nilai WWL dari operator diatas bervariasi dari agak tinggi hingga sangat tinggi.
Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya tingkat cahaya yang terlalu

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 15

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

terang pada operator yang berada di koridor RKSE, tingkat cahaya yang redup/ gelap
pada operator yang berada di dalam driving simulator, kebisingan yang ada di koridor
RKSE, tingkat suhu yang nyaman pada operator di dalam lab RSKE, suhu yang panas
pada pekerja yang berada di koridor RSKE, dan batas waktu pengerjaan piston yang
berbeda (dengan waktu normal dan waktu normal yang dipercepat).
4.1.2 Perbandingan Perakitan dengan Lingkungan Beda

Berikut adalah grafik perbandingan perakitan dengan lingkungan beda dalam


kondisi waktu normal :

PERBANDINGAN PERAKITAN DENGAN


LINGKUNGAN BEDA

70,67
54,67
47,33

KORIDOR RSKE LAB RSKE DRIVING SIMULATOR

Gambar 4.1 Perbandingan Perakitan dengan Lingkungan Beda


Pada perbandingan diatas, dapat terlihat perbandingan beban kerja antara pekerja
yang melakukan perakitan di koridor PSKE, lab RSKE, dan Driving Simulator dengan
waktu baku kerja yang sama. Dapat dilihat bahwa pekerja yang bekerja didalam driving
simulator memiliki beban kerja yang paling tinggi. Hal tersebut dikarenakan beberapa
aspek yaitu pencahayaan yang kurang, ruangan yang tidak begitu luas, dan temperatur
suhu yang panas. Beberapa faktor tersebut menyebabkan WWL pekerja yang bekerja di
dalam driving simulator memiliki skor 70,67 yang termasuk kategori tinggi.
Pekerja yang bekerja di lab RKSE memiliki skor 54,67. Skor tersebut berada
diantara skor yang berada di dalam driving simulator dan koridor PSKE. Skor tersebut
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu suara kebisingan dari kompresor yang bekerja dan
pencahayaan yang tidak begitu terang. Sedangkan pekerja yang bekerja di koridor

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 16

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

RKSE memiliki skor yang rendah yaitu 47,33, hal tersebut disebabkan oleh
pencahayaan yang sangat memadai dan kondisi kebisingan yang saat itu tidak terlalu
bising.
4.1.3 Perbandingan Perakitan dengan Waktu Baku Beda

Berikut adalah grafik perbandingan yang memperlihatkan perbandingan beban


kerja pekerja yang berada di dalam lab RKSE namun dengan kondisi waktu normal dan
waktu yang dipercepat. Kedua operator harus menghasilkan finish good dengan jumlah
yang sama yaitu 5 finish good dalam waktu yang berbeda.

PERBANDINGAN PERAKITAN DENGAN


WAKTU BAKU BEDA

66
54,67

WAKTU NORMAL WAKTU DIPERCEPAT

Gambar 4.2 Perbandingan Perakitan dengan Waktu Beda


Pada perbandingan diatas, dapat terlihat perbandingan beban kerja pekerja yang
berada di dalam lab RKSE namun dengan kondisi waktu normal dan waktu yang
dipercepat. Kedua operator harus menghasilkan finish good dengan jumlah yang sama
yaitu 5 finish good dalam waktu yang berbeda. Operator 1 dalam kondisi waktu baku
normal dapat mengerjakan/ menyelesaikan perakitan 5 finish good dengan waktu
1170,23 detik dan operator 2 dalam kondisi waktu baku dipercepat dapat menyelesaikan
perakitan 5 finish good dengan waktu 1205,08 detik.
Dari tabel diatas, dapat terlihat beban kerja mental pada pekerja dengan waktu
yang dipercepat memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan skor operator
yang mengerjakan pekerjaan dengan waktu normal yaitu 66 berbanding dengan 54,67.
Hal tersebut disebabkan oleh tekanan mental yang terjadi pada pekerja yang melakukan

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 17

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

pekerjaannya dengan waktu baku yang dipercepat karena pekerja tersebut harus
menyelesaikan produk dengan jumlah yang sama dengan waktu yang normal. Mental
demand dan temporal demand pekerja yang mengerjakan dalam kondisi waktu yang
dipercepat memilki skor yang tinggi yang menyebabkan perbedaan skor WWL.

4.2 Analisis Human Error


Ergonomi kognitif didefinisikan sebagai ilmu yang memanfaatkan informasi-
informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia dari sisi kognitif
untuk mendapatkan suatu sistem kerja yang terbaik.
Human error merupakan kegagalan dari manusia untuk melakukan tugas yang
telah didesain dalam batas ketepatan, rangkaian, atau waktu tertentu. Human error
adalah sebuah hasil kerja manusia yang dapat muncul sewaktu-waktu, dimana saja dan
kapan saja (Wignjosoebroto,2000). Human error dapat terjadi karena disebabkan oleh
faktor kondisi lingkungan fisik kerja yang ekstrem. Terjadinya human error akan diikuti
oleh menurunnya efektivitas dan efisiensi suatu pekerjaan. Efektivitas dan efisiensi
yang menurun tentu saja akan berakibat kepada tingkat produktivitas yang dicapai oleh
manusia, output yang dihasilkan akan menurun dan aktivitasnya akan menjadi
terhambat.
Human Error Probability (HEP) adalah tingkat probabilitas manusia melakukan
kesalahan. HEP dapat dicari dari perbandingan antara jumlah error yang terjadi dengan
jumlah kemungkinan terjadinya error.
Human Error pada kasus ini adalah ketidakmampuan operator dalam
menyelesaikan sebuah pekerjaan dalam waktu baku yang telah ditentukan sebelumnya.
Hal ini dapat terjadi karena kondisi lingkungan fisik kerja yang kurang mendukung,
kemampuan operator kurang, dan tekanan mental yang terlalu besar sehingga operator
tidak dapat bekerja dengan motivasi maksimal.
Hasil yang kelompok kami dapatkan adalah dari delapan kali perakitan, kelima
barang berhasil jadi dan tiga barang tidak dapat diassemble karena terhambat pada
barang itu sendiri. Pada perakitan kelompok kami waktu perakitan tidak ada yang
melebihi standart waktu baku yang telah ditetapkan, perakitan ke 4 merupakan waktu

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 18

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

yang paling lama yaitu 03 menit 05 detik 98 milisekon dan perakitan ke 3 adalah
perakitan tercepat dengan waktu 2 menit 32 detik 18 milisekon
Human error yang terjadi pada kasus ini adalah kesalahan yang dilakukan oleh
operator. Dalam hal ini adalah perbedaan lingkungan kerja dan perbedaan waktu baku
operator. Dalam perbedaan lingkungan kerja HEP yang dihasilkan juga bervariasi.
Untuk operator 1 yang berada di dalam lab RSKE, nilai HEP yang dihasilkan 0,375,
operator 3 yang berada di koridor RSKE, nilai HEP yang dihasilkan 0,167, dan untuk
operator 5 yang berada di dalam driving simulator, nilai HEP yang dihasilkan 0,333.
Nilai HEP yang bervariasi tersebut disebabkan oleh berbagai hal, misalnya pada
operator 3 memiliki tingkat cahaya yang tinggi yang tidak mudah membuat mata lelah
dan dapat dengan presisi memasang/ merakit piston sehingga tingkat kesalahan yang
dihasilkan cukup rendah hanya 1 dengan total rakitan 6 piston. Sedangkan untuk
operator 1 di dalam ruangan lab RKSE memiliki HEP yang tinggi dibandingkan dengan
operator 5 yang berada di dalam driving simulator. Walaupun secara pencahayaan dan
tingkat suhu pekerja yang di dalam lab RSKE memiliki pencahayaan yang baik dan
tingkat suhu yang normal namun faktor alat yang susah untuk dirakit dan faktor
kebisingan yang terjadi saat kompresor menyala menyebabkan tingkat HEP operator 1
bernilai 0,375 dibanding HEP operator 5 yang bernilai 0,333. Faktor performansi
pekerja juga dapat mempengaruhi pengerjaan perakitan piston atau kurang seriusnya
pekerja dalam mengerjakan perakitan piston membuat bisa membuat error menjadi
banyak dan nilai HEP yang tinggi seperti yang terjadi pada operator 1 yang seharusnya
memiliki nilai HEP paling rendah karena lingkungan kerja fisik yang paling optimal
berada di dalam lab RKSE. Dengan demikian performansi pekerja pada operator 3
sangat tinggi yang menyebabkan nilai HEP yang rendah dibawah situasi / lingkungan
kerja fisik yang kurang optimal.
HEP dalam lingkungan yang sama (di dalam lab RKSE) namun dengan waktu
baku yang berbeda juga memiliki nilai yang berbeda. Nilai HEP operator 2 dengan
waktu baku yang dipercepat dibandingkan dengan operator 1 memiliki nilai 0,444
dibandingkan dengan 0,375. Perbandingan tersebut dapat dikatakan besar. Hal tersebut
disebabkan oleh faktor tekanan waktu yang terjadi pada operator 2 yang harus

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 19

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

menyelesaikan perakitan 5 produk namun dalam waktu yang dipercepat. Karena waktu
yang dipercepat tersebut maka operator 2 lebih mudah untuk melakukan error yang
disebabkan oleh kehabisan waktu dalam perakitan 1 piston atau kesalahan alat yang
susah untuk dipasang sehingga terjadi error.
HEP terkecil berada pada operator 3 dengan HEP bernilai 0,167. Operator 3
bekerja di koridor RSKE dengan waktu baku normal. Kedua faktor tersebut yang
membuat operator 3 memiliki nilai HEP rendah karena dengan berada di koridor RSKE
tingkat penerangan sangat optimal yang membuat tingkat ketelitian dan kelelahan mata
operator rendah. Waktu baku normal juga mempengaruhi karena operator dalam
mengerjakan perakitan piston tidak berada dalam tekanan sehingga dapat dengan teliti
dan presisi dalam mengerjakan sehingga dari 6 perakitan hanya terjadi 1 kali error saja.
Sedangkan Human Reliability adalah kemungkinan dari suatu performansi pada
suatu kegiatan sistem dalam waktu yang dibutuhkan namun tidak menurunkan
performansi sistem dalam hal lain. Human reliability merupakan kebalikan dari human
error probability. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, operator 2 melakukan
kesalahan terbanyak ketika tidak diberikan distraksi apapun saat mengetik.Hal ini dapat
terjadi karena operator belum siap dan belum mendapatkan posisi yang nyaman untuk
mengetik.Sedangkan operator 6 melakukan kesalahan terbanyak ketika diberikan
distraksi cahaya, yaitu adanya batasan intensitas cahaya yang rendah.Hal ini dapat
terjadi karena penglihatan operator yang terbatas terhadap cahaya redup.

4.3 Analisis Lingkungan Fisik Kerja


Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di
sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun
tidak langsung ( Sedarmayanti, 2001 ). Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik
atau sesuai apabila manusia yang berada didalamnya dapat melaksanakan kegiatannya
secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat
berdampak dalam waktu yang lama, demikian juga dengan lingkungan kerja yang buruk
akan mengakibatkan sulitnya memperoleh sistem kerja yang efektif dan efisien. Ardana
(2012:208) mengemukakan bahwa “lingkungan kerja yang aman dan sehat terbukti

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 20

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

berpengaruh terhadap produktivitas”. Selain itu dikemukakan juga bahwa “kondisi kerja
yang menyenangkan dapat mencakup tempat kerja, dan fasilitas-fasilitas bantu yang
mempercepat penyelesaian pekerjaan”.
Faktor faktor yang mempengaruhi lingkungan fisik kerja seseorang adalah
(Sedarmayanti, 2001):
1. Penerangan/ cahaya
2. Temperatur
3. Kelembaban
4. Sirkulasi udara
5. Kebisingan
6. Getaran
7. Bau-bauan
8. Tata warna
9. Dekorasi
10. Musik
11. Tingkat keamanan
Menurut Iridiastadi (2014), kinerja seseorang dalam melakukan pekerjaannya
sering kali bergantung pada lingkungan fisik tempat pekerjaan tersebut dilakukan. Di
samping dapat berdampak buruk pada kinerja, lingkungan fisik yang tidak dirancang
dengan baik dapat memengaruhi kesehatan dan bahkan keselamatan pekerja.Sebagai
contoh, lampu penerangan di sebuah gudang dengan intensitas cahaya di bawah yang
seharusnya, dapat menyebabkan seorang pekerja gudang salah membaca nomor
komponen yang harus dia ambil. Untuk itu, tugas seorang praktisi ergonomi adalah
memastikan bahwa lingkungan kerja telah dirancang dengan baik dan tidak memberi
dampak buruk baik dari sisi kenyamanan, kinerja, maupun kesehatan kerja.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh menunjukan
bahwa faktor fisik yang dapat menyebabkan peningkatan jumlah error adalah tingkat
penerangan atau jumlah cahaya yang didapatkan operator, yaitu hanya 102 lux.
Operator 2 cenderung lebih lambat dalam melakukan proses perakitan piston
dibandingkan dengan keadaan tanpa distraksi ataupun dengan distraksi suara dan waktu

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 21

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

yang terjadi pada operator 1. Error yang dihasilkan pun cukup besar dibanding yang
lain, hal ini dikarenakan ketika percobaan dilakukan, kondisi waktu baku yang
dipercepat menyebabkan pengerjaan operator 2 dalam situasi yang sama menjadi lebih
besar kemungkinan errornya. Kurangnya tingkat cahaya yang dibutuhkan dalam proses
perakitan yang seharusnya sebesar 200 lux dapat juga menjadi faktor nilai probabilitas
error kedua operator tinggi.
4.3.1 Kebisingan
Menurut Wignjosoebroto (2000), bunyi adalah sesuatu yang tidak dapat kita
hindari dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di tempat kerja. Bahkan bunyi yang kita
tangkap melalui telinga kita merupakan bagian dari kerja misalnya bunyi telepon, bunyi
mesin ketik / komputer, mesin cetak, dan sebagainya. Bunyi yang tidak kita inginkan
atau kehendaki inilah yang sering disebut bising atau kebisingan misalnya teriakan
orang, bunyi mesin diesel yang melebihi ambang batas pendengaran Bising memiliki
karakteristik seperti: Bising yang kadangkala dan tak terduga akan lebih mengganggu
dari pada bising yang kontinu, sumber nada tinggi lebih mengganggu dari pada nada
rendah, tugas yang menuntut konsentrasi mental terus-menerus akan lebih mudah
diganggu bising dari pada tugas lainnya, kegiatan yang memerlukan pelatihan lebih
mudah terpengaruh bising dari pada pekerjaan rutin. Kondisi kebisingan yang normal
untuk 8 jam kerja adalah 80dB. Nilai ambang batas dari kebisingan adalah 85 desibel
dengan total waktu jam kerja sebesar 8 jam (Kep-51/MEN/1999) :
Pada percobaan kali ini didapatkan hasil tingkat desibel dengan rata-rata 62,23
dB, dengan tingkat desibel tertinggi adalah 71,9 dB dan yang terendah 55,3 dB. Nilai
tertinggi terjadi pada saat pengukuran kebisingan mesin kompresor menyala sehingga
tingkat kebisingan meningkat, sedangkan pada tingkat terendah diperoleh karena pada
saat pengukuran suasana tenang hanya ada beberapa orang yang berbicara secara pelan-
pelan. Dengan rata-rata dB berada dibawah angka normal 80 dB maka pekerja tidak
perlu menggunakan penutup telinga dan aman dalam proses pengerjaan dalam sehari.
4.3.2 Cahaya

Iridiastadi dan Yassierli (2014) menjelaskan bahwa setiap pekerjaan, baik di


kantor maupun industri, umumnya terdiri atas banyak aktivitas visual. Seorang operator

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 22

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

data entry yang bekerja di kantor, sebagai contoh, dapat bekerja dengan menggunakan
komputer sehari penuh. Pada pekerjaan seperti ini, beban visual cenderung sangat
tinggi, selain itu pencahayaan yang kurang dapat berakibat pada kelelahan mata yang
berlebihan.
Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi
pencahayaan di suatu tempat telah memenuhi yang diharapkan adalah dengan mengukur
iluminansi (illuminance) dari suatu sumber cahaya (dengan teknik fotometri).
Iluminansi adalah suatu ukuran banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu permukaan
atau benda kerja.Besarnya iluminansi bergantung pada seberapa jauh jarak dari sumber
cahaya ke benda kerja/pekerjaan yang tengah dilakukan, Sumber penerangan ruangan,
maupun lampu kerja yang bersifat loka.Satuan dari banyaknya cahaya ini adalah lux (lx)
atau foot-candle (fc), dan diukur dengan menggunakan pengukur cahaya
(illuminance/lightmeter).
Menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 07 Tahun 1964, nilai ambang batas
untuk pengerjaan perakitan piston yaitu 200 lux karena perakitan piston termasuk
kedalam pekerjaan membeda-bedakan barang-barang kecil agak teliti
Pada kasus ini operator mendapatkan cahaya sebesar 121 lux dalam kondisi
paling terang dengan rata-rata selama pekerjaan sebesar 102 lux. Dimana dalam kasus
ini cahaya yang didapatkan tidak memenuhi standar karena seharusnya pengerjaan
membeda-bedakan barang-barang kecil agak teliti harus memiliki pencahayaan sebesar
200 lux, jadi hal ini lumayan memengaruhi ketepatan dan kecepatan operator dalam
mengerjakan pekerjaannya. Dengan intensitas cahaya sebesar 102 lux hanya boleh
dilakukan pekerjaan dengan kondisi pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil
secara sepintas. Dalam hal ini perlu dilakukan penambahan penerangan seperti lampu
biasa atau lampu kecil yang menyorot ke proses pengerjaan operator agar mata operator
dalam mengerjakan tidak mudah lelah dan teliti dalam pengerjaannya agar tidak banyak
terjadi error.
4.3.3 Suhu
Pendekatan untuk mengukur iklim kerja dapat melalui berbagai indek, antara
lain heat index, Thermal work limit dan WBGT (Wet Blube Globe Temperatur) dan

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 23

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

indeks lainya. NAB Iklim iklim Lingkungan kerja dinyatakan dalam derajat Celcius
Indeks Suhu Basah dan Bola (0C ISBB) yang dikenal juga dengan WBGT atau Wet
Bulb Globe Temperature dengan waktu kerja 5 hari selama satu minggu dengan durai 8
jam tiap harinya. Iklim kerja yang terlalu panas dan tidak disertai waktu istirahat akan
memberikan dampak bagi tubuh seperti dehidrasi, Heat Rash, Heat Fatigue, Heat
Cramps, Heat Exhaustion, Heat Syncope, dan Heat Stroke
Indeks Suhu Basah dan Bola luar ruangan dengan panas radiasi ISBB= 0,7 Suhu
Basah Alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu Kering o Indeks Suhu Basah dan Bola di
dalam atau luar ruanga tanpa panas radiasi ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,3 Suhu
Bola Iklim kerja yang baik juga di dukung dengan temperatur ruangan yang
mendukungproduktivitas manusia agar mencapai titik optimal y aitu pda suhu 240C -
270C (Wignjosoebroto, 2000).
Nilai ambang batas untuk suhu untuk pekerjaan normal total 8 jam kerja adalah
30 C untuk pekerjaan ringan, 26,70C untuk pekerjaan sedang, dan 250C untuk pekerjaan
0

berat (Permenkes No. 70 Tahun 2016


Pada percobaan kali ini didapatkan hasil pengukuran suhu didapatkan rata-rata
sebesar 25,30C. Jika dilihat dari tabel nilai ambang batas maka pengerjaan dengan suhu
sebesar 25,30C termasuk pekerjaan yang aman dan tidak memerlukan tambahan
pendinginan karena dalam ruangan lab RSKE sudah terdapat AC yang memadai dan
dingin untuk mendinginkan seluruh ruangan.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 24

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum beban keja mental ini, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Beban Kerja Mental menjelaskan mengenai beban kerja dalam pekerjaan yang
dapat mempengaruhi mental dari seseorang. Masalah yang dibahas pada
praktikum ini meliputi data-data yang didapatkan pada saat praktikum Beban
Kerja Mental. Kelompok kami melakukan pengambilan data saat shift 4 yang
berlokasikan di ruang RSKE dengan keadaan waktu baku yang normal dan
menghasilkan 5 finish goods. Keadaan ruang RSKE dari pengukuran yang
didapat memiliki pencahayaan cukup terang dengan rata – rata 102 lux, untuk
tingkat kebisingan berada diatas rata – rata 62,53 dB, dan suhu dari ruangan
tidak melebihi ambang batas dengan suhu rata – rata 25,3°C.
2. Human error adalah kegagalan dari manusia untuk melakukan tugas yang telah
didesain dalam batas ketepatan, rangkaian, atau waktu tertentu. Human error
dapat terjadi karena disebabkan oleh faktor kondisi lingkungan fisik kerja yang
ekstrem. Terjadinya human error akan diikuti oleh menurunnya efektivitas dan
efisiensi suatu pekerjaan. Efektivitas dan efisiensi yang menurun tentu saja akan
berakibat kepada tingkat produktivitas yang dicapai oleh manusia, output yang
dihasilkan akan menurun dan aktivitasnya akan menjadi terhambat.Berdasarkan
pada hasil perhitungan Human Error Probability (HEP) yang ditunjukkan, dapat
dilihat bahwa nilai Human Error Probability terbesar adalah pada operator 2
(kelompok 1) yaitu sebesar 0,444 dengan kondisi pengerjaan di Laboratoriun
RSKE dan dengan waktu baku dipercepat yaitu 2 menit 36 detik. Hal ini
disebabkan oleh jumlah error yang tinggi dan waktu yang dipercepat sehingga
operator terburu-buru selama perakitan piston berlangsung. Jumlah perakitan
yang dihasilkan adalah sebanyak 9 dengan jumlah error sebanyak 4 piston. Hasil
perhitungan Human Error Probability (HEP) pada kelompok kami adalah
sebesar 0,375. Angka ini tergolong rendah dimana probabilitas yang dihasilkan

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 25

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

dipengaruhi oleh jumlah error atau jumlah produk deffect yang dihasilkan oleh
operator selama proses perakitan. Semakin banyak error yang dihasilkan dan
semakin sedikit jumlah produk yang dihasilkan selama perakitan, maka semakin
tinggi pula Human Error Probability yang dihasilkan.
3. Beban Kerja adalah tekanan sebagai tanggapan yang tidak dapat menyesuaikan
diri, yang dipengaruhi oleh perbedaan individual atau proses psikologis, yakni
suatu konsekuensi dari setiap tindakan ekstern (lingkungan, situasi, peristiwa
yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologi atau fisik) terhadap
seseorang. Pada operator 1 (Kelompok 34) memiliki skor sebesar 54,67 dengan
klarifikasi tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja operator 1
yang berada di ruang RSKE yang merupakan ruangan tertutup dengan AC yang
menyala dalam suhu normal namun memiliki tingkat kebisingan yang melebihi
ambang batas sehingga dapat mengganggu konsentrasi operator. Kelompok 1
merakit piston dalam waktu baku normal yaitu 5 menit 6 detik per unit. Pada
operator 2 (kelompok 1) memiliki skor sebesar 66 dengan klarifikasi tinggi. Hal
ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja operator 2 yang berada di ruang
RSKE yang merupakan ruangan tertutup dengan AC yang menyala dalam suhu
normal namun memiliki tingkat kebisingan yang melebihi ambang batas
sehingga dapat mengganggu konsentrasi operator. Selain tingkat kebisingan
yang menjadi faktor pengganggu performansi kerja operator 2, operator 2 juga
merakit piston dengan waktu normal di percepat yaitu 2 menit 36 detik. Pada
operator 3 (kelompok 14) memiliki skor sebesar 47,33 dengan klarifikasi agak
tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja operator 3 yang berada
di koridor yang memiliki penerangan alami dari cahaya matahari dan suhu
cukup panas karena cuaca dari luar ruangan. Operator 3 memiliki waktu baku
normal saat merakit piston. Pada operator 4 (kelompok 3) memiliki skor sebesar
81 dengan klarifikasi sangat tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
kerja operator 4 yang berada di koridor yang memiliki penerangan alami dari
cahaya matahari dan suhu cukup panas karena cuaca dari luar ruangan. Operator
4 memiliki waktu baku yang dipercepat saat merakit piston sehingga menambah
beban kerja terhadap operator kelompok 4. Pada operator 5 (kelompok 8)

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 26

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

memiliki skor 70,67 dengan klarifikasi tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan kerja operator 5 yang berada di Driving Simulator yang memiliki
penerangan gelap dikarenakan ruangan tertutup dan lampu tidak menyala serta
AC juga tidak menyala. Operator 5 menggunakan waktu baku normal dalam
merakit piston. Pada operator 6 (kelompok 23) memiliki skor 61 dengan
klarifikasi tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja operator 6
yang berada di Driving Simulator yang memiliki penerangan gelap dikarenakan
ruangan tertutup dan lampu tidak menyala serta AC juga tidak menyala.
Operator 6 menggunakan waktu baku yang dipercepat dalam merakit piston.
4. Kinerja seseorang dalam melakukan pekerjaannya bergantung pada lingkungan
fisik tempat pekerjaan tersebut dilakukan. Pada praktikum ini, faktor lingkungan
fisik kerja yang diukur adalah kebisingan, pencahayaan, dan suhu. Untuk
mengukur besarnya kebingisingan digunakan aplikasi Sound Meter. Kebisingan
yang terjadi pada saat operasi terdiri pada saat awal, pertengahan, dan akhir dari
operasi. Operasi dilakukan selama 20 menit dimana awal operasi pada kelompok
kami mendapatkan tingkat kebisingan sebesar 59,5 dB, tengah 71,9 dB, dan
akhir 55,3 dB. Tingkat kebisingan tertinggi yakni pada pertengahan operasi, hal
ini karena pada saat itu terjadilah puncak dari kepanikan operator yang
menyebabkan kebisingan meningkat dan suara orang-orang di dalam yang
berbicara satu sama lain serta bunyi mesin dissasembly yang dipakai untuk
mengurai rakitan. Dengan rata-rata 62,23 dB, maka dapat disimpulkan bahwa
tingkat kebisingan cukup mengganggu performansi operator. Untuk mengukur
besarnya tingkat pencahayaan digunakan aplikasi Light Meter. Tingkat
pencahayaan yang terjadi pada saat operasi terdiri pada saat awal, pertengahan,
dan akhir dari operasi. Operasi dilakukan selama 20 menit dimana awal operasi
mendapatkan 79 lux, tengah 121 lux, dan akhir 106 lux. Tingkat pencahayaan
tertinggi yakni pada pertengahan operasi karena adanya tambahan berkas cahaya
matahari yang masuk melalui jendela ruangan pada siang hari. Dengan rata –
rata pencahayaan 102 lux, maka dapat disimpulkan bahwa ruang RSKE
memiliki pencahayaan yang cukup baik bagi operator. Untuk mengukur
besarnya suhu digunakan aplikasi Room Temperature. Suhu yang terjadi pada

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 27

2020
Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Modul 3 – Beban Kerja Mental
Kelompok 34

saat operasi terdiri pada saat awal, pertengahan, dan akhir dari operasi. Operasi
dilakukan selama 20 menit dimana awal operasi mendapatkan 24,4oC, tengah
24,4oC, dan akhir 27,2oC. Suhu tertinggi yakni pada akhir operasi. Hal ini karena
adanya orang yang keluar masuk melalui pintu ruangan sehingga udara dari luar
masuk ke dalam ruangan yang menyebabkan suhu naik. Dengan rata-rata suhu
sebesar 25,3 oC maka dapat disimpulkan bahwa ruangan RSKE bersuhu normal
yang cocok bagi operator untuk melakukan pekerjaannya.
5. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi performansi kerja operator yang
salah satunya berdampak pada output yang dihasilkan seperti: lingkungan kerja
dan tuntutan kerja. Dalam praktikum ini target output yang ingin dicapai adalah
5 finish goods. Operator 1 (kelompok 34) dapat menghasilkan 5 finish goods
dengan 3 deffect dalam waktu baku normal dan lingkungan kerja yang baik.
Namun, tingkat kebisingan pada lingkungan kerja operator 1 yang melewati
ambang batas dapat menjadi salah satu penyebab deffect yang dihasilkan
sehingga sebaiknya tingkat kebisingan dikurangi dengan cara ruangan hanya
diisi dengan pekerja, meminimalisir orang masuk dan keluar ke ruangan serta
pemakaian mesin disassembly dengan jarak jauh dari dari lingkungan kerja.

5.2 Saran
Setelah melakukan praktikum ini, maka praktikan memberi saran sebagai
berikut:
1. Sebelum melakukan praktikum, akan lebih baik apabila praktikan memahami
situasi dan kondisi lingkungan fisik kerja yang akan digunakan.
2. Praktikan diharapkan memahami proses kerja yang akan dilakukan dengan
sangat baik.
3. Praktikan sebaiknya berada dalam kondisi yang optimal saat melakukan
praktikum.

Departemen Teknik Industri


Universitas Diponegoro 28

2020
DAFTAR PUSTAKA

Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Surabaya : Guna
Widya.
Ergonomic checkpoints : practica; and easy-to-implementsolutions for improving
safety,helath and working conditions. Secon Edition. International Labour Office.
Geneva, 2010
Iridiastadi Hardianto, Yassierli. 2014. Ergonomi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sedarmayanti. 2001. Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Jakarta: Mandar Maju.
Susanto, Novie. 2010. Penerapan Ergonomic Checkpoints Dalam EvaluasiI Lingkungan
Kerja di Area Crusher PT. Wavin Duta Jaya. Semarang: Departemen Teknik
Industri Undip.
Sutalaksana, iftikar, dkk. 1979. Teknik Tata Kerja. Bandung: Departemen Teknik
Industri ITB.
;

KTII$OI{BR BEBAN KERJA MENTAL


Praktikum Modul3 PSKE 2020
Nama : M. Chta h.ahMrna
Kelompok : gq

Ruangan : ?,-S tcE [W^rt, Nornrqr)

Kuisioner Pembobotan
}ftut merupakan perbandingan untuk setiap pasang indikator yang mempengaruhi beban
kerja mental pada pekerj aanyanganda lakukan.
Beri tanda Checklist (v) pada Indikator yang lebih dominan

No. INDIKATOR INDIKATOR


Mental Demand(MD) Physical Demand (PD)
/
2.

3.
Mental Demand(MD)

Mental Demand (MD)


v Temporal Demand (TD)

Performance (PO)

4. Mental Demand(MD) v Effort (EF)

5. Mental Demand(MD) Fustration Level (FL)


\/
6. Physical Demand (PD) \ Temporal Demand (TI))
7. Physical Demand (PD) Performance (P0)

8. Physical Demand (PI)) Etrort (EF)

9. Physical Demand (PD) Fustration Level (FL)

10. Temporal Demand (TI)) Perfbrmance (PO)

ll Tanporal Dernand (TD) Effort (EF)

12. Temporal Demand (TD) Fustration Level (FL)

13. Performance (FO) Etrort (EF)

14. Perfiormance (PO) Fustration I-evel (FL)


\/
15. Etrort (EF) Fustration Level (FL)
\/
Kuisioner Ratins
Berikut merupakan kuisioner untuk pemberian rating pada beban kerja yang anda rasakan
Beri lingkaran pada skala yang menggambarkan tingkat beban yang anda rasakan.
1. Mental demand (Il,lD)
Seberapa besar usaha mental yang anda butuhkan untuk menyelesaikan tugas
anda?

V
10 20 30 40 50 60 7A 80 100

2. Physical demand (PD)


Seberapa besar usaha fisik yang anda butuhlam untuk menyelesaikan tugas anda?

/
10 z0 30 40 50 60 70 80 100

3. Temporal Demand (TD)


Seberapa besar tekanan yang anda rasakan terkait waktu untuk melakukan tugas
anda?

0r02a30405060708090 100

4. Performance (PO)
Seberapa besar tingkat keberhasilan anda ddprmelakukan tugas anda?

,J
100

t. Effort (EF)
Seberapa besar kda fisik dan mental yang anda butuhkan dalam menyelesaikan
tugas anda?

100

6. Frustration Level (FL)


Seberapa besar tingkat kecemasan, perasaan tertekan, dan stress yang anda
rasakan dalam melalcukan fugas anda?
.r1.,1!rEfi n

LEMBARPENGAMATAI\I ,,S-#-);1".
\ l-* r 'l
prakukum Modut 3 PSKE 2020
=*" ;,;- "",
J,
It ,,"""
. '.' ', i u,,"
Kelompok :94
Ruangan ; RBrE [Nm,"r.r)

Perakitan Ke- WEI($r Keterangan

I 01 :&.42 ti,ni stn olool_

2" {: 23:18 , Uc*


3 J: t2: 19 { tnisli 6 an)

4 0l :09 : 49 ffn,rX (-t'


5 [:5e:tt t"r*
6 0T. oz :5,4 Tinish 6od
7 61'.26:tt Coca*

8 09:ot. 1o Ti"isS 6ro4

10
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang – Semarang
Telp. (024) 7460052; Fax. (024) 7460052

LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI
2020
Modul : 3 (Beban Kerja Mental)
Kelompok : 34
Nama Asisten : Nida Zulfa Auliana
Asistensi ke-
Nama NIM
1 2 3 4 5
Gerard Leonardy Tahapary 21070118120029
Jesica Disriena Nababan 21070118120056
Dheva Aulia Pratama 21070118130092
Muhammad Chla Ayundra 21070118140123
Brahmana
Fikrianuari Wibowo 21070118130172

No Materi Asistensi Approve

Asisten,

Nida Zulfa Auliana


21070116130091
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang – Semarang
Telp. (024) 7460052; Fax. (024) 7460052

LEMBAR PENILAIAN MODUL DAN ASISTEN


PRAKTIKUM PSKE 2020
Nama Asisten : Nida Zulfa Auliana
Modul : 3 (Beban Kerja Mental)
Kelompok : 34
TEPAT
ASISTENSI KE- TERLAMBAT KETERANGAN
WAKTU
1
2
3
4
5

Nama Anggota Kritik dan Saran untuk


No Kritik dan Saran untuk Asisten
Kelompok Modul

1 Gerard Leonardy
Tahapary

2 Jesica Disriena
Nababan

3 Dheva Aulia
Pratama

4 Muhammad Chla
Ayundra Brahmana

5 Fikrianuari
Wibowo

Anda mungkin juga menyukai