Gentan 1 Rully
Gentan 1 Rully
GENETIKA TANAMAN
“HUKUM MENDEL”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Genetika Tanaman
Disusun oleh :
Nama : Rully Pramudiya
NIM : 4442180099
Kelas : III C
Kelompok : 1 (Satu)
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan laporan praktikum Genetika
Tanaman yang berjudul “Hukum Mendel”.
Laporan praktikum ini berisikan tentang perbandingan teori hukum mendel
dengan kondisi di lapangan. Laporan praktikum ini disusun dengan maksud untuk
memenuhi salah satu syarat mata kuliah Genetika Tanaman, guna mendapatkan
nilai tugas praktikum. Saya berharap laporan praktikum ini dapat memberikan
sumbangan yang berarti dalam proses kegiatan belajar Genetika Tanaman saya
dan mendapat ridho dari Tuhan Yang Maha Esa.
Serang, Maret 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................2
2.1 Gen dan Pewarisan Sifat......................................................................2
2.2 Hukum Mendel....................................................................................3
BAB III METODE PRAKTIKUM....................................................................5
3.1 Tempat dan Waktu..............................................................................5
3.2 Alat dan Bahan....................................................................................5
3.3 Cara Kerja............................................................................................5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................6
4.1 Hasil.....................................................................................................6
4.2 Pembahasan.........................................................................................6
BAB V PENUTUP...............................................................................................9
5.1 Simpulan..............................................................................................9
5.2 Saran....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10
LAMPIRAN.........................................................................................................11
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menjelaskan prinsip dan
proses perpaduan bebas.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.2 Hukum Mendel
Penelitian mengenai pola-pola penurunan sifat baru diketahui pada abad ke-
19 oleh mendel. Hukum Mendel disebut juga hukum segregasi atau pemisahan
gen-gen yang sealel. Menurut hukum Mendel I, tiap organisme memiliki dua alel
untuk setiap sifat. Selama pembentukan gamet, dua alel terseut terpisah sehingga
masing-masing gamet hanya mengandung satu alel untuk satu sifat. Jika dua
gamet bertemu pada saat fertilisasi, keturunan yang terbentuk mengandung dua
alel yang mengendalikan sati sifat. Hukum mendel I tersebut sesuai dengan teori
pewarisan sifat karena alel-alel individu diturunkan dari generasi ke generasi
(Campbell, 2008).
Dalam eksperimennya, Mendel memilih tumbuhan biasa, kacang polong,
sedangkan para peneliti lain umumnya lebih suka meneliti tumbuhan langka. Dia
mengidentifikasi tujuh ciri berbeda yang kemudian dia teliti (Pai, 1985) :
a. bentuk benih (bundar atau keriput),
b. warna benih (kuning atau hijau),
c. warna selaput luar (berwarna atau putih),
d. bentuk kulit biji yang matang (licin atau bertulang),
e. warna kulit biji yang belum matang (hijau atau kuning),
f. letak bunga (tersebar atau hanya di ujung), dan
g. panjang batang tumbuhan (tinggi atau pendek).
Dari hasil penelitiannya tersebut Mendel menemukan prinsip dasar genetika
yang dikenal dengan Hukum Mendel. Hukum Mendel I disebut juga hukum
segregasi menyatakan bahwa “pada pembentukan gamet kedua gen yang
merupakan pasangan akan dipisahkan dalam dua sel anak”. Hukum ini berlaku
untuk persilangan monohibrid dengan dominansi. Hukum Mendel II dikenal
dengan hukum Independent Assortment menyatakan bila dua individu berbeda
satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat
yang sepasang itu tidak tergantung pada sifat pasangan yang lainnya. Hukum ini
berlaku untuk persilangan dihibrid (Ishahi, 2010).
Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis
berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak
berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet.
3
Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum
Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid (Syamsuri, 2004).
Hukum mendel merupakan hukum hereditas yang menjelaskan tentang
prinsip-prinsip penurunan sifat pada organisme. Sebelum menjadi suatu hukum,
banyak ahli biologi yang belum mengakui pendapat atau teori mendel tentang
hereditas. Pada tahun 1865, mendel menulis sebuah makalah berjudul
“Experiment in Plant Hybridization”. Makalah tersebut berisi hasil percobaan
persilangan-perdilangan tanaman serta hipotetsisi mendel tentang pewarisan
material genetic dari induk (tertua) kepada anaknya. Berdasarkan percobaan
mendel tersebut lahirlah konsep genetika adanya faktor yang menentukan sifat
organisme. Konsep mendel belum dapat diterima oleh para ahli biologi pada
waktu itu hingga muncul penemuan kromosom secara mikroskopik yang
mendukung teori mendel (Hafni, 2014).
4
BAB III
METODE PRAKTIKUM
5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil
Tabel 1. Hasil Data Kelompok pada Percobaan Hukum Mendel
Monohibrid.
Frekuensi
Kombinasi Fenotip Pengulangan ƩF
(F)
1. 8
MM Merah 2. 12 31
3. 11
1. 34
Mm Merah 2. 26 88
3. 28
1. 8
mm Hitam 2. 12 31
3. 11
1. 29
Merah
M_H_ 2. 28 85
Hijau
3. 28
1. 7
Merah
M_hh 2. 7 21
Kuning
3. 7
mmH_ Hitam 1. 8 27
6
Hijau 2. 10
3. 9
1. 6
Hitam
mmhh 2. 5 17
Kuning
3. 6
Mm 88 75 13 169
7
mmhh 17 9,375 7,625 58,140625
4.2 Pembahasan
Pada praktikum Genetika Tanaman kali ini praktikan telah mempelajari
tentang hukum Mendel atau hukum pewarisan sifat. Seperti pada kutipan Rahman
(2008), yang menyatakan bahwa hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme
yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam persilangan tanaman. Hukum
ini terdiri dari dua bagian yaitu hukum pemisahan (segregation) dan hukum
berpasangan secara bebas (independent assortment). Menjelaskan prinsip-prinsip
penurunan sifat atau hereditas.
Kami melakukan persilangan dengan cara meletakkan kancing-kancing
gamet jantan di satu kantong dan kancing gamet betina di kantong lainnya.
Sebelum diambil, kancing-kancing dihomogenkan terlebih dahulu agar warna
merah dan putih menyebar. Lalu satu kancing dari masing-masing kantong
diambil secara acak dan dipertemukan. Pengambilan secara acak dan
mempertemukannya merupakan prinsip dari segregasi (Hukum Mendel 1) yang
menyatakan bahwa dua alel untuk suatu sifat terwariskan bersegregasi (memisah)
selama pembentukan gamet dan akhirnya berada dalam gamet gamet yang
berbeda. Setiap individu bersifat haploid, yakni ditandai dengan memiliki
sepasang alel untuk satu sifat. Misalnya dalam hal ini sepasang alel untuk sifat
warna bunga. Alel itu ada yang dominan (Merah-M) dan ada yang resesif (Putih-
m). Ketika proses pembentukan gamet, dua alel ini memisah. Masing-masing alel
berada pada gamet yang berbeda. Karena gamet bersifat haploid maka gamet
hanya memiliki satu alel untuk warna bunga (M-saja atau m-saja). Ketika gamet
jantan dan betina bersatu dalam proses fertilisasi akan membentuk individu baru
yang bersifat diploid. Individu ini mewarisi sifat warna bunga dengan alel yang
diwariskan dari induknya.
8
Dari hasil persilangan parental bunga merah homozigot dominan dengan
bunga putih yang homozigot resesif akan menghasilkan F1 heterozigot dengan
fenotip warna merah. Ketika persilangan sesama F1 dilakukan maka kami
mendapatkan perbandingan fenotip F2 merah : putih sebesar 110 : 40 atau bila
disederhanakan menjadi 2,75 : 1. Sedangkan perbandingan genotipnya MM : Mm : mm
adalah 40 : 70 : 40 atau bila disederhanakan menjadi 1 : 1,75 : 1. Persilangan ini
menggunakan 50 kancing untuk masing-masing warna dan dilakukan 3 kali
penglangan. Sehingga jumlah individu F2 yang kami dapatkan adalah 150
individu. Bila dilihat perbandingan yang kami dapatkan mendekati perbandingan
Mendel meskipun tidak tepat sama. Untuk perbandingan fenotip kami
mendapatkan 2,75 : 1 sedangkan Mendel 3 : 1. Untuk perbandingan genotip kami
mendapatkan 1 : 1,75 : 1 sedangkan Mendel 1 : 2 : 1.
Praktikum ini dilaksanakan dengan menggunakan media kancing genetika
berwarna merah dan putih sebagai bahan pengamatan yang jumlahnya masing-
masing 50 buah. Kemudian, dilakukan 3 kali pengulangan percobaan sehingga
total kombinasi gen yang didapatkan yaitu 150 dengan menghasilkan jumlah total
kombinasi gen MM (merah) 40, Mm (merah) 70, dan mm (putih) 40. Setelah
didapatkan hasil, selanjutnya dilakukan perbandingan hasil praktikum dengan
teori Mendel menggunakan uji Chi Square genotip dan fenotip. Uji Chi-Square
digunakan untuk mengetahui kevalidan data yang kami peroleh. Dari uji Chi-
Square untuk genotip kami mendapatkan kesimpulan bahwa percobaan yang dilakukan
sesuai dengan Hukum Mendel 1. X 2 hitung yang kami dapatkan sebesar 0,25
sedangkan x2 tabel dengan α 0,05 dan d = 2 adalah 5,99. Karena x2 hitung lebih kecil
dari x2 tabel maka H0 diterima. Jadi kami menarik kesimpulan bahwa persilangan
yang kami lakukan sesuai dengan hukum Mendel 1. Kami juga melakukan uji
Chi-square untuk fenotip, hasilnya yaitu x2 hitung 0,085 lebih kecil daripada x2
tabel 3,83. Artinya H0 diterima dan H1 ditolak, maka percobaan yang kami
lakukan sesuai dengan hukum Mendel.
Hasil observasi yang dilakukan dari ketiga ulangan memiliki hasil yang tidak
jauh dari harapan yang mana artinya mendekati teoritis hukum mendel.
Perbandingan yang kami dapatkan memang tidak persis sama dengan
perbandingan Mendel. Namun hal tersebut bukan berarti praktikum yang kami
9
lakukan tidak sesuai dengan teori hukum Mendel. Mengacu kepada literatur
Firdauzi (2014), bahwa sesungguhnya rasio fenotip F2 3: 1 hanya merupakan
perhitungan secara teoritis, rasio ini diperoleh dari rasio genotipnya. Sebetulnya
dalam kenyataan sehari-hari, rasio fenotip yang didapat tidaklah persis demikian.
Makin dekat nilai rasio kenyataan, yang disebut o (observation) terhadap rasio
teoritis yang disebut e (expected), makin sempurna data yang dipakai, berarti
makin bagus pernyataan fenotipnya.
10
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari praktikum yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa hasil
dari percobaan hukum mendel 1 menyatakan bahwa percobaan sesuai atau hampir
sempurna dengan prinsip hukum mendel yang dibuktikan dengan hasil
perhitungan menggunakan uji Chi-square. Meskipun perbandingan fenotipe dan
genotipenya tidak terlalu tepat seperti hukum mendel segregasi yaitu
perbandingan genotype seharusnya 1:2:1 dimana hasil percobaan yang kami
peroleh adalah 40 : 70 : 40 atau 1 : 1,75 : 1 dan perbandingan fenotipe seharusnya
3 : 1 sedangkan yang kami peroleh adalah 2,75 : 1. Adapun hal-hal yang
menyebabkan sedikit ketidaksesuaian hasil jumlah perbandingan genotipe dan
fenotipe tersebut adalah faktor lain seperti kurang homogen dalam mengacak
kancing. Uji Chi Square dalam analisis genetika Mendel dapat digunakan secara
efektif untuk membuktikan kebenaran dari perbandingan hasil percobaan sehingga
data dan hasil yang didapat semakin valid dan akurat
5.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya semoga alat dan bahan yang digunakan lebih
memadai dan mencukupi dalam hal jumlahnya, supaya percobaan bisa dilakukan
oleh 1 kelompok dan tidak harus bergabung beberapa kelompok menjadi 1. Hal
tersebut menjadikan praktikan kurang paham dengan praktikum yang dilakukan
dan menyebabkan kurang kondusifnya praktikum.
11
DAFTAR PUSTAKA
12