Anda di halaman 1dari 2

LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM BINA ANAK SHOLEH TUBAN

SMP BINA ANAK SHOLEH TUBAN


TERAKREDITASI A
Jl. Letda Sucipto - Tuban Telp. (0356)323632
Website : http://www.binaanaksholeh.sch.id email : smpbas@yahoo.co.id

PEMBELAJARAN DI RUMAH
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
KELAS VII A, B, C, D, E DAN F
MINGGU KEDUA
Kompetensi Dasar
3.6 Memahami karakteristik daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
Indikator Pembelajaran
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.6.2 Menganalisis peran pejuang di daerah dalam membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
3.6.3 Mendeskripsikan peran daerah tempat tinggalnya dalam kerangka NKRI
Tujuan Pembelajaran
3.6.2 Siswa dapat menganalisis peran pejuang di daerah dalam membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan benar
3.6.3 Siswa dapat Mendeskripsikan peran daerah tempat tinggalnya dalam kerangka NKRI dengan rinci.

Awali mengerjakan dengan berdoa!


TUGAS
A. Carilah informasi atau data tentang Perjuangan Menuju Kemerdekaan Indonesia yang berasal
dari daerah tempat tinggal kalian.
B. Informasi atau data bisa dicari melalui buku, media cetak, internet atau sumber lain.
C. Tulis Informasi atau data dalam bentuk cerita narasi di selembar kertas (HVS/Folio/kertas lain)
D. Tulis nama. Kelas, no absen, dan daerah tempat tinggal, dalam tugas kalian
E. Minimal cerita terdiri dari 5 paragra (boleh ditambahi foto yang mendukung cerita)
F. Cerita yang ditulis harus sesuai dengan daerah asal/tempat tinggal
Contoh tugas : TERLAMPIR dihalaman berikutnya
G. Tugas dilaporkan paling lambat Pk. 15.10 kepada wali kelas masing-masing dengan cara memfoto
tugas melalui WA dan tugas dilembaran dikumpulkan ketika masuk sekolah atau hari aktif
pembelajaran tatap muka.

Akhiri mengerjakan dengan membaca hamdallah

Guru Mata Pelajaran

Sun Anika, S.Pd


cerita narasi dibawah ini tidak boleh digunakan, karena sudah dijadikan contoh, carilah cerita lainnya.

TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


Nama : Abcde
Kelas : VII G
No Absen : 25
Daerah Asal/Tempat Tinggal :Tuban Jawa Timur

PAGI BERDARAH DI KALI KEPET


TUBAN JAWA TIMUR
Pertempuran dimulai ketika iring-iringan kapal Belanda mendarat di pantai Glondong Kecamatan
Tambakboyo Kabupaten Tuban, pada tanggal 18 Desember 1948. Kedatangan 3 kapal besar dan 7 kapal kecil
memecah keheningan di Desa Glondong Kecamatan Tambakboyo. Menjadi malapetaka dan ujian terhadap
keutuhan NKRI yang baru menenggak sebuah kemerdekaan.
Melihat datangnya kapal asing yang di atasnya berkibar kain Triwarna, merah-putih-biru, petugas
pantai segera melaporkan kepada Letda B.K. Nadi selaku Komandan Onder Distrik MIliter (ODM). Letda
B.K. Nadi bersama Camat Dwijosumarto, Brigpol Martodiharjo, dan Serma Lasiban segera bergerak kearah
Glondong dengan menggunakan sepeda onthel. Dalam sekejap ramai riuh di Glondong berubah sunyi senyap.
Semua warga bergerak cepat meninggalkan Glondong mengarah ke selatan menuju Desa Merkawang yang
berjarak sekitar 7 Km.
Pagi harinya, tanggal 19 Desember sekira pukul 10.00 WIB. Pasukan Belanda sudah siap dengan 44
kendaraan untuk berkonvoi, tetapi pergerakan cepat dari para pejuang Tuban telah berhasil menghalau
pasukan tentara Belanda dengan menghancurkan jalan-jalan dan jembatan yang akan dilalui Belanda yang
akan bergerak ke Bojonegoro.
Sedangkan satu rombongan konvoi lainnya bergerak mengarah ke Kota Tuban pada tanggal 20
Desember 1948. Rombongan Belanda masuk ke Kota Tuban dan langsung memporak-porandakan bangunan-
bangunan yang dilewatinya. Tidak ada perlawanan yang berarti waktu itu, secara hitung-hitungan diatas
kertas, pasukan tentara Tuban sudah kalah jauh dengan Belanda. Sebab, mengetahui kemampuan yang
dimiliki Belanda sangat kuat, mengharuskan rombongan pemerintahan harus bergeser kearah Selatan menuju
Desa Prunggahan Wetan Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban. Sedang pasukan Komando Distrik Militer
(KDM) di bawah pimpinan Kapten R.E Soeharto berada di Desa Prunggahan Kulon.
Tuban benar-benar kacau, dengan sekejap Kota Tuban sudah berhasil dikuasai oleh pasukan Belanda.
Tuban menjadi kota penuh ancaman. Belanda sudah berada diatas angin, menguasai sepenuhnya Tuban,
merenggut kemerdekaan yang sangat dinantikan bertahun-tahun. Kini dirampas lagi.
Setelah mencicipi nikmatnya sebuah kemerdekaan meski hanya sekejap, cukup untuk mengumpulkan
sisa-sisa semangat untuk melakukan perlawanan. Rakyat Tuban bersama pemerintah, kepolisian dan militer
telah manunggal. Semakin diserang maka akan semakin kuat perlawanan yang akan di berikan. Hal ini
terbukti dengan penyerangan-penyerang yang dilakukan oleh pejuang Tuban dengan cara bergerilya di
beberapa titik yang ada di Tuban.
Tanggal 7 Januari 1949, terjadi aksi penghadangan yang dipimpin oleh Lettu Tambunan terhadap tiga
truck Belanda dan berhasil memukul mundur tentara Belanda. Tanggal 11 Januari di tahun yang sama, 14
truck Belanda berhasil dihancurkan dengan ranjau yang sudah dipasang pejuang Tuban. Kemudian di
Merakurak, di Desa Mondokan, di Kecamatan Soko, hingga Kecamatan Senori. Di Kecamatan Senori inilah
Letda Sucipto gugur ditangan pasukan Belanda bersama Raji, Muridan dan Masib. Tempat meninggalnya
Letda Sucipto hanya ditandai dengan sebuah tugu kecil di area persawahan di Desa Tapen yang kondisinya
sudah sangat memprihatinkan.
Pertempuran demi pertempuran terus terjadi di Tuban, meski banyak korban jiwa diantara para pejuang dan
rakyat yang rumahnya dibumi hanguskan oleh Belanda, hingga muncul sosok sederhana bernama H.
Maksum Badroen atau biasa dikenal dengan Carik Badroen. Bersama dengan Kiai Ja’far dan Serma
Moestajab berhasil membantai 5 tentara Belanda dan 1 pembantunya. Semua dilakukan dengan rapi tanpa
ada kesalahan sedikitpun. Sumber: https://swaranews.co.id/2019/06/22/sepenggal-cerita-di-buku-pagi-
berdarah-kali-kepet/

Anda mungkin juga menyukai