5 6291860598804185295 PDF
5 6291860598804185295 PDF
MATA KULIAH
PEREKONOMIAN INDONESIA
Identitas Mata Kuliah
Program Studi : Perekonomian Indonesia
Mata Kuliah / Kode : Perekonomian Indonesia / MPK29
Jumlah SKS : 2 SKS
Prasyarat : Mahasiswa harus sudah menempuh mata
kuliah Teori Ekonomi Makro, dan Mikro
dan Bisnis.
Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah ini membahas tentang kondisi
perekonomian nasional dari masa
penjajahan, masa revolosi orde lama, masa
orde baru masa transisi dan masa sekarang.
Dengan memahami proses pembangunan
ekonomi mahasiswa dapat menilai semua
kebijakan pemerintah apakah sesuai dengan
teori (ekonomi makro) atau tidak, sehingga
mahasiswa dapat mengkritisi semua
kebijakan pemerintah dalam mengendalikan
perekonomian untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat secara
menyeluruh.
Capaian Pembelajaran : Setelah pembelajaran, mahasiswa mampu
menjelaskan masalah-masalah dan
kebijakan-kebijakan pemerintah khususnya
kebijakan pembangunan ekonomi untuk
meningkatkan pertumbuhan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat serta
dapat menjelaskan kondisi perekonomian
secara umum.
Penyusun : Hamida Hunein (Ketua)
Silvia Sari (Anggota)
i
Modul Perekonomian Indonesia
Kata Pengantar
ii
Modul Perekonomian Indonesia
DAFTAR ISI
iii
Modul Perekonomian Indonesia
iv
Modul Perekonomian Indonesia
v
Modul Perekonomian Indonesia
vi
Modul Perekonomian Indonesia
DAFTAR TABEL
vii
Modul Perekonomian Indonesia
DAFTAR GAMBAR
viii
Modul Perekonomian Indonesia
PERTEMUAN 1:
PEREKONOMIAN DAN SEJARAH PEREKONOMIAN
INDONESIA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perekonomian dan sejarah
perekonomian Indonesia. Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa
mampu:
1.1 Memahami konsep perekonomian dan pembangunan ekonomi
1.2 Menjelaskan kondisi perekonomian masa orde lama
1.3 Menjelaskan kondisi perekonomian masa orde baru
1.4 Menjelaskan kondisi perekonomian masa transisi reformasi
1.5 Menjelaskan kondisi perekonomian masa reformasi saat ini
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Konsep perekonomian dan pembangunan ekonomi
1
Modul Perekonomian Indonesia
2
Modul Perekonomian Indonesia
3
Modul Perekonomian Indonesia
4
Modul Perekonomian Indonesia
Orde lama menganut sistem ekonomi tertutup, berorientasi sosialis pada rezim
Soekarno. Orde lama dibagi menjadi dua masa yaitu :
(1) Masa Demokrasi Liberal (1945 – 1959)
a. Masalah yang dihadapi tahun 1945 – 1950
1) Rusaknya prasarana-prasarana ekonomi akibat perang
2) Blokade laut oleh Belanda sejak Nopember 1946 sehingga kegiatan
ekonomi ekspor-impor terhenti.
3) Agresi Belanda I tahun 1947 dan Agresi belanda II tahun 1948.
4) Dimasyarakat masih beredar mata uang rupiah Jepang sebanyak 4
miliar rupiah (nilainya rendah sekali). Pemerintah RI
mengeluarkan mata uang “ORI” pada bulan Oktober 1946 dan
rupiah Jepang diganti/ ditarik dengan nilai tukar Rp 100 (Jepang) =
Rp 1 (ORI).
5
Modul Perekonomian Indonesia
6
Modul Perekonomian Indonesia
7
Modul Perekonomian Indonesia
8
Modul Perekonomian Indonesia
3) Kondisi ekonomi dan politik saat itu: dari dunia luar (Barat)
Indonesia sudah terkucilkan karena sikpanya yang konfrontatif.
Sementara di dalam negeri pemerintah selalu mendapat
rongrongan dari golongan kekuatan politik “kontra-revolusi”
(Muhammad Sadli, Kompas, 27 Juni 1966, Penyunting Redaksi
Ekonomi Harian Kompas, 1982).
- Beberapa kebijaksanaan ekonomi – keuangan:
1) Dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 1/M/61 tanggal 6
Januari 1961: Bank Indonesia dilarang menerbitkan laporan
keuangan/statistik keuangan, termasuk analisis dan
perkembangan perekonomian Indonesia.
2) Pada tanggal 28 Maret 1963 Presiden Soekarno
memproklamirkan berlakunya Deklarasi Ekonomi dan pada
tanggal 22 Mei 1963 pemerintah menetapkan berbagai
peraturan negara di bidang perdagangan dan kepegawaian.
3) Pokok perhatian diberikan pada aspek perbankan, namun
nampaknya perhatian ini diberikan dalam rangka penguasaan
wewenang mengelola moneter di tangan penguasa. Hal ini
nampak dengan adanya dualisme dalam mengelola moneter.
(Suroso, 1994).
9
Modul Perekonomian Indonesia
10
Modul Perekonomian Indonesia
11
Modul Perekonomian Indonesia
1) Bidang pertanian
2) Bidang prasarana
3) Bidang industri/ pertambangan dan minyak
- Jangka waktu dan strategi pembangunan
1) Pembangunann jangka menengah terdiri dari
pembangunan Lima Tahun (PELITA) dan dimulai
dengan PELITA I sejak tahun 1969/ 1970
2) Pembangunan Jangka Panjang dimulai dengan
pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJPT – I)
selama 25 tahun, terdiri dari :
PELITA I 69 / 70 = 73 / 74
Titik berat pada sektor pertanian dan industri
yang menunjang sektor pertanian.
PELITA II 74/75 – 78/79
Titik berat pada sektor pertanian dengan
meningkatkan industri pengolah bahan mentah
menjadi bahan baku.
PELITA III 79/80 – 83/84
Titik berat sektor pertanian (swasembada beras)
dengan meningkatkan industri pengolah bahan
baku menjadi barang jadi.
PELITA IV 84/85 – 88/89
Titik berat pertanian (melanjutkan swasembada
pangan) dengan meningkatkan industri
penghasil mesin-mesin.
PELITA V 89/90 – 93/94
Sektor pertanian untuk memantapkan
swasembada pangan dengan meningkatkan
sektor industri penghasil komoditi ekspor,
pengolah hasil pertanian, penghasil mesin-mesin
dan industri yang banyakk menyerap tenaga
kerja.
12
Modul Perekonomian Indonesia
13
Modul Perekonomian Indonesia
Krisis rupiah berarti krisis ekonomi 1998 dan juga krisis politik, krisis
menimbulkan : Gerakan mahasiswa untuk mendesak Soeharto mengundurkan
diri digantikan BJ Habibie karena mereka menganggap tidak ada perubahan
nyata, KKN semakin menjadi, kerusuhan dimana-mana dan masalah Soeharto
tidak terselesaikan.
Hingga awal tahun 1997 dapat dikatakan bahwa hampir semua orang, di
Indonesia maupun dari badan-badan dunia seperti Bank Dunia, IMF dan ABD
tidak menduga bahwa beberapa negara di Asia akan mengalami suatu krisis
moneter atau ekonomi yang yang sangat besar sepanjang sejarah dunjia sejak
akhir perang dunia kedua. Walaupun sebenarnya sejak tahun 1995 ada
sejumlah lembaga keuangan dunia (IMF dan Bank Dunia) sudah beberapa
kali memperingati Thailand dan Indonesia bahwa ekonomi kedua negara
tersebut sudah mulai memanas (overheating economy) kalau dibiarkan terus
(tidak segera didinginkan) akan berakibat buruk (Tambunan, 2006).
Kebijaksanaan Tahun 1995 – 1996
a) Kebijaksanaan moneter : diarahkan untuk mengendalikann sumber-
sumber ekspansi M2, khususnya meningkatnya kredit bank dan
arus modal luar negeri melalui :
3) Mekanisme operasi pasar terbuka (OPT) dengan instrumen SBI
dan SBPU
4) Merubah ketentuan Giro Wajib Minimum (GWM) menjadi 3%.
5) Merubah ketentuan kewajiban penyediaan modal minimum
(KPMM) secara bertahap mencapai 12%.
b) Kebijaksanaan Valuta Asing/ Devisa : diarahkan untuk mengurangi
dorongan masuknya modal asing, terutama yang berjangka pendek
dengan cara :
1) Meningkatkan fleksibelitas nilai tukar rupiah melalui pelebaran
spread kurs jual dan kurs beli rupiah terhadap Dollar Amerika
2) Menerapkan penggunaan batas kurs intervensi (perbedaan batas
atas dan batas bawah sebesar Rp 66,00)
14
Modul Perekonomian Indonesia
15
Modul Perekonomian Indonesia
b. Faktor-faktor eksternal
- Jepang dan Eropa Barat mengalami kelesuan pertumbuhan
ekonomi sejak awal dekade 90-an dan tingkat suku bunga
sangat rendah. Dana sangat melimpah sehingga sebagian besar
arus modal swasta mengalir ke negara-negara Asia Tenggara
dan Timur, yang akhirnya membuat krisis.
16
Modul Perekonomian Indonesia
c. Teori-teori Alternatif
1) Teori konspirasi, krisis ekonomi sengaja ditimbulkan oleh
negara-negara maju tertentu, khususnya Amerika, karena tidak
menyukai sikap arogansi ASEAN selama ini.
2) Teori contagion, yaitu karena adanya contagion effect;
menularnya amat cepat dari satu negara ke negara lain,
disebabkan investor asing merasa ketakutan.
3) Teori business cycle (konjungtur), karena proses ekonomi
berdasarkan mekanisme pasar (ekonomi kapitalis) selalu
menunjukkan gelombang pasang surut dalam bentuk naik
turunnya variabel-variabel makro (Tambunan, 2006).
d. Faktor-faktor non-ekonomi
1) Dampak psikologis dari krisis di Indonesia adalah merebaknya
penomena kepanikan, sehingga para pemilik modal
internasional memindahkan modal mereka dari Indonesia
secara tiba-tiba.
2) Kepanikan ini kemudian diikuti oleh warga negara di
Indonesia, sehingga sekelompok orang (spekulan) berusaha
meraih keuntungan dengan cara menukar sejumlah besar rupiah
terhadap dollar AS. (Tambunan, 2006).
17
Modul Perekonomian Indonesia
18
Modul Perekonomian Indonesia
19
Modul Perekonomian Indonesia
20
Modul Perekonomian Indonesia
21
Modul Perekonomian Indonesia
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan perbedaan perkembangan ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan ekonomi!
2. Pilih dan jelaskan tabel di bawah ini :
Periode Keadaan Hubungan Kebijakan Presiden
ekonomi: ekonomi dengan yang yang
(a) sangat negara luar : pernah menjabat:
buruk (b)buruk (a) sistem diterapkan:
(c)baik (d) terbuka (b)
sangat baik sistem tertutup
Orde
lama
Orde baru
Transisi
reformasi
Reformasi
3. Jelaskan kenapa krisis ekonomi tahun 2008 tidak separah krisis 1998?
22
Modul Perekonomian Indonesia
D. DAFTAR PUSTAKA
23
Modul Perekonomian Indonesia
PERTEMUAN 2:
SISTEM EKONOMI DUNIA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai konsep sistem ekonomi dunia dan
di Indonesia. Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:
2.1 Memahami konsep sistem ekonomi
2.2 Memahami konsep sistem ekonomi kapitalisme dan sosialis
2.3 Memahami konsep sistem ekonomi campuran
2.4 Memahami konsep sistem ekonomi di Indonesia
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 2.1:
Konsep sistem ekonomi
24
Modul Perekonomian Indonesia
25
Modul Perekonomian Indonesia
26
Modul Perekonomian Indonesia
27
Modul Perekonomian Indonesia
28
Modul Perekonomian Indonesia
29
Modul Perekonomian Indonesia
30
Modul Perekonomian Indonesia
31
Modul Perekonomian Indonesia
32
Modul Perekonomian Indonesia
33
Modul Perekonomian Indonesia
34
Modul Perekonomian Indonesia
35
Modul Perekonomian Indonesia
G = Df + Dd
R = Rf + Rd
Gf + Gd = Rf + Rd
Gd - Rd = Rf – Gf
Dimana :
G = goernment expenditure
36
Modul Perekonomian Indonesia
R = government revenue
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan perbedaan sistem ekonomi kapitalis dan sosialis!
2. Sebutkan negara yang menganut sistem ekonomi kapitalis dan sosialis!
3. apakah sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara turut menentukan
keberhasilan pembangunan ekonomi nya?
D. DAFTAR PUSTAKA
Deliarnov. 1995. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta : PT. Raja
Grafindo.
Soemitro. 1993.
37
Modul Perekonomian Indonesia
38
Modul Perekonomian Indonesia
PERTEMUAN 3:
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR
EKONOMI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pertumbuhan ekonomi dan
perubahan struktur ekonomi. Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa
mampu:
3.1 Memahami konsep ekonomi
3.2 Memahami perhitungan pendapatan nasional
3.3 Memahami konsep perubahan struktur ekonomi
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 3.1:
Konsep Pertumbuhan Ekonomi
39
Modul Perekonomian Indonesia
40
Modul Perekonomian Indonesia
41
Modul Perekonomian Indonesia
42
Modul Perekonomian Indonesia
43
Modul Perekonomian Indonesia
turun. Upah tersebut hanya dapat digunakan untuk membiayai taraf hidup
minimum sehingga perekonomian akan mengalami kemandegan (statonary state).
44
Modul Perekonomian Indonesia
45
Modul Perekonomian Indonesia
Skema :
Produk Domestik Bruto (GDP) Rp xxxxx
Ditambah : pendapatan neto terhadap luar
Negeri atas faktor produksi (F) Rp xxxxx
Produk nasional Bruto (GNP) Rp xxxxx
Dikurangi : penyusutan (D) Rp xxxxx
Produk Nasional Neto (NNP) Rp xxxxx
Dikurangi : pajak tak langsung (Nit) Rp xxxxx
46
Modul Perekonomian Indonesia
tn
r n 1 .1 .100%
Cara Rata-rata
to
Keterangan :
r = laju pertumbuhan ekonomi rata-rata setiap tahun
n = jumlah tahun (mulai dengan sampai dengan)
tn = tahun terakhir periode
to = tahun awal periode
47
Modul Perekonomian Indonesia
Keterangan :
IR = angka inflasi (%) bulan n
IHKn = Indeks umum IHK Gabungan 17 kota bulan n
IHKn-1 = Indeks umum IHK Gabungan 17 kota bulan ke(n-1)
IHKx
IRx = x 100% - 100%
IHK(x-1)
Keterangan :
IRX = tingkat inflasi tahun x
IHKn = IHK tahun x
IHKn-1 = IHK tahun yang lalu
Dt Dt
DSR .100% atau DSR .100%
Xnt Xbt
48
Modul Perekonomian Indonesia
Keterangan :
Dt = Bunga & Cicilan hutang
Xnt = ekspor neto (bersih), setelah dikurangi impor mingas
Xbt = ekspor bruto (kotor)
Karena yang menanggung beban hutang pemerintah dan swasta maka ada empat
versi perhitungan DSR :
1) DSR pemerintah terhadap ekspor bruto
2) DSR pemerintah (pemerintah + swasta) terhadap ekspor bruto
3) DSR pemerintah terhadap ekspor neto
4) DSR Indonesia (pemerintah + swasta) terhadap ekspor neto
XB
Px .100%
XK
MB
Pm .100%
MK
Keterangan :
Px = Indeks ekspor
Pm = indeks impor
X, M = ekspor, impor
B = Bulan berlaku / harga tahun berjalan
K = harga konstan
Keterangan :
Px = Indeks harga ekspor
Pm = Indeks harga impor
49
Modul Perekonomian Indonesia
Tingkat Kesenjangan, bisa dihitung dengan Gini Coeeficient (GC) atau 40%
golongan termiskin (40% GTM)
- Kesenjangan tinggi bila 40% GTM menerima < 12% dari NI (Y)
- Kesenjangan sedang bila 40% GTM menerima 12-17dari Y
- Kesenjangan rendah bila 40% GTM menerima > 17% dari NI (Y)
b. Pendekatan Pengeluaran
Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB adalah penjumlahan semua komponen
permintaan terakhir, yaitu:
1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari
untung.
2) Konsumsi pemerintah.
3) Pembentukan modal tetap domestik bruto.
4) Perubahan stok.
5) Ekspor neto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Ekspor neto
adalah ekspor dikurangi impor.
50
Modul Perekonomian Indonesia
c. Pendekatan Pendapatan
Menurut pendekatan pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima
oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam
jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Dari 3 pendekatan tersebut secara konsep jumlah pengeluaran tadi harus sama dengan
jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah
pendapatan untuk faktor-faktor produksinya. Selanjutnya produk domestik regional
bruto yang telah diuraikan di atas disebut sebagai Produk Domestik Regional Bruto
Atas Dasar Harga Pasar, karena mencakup komponen pajak tidak langsung neto.
51
Modul Perekonomian Indonesia
D. SOAL LATIHAN/TUGAS
2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi!
3. Kenapa perhitungan PDB belum tepat menggambarkan tingkat
kesejahteraan suatu bangsa?
4. Jelaskan faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan struktur ekonomi!
D. DAFTAR PUSTAKA
Tambunan, T. 2006. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia
52
Modul Perekonomian Indonesia
PERTEMUAN 4:
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perubahan struktur ekonomi
Indonesia. Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:
4.1 Transformasi struktur perekonomian
4.2 Proses transformasi struktural dan berbagai indikatornya
4.3 Analisis kebijakan transformasi struktural perekonomian Indonesia
B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 4.1:
Transformasi Struktur Perekonomian Indonesia
a. Pertumbuhan Ekonomi
Kebijaksanaan deregulasi sejak tahun 1983 mendorong terjadinya ekspansi
ekonomi dan ekspansi moneter. Serangkaian deregulasi mendorong kegitan
swasta untuk melakukan ekspansi ekonomi. Sementara meningkatnya
permintaan domestik, baik permintaan untuk konsumsi maupun untuk investasi,
mendorong terjadinya ekspansi moneter.
Ekspansi ekonomi ditandai oleh :
53
Modul Perekonomian Indonesia
54
Modul Perekonomian Indonesia
Laju pertumbuhan ekspor rata-rata 15% (1989-1991) dengan nilai US$19 miliar
(1988) meningkat hampir US$30 miliar (1991), jenisnya : 52% barang
manufaktur, 37% migas dan non-migas 11% (ada diversifikasi ekspor).
Laju pertumbuhan impor rata-rata 25% (1988 – 1991), jenisnya: sebagian besar
berupa peralatan barang modal dan bahan baku.
Meskipun laju pertumbuhan impor lebih besar dari pada laju pertumbuhan
ekspor, namun total nilai ekspor masih lebih besar dibandingkan impor,
sehingga masih menghasilkan saldo surplus (positif). Akan tetapi neraca jasa,
terutama karena bearnya beban pembayaran jasa pemakaian modal (bunga
hutang luar negeri) selalu menghasilkan saldo defisit (negatif). Akibatnya
transkasi berjalan selalu mengalami defisit, yang cenderung makin besar:
US$1,6 miliar (1989), membengkak menjadi US$4,5 miliar (1992).
55
Modul Perekonomian Indonesia
transaksi berjalan yang akhir-akhir ini begitu meningkat dan juga semakin
membesarnya utang luar negeri kita.
Utang luar negeri Indonesia pada akhir tahun 1992 secara kumulatif
diperkirakan berjumlah US$78 miliar, meningkat hampir 40% dibandingkan 2-3
tahun yang lalu. Jumlah 78 miliar itu terdiri : pinjaman sektor publik
(pemerintah + BUMN) sebesar 45 miliar dollar.
Debt Service Ratio (DSR), berdasarkan nilai ekspor bruto untuk tahun 1992
mencapai 32%, tingkat DSR sebesar 32% sudahmerupakan “Lampu Merah”
(DSR : 20-25% = aman atau “Lampu Hijau”, 26-30% = “Lampu kuning”).
Pinjaman swasta justru sangat meningkat selama tahun-tahun ekspansi ekonomi
(1989-1991).
Sehubungan dengan kecenderungan utang luar negeri yang mengancam
stabilitas eksternal, maka pemerintah melakukan pengawasan dan pembatasan
terhadap pinjaman komersial luar negeri (Keppres No. 39 Tahun 1991). Oleh
tim dibawah Menko Ekuin :
- Dilakukan penyaringan dan penilaian prioritas
- Ditetapkan suatu pagu tahunan pinjaman komersial luar negeri
56
Modul Perekonomian Indonesia
d. Perkembangan Harga
Laju Inflasi 9,5% (1990,1991) turun sampai 6-7% (1992). Kebijaksanaan
pengendalian inflasi perlu diteruskan sehingga dapat dicapai rata-rata 5% pada
Pelita VI.
Pengendalian Inflasi Penting untuk :
1) Menjaga stabilitas ekonomi internal dan eksternal (tekanan neraca
pembayaran luar negeri)
2) Memperkuat daya saing produk ekspor di luar negeri
3) Mendorong hasrat masyarakat untuk menabung
57
Modul Perekonomian Indonesia
58
Modul Perekonomian Indonesia
59
Modul Perekonomian Indonesia
60
Modul Perekonomian Indonesia
61
Modul Perekonomian Indonesia
a. Kemiskinan Absolut
Tahun 1976: jumlah penduduk 137 juta jiwa, 54 juta jiwa (40%)
hidup di bawah garis kemiskinan. Tahun 1990 : jumlah
penduduk 179 juta jiwa, yang hidup di bawah garis kemiskinan
tinggal 27 juta jiwa (15,%). Kecenderungan kearah perbaikan itu
diharapkan dapat berlangsung terus sehingga ditahun 2000
golongan yang dhiup di bawah garis kemiskinan mencakup 5-
10% dari jumlah penduduk saat itu.
(Soemitro Djojohadikusumo, 1993).
Masalah kemiskinan ini diperlihatkan melalui analisa
sensivitas,yaitu apabila poverty line (garis batas kemiskinan)
dirubah dari konsumsi per hari Rp 930 untuk kota dan Rp 608
untuk desa menjadi RP 1.000 maka jumlah orang miskin akan
meningkat dari 25,6 juta (1993) menajdi 77 juta. Itu berarti
terdapat indikasi bahwa walaupun jumlah penduduk di bawah
poverty line turun dari 27 juta (1990) ke 25,5 juta (1993),
penduduk yang hidup dalam kondisi nyaris miskin atau hidup
pada poverty line di 1993 makin banyak (Sjahrir, 1996).
b. Ketimpangan Relatif
Tahun 1976: 40% dari jumlah penduduk yang termasuk
golongan berpendapatan rendah hanya menerima kurang dari
12% dari pendapatan nasional, yang menunjukkan ketimpangan
mencolok (gross inequality). Tahun 1990 : golongan
berpendapatan rendah yang dimaksud menerima 21% lebih dari
62
Modul Perekonomian Indonesia
63
Modul Perekonomian Indonesia
64
Modul Perekonomian Indonesia
65
Modul Perekonomian Indonesia
66
Modul Perekonomian Indonesia
35
30
25
Volume
20 pertanian
migas
15 manufaktur
10
0
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992
Tahun
67
Modul Perekonomian Indonesia
68
Modul Perekonomian Indonesia
69
Modul Perekonomian Indonesia
70
Modul Perekonomian Indonesia
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan transformasi ekonomi dan bagaimana
pengalaman ekonomi Indonesia akhir pelita V?
2. Kenapa kemajuan teknologi, peningkatan pendidikan masyarakat,
peningkatan pendapatan masyarakat sering dikatakan sebagai pemicu
perubahan struktur ekonomi?
3. Dengan semakin kecilnya sumbangan pertanian terhadap pembentukan PDB
dalam proses transformasi ekonomi, apakah kemiskinan akan bertambah di
Indonesia?
71
Modul Perekonomian Indonesia
D. DAFTAR PUSTAKA
Djojohadikusumo, Soemitro. 1993. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan
Ekonomi Pembangunan. LP3ES. Jakarta.
Dasril, Anna S.N. 1998. Peranan Agrobisnis dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
Makalah pada Seminar Pemulihan Hak dan Pemberdayaan Ekonomi
Rakyat, dalam rangka Dies Natalis USAKTI ke 33. Jakarta.
Sjahrair 1996. Kemiskinan, Keadilan dan Kebebasan Makalah pada Kongres Ikatan
Sarjana Ekonomi Indonesia ke-13. Medan.
72
Modul Perekonomian Indonesia
PERTEMUAN 5:
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai konsep kemiskinan dan kesenjangan
pendapatan. Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:
5.1 Memahami konsep kemiskinan
5.2 Memahami konsep kesenjangan distribusi pendapatan
C. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 5.1:
Konsep Kemiskinan
73
Modul Perekonomian Indonesia
74
Modul Perekonomian Indonesia
75
Modul Perekonomian Indonesia
Dalam postingan PRFM News Channel hutan dan lahan diberikan kepada
korporasi seolah-olah wilayah itu tak berpenghuni. Jaringan Advokasi Tambang
(Jatam) mencatat di Kalimanta Timur, luas konsesi untuk korporasi
pertambangan, perkebunan sawit, dan lainnya mencapai 21,7 juta hektar.
Sementara itu, luas Kalimantan Timur sendiri hanya 19,88 juta hektar. Di
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah kondisinya tidak jauh berbeda.
76
Modul Perekonomian Indonesia
Di Papua, tanah rakyat yang diambil untuk perkebunan sawit hanya diganti
rugi 0,65 dollar AS perhektar. Kekayaan papua disedot, sementara hak-hak dasar
rakyat Papua, seperti pendidikan dan kesehatan, ditelantarkan. Daerah terkaya,
tetapi masyarakatnya termiskin. Freeport yang telah menghancurkan bumi dan
rakyat Papua masih juga diberi izin dan difasilitasi untuk mengeksploitasi
Kalteng. Kita tidak akan menemukan nama Freeport di Kalteng, tetapi untuk
menggelabui masyarakat, Freeport menyembunyikan indentitasnya dengan baju
perusahaan lokal
77
Modul Perekonomian Indonesia
bencananya dibebankan kepada rakyat. Bukankah ini sebuah logika yang terbalik
dan sesat pikir ? apakah betul negara dalam hal ini penguasaannya lewat
kementerian kehutanan menjadi miliknya dan tanah tersebut dipinjami kepada
masyarakat ? bukaankah ini sebuah penghinaan dan perampasan hak asli
masyarakat adat oleh Negara ? yang kemudian di jual kepada mafia pemilik
modal yang bernama korporasi.
78
Modul Perekonomian Indonesia
Indonesia, 64 diantaranya merupakan daerah sulit air bersih. Selain itu hampir
setengah penduduk Indonesia kekurangan bahkan tidak punya sumber air bersih.
Ditambah lagi jika 20 persen dari penduduk Indonesia meninggal akibat
kekurangan air bersih. Karenanya Sekretasi Menteri Koordinator Kesejahteraan
Rakyat Indroyono Soesilo mengatakan Indonesia harus punya solusi untuk
mendapatkan air bersih di berbagai daerah di Indonesia karena ketersediaan air
bersihnya sudah mencapai tahap kritis Inefisiensi Pilkada Langsung : Biaya
pilkada untuk kabupaten/kota Rp 25 miliar, untuk pilkada provinsi Rp 100 miliar.
Jadi untuk keseluruhan pilkada di Indonesia diperlukan Rp 17 triliun. Fitra.Pada
2011 terdapat 436 kasus korupsi dengan jumlah tersangka 1.053 orang. Potensi
kerugian negara akibat korupsi ini adalah Rp2,169 triliun. (Citizen Journalism).
Anak jalanan,
psikopat dan lansia yang tak terurus,
Kerusuhan dan konflik di berbagai daerah,
Tawuran pelajar,
Tata kota yang semrawut,
Tenaga kerja Indonesia di luar negeri yang banyak bermasalah,
C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan penyebab kemiskinan di negara berkembang dan di Indonesia!
2. Jelaskan kenapa semakin tinggi pertumbuhan PDB atau semakin besar
pendapatan perkapital semakin besar perbedaan antara kaum miskin dan
kaum kaya?
3. Jelaskan fakta kemiskinan yang terjadi di Indonesia?
D. DAFTAR PUSTAKA
http://anggaandala.blogspot.co.id/2012/08/konsep-kemiskinan-dan-strategi.html
http://rian46.blogspot.co.id/2011/04/perekonomian-indonesia-kemiskinan-
dan.html. Diposkan oleh Rian widya putra di 01.23
Tambunan, T. 2006. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia
79
Modul Perekonomian Indonesia
80
Modul Perekonomian Indonesia
PERTEMUAN 6:
INDIKATOR KEMISKINAN DAN KESENJANGAN
PENDAPATAN SERTA KEBIJAKAN ANTI KEMISKINAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai indikator kemiskinan, kesenjangan
pendapatan dan kebijakan anti kemiskinan. Setelah mempelajari materi
perkuliahan, mahasiswa mampu memahami konsep:
6.1 Pengangguran dan lapangan kerja
6.2 Hubungan antara tingkat kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
terhadap pertumbuhan ekonomi yang tinggi
6.3 Indikator kemiskinan dan kebijakan anti kemiskinan
c. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 6.1:
Pengangguran dan Lapangan Kerja
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang
layak.
Statistik Pengangguran
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek
psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik
keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan
81
Modul Perekonomian Indonesia
ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per
kapita suatu negara.
Akibat Pengangguran
Akibat yang ditimbulkan dari pengangguran untuk perekonomian negara, yaitu:
1. Penurunan pendapatan perkapita.
2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
3. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
4. Dapat menambah hutang negara.
Akibat yang ditimbulkan dari pengangguran bagi masyarakat, yaitu :
1. Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
2. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan
apabila tidak bekerja.
3. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
82
Modul Perekonomian Indonesia
Lapangan Pekerjaan
Lapangan kerja adalah penduduk usia kerja yang mampu bekerja. Usia
angkatan kerja di Negara berkembang >15 tahun tetapi usia tersebut sebenarnya
masih tergolong anak-anak. Idealnya seseorang dapat bekerja mencari penghasialn
adalah ussia di atas 17 tahun. Angkatan kerja di Indonesia kualaitasnya masih
rendaah karena sebagian besar lulusan tidak tamat SD,SD & SMP.
Pengertian lapangan pekerjaan erat kaitannya dengan tempat di mana
seseorang bekerja. Saat ini sering kita dengar banyak orang yang menganggur
artinya tidak punya tempat bekerja, akibatnya dia tidak mempunyai pendapatan.
Jumlah pengangguran cukup tinggi menyebabkan beban bagi masyarakat bahkan
menimbulkan kemiskinan. Angka pengangguran tiap tahun terus bertambah
apalagi saat ini sering terjadi PHK.
Terjadinya pengangguran disebabkan oleh tidak adanya lapangan
pekerjaan atau lapangan pekerjaan yang asa mempunyai persyaratan tinggi,
sehingga banyak tenaga kerja yang tidak bisa masuk. Akan tetapi ada pula orang
yang sudah bekerja tetapi di-PHK.
83
Modul Perekonomian Indonesia
8. Sektor jasa
9. Sektor angkutan
10. Sektor lainnya
Dari masing masing sektor lapangan pekerjaan itu tentu akan menyerap
tenaga kerja. Data Jumlah penyerapan tenaga kerja menurut sektor lapangan
kerja tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 2. Bagi yang sedikit kreatif tentu
tidak hanya memiliki orientasi mencari kerja, namun bisa melihat potensi dan
peluang dari berbagai sektor lapangan kerja untuk dijadikan peluang usaha.
Gambar 2. Jumlah penyerapan tenaga kerja menurut sektor lapangan kerja tahun
2015 (juta orang)
Sumber BPS 2016
Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga
84
Modul Perekonomian Indonesia
kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang
berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini,
setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak
pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas
17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang
menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk tenaga
kerja.
1. Angkatan kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun
yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang
sedang aktif mencari pekerjaan.
2. Bukan angkatan kerja
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang
kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya. Contoh
85
Modul Perekonomian Indonesia
kelompok ini adalah anak sekolah, mahasiswa, para ibu rumah tangga, orang
cacat, dan para pengangguran sukarela.
Masalah Ketenagakerjaan
Berikut beberapa masalah ketenagakerjaan di Indonesia yang menyebabkan
pengangguran :
1. Rendahnya kualitas tenaga kerja
2. Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja
3. Persebaran tenaga kerja yang tidak merata
86
Modul Perekonomian Indonesia
87
Modul Perekonomian Indonesia
88
Modul Perekonomian Indonesia
Kesenjangan Pendapatan
Ketimpangan pendapatan yang terjadi di Indonesia sangat terlihat jelas,
dari istilah yang kayak semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Hal ini
sangat berdampak pada pendapatan tersebut tidak cukup hanya bicara mengenai
subsidi modal terhadap kelompok miskin maupun peningkatan pendidikan (
ketrampilan ) tenaga kerja di Indonesia. Lebih penting dari itu ,persoalan yang
terjadinya sesungguhnya adalah akibat kebijakan pembangunan ekonomi yang
kurang tepat dan bersifat struktural. Maksudnya kebijakan masa lalu yang begitu
menyokong sektor industri dengan mengorbankan sektor lainnya patut direvisi
karena telah mendorong munculnya ketimpangan sektoral yang berujung kepada
kesenjangan pendapatan. Dari perspektif ini agenda mendesak bagi Indonesia
adalah memikirkan kembali secara serius model pembangunan ekonomi yang
secara serius model pembangunan ekonomi yang secara serentak bisa memajukan
semua sektor dengan melibatkan seluruh rakyat sebagai partisipan. Sebagian besar
ekonom meyakini bahwa strategi pembangunan itu adalah modernisasi pertanian
dengan melibatkan sektor industri sebagai unit pengolahnya.
Ketimpangan atau kesenjangan pendapatan adalah menggambarkan
distribusi pendapatan masyarakat di suatu daerah atau wilayah pada waktu
tertentu. Kaitan kemiskinan dengan ketimpangan pendapatan ada beberapa pola
yaitu :
Semua anggota masyarakat mempunyai income tinggi ( tak ada miskin)
tetapi ketimpangan pendapatannya tinggi.
Semua anggota masyarakat mempunyai income tinggi ( tak ada miskin)
tetapi ketimpangan pendapatannya rendah ( ini yang paling baik).
Semua anggota masyarakat mempunyai income rendah ( semuanya
miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya tinggi.
Semua anggota masyarakat mempunyai income yang rendah (semuanya
miskin) tetapi ketimpangan pendapatannya rendah.
Tingkat income masyaraka bervariasi ( sebagian miskin,sebagian tidak
miskin)tetapi ketimpangan pendapatannya tinggi.
89
Modul Perekonomian Indonesia
Masalah Dasar
Di Indonesia pada awal pemerintahan Orde Baru, pemerintah menetapkan
kebijaksanaan pembangunan yang disebut dengan “TRICKLE DOWN
EFFECTS” yaitu bagaimana mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dalam suatu periode yang relatif singkat.
Pembangunan ekonomi nasional dimulai dari Pulau Jawa (khususnya jawa
Barat), dengan alasan bahwa di Pulau Jawa sudah tersedia infrastruktur, dengan
harapan bahwa hasil-hasil pembangunan itu akan menetes ke sektor dan wilayah
lain di Indonesia. Akan tetapi sejarah menunjukkan bahwa setelah 10 tahun
berlalu sejak Pelita I (1969) ternyata efek tersebut tidak tepat. Perekonomian
Indonesia pada 2010 tumbuh 6,1 persen, melampaui target 5,8 persen. Nilai
produk domestik bruto naik dari Rp 5.603,9 triliun pada 2009 menjadi Rp 6.422,9
triliun tahun lalu. Namun, pertumbuhan ekonomi ini menimbulkan kesenjangan di
masyarakat. Pengamat ekonomi mengatakan, kelompok masyarakat yang sangat
kaya masih menjadi penyokong utama pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi
rumah tangga mereka. Hal ini sangat jelas bahwa orang yang sangat kaya
memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia.
Pengentasan kesenjangan pendapatan tetap merupakan salah satu masalah
yang paling mendesak di Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang hidup
dengan penghasilan kurang dari AS$2-per hari hampir sama dengan jumlah total
penduduk yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$2- per hari dari semua
negara di kawasan Asia Timur kecuali Cina. Komitmen pemerintah untuk
mengentaskan kemiskinan tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) 2005-2009 yang disusun berdasarkan Strategi Nasional
Penanggulangan Kemiskinan (SNPK). Di samping turut menandatangani Tujuan
Pembangunan Milenium (atau Millennium Development Goals) untuk tahun
2015, dalam RPJM-nya pemerintah telah menyusun tujuan-tujuan pokok dalam
pengentasan kemiskinan untuk tahun 2009, termasuk target ambisius untuk
mengurangi angka kemiskinan dari 18,2 persen pada tahun 2002 menjadi 8,2
90
Modul Perekonomian Indonesia
91
Modul Perekonomian Indonesia
enam kali lebih besar dari Cina dan Malaysia hanya sekitar 72 persen
persalinan dibantu oleh bidan terlatih.
Lemahnya hasil pendidikan. Angka melanjutkan dari sekolah dasar
ke sekolah menengah masih rendah, khususnya di antara penduduk
miskin: di antara kelompok umur 16-18 tahun pada kuintil termiskin,
hanya 55 persen yang lulus SMP, sedangkan angka untuk kuintil terkaya
adalah 89 persen untuk kohor yang sama.
Rendahnya akses terhadap air bersih, khususnya di antara penduduk
miskin. Untuk kuintil paling rendah, hanya 48 persen yang memiliki
akses air bersih di daerah pedesaan, sedangkan untuk perkotaan, 78
persen.
Akses terhadap sanitasi merupakan masalah sangat penting. Delapan
puluh persen penduduk miskin di pedesaan dan 59 persen penduduk
miskin di perkotaan tidak memiliki akses terhadap tangki septik,
sementara itu hanya kurang dari satu persen dari seluruh penduduk
Indonesia yang terlayani oleh saluran pembuangan kotoran berpipa.
Perbedaan antar daerah yang besar di bidang kemiskinan. Keragaman
antar daerah merupakan ciri khas Indonesia, di antaranya tercerminkan dengan
adanya perbedaan antara daerah pedesaan dan perkotaan. Di pedesaan, terdapat
sekitar 57 persen dari orang miskin di Indonesia yang juga seringkali tidak
memiliki akses terhadap pelayanan infrastruktur dasar hanya sekitar 50 persen
masyarakat miskin di pedesaan mempunyai akses terhadap sumber air bersih,
dibandingkan dengan 80 persen bagi masyarakat miskin di perkotaan. Tetapi
yang penting, dengan melintasi kepulauan Indonesia yang sangat luas, akan
ditemui perbedaan dalam kantong-kantong kemiskinan di dalam daerah itu
sendiri.
Studi-studi mengenai distribusi pendapatan di Indonesia pada umumnya
menggunakan data BPS mengenai pengeluaran konsumsi rumah tangga dari
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).
Demikian pula pengertian pendapatan yang artinya pembayaran yang di
dapat karena bekerja atau menjual jasa tidak sama dengan pengertian kekayaan.
Kekayaan seseorang bisa jauh lebih besar dari pada pendapatannya.
92
Modul Perekonomian Indonesia
93
Modul Perekonomian Indonesia
94
Modul Perekonomian Indonesia
95
Modul Perekonomian Indonesia
Hipotesis Kuznete
Data data ekonomi periode 1970 – 1980, terutama mengenai pertumbuhan
ekonomi dan distribusi pendapatan terutama di LDS (Less Developing Countries),
terutama di negara negara yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang
cukup pesat, seperti Indonesia, menunjukan seakan akan korelasi positif antara
laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesenjangan ekonomi. Semakin tinggi
pertumbuhan produk domestik bruto, atau semakin tinggi tingkat pendapatan per
kapita, maka semakin besar perbedaan antara kaum miskin dan kaum kaya.
Bahkan studi yang dilakukan di negara negara Eropa Barat, menunjukkan
bahwa pertumbuhan ekonomi tidak atau justru membuat ketimpangan antara
kaum miskin dan kaum kaya semakin melebar. Jantti (1997) dalam Tulus
Tambunan (2003) mengemukakan bahwa fenomena tersebut timbul karena
adanya perubahan suplly of labor (masuknya buruh murah dari Turki, atau negara
Eropa Timur kedalam pasar buruh di Eropa Barat). Berdasarkan fakta tersebut,
muncul pertanyaan: mengapa terjadi trade-off antara pertumbuhan dan
kesenjangan ekonomi dan untuk berapa lama? Kerangka pemikiran ini yang
melandasi Hipotesis Kuznets.
Yaitu, dalam jangka pendek ada korelasi positip antara pertumbuhan pendapatan
perkapita dengan kesenjangan pendapatan. Namun dalam jangka panjang
hubungan keduanya menjadi korelasi yang negatif. Artinya, dalam jangka pendek
meningkatnya pendapatan akan diikuti dengan meningkatnya kesenjangan
pendapatan, namun dalam jangka panjang peningkatan pendapatan akan diikuti
dengan penurunan kesenjangan pendapatan. Fenomena ini dikenal dengan nama
96
Modul Perekonomian Indonesia
Tahun/Tingkat Pembangunan
t=0 t=n
97
Modul Perekonomian Indonesia
bruto (ketimpangan konstan) dan efek neto (efek dari perubahan ketimpangan)
dari pertumbuhan pendapatan terhadap kemiskinan.
g : efek bruto (ketimpangan konstan)
l : efek neto (efek dari perubahan ketimpangan)
b : elatisitas ketimpangan terhadap pertumbuhan
d : elastisitas kemiskinan terhadap ketimpangan
maka,
Λ = γ + βδ
Elatisitas ketimpangan terhadap pertumbuhan dan elastisitas kemiskinan terhadap
ketimpangan diperoleh dengan persamaan:
Log Pkt = w + Log Wkt + Log Gkt + wk + vkt
Dimana:
Pkt : Kemiskinan diwilayah k pada periode t
Gkt : Indeks gini untuk wilayah k pada periode t
Wkt : Rata-rata konsumsi/pendapatan riil (rasio kesejahteraan) diwilayah k pada
periode t
Wk : efek-efek yang tetap
vkt :term kesalahan
a) Ravallion dan Datt (1996) dengan data dari India menemukan bahwa
pertumbuhan output disektor-sektor primer khususnya pertanian jauh lebih
efektif terhadap penurunan kemiskinan dibandingkan dengan sector
sekunder.
98
Modul Perekonomian Indonesia
b) Kakwani (2001) untuk data dari philipiana menunjukkan hasil yang sama
dengan Ravallion dan Datt. Peningkatan output sektor pertanian 1%
mengurangi jumlah kemiskinan 1% lebih sedikit. Peningkatan output
sektor industri 1% mengurangi jumlah kemiskinan 0,25 saja.
c) Mellor (2000) menjelaskan ada tendensi partumbuhan ekonomi (terutama
pertanian) mengurangi kemiskinan baik secara mangsung maupun tidak
langsung.
d) Hasan dan Quibria (2002) menyatakan ada hubungan antara pertumbuhan
dengan kemiskinan
e) ADB (1997) untuk NIC’s Asia Tenggara (Taiwan, Korsel, dan Singapura)
menunjukkan pertumbuhan output di sector industri manufaktur
berdampak positif terhadap peningkatan kesempatan kerja dan penurunan
kemiskinan
f) Dolar dan Kraay (2000) menunjukkan elastisitas pertumbuhan PDB
(pendapatan) perkapita dari kelompok miskin adalah 1% (pertumbuhan
rata-rata 1% meningkatkan pendapatan masyarakat miskin 1%).
g) Timmer (1997) menyimpulkan bahwa elastisitas pertumbuhan PDB
(pendapatan) perkapita dari kelompok miskin adalah 8% artinya kurang
dari proporsional keuntungan bagi kelompok miskin dari pertumbuhan
ekonomi
Indikator Kemiskinan
Karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup batas garis
kemiskinan yang digunakan setiap negara berbeda-beda. Badan Pusat Statistik
(BPS) menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per
kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan
makanan (BPS, 1994). Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan
2.100 kalori per hari. Sedangkan pengeluaran kebutuhan minimum bukan
makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan
jasa. BPS menggunakan 2 macam pendekatan, yaitu :
99
Modul Perekonomian Indonesia
Kebijakan Pertumbuhan
Prokemiskinan
Pertumbuhan
Ekonomi Pertumbuhan
kemiskinan
Pertumbuhan
Kelembagaan Propemerataan
100
Modul Perekonomian Indonesia
kesehatan, dan gizi), yang memberi mereka kemampuan yang lebih baik untuk
memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan oleh pertumbuhan
ekonomi, (iii) membuat suatu jaringan pengaman sosial untuk mereka yang
diantara penduduk miskin yang sama sekali tidak mampu untuk mendapatkan
keuntungan-keuntungan dari pertumbuhan ekonomi dan perkembangan SDM
akibat ketidakmampuan fisik dan mental, bencana alam, konflik sosial, dan
terisolasi secara fisik.
Untuk mendukung strategi yang tepat dalam memerangi kemiskinan
diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau
tujuan perantaranya dapat dibagi menurut waktu, yaitu :
1. Intervensi jangka pendek, berupa :
Pembangunan/penguatan sektor usaha Kerjsama regional
Manajemen pengeluaran pemerintah (APBN) dan administrasi
Desentralisasi
Pendidikan dan kesehatan
Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan
Pembagian tanah pertanian yang merata
2. Pembangunan sektor pertanian, usaha kecil, dan ekonomi pedesaan
3. Manajemen lingkungan dan SDA
4. Pembangunan transportasi, komunikasi, energi dan keuangan
5. Peningkatan keikutsertaan masyarakat sepenuhnya dalam pembangunan
6. Peningkatan proteksi sosial (termasuk pembangunan sistem jaminan sosial)
101
Modul Perekonomian Indonesia
Kebijakan lembaga dunia mencakup World Bank, ADB, UNDP, ILO, dan
sebagainya mengeluarkan kebijakan untuk memerangi kemiskinan, melalui:
a) Pertumbuhan ekonomi yang luas dan menciptakan lapangan kerja yang
padat karya.
b) Pengembangan SDM.
c) Membuat jaringan pengaman sosial bagi penduduk miskin yang tidak
mampu memperoleh dan menikmati pertumbuhan ekonomi dan
lapangan kerja serta pengembangan SDM sebagai akibat dari cacat
fisik dan mental, bencana, konflik sosial atau wilayah yang terisolasi.
102
Modul Perekonomian Indonesia
d. Faktor tambahan:
- Pembersihan polusi udara dan air kota-kota besar.
- Reboisasi hutan, penumbuhan SDM, dan perbaikan tanah.
103
Modul Perekonomian Indonesia
104
Modul Perekonomian Indonesia
B. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan penyebab pengangguran dan jenis-jenisnya!
2. Jelaskan tentang hipotesis kuznets
3. Jelaskan hubungan antara kelembagaan, kebijakan, pertumbuhan
ekonomi dan penurunan kemiskinan!
D. DAFTAR PUSTAKA
http://usernamesintia.blogspot.com/2015/04/kebijakan-anti-kemiskinan.html
https://luiskahimpong.wordpress.com/2011/05/11/lapangan-pekerjaan-profesi-
dan-profesional/
https://sarulmardianto.wordpress.com/kemiskinan-di-indonesia/
Tambunan, T. 2006. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia
105
Modul Perekonomian Indonesia
PERTEMUAN 7:
PERMASALAHAN KEMISKINAN DAN KESENJANGAN
SOSIAL
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perekonomian dan sejarah
perekonomian Indonesia. Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa
mampu:
7.1 Memahami peta kemiskinan di Indonesia
7.2 Memahami konsep kesenjangan sosial
d. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 7.1:
Peta Kemiskinan di Indonesia
106
Modul Perekonomian Indonesia
107
Modul Perekonomian Indonesia
semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban
untuk hidup yang harus dipenuhi.
Kemiskinan di Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penduduk Indonesia yang masih
hidup di bawah garis kemiskinan hingga September 2015 mencapai 28,51 juta
atau 11,13% dari total penduduk Indonesia. Namun, jika dibanding periode
September 2014 angka terus meningkat. Kepala BPS Suryamin menyebutkan,
pada periode September 2014 jumlah penduduk miskin masih sekitar 27,73 juta
jiwa atau 10,96% dari penduduk Indonesia. Dibanding September 2015, jumlah
penduduk miskin meningkat sekitar 780 ribu jiwa. Menurutnya, cukup tingginya
lonjakan angka kemiskinan dibanding September 2014 lantaran harga komoditas
beras yang naik. Selain itu, pada periode tersebut gejolak perekonomian global
belum terjadi. Harga beras meningkat, sehingga garis kemiskinan masih
meningkat dibanding September 2014, dan gejolak perekonomian global juga
belum terjadi pada September 2014, katanya di Gedung BPS, Jakarta, Senin
(4/1/2015).
108
Modul Perekonomian Indonesia
109
Modul Perekonomian Indonesia
110
Modul Perekonomian Indonesia
111
Modul Perekonomian Indonesia
Kelemahan fisik
Keterasingan atau kadar isolasi
Kerentaan
Ketidakberdayaan
b) Kurangnya lapangan kerja
Lapangan pekerjaan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
perekonomian masyarakat, sedangkan perekonomian menjadi faktor
terjadinya kesenjangan sosial. Sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia
menjadikan pengangguran yang sangat besar di Indonesia dan
menyebabkan perekonomian masyarakat bawah semakin rapuh. Salah satu
karakteristik tenaga kerja di Indonesia adalah laju pertumbuhan tenaga
kerja lebih tinggi ketimbang laju pertumbuhan lapangan kerja. Berbeda
dengan negara-negara di Eropa dan Amerika, dimana lapangan pekerjaan
masih berlebih. Faktor-faktor penyebab pengangguran di Indonesia:
Kurangnya sumber daya manusia pencipta lapangan kerja
Kelebihan penduduk/pencari kerja
Kurangnya jalinan komunikasi antara si pencari kerja dengan
pengusaha
Kurangnya pendidikan untuk pewirausaha
112
Modul Perekonomian Indonesia
113
Modul Perekonomian Indonesia
114
Modul Perekonomian Indonesia
115
Modul Perekonomian Indonesia
116
Modul Perekonomian Indonesia
117
Modul Perekonomian Indonesia
118
Modul Perekonomian Indonesia
B. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan penyebab permasalahan kemiskinan dan kesenjangan sosial di
Indonesia!
2. Sebutkan dan jelaskan 10 provinsi dengan angka kemiskinan tertinggi di
Indonesia!
3. Jelaskan akibat dan solusi dari kesenjangan sosial di Indonesia!
D. DAFTAR PUSTAKA
http://priennovita.blogspot.co.id/2015/05/kemiskinan-dan-kesenjangan-
perekonomian.html
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/25/moxuo4-pengamat-
blsm-bukti-keberpihakan-pemerintah-kepada-rakyat
http://www.neraca.co.id/article/46955/bbm-naik-bukti-keberpihakan-pemerintah-
kepada-rakyat-subsidi-dialihkan#!/auth.
Tambunan, T. 2006. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia
119
Modul Perekonomian Indonesia
PERTEMUAN 8:
A.TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kebijakan moneter/perbankan,
fiskal dan Utang Luar Negeri. Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa
mampu:
8.1 Menganalisa kebijakan moneter & perbankan di Indonesia
8.2 Memahami mengenai kebijakan fiscal di Indonesia
8.3 Utang Luar Negeri
B.URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 8.1:
Kebijakan Moneter/Perbankan di Indonesia
120
Modul Perekonomian Indonesia
121
Modul Perekonomian Indonesia
Tolak ukur stabilitas moneter yang dilihat dari inflasi mendorong Bank
Indonesia untuk melakukan kebijakan sebagai otoritas moneter dengan menaikan
tingkat suku bunga, agar minat masyarakat untuk menabung tinggi, sehingga
kondisi di sektor akan stabil dan tidak terjadi efek kenaikan harga yang tinggi.
Kenaikan harga tinggi menyebabkan daya beli akan rendah dan tidak
bergairahnya sektor riil sehingga perlu dilakukan stabilisasi dengan menaikan
tingkat suku bunga. Selain menjaga suku bunga, Bank Indonesia perlu
menstabilkan dari sisi perubahan nilai tukar rupiah, agar tetap menjaga kestabilan
harga-harga di dalam negeri dan faktor penarik bagi luar negeri. Memang ada
kalanya nilai tukar rupiah yang rendah, dapat menarik dari sisi daya beli luar
negeri dan memberikan dampak positif dalam pembangunan.
122
Modul Perekonomian Indonesia
123
Modul Perekonomian Indonesia
Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan.
Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga
stabilitas sistem keuangan itu adalah :
124
Modul Perekonomian Indonesia
125
Modul Perekonomian Indonesia
126
Modul Perekonomian Indonesia
Bank Indonesia menetapkan dana cadangan tetap bank umum pada Bank
Indonesia. Bank Indonesia dapat membuat perubahan atas tingkat cadangan
minimum yang harus disimpan bank umum. Seandainya Bank Sentral
mengganggap bahwa jumlah uang beredar sudah terlalu banyak, bank umum telah
berlebihan dalam menyalurkan kreditnya maka bank sentral dapat menaikan
cadangan wajibnya, demikian pula sebaliknya. Dengan adanya kenaikan cadangan
wajib, akan mengurangi ekspansi kredit.
Cadangan minimum naik ----------------- JUB berkurang
Cadangan minimum turun --------------- JUB bertambah
c. The Discount Rate (Mempengaruhi tingkat bunga diskonto)
Kebijakan Kualitatif
a. Selective Credit Control (Pengawsan terhadap kredit)
Pemberian kredit pada sektor produktif. Yang diawasi adalah corak pinjaman dan
bentuk investasi yang dilakukan Bank Umum.
b. Moral Suasion
127
Modul Perekonomian Indonesia
128
Modul Perekonomian Indonesia
III 2014 tercatat 5,01% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi pada
triwulan II 2014 sebesar 5,12% (yoy). Konsumsi meningkat ditopang oleh masih
kuatnya konsumsi swasta dan meningkatnya belanja barang Pemerintah.
Sementara itu, kegiatan investasi, khususnya investasi nonbangunan, masih
lemah. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor masih mengalami kontraksi, terutama
bersumber dari melemahnya ekspor komoditas primer, sementara ekspor
manufaktur secara konsisten terus membaik.
Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi regional, dimana sumber
perlambatan disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan ekonomi Sumatera
sebagai wilayah pengekspor komoditas. Sementara, pertumbuhan ekonomi di
wilayah KTI mengalami peningkatan sejalan dengan kembali diekspornya mineral
dan pertumbuhan kawasan Jawa relatif tinggi sejalan dengan terus membaiknya
ekspor manufaktur. Secara keseluruhan tahun 2014, pertumbuhan diperkirakan
mendekati batas bawah kisaran 5,1-5,5%, dan akan meningkat pada kisaran 5,4-
5,8% pada 2015.
Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) membaik pada triwulan III
2014, terutama didukung oleh defisit transaksi berjalan yang menurun. Defisit
transaksi berjalan pada triwulan III 2014 mencapai 6,836 miliar dolar AS (3,07%
dari PDB), menurun dari defisit pada triwulan II 2014 sebesar 8,689 miliar dolar
AS (4,07% dari PDB) dan triwulan III 2013 sebesar 8,635 miliar dolar AS (3,89%
dari PDB). Perbaikan transaksi berjalan terutama didukung oleh kenaikan surplus
neraca perdagangan nonmigas sejalan dengan penurunan impor sebagai hasil
kebijakan stabilisasi ekonomi yang ditempuh selama ini, ditengah defisit neraca
migas yang masih meningkat.
Rupiah mengalami pelemahan disebabkan sentimen global. Pada triwulan
III 2014, terhadap rupiah dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu kekhawatiran
terhadap normalisasi kebijakan The Fed, dinamika geopolitik, dan perlambatan
ekonomi global. Sementara dari faktor internal, pelemahan rupiah dipengaruhi
oleh perilaku investor yang menunggu pembentukan kabinet baru dan program
kerja pemerintah ke depan. Tekanan terhadap rupiah juga berlanjut di bulan
Oktober 2014. Rupiah secara rata-rata melemah 2,01% (mtm) ke level Rp12.142
129
Modul Perekonomian Indonesia
per dolar AS. Ke depan, Bank Indonesia akan terus menjaga stabilitas nilai tukar
sesuai dengan fundamentalnya.
Inflasi terjaga dan berada dalam tren yang menurun sehingga mendukung prospek
pencapaian sasaran inflasi 2014 yakni 4,5±1%. Inflasi triwulan III 2014 tercatat
4,53% (yoy), menurun dibandingkan 6,70% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Inflasi yang tetap terjaga tersebut didukung oleh inflasi inti dan volatile food yang
terkendali.
Terkendalinya Inflasi inti didukung oleh penurunan harga komoditas global,
permintaan yang moderat dan ekspektasi inflasi yang terjaga. Sementara itu,
inflasi volatile food juga tercatat relatif rendah, seiring dengan tercukupinya
pasokan pangan. Sebaliknya, inflasi administered prices meningkat terutama
didorong oleh kenaikan TTL RT dan LPG 12 kg. Inflasi yang terkendali berlanjut
pada bulan Oktober 2014, meskipun mencatat kenaikan menjadi 4,83% (yoy).
130
Modul Perekonomian Indonesia
besar serta susunan permintaan agregat.Indicator yang biasa dipakai adalah budget
defisit yakni selisih antara pengeluaran pemerintah (dan juga pembayaran
transfer) dengan penerimaan terutama dari pajak.
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa
pajak) pemerintah. Pengaruh kebijakan fiskal yang signifikan terhadap
perekonomian dikemukakan oleh Keynes.
Sebelum Keynes, operasi keuangan pemerintah dipandang tidak memiliki
pengaruh yang besar terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja dan permintaan
agregat. Peran pemerintah pada saat itu hanya sebatas merelokasi sumber daya
finansial dari sektor swasta ke pemerintah.Pandangan ini diantaranya
dikemukakan oleh Says Law bahwa dalam kondisi full employment, setiap
tambahan pengeluaran pemerintah akan menyebabkan penurunan pengeluaran
swasta (crowd-out) dalam jumlah yang sama dan pengeluaran tersebut tidak akan
mengubah pendapatan agregat.
Pandangan tersebut kemudian diubah oleh Keynes dan sejak saat itu
ekonom mulai menekankan dampak makro atas pengeluaran dan pajak
pemerintah.Keynes menekankan bahwa kenaikan pengeluaran pemerintah tidak
hanya memindahkan sumber daya dari sector swasta ke pemerintah. Selain itu,
Keynes juga mengemukakan adanya dampak berganda (multiplier effect) dari
pengeluaran tersebut.
Jenis Kebijakan fiskal :
1.Kebijakan Fiskal Diskresi adalah tindakan strategis di bidang fiskal yang
mandatoris sudah melekat dan yang bersifat aktif menjadi wewenang serta
tanggung jawab dari pejabat pembuat kebijakan sebagaimana yang sudah diatur
oleh undang‐undang.(Karena melaksanakan undang‐undang, berarti sudah
mendapat ijin dari DPR). Ketika tindakan strategis yang akan diambil belum
diatur / tidak menjadi kewenangannya, maka presiden bisa membuat peraturan
pemerintah pengganti undang‐undang untuk itu. Perubahan kebijakan fiscal yang
diajukan oleh presiden (diusulkan oleh ekonom penasehat presiden) dimana
tindakan tindakan yang harus diambil misalnya dalam perubahan tingkat pajak,
dan dalam program pemberian subsidi, memerlukan persetujuan dari DPR dan
131
Modul Perekonomian Indonesia
jika akhirnya DPR bisa menyetuji, maka perubahan ini merupakan diskresi dari
pejabat atau institusi terkait.
2.Kebijakan fiskal non diskresi atau Non Discretionary Fiskal Policy / Non
Mandatory adalah tindakan tindakan atau mekanisme‐mekanisme di bidang fiscal
yang bersifat non‐mandatory, bersifat built in flexible atau pasif.
Tindakan‐tidakan atau mekanisme mekanisme yang muncul tidak lebih dulu harus
di mintakan persetujuan kepada DPR. Misalnya dalam penerapan sistem
perpajakan ; progressive tax, proportional tax, atau regressive tax.
132
Modul Perekonomian Indonesia
133
Modul Perekonomian Indonesia
tingkat pendapatan yang lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta apabila adanya
investasi dari pemerintah seperti pelancaran program pembangunan regional yang
berimbang pada berbagai sektor perekonomian.
134
Modul Perekonomian Indonesia
135
Modul Perekonomian Indonesia
136
Modul Perekonomian Indonesia
137
Modul Perekonomian Indonesia
138
Modul Perekonomian Indonesia
politik. Selain itu, pemberian tersebut tidak semata-mata dalam bentuk mata uang,
melainkan dalam bentuk barang dan pemberian tenaga ahli tertentu.
Sukirno (2002) mengatakan, ditinjau dari sudut manfaat, ada dua peran utama
bantuan luar negeri (utang luar negeri), yaitu:
1. Untuk mengatasi kekurangan mata uang asing.
2. Untuk mengatasi masalah kekurangan tabungan
Kedua masalah tersebut biasa disebut dengan masalah jurang ganda (the two
problems), yaitu jurang tabungan (saving gap) dan jurang mata uang asing
(foreign exchange gap).
139
Modul Perekonomian Indonesia
140
Modul Perekonomian Indonesia
141
Modul Perekonomian Indonesia
142
Modul Perekonomian Indonesia
Ambang batas aman angka DSR lazimnya menurut para ahli ekonomi adalah
20%. Lebih dari itu, utang sudah dianggap mengundang cukup banyak kerawanan.
*Debt to Export Ratio yang merupakan rasio utang terhadap ekspor. Bank
dunia menetapkan bahwa suatu negara dikategorikan sebagai negara pengutang
berat, jika negara yang bersangkutan memiliki Debt to Export Ratio yang lebih
besar dari 220%
* Debt to GDP Ratio yang merupakan rasio utang terhadap PDB. Rasio
utang terhadap PDB dapat dilihat sebagai kriteria mengecek kesehatan keuangan
suatu negara, dimana rasio di atas 50% menunjukka bahwa pinjaman luar negeri
Indonesia membenahi lebih dari 50% Pendapatan Nasional (Basri, 2003:201)
Pinjaman luar negeri tersebut tidak semua diberikan dalam bentuk rupiah atau
tepatnya mata uang asing tertentu tetapi dalam bentuk bantuan proyek dan
bantuan program. Bantuan proyek diberikan dalam bentuk pinjaman berupa
peralatan peralatan, barang-barang ataupun jasa (konsultan asing), sedangkan
bantuan program diberikan dalam bentuk bantuan tunai.
143
Modul Perekonomian Indonesia
144
Modul Perekonomian Indonesia
countries. Tingkat suku bunga US (antara lain 3 month treasury bill) mengalami
penurunan drastis dari 9% pada tahun 1989 dan mencapai titik terendah pada
tahun 1992-1994 pada kisaran 2-3 %. Pada akhir tahun 1997 misalnya, suku
bunga kredi bank domestik masih berada dalam kisaran rata-rata 15-19 %
sedangkan suku bunga pinjaman bank internasional mencapai rata-rata 5%.
Dengan perbedaan yang sangat besar ini, meskipun sesudah ditambahkan dengan
country risk premium Indonesia yang cukup tinggi dan biaya lindung nilai,
meminjam dari bank di luar negeri masih dirasakan menguntungkan perusahaan
Indonesia.
b) Capital market yang terintegrasi. Semakin terintegrasinya capital
market dunia memberikan kemudahan apa akses pasar serta keleluasaan untuk
memegang dan bertransaksi untuk memegang mata uang asing. Perekonomian
tanpa batas, baik melalui perdagangan maupun melalui modus lainnya mendorong
pergerakan modal secara lebih leluasa ke berbagai negara. Hal ini didukung pula
dengan terbentuknya lembaga-lembaga keuangan internasional seperti WTO,
IMF, dan World Bank. Dua hal tersebut mendukung perkembangan terms of trade
dan siklus bisnis internasional yang menjadi pemicu mengalirnya modal ke
negara-negara emerging markets.
c) Kelebihan likuiditas di pasar internasional. Kreditur luar negeri yang
pada masa itu berada dalam kondisi kelebihan likuiditas memberikan penilaian
yang berlebihan terhadap kinerja fundamental perekonomian dan kemampuan
mengembalikan pinjaman luar negeri Indonesia. Perilaku yang menunjukkan
keyakinan terhadap kemampuan Indonesia tersebut berakibat pada meningkatnya
keberanian dalam mengambil resiko yang berdampak meningkatnya jumlah
pinjaman luar negeri swasta Indonesia.
d) Variasi produk financing. Bervariasi produk pembiayaan yang
disediakan oleh perbankan dan pasar modal luar negeri mampu menawarkan
fasilitas kredit yang lebh menarik. Kuatnya dukungan finansial perbankan di luar
negeri memungkinkan mereka memberikan kredit dalam jangka waktu yang lebih
panjang. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh kebanyakan bank domestik yang
pendek. Dengan struktur jangka waktu sumber dana perbankan domestik yang
pendek, maka sulit bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan dana jangka
145
Modul Perekonomian Indonesia
146
Modul Perekonomian Indonesia
147
Modul Perekonomian Indonesia
c. Bantuan Tekhnik: yaitu berupa pengiriman tenagaahli dari luar negeri atau
tenaga-tenaga Indonesia yang dilatih di luar negeri.
148
Modul Perekonomian Indonesia
kontrak kontrak pembangunan tersebut tidak dapat dibiayai dari fasilitas kredit
ekspor.
e. Pinjaman obligasi, yaitu pinjaman yang dilakukan pemerintah dengan
mengeluarkan surat tanda berhutang dari peminjam (borrower) dengan tingkat
bunga tetap, yang pembayaran bunganya dilaksanakan secara teratur dan
pengembalian pinjaman (hutang pokok) pada jangka waktu yang telah ditetapkan.
Dalam melakukan pinjaman melalui obligasi dikenal 2 (dua) jenis obligasi yang
dapat diterbitkan/dikeluarkan dalam pasar modal, yaitu :
1) Public issues (Penerbitan Obligasi Umum). Penerbitan obligasi dilaksanakan
melalui sekelompok bank-bank yang menjamin (underwriter) dan menjual
obligasi tersebut kepada masyarakat di bursa (stock exchange).
2) Private Placement. Penerbitan obligasi secara private placement bersifat
terbatas, tidak diumumkan kepada masyarakat. Dalam hal ini suatu penjualan
obligasi dilaksanakan oleh emiten (issuer) kepada sejumlah bank dan investor
institusional (perusahaan-perusahaan asuransi dan dana-dana pensiun) dengan
bantuan sejumlah bank dan investor institusional (perusahaan perusahaan asuransi
dan dana-dana pensiun) dengan bantuan sejumlah penjamin emini (underwriter)
yang terbatas.
f. Pinjaman dalam bentuk Stearling Acceptance Facility, yaitu suatu pinjaman
yang penarikannya dengan Bill of Exchange.Sistem pinjaman ini terdapat di
Inggris sejak abad ke-17. Pada tahap permulaan sistem ini digunakan ini
digunakan untuk memperoleh kredit jangka pendek berdasarkan transaksi
perdagangan yang dilakukan. Bill of Change ini dapat diperjualbelikan di pasar
stearling acceptance,dengan demikian dapat diperoleh dana sebelum Bill of
Exchange jatuh tempo.
C.SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan implikasi kebijakan moneter di Indonesia
2. Jelaskan dampak Kebijakan Fiskal terhadap Output dan Inflasi
3.Apa yang kamu ketahui mengenai ULN di Negara berkembang seperti
Indonesia. Jelaskan.
149
Modul Perekonomian Indonesia
D. DAFTAR PUSTAKA
Tambunan, T. 2006. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia
150
Modul Perekonomian Indonesia
PERTEMUAN 9:
A.TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai desentralisasi dan otonomi daerah.
Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:
9.1 Mengetahui dan memahami pentingnya Desentralisasi dan Otonomi Daerah
B.URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 9.1:
Desentralisasi dan Otonomi Daerah
151
Modul Perekonomian Indonesia
152
Modul Perekonomian Indonesia
153
Modul Perekonomian Indonesia
154
Modul Perekonomian Indonesia
155
Modul Perekonomian Indonesia
156
Modul Perekonomian Indonesia
157
Modul Perekonomian Indonesia
beberapa individu atau agen lain yang lebih dekat ke publikyang dilayani.
Dari pemaknaan asas desentralisasi tersebut dapat diklasifikasi dalam
beberapa hal, diantaranya: (1) desentralisasi sebagai penyerahan kewenangan dan
kekuasaan; (2) desentralisasi sebagai pelimpahan kekuasaan dan kewenangan; (3)
desentralisasi sebagai pembagian, penyebaran, pemencaran, dan pemberian
kekuasaan dan kewenangan; serta (4) desentralisasi sebagai sarana dalam
pembagian dan pembentukan daerah pemerintahan.
Bagir Manan berpandangan bahwa desentralisasi dilihat dari hubungan
pusat dan daerah yang mengacu pada UUD 1945, maka: pertama, bentuk
hubungan antara pusat dan daerah tidak boleh mengurangi hak-hak rakyat daerah
untuk turut serta (secara bebas) dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah.
Kedua, bentuk hubungan antara pusat dan daerah tidak boleh mengurangi hak-hak
(rakyat) daerah untuk berinisiatif atau berprakarsa. Ketiga, bentuk hubungan
antara pusat dan daerah dapat berbeda-beda antara daerah yang satu dengan
daerah yang lainnya. Keempat, bentuk hubungan antara pusat dan daerah adalah
dalam rangka mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial di daerah
Ada beberapa alasan ideal mengapa asas desentralisasi diterapkan bagi
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, sebagaimana yang diungkapkan oleh The
Liang Gie, diantaranya:
a. Dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan, desentralisasi
dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang
pada akhirnya dapat menimbulkan tirani.
b. Dalam bidang politik, penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai
tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan
dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak demokrasi.
c. Dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, alasan mengadakan Pemerintahan
Daerah (desentralisasi) adalah semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan
yang efisien. Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus oleh pemerintah
setempat, pengurusannya diserahkan kepada daerah.
d. Dari sudut kultur, desentralisasi perlu diadakan supaya adanya perhatian dapat
sepenuhnya ditumpukan kepada kekhususan sesuatu daerah, seperti geografi,
keadaan penduduk, kegiatan ekonomi watak kebudayaan atau latar belakang
158
Modul Perekonomian Indonesia
sejarahnya.
e. Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan
karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara langsung membantu
pembangunan tersebut.
Melalui penelusuran lebih dalam dinamika perkembangan konsepsi
desentralisasi,
dalam aktualisasinya akan terlihat dengan jelas tidak luput dari polemik antara
pihak yang pro dan kontra atas konsep desentralisasi itu sendiri.
Diskursus terkait dengan desentralisasi pada tataran konseptual memunculkan
kerumitan-kerumitan tertentu dalam memahami konsep itu sendiri. Pemahaman
konsep desentralisasi dalam pengertiannya mengandung pengertian yang beragam
tergantung dari sudut pandang mana desentralisasi itu diartikan. Diantara disiplin
ilmu yang telah memberikan kontribusi dalam kajian desentralisasi dan otonomi
daerah tersebut adalah ilmu ekonomi, hukum, sosiologi dan antropologi.
Akibatnya,dapat dimengerti bila kemudian konsep desentralisasi dan otonomi
daerah telah dirumuskan dalam “bahasa” yang berbeda, sesuai dengan disiplin
ilmu yang bersangkutan.
Namun demikian, kompleksitas konsep desentralisasi tersebut, secara
umum, dapat dikategorikan dalam 2 (dua) perspektif utama, yakni: political and
administrative decentralisation perspectives (perspektif desentralisasi politik dan
desentralisasi administrasi).
Adapun yang menjadikan perbedaan mendasar dari dua perspektif ini
terletak pada rumusan definisi dan tujuan desentralisasi itu sendiri. Perspektif
desentralisasi politik mendefinisikan desentralisasi sebagai devolusi kekuasaan
dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah. Menurut Parson (1961),
desentralisasi mengandung pengertian sebagai sharing of the governmental power
by a central ruling group with other groups, each having authority within a
specific area of state Apabila pengertian desentralisasi ditinjau dari perspektif
administrasi diartikan sebagai delegasi wewenang administrasi dari Pemerintah
Pusat kepada Pemerintah Daerah. Guna lebih dalam memahami desentralisasi
administrasi, Rondinelli and Cheema (1983:18) mengatakan bahwa
“Decentralisation is the transfer or planing,decision-making, or administrative
159
Modul Perekonomian Indonesia
160
Modul Perekonomian Indonesia
161
Modul Perekonomian Indonesia
162
Modul Perekonomian Indonesia
C.SOAL LATIHAN/TUGAS
1.Jelaskan tujuan dan prinsip prinsip otonomi daerah apa alasan diterapkan adanya
otonomi daerah ?
2.Jelaskan latar belakang adanya otonomi daerah? Dan apa kendala desentralisasi
dan otonomi daerah?
3.Jelaskan alasan mengapa desentralisasi diterapkan bagi penyelenggara
pemerintah daerah?
D. DAFTAR PUSTAKA
Ai Sitii Frida, Sistim Ekonomi Indonesia, Pustaka Setia
163
Modul Perekonomian Indonesia
PERTEMUAN 10:
A.TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai peran vital UMKM (usaha mikro,
kecil dan menengah) dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi indonesia.
Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:
10.1 Mendukung perkembangan dan pertumbuhan UMKM didalam negeri dalam
berbagai program program dan kebijakan kebijakan.
B.URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 10.1:
Peluang dan tantangan pembangunan dan pertumbuhan UMKM di
Indonesia
164
Modul Perekonomian Indonesia
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang- Undang ini. d. Kriteria UMKM berdasarkan jumlah asset dan
omzet
165
Modul Perekonomian Indonesia
166
Modul Perekonomian Indonesia
167
Modul Perekonomian Indonesia
produk mana yang tidak ada dari negara lain seperti China, Jepang, Thailand,
yang rata-rata mengalahkan produk dalam negeri, baik dari segi kualitas ataupun
harga, seperti harga buah impor lebih murah dari pada buah lokal, harga garam
impor lebih murah dan bagus dari pada garam lokal, padahal apa sih yang kurang
dari negeri kita ini, negeri ini 1 per 3 adalah lautan yang mana sangat potensial
untuk produksi garam, jangankan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, untuk
impor pun sebenarnya kita sangat mampu, dan juga negara kita adalah negara
yang subur, apapun yang ditanam 90% dapat di pastikan akan tumbuh, tapi
kenapa buah-buahan lokal, produk pangan lokal selalu kalah dari produk impor,
ini seharusnya menjadi perhatian kita bersama, entah dimana yang salah dalam
regulasi produksi di negeri ini sehingga kita selalu kalah dan tidak inovatif.
Dari perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
memainkan suatu peran vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi,
tidak hanya di negara-negara sedang berkembang (NSB) tetapi juga di negara-
negara maju (NM). Diakui secara luas bahwa UMKM sangat penting karena
karakteristik-karakteristik utama mereka yang membedakan mereka dari usaha
besar (UB), terutama karena UMKM adalah usaha-usaha padat karya, terdapat di
semua lokasi terutama di perdesaan, lebih tergantung pada bahan-bahan baku
lokal, dan penyedia utama barang-barang dan jasa kebutuhan pokok masyarakat
berpendapatan rendah atau miskin. Dengan menyadari betapa pentingnya UMKM
tersebut, tidak heran kenapa pemerintah-pemerintah di hampir semua NSB
mempunyai berbagai macam program, dengan skim-skim kredit bersubsidi
sebagai komponen terpenting, untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan
UMKM.
Lembaga-lembaga internasional seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan
Asia (ADB) dan Organisasi Dunia untuk Industri dan Pembangunan (UNIDO)
dan banyak negara-negara donor melalui kerjasama-kerjasama bilateral juga
sangat aktif selama ini dalam upaya-upaya pengembangan (atau capacity
building) UMKM di NSB. Di Indonesia, sejak awal periode Orde Baru (1966-
1998) hingga sekarang ini sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk
mendukung perkembangan dan pertumbuhan UMKM di dalam negeri dalam
168
Modul Perekonomian Indonesia
169
Modul Perekonomian Indonesia
negeri (impor), bagaimana bisa unggul di pasar ekspor atau mampu menembus
pasar di negara-negara lain;bagaimana usaha bisa berkembang pesat (misalnya
skala usaha tambah besar, membuka cabang-cabang perusahaan), bagaimana
penjualan/output bisa tumbuh semakin pesat; dan lain-lain. Jika tantangan-
tantangan tersebut tidak bisa dimanfaatkan atau dihadapi sebaik-baiknya, karena
perusahaan bersangkutan menghadapi banyak kendala (misalnya, keterbatasan
modal, teknologi dan SDM berkualitas tinggi), maka tantangan-tantangan yang
ada bisa menjelma menjadi ancaman, yakni perusahaan terancam tergusur dari
pasar, atau ada penurunan produksi.
Faktor-faktor utama yang menentukan besar kecilnya peluang bagi
seorang pengusaha/ sebuah perusahaan adalah: (a) akses sepenuhnya ke informasi
mengenai aspek-aspek kunci bagi keberhasilan suatu usaha seperti kondisi pasar
yang dilayani dan peluang pasar potensial, teknologi terbaru/terbaik yang ada di
dunia, sumber-sumber modal dan cara pembiayaan yang paling efisien, mitra
kerja (misalnya calon pembeli, pemasok bahan baku, distributor), pesaing
(kekuatannya, strateginya, visinya,dll), dan kebijakan atau peraturan yang berlaku;
(b) akses ke teknologi terkini/terbaik; (c) akses ke modal; (d) akses ke tenaga
terampil/SDM; (e) akses ke bahan baku; (f) infrastruktur; serta (g) kebijakan atau
peraturan yang berlaku, baik dari pemerintah sendiri maupun negara mitra
(misalnya kesepakatan bilateral) dan yang terkait dengan WTO, AFTA, APEC,
dan lain-lain. Sebenarnya untuk menjawab seberapa besar tantangan dan peluang
serta seberapa seriusnya ancaman yang dihadapi UMKM Indonesia dengan
diberlakukannya pasar bebas ASEAN atau ME-ASEAN 2015 nanti, perlu
pendekatan survei lapangan dengan
menanyakannya langsung ke pemilik/produsen UMKM. Namun demikian, ada
sejumlah pendekatan yang bisa memberikan jawaban secara tidak langsung.
Pertama, dengan mengkaji karakteristik-karakteristik utama UMKM. Seperti yang
dijabarkan pada Tabel 3, di dalam kelompok UMKM itu sendiri terdapat
perbedaan karakteristik antara UMI dengan UK dan UM didalam sejumlah aspek
yang dapat mudah dilihat sehari-hari. Aspek-aspek itu termasuk orientasi pasar,
profil dari pemilik usaha, sifat dari kesempatan kerja di dalam perusahaan, system
organisasi dan manajemen yang diterapkan di dalam usaha, derajat mekanisme di
170
Modul Perekonomian Indonesia
dalam proses produksi, sumber-sumber dari bahan-bahan baku dan modal, lokasi
tempat usaha, hubungan-hubungan eksternal, dan derajat dari keterlibatan wanita
sebagai pengusaha. Menyangkut kualitas tenaga kerja, data BPS menunjukkan
bahwa jumlah pekerja yang digaji
Peluang, Tantangan dan Ancaman
Faktor-faktor determinan
ME-ASEAN 2015 PELUANG
utama:
-akses ke informasi
-akses ke teknologi
-akses ke modal
-akses ke tenaga terampil
-akses ke bahan baku
TANTANGAN Infrastruktur Kebijakan
/peraturan yang berlaku
ANCAMAN
di UMK lebih sedikit dibandingkan di UM, dan di antara UMK, di UMI paling
banyak tenaga kerja tidak dibayar dibandingkan di UK. Dengan demikian,
komposisi tenaga kerja tidak dibayar memiliki kecenderungan berbanding terbalik
dengan skala usaha, yang artinya semakin besar skala usaha semakin kecil
komposisi tenaga kerja tanpa upah. Karena pada umumnya tenaga kerja yang
digaji atau tingkat gaji (atau nilai) pekerja berkorelasi positif dengan tingkat
keahlian.
Maka dari fakta tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas SDM di
UMK, yang berarti juga daya saing UMK, lebih rendah dibandingkan di UM.
Secara keseluruhan, dari Tabel 2 dapat diantisipasi bahwa khususnya UMI akan
menghadapi tantangan lebih besar sedangkan UM akan memiliki peluang lebih
besar dengan adanya ME-ASEAN 2015; atau ancaman “gulung tikar” yang
dihadapi oleh UMI jauh lebih besar dibandingkan dengan UM. Pendekatan kedua
adalah menganalisis kendala-kendala utama yang dihadapi oleh UMKM.
Teorinya, semakin banyak kendala yang dihadapi sebuah perusahaan semakin
besar tantangan dan semakin kecil peluangnya bisaumum, perkembangan UMKM
di NSB dihalangi oleh banyak hambatan. Hambatan-hambatan tersebut (atau
171
Modul Perekonomian Indonesia
intensitasnya) bisa berbeda di satu daerah dengan di daerah lain atau antara
perdesaan dan perkotaan, atau antar sektor, atau antar sesame perusahaan di sektor
yang sama. Namun demikian, ada sejumlah persoalan yang umum untuk semua
UMKM di negara manapun juga, khususnya di dalam kelompok NSB. Rintangan-
rintangan yang umum tersebut termasuk keterbatasan modal kerja maupun
investasi, kesulitan-kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan
baku dan input lainnya, keterbatasan akses ke informasi mengenai peluang pasar
dan lainnya, keterbatasan pekerja dengan keahlian tinggi (kualitas SDM rendah)
dan kemampuan teknologi, biaya transportasi dan enerji yang tinggi; keterbatasan
komunikasi, biaya tinggi akibat prosedur administrasi dan birokrasi yang
kompleks khususnya dalam pengurusan ijin usaha, dan ketidakpastian akibat
peraturan-peraturan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas
atau tak menentu arahnya.
Survei BPS 2003 dan 2005 terhadap UMK di industri manufaktur
menunjukkan bahwa permasalahan utama yang dihadapi oleh sebagian besar dari
kelompok usaha ini adalah keterbatasanmodal dan kesulitan pemasaran.
Walaupun banyak skim-skim kredit khusus bagi pengusaha kecil, sebagian besar
dari responden terutama yang berlokasi di pedalaman/perdesaan tidak pernah
mendapatkan kredit dari bank atau lembaga-lembaga keuangan lainnya. Mereka
tergantung sepenuhnya pada uang/tabungan mereka sendiri, uang/bantuan dan dari
saudara/kenalan atau dari sumber-sumber informal untuk mendanai kegiatan
produksi mereka.
Alasannya bisa macam-macam; ada yang tidak pernah dengar atau
menyadari adanya skim-skim khusus tersebut, ada yang pernah mencoba tetapi
ditolak karena usahanya dianggap tidak layak untukdidanai atau mengundurkan
diri karena sulitnya prosedur administrasi, atau tidak bisa memenuhi persyaratan-
persyaratan termasuk penyediaan jaminan, atau ada banyak pengusaha kecil yang
dari awalnya memang tidak berkeinginan meminjam dari lembaga-lembaga
keuangan formal. Dalam hal pemasaran, UMKM pada umumnya tidak
mempunyai sumber-sumber daya untuk mencari, mengembangkan atau
memperluas pasar-pasar mereka sendiri.
172
Modul Perekonomian Indonesia
Rekomendasi Kebijakan
Walaupun sudah cukup banyak program pemerintah sejak era Orde Baru
hingga sekarang untuk mendukung perkembangan UMKM di tanah air, kinerja
UMKM dan kondisinya di tanah air secara umum masih jauh dari yang
diharapkan. Bahkan seperti yang telah ditunjukkan di dalam studi ini, hasil dari
sebuah penelitian APEC menunjukkan bahwa daya saing UMKM Indonesia
paling rendah dibandingkan UMKM di sejumlah ekonomi APEC lainnya yang
diteliti. Ini menimbulkan keraguan mengenai kemampuan UMKM Indonesia,
khususnya UMI yang mendominasi jumlah UMKM di tanah air, untuk mampu
bersaing di pasar regional (misalnya ASEAN atau APEC) atau dunia, atau bahkan
untuk bisa mempertahankan pangsa pasar domestik dengan semakin banyaknya
barang-barang impor membanjiri pasar dalam negeri.
Oleh sebab itu, banyak hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah,
khususnya pemerintah daerah, antara lain adalah:
(1) Pembangunan infrastruktur baik fisik (seperti jalan raya, listrik dan fasilitas
komunikasi, dan pelabuhan) maupun non-fisik (seperti bank/lembaga pendanaan,
pusat informasi, lembaga pendidikan/pelatihan, penelitian dan pengembangan/
173
Modul Perekonomian Indonesia
174
Modul Perekonomian Indonesia
C.SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan maksud dan tujuan UMKM menurut UU No. 20 th 2008 ?
2. Apa dan jelaskan mengenai tantangan, peluang adanya UMKM?
3.Sebutkan alasan mengapa pemerintah membentuk UMKM ? dan sebutkan
kebijakann 2 pemerintah mengenai UMKM?
D. DAFTAR PUSTAKA
BPS (2010), Profil Industri Kecil dan Mikro 2010, Desember, Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Tambunan, Tulus (2009c), UMKM di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia
175
Modul Perekonomian Indonesia
PERTEMUAN 11:
A.TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai peranan sektor pertanian dalam
pembangunan ekonomi. Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa
mampu:
11.1. Mengetahui dan memahami pentingnya Peranan Sektor Pertanian dalam
Pembangunan Ekonomi mampu mengembangkan pendapatnya dalam penemuan
solusi yang tepat mengenai kendala yang terjadi pada sektor pertanian dinegara
kita.
B.URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 11.1:
Peranan Sektor Pertanian dalam pembangunan Ekonomi
176
Modul Perekonomian Indonesia
negara Indonesia merupakan negara yang subur akan tanah, kaya akan sumber
daya alam, sehingga berpotensi tinggi dalam mengembangkan usaha pertanian.
Sudah seharusnya kita mengolah setiap limpahan sumber daya yang ada dengan
semaksimal mungkin dengan memanfaatkan sektor pertanian dinegara kita yang
turut meningkatkan pula sektor pertanian baik secara langsung maupun tidak
langsung membangkitkan sektor-sektor lainya dalam memajukan bangsa.
Perlu kita ketahui mengapa sektor pertanian ini perlu dikembangkan dan
dimajukan dinegara kita. Disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1) Potensi Sumber Daya Yang Sangat Besar dan Beragam
Yang artinya negara Indonesia merupakan wilayah yang terdiri atas
beriburibu pulau yang amat subur memiliki letak astronomis 6° LU – 11°LS dan
94°BT– 141°BT menandakan bahwa wilayah Indonesia merupakan wilayah yang
subur dan beriklim tropis.
Potensi wilayah yang demikian sangat baik kaitannya dalam
pengembangan sektor pertanian. Ini menandakan faktor iklim yang sangat
mempengaruhi faktor terbentuk dan tumbuh suburnya setiap tanaman.Iklim di
Indonesia yang cukup dalam memperoleh sinar matahari sepanjang tahun,
mempengaruhi tumbuh suburnya setiap tanaman dengan mudah. Potensi yang
demikian membuat wilayah Indonesia mendapat julukan sebagai “Kolam Susu”
dimana setiap tangkai maupun bibit yang ditanam diwilayah Indonesia selalu
tumbuh subur dan menghasilkan uang.
Potensi yang demikianlah yang harusnya kita perhatikan dan dimanfaatkan
sebaik-baiknya. Meskipun sektor pertanian kelihatannya mudah dan berpengaruh
kecil terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) namun disinilah kekayaan yang
berlimpah yang dianugerahi oleh alam kepada negara kita yang perlu
dikembangkan dan diolah demi peningkatan pendapatan perekonomian negara,
serta mampu berdaya saing dengan negara-negara lain sebagai pengekspor bahan
baku alam dan menjadi pemenuhan kebutuhan bagi setiap masyarakatnya.
Bila ditinjau dari segi letak geografis wilayah Indonesia berada pada posisi
dua samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Dan terletak diantara
dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Hal ini menandakan bahwa
177
Modul Perekonomian Indonesia
letak wilayah negara kita berada di sebuah jalur internasional yaitu sebuah jalur
yang strategis dalam menjalankan berbagai sektor yang seharusnya mampu
menjadi daya ikat bagi negara-negara luar terutama dalam bidang pemasaran
barang-barang produksi dalam negeri salah satunya produksi hasil pertanian.
Untuk itu pentingnya bagi kita untuk mengetahui situs-situs opportunity
yang tepat dalam memanfaatkan segala ketersediaan kesempatan yang didepan
mata terutama dalam memasarkan produk-produk pertanian dari dalam negeri
sehingga dapat menimbulkan suatu istilah yang disebut demand yaitu permintaan
barang dari negara luar sebagai hasil pendemonstrasian jenis maupun kualitas
barang yang bermutu baik sehingga dipercaya oleh setiap negara dalam kegiatan
bilateral maupun multilateral yang dimulai dari sektor yang dianggap kecil yaitu
pertanian tetapi memberi dampak serta keuntungan yang besar bagi negara kita.
178
Modul Perekonomian Indonesia
Bila dilihat dari segi ekonomi sektor pertanian ini mampu menaikan PDB
kita dan membawa keuntungan tentu saja apabila ditingkatkan hasil produksinya
dan mencari wilayah yang dianggap memiliki pangsa pasar yang luas. Tidak perlu
melihat secara jauh atau mencari pangsa pasar ke negara luar. Melihat dari segi
kuantitas wilayah Indonesia yang terdiri dari ±250 juta jiwa saja sudah menjadi
target utama pangsa pasar yang cukup ekonomis dan menguntungkan bagi kita.
Apalagi ditambah bila kita mampu menembus kepasar luar yang membutuhkan
barang-barang hasil pertanian negara kita. Ini merupakan suatu perencaan yang
cukup bagus dalam menembus pasar dunia bahkan bisa meningkatkan pendapatan
negara dari sektor pertanian berkali-kali lipat dari biasanya.
Dari pembelajaran inilah kita bisa menentukan setiap target yang akan
ditempuh kedepanya dengan melirik kepada sector yang dianggap kecil
sebenarnya bisa memberi keuntungan yang besar. Namun bukan semudah
membalikan telapak tangan dalam melakukanvsutau proses pencapaian target ini.
Di setiap titiknya dibutuhkan suatu perjuangan yang tidak gampang bisa dikatakan
demikian mengapa, karena bila kita melihat kebelakang kita akan mengetahui
seberapa besar kendala-kendala yang menjadi penghambat dalam memajukan
sektor pertanian yang memang membutuhkan kepedulian dari seluruh pihak. Agar
pencapaian akan tujuan tersebut dapat terlaksana.
179
Modul Perekonomian Indonesia
180
Modul Perekonomian Indonesia
Dari data BPS tersebut bisa kita definisikan bahwa sector pertanian
menempati peringkat ke-3 setelah sektor industry dalam pendapatan negara tiap
tahunya. Melihat dari data BPS tersebut dapat dikemukakan bahwa sector
pertanian merupakan sector yang cukup menguntungkan dan akan lebih
meningkatkan devisa negara apabila ditingkatkan dan disebarluaskan pangsa
pasarnya khususnya dalam pemasaran produk-produk local negara kita sehingga
tidak kalah saing dengan produk-produk luar yang bermunculan saat ini.
Adanya pasar bebas harusnya menjadi tolak ukur bagi pemasaran produk
hasil pertanian di negara kita dengan produk luar yang artinya kita tidak boleh
kalah saing terhadap segala bentuk pola-pola pemasaran yang datangnya dari luar
tetapi lebih meningkatkan semangat dan kinerja dalam dunia persaingan bisnis,
politik, dan berbagai bidang lainya karena kemajuan zaman yang begitu pesat.
Kita tidak boleh semakin melemah namun harus tetap menjaga eksistensi dengan
memanfaatkan modal yang kita miliki sebaik-baiknya dan terencana sehingga
memiliki nilai jual dan mampu bersaing terhadap negara manapun.
181
Modul Perekonomian Indonesia
Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian
0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industry
pengolahan 1,6 persen. Sedangkan pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di
sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor
kemasyarakatan, social dan jasa pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen.
Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang
kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak
dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang
pertumbuhannya paling tinggi.
182
Modul Perekonomian Indonesia
183
Modul Perekonomian Indonesia
berlimpah. Hasil panen yang tidak seberapa menyebabkan petani tidak memiliki
modal dalam pengembangan usahanya ini menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan kehidupan para petani kurang sejahtera di wilayah Indonesia. Serta
menyebabkan tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia, sementara 50 juta
penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani.
Kaum petani cenderung menggantungkan hidupnya pada pemerintah dan
lebih bersikap pasrah pada kondisi kehidupannya pada saat ini. Seharusnya
mereka lebih meningkatkan jiwa kewirausahaanya dalam pengembangan sector
usaha diberbagai bidang dan jangan hanya terpacu pada sector pertanian yang
hasilnya diperoleh pada periode dan musim-musim tertentu.
3. Masalah Teknologi
Sistem pengalihan teknologi dari tradisional menjadi modern dalam
pengelolaan pangan,belum mampu diterima secara luas oleh para petani yang
lebih banyak menggunakan peralatan tradisional seperti : cangkul, arit, dll. Yang
pada kenyataannya lebih banyak memakan waktu dan tenaga. Dibanding
menggunakan peralatan dan teknologi modern yang telah diterapkan di Negara
Negara luar. Penerapan teknologi di negara kita terkadang kurang tepat pada
sasaran dimana disatu sisi peralatan teknologi tersebut mampu membantu dan
meningkatkan kualitas pangan tetapi disisi lain peralatan tersebut merusak
ekosistem yang ada tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan.
Disini perlu adanya sebuah penyuluhan besar-besaran dalam penyampaian
informasi serta pendidikan bagi para petani dalam pengambangan budaya
pertaniannya serta peragaan alat pertanian yang berteknologi modern sehingga
mampu meningkatkan hasil panen para petani demi pemenuhan kebutuhan hidup
masyarakat banyak serta pensejahteraan kehidupan para kaum petani di wilayah
Indonesia. Perlu pula adanya pengkajian ulang terhadap kebijakan para
pemerintah disektor pertanian guna penggalangan dana dalam peningkatan sector
pertanmian di Indonesia agar memberikan fasilitas yang layak dan tepat bagi para
petani dalam pengeloaan lahannya.
184
Modul Perekonomian Indonesia
C.SOAL LATIHAN/TUGAS
D. DAFTAR PUSTAKA
BPS (2006), Beberapa Indikator Penting Sosial – Ekonomi Indonesia,Edisi Juli,
NN. 2010. Pembangunan Pertanian di Indonesia. Melalui:
http://www.docstoc.com/docs/36654781/PEMBANGUNAN-PERTANIAN-
DIINDONESIA
NN. 2011. Pertanian. Melalui:
http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian [2011/01/14]
185
Modul Perekonomian Indonesia
PERTEMUAN 12:
A.TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Kebijakan Industrialisasi dalam
pembangunan ekonomi. Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa
mampu:
12.1. Mengetahui dan memahami Kebijakan Industrialisasi dalam pembangunan
Ekonomi.
B.URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 12.1:
Kebijakan Industrialisasi Dalam Pembangunan Ekonomi
186
Modul Perekonomian Indonesia
pengolahan tersebut dapat bersifat masinal, elektrikal atau manual. Kata lain
sector industri untuk arti yang kedua ini maksudnya adalah sektor industri
pengolahan (manufacturing) yakni sebagai salah satu sector produksi atau
lapangan usaha dalam perhitungan pendapatan nasioanal menrut pendekatan
produksi.
Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-
sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk – produk
industrialisasi selalu memiliki “dasar tukar” (terms of trade) yang tinggi atau lebih
menguntungkan serta meciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan
produk – produk sector lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri memiliki
produk yang sangat beragam dan mampu memberikan manfaat marjinal yang
tinggi kepada pemakainya seta memberikan marjin/keuntungan yang lebih
menarik.
Oleh sebab itu industrialisasi dianggap sebagai ‘obat mujarab’ (panacea)
untuk mengatasi masalah pembangunan ekonomi di negara berkembang.
Sedikit sekali negara – negara berkembang yang menyadari bahwa usaha untuk
memajukan dan memperluas sektor industri haruslah sejajar dengan pembangunan
sektor – sektor lain, terutama sektor pertanian. Kedua sektor tersebut sangat erat.
Sektor pertanian yang lebih maju dibutuhkan oleh sektor industri baik sebagai
penyedia masukan maupun sebagai pasar bagi produk – produk industri.
Setiap peningkatan daya beli petani akan merupakan rangsangan bagi
pembangunan sector industri pula. Jadi, kelancaran program industrialisasi
tergantung pula pada perbaikan disector-sektor lain dan seberapa jauh perbaikan
yang dilakukan mampu mengarahkan dan bertindak sebagai pendorong
kemunculan industri – industri baru.
Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi
nasional. Sektor ini tidak saja berpotensi mampu memberikan kontribusi ekonomi
yang besar melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu
memberikan kontribusi yang besar dalam transformasi kultural bangsa ke arah
modernisasi kehidupan masyarakat yang menunjang pembentukan daya saing
nasional. Selama dua dasawarsa sebelum krisis ekonomi, peran sektor industry
terhadap perekonomian nasional hampir mencapai 25%.
187
Modul Perekonomian Indonesia
ARGUMENTASI INDUSTRIALISASI
Dalam implementasinya ada empat argumentasi basis teori yang melandasi
suatu kebijakan industrialisasi, yaitu:
a. Keunggulan kompraratif. Negara-negara yang menganut basis teori keunggulan
komparatif (comparative advantage) akan mengembangkan sub sektor atau jenis-
jenis industri yang memiliki keunggulan komparatif baginya.
b. Keterkaitan industrial. Negara-negara yang bertolak dari keterkaitan industrial
(industrial linkage) akan lebih mengutamakan pengembangan bidang-bidang
industri yang paling luas mengait perkembangan bidang-bidang kegiatan atau
sektor-sektor ekonomi lain.
c. Penciptaan kesempatan kerja. Negara yang industrialisasinya dilandasi
argumentasi penciptaan lapangan kerja (employment creator) niscaya akan lebih
memprioritaskan pengembangan industri-industri yang paling banyak tenaga
kerja. Jenis industri yang dimajukan bertumpu pada industri-industri padat karya
dan industri-industri kecil.
d. Loncatan teknologi. Negara-negara yang menganut argumentasi loncatan
tekhnologi (tekhnologi jump) percaya bahwa industri-industri yang menggunakan
tekhnologi tinggi(hitech) akan memberikan nilai tambah yang sangat best, diiringi
dengan kemajuan bagi teknologi bagi industri-industri dan sektor lain.
STRATEGI INDUSTRIALISASI
Di dalam teori ekonomi, ada dua macam pola strategi yang dapat
digunakan dalam melaksanakan suatu proses industrialisasi, yaitu strategi
Substitusi Impor/Import Subtitution (SI) yang sering disebut dengan istilah
inward-looking strategy atau ”orientasi ke dalam” dan strategi Promosi
Ekspor/export promotion (PE) yang sering disebut dengan istilah outwardlooking
strategy ”orientasi ke luar” Strategi SI lebih menekankan pada pengembangan
industri yang berorientasi pasar domestik, sedangkan PE ke pasar internasional.
Strategi SI dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dapat dicapai dengan mengembangkan industri di dalam negeri yang
188
Modul Perekonomian Indonesia
189
Modul Perekonomian Indonesia
190
Modul Perekonomian Indonesia
191
Modul Perekonomian Indonesia
192
Modul Perekonomian Indonesia
Dari segi ukuran mutlak sektor industri di Indonesia masih sangat kecil,
bahkan kalah dengan negara-negara kecil seperti Singapura, Hongkong dan
Taiwan. Secara perkapita nilai tambah sektor industri di Indonesia termasuk yang
paling rendah di Asia. Indikator lain tingkat industrialisasi adalah produksi listrik
perkapita dan prosentase produksi listrik yang digunakan oleh sektor industri. Di
Indonesia produksi listrik perkapita sangat rendah, dan dari tingkat yang rendah
ini hanya sebagian kecil yang digunakan oleh konsumen industri.
Keadaan sektor industri selama tahun 1950-an dan 1960-an pada
umumnya tidak menggembirakan karena iklim politik pada waktu itu yang tidak
menentu. Kebijakanperindustrian selama awal tahun 1960-an mencerminkan
filsafat proteksionalisme dan etatisme yang ekstrim, dengan akibat kemacetan
poduksi. Sehingga sektor industri praktis tidak berkembang (stagnasi). Selain itu
juga disebabkan karena kelangkaan modal dan tenaga kerja ahli yang memadahi.
Perkembangan sektor industri mengalami kemajuan yang cukup mengesankan
pada masa PJP I, hal ini dapat dilihat dari jumlah unit usaha, tenaga kerja yang
diserap, nilai keluaran yang dihasilkan, sumbangan devisa dan kontribusi
pembentukan PDB, serta pertumbuhannya sampai terjadinya krisis ekonomi di
Indonesia.
193
Modul Perekonomian Indonesia
Di luar itu, ternyata dari awal proses industrialisasi hingga kini masih saja
banyak permasalahan yang dihadapi oleh industri nasional. Permasalahan ini ada
yang bersumber dari dalam (internal), tetapi ada pula yang bersumber dari luar
(eksternal).
1. Permasalahan Internal
A. Lemahnya prasarana dan sarana.
Prasarana dan sarana yang ada sekarang masih belum memadai untuk
mendukung sektor industri khususnya untuk mendukung pemerataan
pembangunan daerah. Hal ini merupakan realitas yang mencemaskan bagi
kelangsungan pemerataan pembangunan. Sebab dengan kondisi prasarana dan
sarana yang seperti itu, maka pengembangan industri bisa terpusat di beberapa
wilayah saja. Seperti halnya yang terjadi saat ini yaitu adanya kesenjangan
pasokan beberapa bahan baku bagi sektor industri seperti gas (antara lain di PT.
AAF yang memproduksi pupuk) dan listrik sangat berpotensi untuk
mempengaruhi kelangsungan pengembangan industri.
Demikian pula industri kertas dan rotan telah merasakan dampak
kurangnya pasokan bahan baku kayu dan rotan, antara lain sebagai akibat adanya
penebangan ilegal, dan reboisasi yang belum berjalan sebagaimana yang
diharapkan.
194
Modul Perekonomian Indonesia
195
Modul Perekonomian Indonesia
I.Profesionalisme Birokrasi
Perubahan paradigma pembinaan oleh jajaran birokrasi terhadap dunia usaha
industri, dari budaya penguasa ke arah budaya pelayanan publik yang lebih
bersifat memfasilitasi pada saat ini dirasakan masih dalam proses transisi. Kondisi
ini seiring dengan waktu langkah pembaruan kebijakan sistim politik administrasi
dari arah desentralisasi menuju otonomi daerah. Dengan demikian keinginan
untuk mewujudkan birokrasi yang bersih, profesional, transparan, pro-bisnis, dan
fasilitatif mendesak untuk dilaksanakan.
196
Modul Perekonomian Indonesia
2. Permasalahan Eksternal
B. Kesepakatan Internasional
Berbagai kesepakatan dilakukan Indonesia dengan lembaga ekonomi
Internasional, seperti Dana Moneter Internasional, Bank Dunia, WTO, serta
197
Modul Perekonomian Indonesia
kesepakatan dan perjanjian multilateral, dan bilateral baik yang masih berbentuk
MOU atau Nota Kesepahaman yang belum mengikat maupun yang sifatnya sudah
mengikat atau binding. Berbagai kesepakatanan regional dan multilateral, antara
Indonesia dengan berbagai lembaga Internasional lainnya seperti APEC, ASEAN
dsb, sudah dan akan terus berpengaruh pada perjalanan dan potret ekonomi
Indonesia di masa depan. Sebagai contoh pasar bebas ASEAN (AFTA), sudah dan
akan terus mempengaruhi potret ekonomi nasional.
Kesepakatan AFTA tersebut membawa angin segar atau dampak positif
dengan terbukanya pasar baru bagi produk-produk Indonesia di kawasan ASEAN.
Namun hal ini akan terjadi bila produk Indonesia, termasuk produk Industri
nasionalnya memiliki daya saing yang kuat dibandingkan dengan produk Negara
ASEAN lainnya. Apabila produk Indonesia tidak mampu bersaing, maka
keterbukaan pasar kawasan ASEAN tersebut tidak ada manfaatnya bagi produk
industri nasional. Yang akan terjadi adalah produk Indonesia mati di kandang
sendiri. Isu utama adanya kesepakatan-kesepakatan internasional adalah daya
saing ekonomi. Industri nasional mau tidak mau, siap tidak siap harus terus
dipacu, sehingga mengalahkan, atau minimal menyamai daya saing negara lain.
Oleh karena itu, isu penting yang harus diakomodasikan dalam kebijakan
pembangunan industri nasional ini adalah bagaimana meningkatkan daya saing
industri nasional tersebut, dan tidak memberikan sesuatu komitmen kepada negara
lain bila kita tidak yakin bahwa dalam jangka panjang kita dalam posisi yang
merugi.
198
Modul Perekonomian Indonesia
industri nasional rendah, atau belum memadai. Sebaliknya di sisi lain, munculnya
raksasa ekonomi baru ini juga merupakan ancaman dan tekanan tersendiri
terhadap produk domestik, baik di pasar Internasional (ekspor) maupun di pasar
domestik.
199
Modul Perekonomian Indonesia
200
Modul Perekonomian Indonesia
B. Pertumbuhan Industri
Sebelum terjadinya krisis moneter, laju pertumbuhan industri
nonmigasberkisar 12% dan pada tahun 1997 pertumbuhan ini menurun menjadi
6,1%, bahkan pada tahun 1998 menjadi minus 13,1%. Sedangkan laju
pertumbuhan industri nonmigas pada tahun 2003 dan 2004berturut-turut adalah
5,57% dan 7,7%. Pada tahun 2004, laju pertumbuhan tertinggi tercatat pada
industri alat angkut, mesin dan peralatan yaitu 17,7%, yang kemudian disusul oleh
industri lainnya sebesar 15,1%, serta industri kertas dan barang cetakan sebesar
9,6%.
Bila dikaitkan dengan pemanfaatan kapasitas industri pada tahun 2004,
industri kimia hulu, kimia hasil pertanian dan perkebunan, kimia hilir dan TPT,
masingmasing dapat memanfaatkan kapasitasnya hingga di atas 70%, sedangkan
untuk industri hasil hutan, teknologi informasi dan elektronika, agro, aneka,
logam dan mesin, serta alat angkut pada umumnya masih lebih rendah dari 70%.
C. Struktur Industri
Sektor industri nonmigas selama tahun 2000-2004 mengalami
pertumbuhan rata-rata sebesar 6% per tahun. Angka pertumbuhan ini lebih tinggi
bila dibandingkan dengan pertumbuhan sektor ekonomi yaitu sekitar 4,6% per
201
Modul Perekonomian Indonesia
tahun. Peran sektor industri terhadap perekonomian nasional meningkat yaitu dari
23,8% pada tahun 2000 menjadi sebesar 24,6 % pada tahun 2004. Hampir sekitar
60% output sektor industri ternyata didominasi oleh industri padat tenaga kerja,
dimana mata rantainya relatif pendek, sehingga penciptaan nilai tambah juga
relatif kecil. Akan tetapi karena besarnya populasi unit usaha maka kontribusinya
terhadap perekonomian menjadi sangat penting. Relatif tidak terjadi perubahan
yang berarti pada struktur industri selama kurun waktu 2000-2004. Cabang
industri yang memberikan keterkaitan yang kecil, sehingga terjadi penurunan
peranan, seperti yang terjadi di industri makanan, minuman, dan tembakau turun
dari 33,8% pada tahun 2000 menjadi 28,1% pada tahun 2004. Industri barang
kayu dan hasil hutan lainnya juga turun dari 6,1% pada tahun 2000 menjadi 5,6%
pada tahun 2004, dan untuk industri kertas dan barang cetakan turun dari 6,0%
pada tahun 2000 menjadi 5,3% pada tahun 2004. Untuk cabang industri yang
mempunyai tingkat keterkaitan yang kuat, peranannya meningkat, seperti industri
pupuk, kimia, dan barang dari karet meningkat dari 12,9% pada tahun 2000
menjadi 16,9% pada tahun 2004, industri alat angkut, mesin, dan peralatan naik
dari 20,7% pada tahun 2000 menjadi 22,5% pada tahun 2004.
202
Modul Perekonomian Indonesia
203
Modul Perekonomian Indonesia
- industri agro
- industri alat angkut
- industri telematika
- basis industri manufaktur
- industri kecil dan menengah tertentu
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Peraturan
Presiden No.7/2005), fokus pembangunan industri pada jangka menengah (2004-
2009) adalah penguatan dan penumbuhan klaster-klaster industry inti, yaitu :
1. industri makanan dan minuman
2. industri pengolah hasil laut
3. industri tekstil dan produk tekstil
4. industri alas kaki
5. industri kelapa sawit
6. industri barang kayu (termasuk rotan dan bambu)
7. industri karet dan barang karet
8. industri pulp dan kertas
9. industri mesin listrik dan peralatan listrik
10. industri petrokimia
Pengembangan 10 klaster industri inti tersebut, secara komprehensif dan
integratif, didukung industri terkait (related industries) dan industri penunjang
(supporting industries).Strategi pengembangan industri di masa depan terdiri atas
strategi pokok dan strategi operasional.
Strategi pokok meliputi :
Memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai pada klaster
dari industry yang bersangkutan
Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai
Meningkatkan sumber daya yang digunakan industri
Menumbuhkembangkan Industri Kecil dan Menengah
204
Modul Perekonomian Indonesia
205
Modul Perekonomian Indonesia
C.SOAL LATIHAN/TUGAS
1.Jelaskan secara details mengenai strategi Subsitusi Import dan Promosi Export
dalam proses industrialisasi?
2.Sebutkan dan jelaskan permasalahan internal dan external dalam industri
nasional
3.Sebutkan dan jelaskan kebijakan kebijakan pemerintah dalam industrialisasi dari
tahun 1997-sekarang
D. DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Anggito, 2000, Ekonomi Indonesia Baru: Kajian dan Alternatif
Solusi
Menuju Pemulihan, Elek Media Komputindo, Jakarta
Dumairy, 1996, Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta
Rachbini, Didik J, 2001, Politik Ekonomi Baru menuju Demokrasi Ekonomi,
Cetakan
Pertama, Grasindo, Jakarta
Tambunan, Tulus, 2001, Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang, Kasus
Indonesia, Cetakan pertama. Ghalia, Jakarta
206
Modul Perekonomian Indonesia
PERTEMUAN 13:
A.TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Perdagangan Luar Negeri dan Nilai
Tukar. Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:
13.1. Mengetahui dan memahami Perdagangan Luar Negeri dan Nilai Tukar
B.URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 13.1:
Perdagangan Luar Negeri dan Nilai Tukar
207
Modul Perekonomian Indonesia
208
Modul Perekonomian Indonesia
209
Modul Perekonomian Indonesia
210
Modul Perekonomian Indonesia
211
Modul Perekonomian Indonesia
212
Modul Perekonomian Indonesia
213
Modul Perekonomian Indonesia
(4) Kualitas sumber daya yang rendah; rendahnya kualitas tenaga kerja
dapat mengahambat perdagangan internasional. Jika sumber daya manusia rendah,
kualitas dari hasil produksi akan rendah pula. Suatu negara yang memiliki kualitas
barang rendah akan sulit bersaing dengan barang-barang yang dihasilkan oleh
negara lain yang kualitasnya lebih baik.
(5) Pembayaran antarnegara sulit dan risikonya besar. Pada saat
melakukan kegiatan perdagangan internasional, negara pengimpor akan
mengalami kesulitan dalam hal pembayaran. Jika pembayaran dilakukan secara
langsung, hal tersebut akan mengalami kesulitan. Selain itu juga mempunyai
risiko yang sangat besar.
214
Modul Perekonomian Indonesia
(Sumber: BPS, diproses oleh Pusat Data dan Informasi, Kementerian Perdagangan)
Nilai Tukar
215
Modul Perekonomian Indonesia
”An exchange rate is defined as the amount of one currency that can be
exchanged per unit of another currency, or the price of one currency in terms of
another currency”
Dapat disimpulkan dari beberapa definisi diatas bahwa nilai tukar adalah sejumlah
uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan satu unit
mata uang negara lain.
216
Modul Perekonomian Indonesia
bergerak bebas. Nilai tukar valuta ditentukan oleh kekuatan permintaan dan
penawaran valuta tersebut di pasar uang. Fakta yang terjadi di banyak negara di
dunia menganut varians dari kedua sistem pokok nilai tukar diatas.
Menurut Gilis (1996), dalam Abimayu (2004:8-10), terdapat enam sistem
nilai tukar berdasarkan pada besarnya intervensi dan candangan devisa yang
dimiliki bank sentral suatu negara yang dipakai oleh banyak negara di dunia
antara lain:
1. Sistem Nilai Tukar Tetap (fixed exchange rate)
Dalam sistem ini otoritas moneter selalu mengintervensi pasar untuk
mempertahankan nilai tukar mata uang sendiri terhadap satu mata uang asing
tertentu. Intervensi tersebut memerlukan cadangan devisa yang relatif besar.
Tekanan terhadap nilai tukar valuta asing, yang biasanya bersumber dari defisit
neraca perdagangan, cenderung menghasilkan kebijakan devaluasi.
2. Sistem Nilai Mengambang Bebas (free floating exchange rate)
Sistem ini berada pada kutub yang bertentangan dengan sistem fixed. Dalam
sistem ini, otoritas moneter secara teoritis tidak perlu mengintervensi pasar
sehingga sistem ini tidak memerlukan cadangan devisa yang besar. Sistem ini
berlaku di Indonesia saat ini.
217
Modul Perekonomian Indonesia
218
Modul Perekonomian Indonesia
Pada sistem ini, nilai tukar dibagi dalam tiga periode yaitu:
a. Managed Floating I (1978-1986), terjadi fluktuasi nilai tukar yang
tidak terlalu besar dengan nilai kurs berkisar antara Rp625,38 hingga Rp1.644,10.
Periode tersebut lebih didominasi oleh ketidakpastian manajemen dari Bank
Indonesia dibandingkan ketidakpastian floating karena situasi perekonomian pada
saat tersebut belum berkembang. Hal ini dapat dilihat oleh adanya pergerakan
nilai tukar nominal yang relatif tetap dan perubahan relatif baru terjadi pada
tahun-tahun dimana Indonesia melakukan devaluasi rupiah.
b. Managed Floating II (1987-1992). Pada periode ini juga terjadi
devaluasi walaupun tidak terlalu besar dengan nilai kurs antara Rp1.644,10 hingga
Rp2.053,40. Namun pada periode ini, unsur floating lebih dominan dibandingkan
ketidakpastian manajemen. Artinya, peran Bank Indonesia dalam melakukan
intervensi pada pasar uang lebih sedikit dibandingkan pergerakan kurs yang
ditentukan oleh pasar uang itu sendiri. Pemilihan strategi ini dalam rangka
menjaga daya saing produk ekspor melalui pergerakan mata uang dalam kisaran
sempit.
c. Managed Floating dengan Crawling Band Sistem (September 1992-
Agustus 1997), terjadi depresiasi nilai tukar yang kisarannya antara Rp2.053,40
hingga Rp 2.791,30. Pada periode ini unsur floating semakin diperlakukan dengan
kisaran yang semakin lebar. Pada 1 September 1992, Bank Indonesia menetapkan
rentang intervensi Rp10 dengan batas bawah Rp2.035 dan batas atas Rp2.045.
Kemudian pada tanggal 11 Juli 1997 (akhir periode), Bank Indonesia akhirnya
219
Modul Perekonomian Indonesia
memperlebar rentang intervensi menjadi Rp 304 dengan batas bawah Rp2.378 dan
batas atas Rp2.682. Dengan demikian Bank Indonesia secara berkesinambungan
melakukan pelebaran band intervention secara bertahap dan akhirnya band
intervension dihapus sehingga rupiah lebih floating dibandingkan periode
sebelumnya.
220
Modul Perekonomian Indonesia
akan menjadi lebih murah dari harga nominal atau harga berlakunya bila
permintaan sedikit sementara penawaran banyak, atau permintaan semakin
menurun meskipun jumlah penawaran tetap. Pada mekanisme pasar, nilai tukar
terjadi pada saat tercapainya titik keseimbangan yaitu pada saat permintan sama
dengan penawaran.
Secara grafis, keseimbangan harga melalui mekanisme pasar dapat dijelaskan
sebagaiberikut :
Dalam gambar 2.1, diasumsikan sumbu vertikal adalah harga rupiah dari
setiap unit US Dollar (bila harga bergerak keatas maka harga per unit dollar makin
mahal atau dikatakan rupiah melemah/depresiasi) atau sebaliknya, sedangkan
sumbu horizontal menunjukan jumlah US Dollar yang diminta atau ditawarkan.
Kurva Sf adalah kurva penawaran valuta asing (US Dollar), sedangkan kurva Df
adalah kurva permintaan US dollar. Bila harga US Dollar semakin murah, maka
permintaan terhadap jumlah US Dollar akan semakin meningkat, atau sebaliknya.
221
Modul Perekonomian Indonesia
Sekiranya dilihat dari sisi penawaran, harga US Dollar akan semakin mahal
apabila jumlah US Dollar yang ditawarkan semakin meningkat, atau sebaliknya.
Gambar diatas mengasumsikan yang berubah adalah harga dari US
Dollarnya, dan yang terjadi adaiah pergerakan sepanjang kurva permintaan
(movement along the demand curve). Kurva permintaan akan bergeser (shifting)
bila yang berubah misalnya ada arus dana dari hasil ekspor, yang hal ini dapat
dijelaskan sebagaimana berikut ini :
Gambar 2.2 menjelaskan bahwa terjadinya keseimbangan awal pada saat
nilai tukar rupiah adalah Rp 10.000,00 per US Dollar. Nilai tukar keseimbangan
akan berubah bila faktor-faktor cateris paribus berubah. Misalnya, sekiranya
ekspor meningkat maka jumlah US Dollar dipasar akan meningkat, yang akan
menyebabkan kurva penawaran bergeser ke bawah (dari Sf0 menjadi Sf1).
Kondisi ini menunjukan bahwa nilai tukar rupiah terhadap US Dollar semakin
menguat atau rupiah mengalami apresiasi. Misal hal ini dicapai pada titik
keseimbangan pada saat 1 US Dollar dihargai sebesar Rp 8.000.
222
Modul Perekonomian Indonesia
223
Modul Perekonomian Indonesia
224
Modul Perekonomian Indonesia
C.SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Apakah perlunya perdagangan internasional dan terangkan arti keuntungan
absolut/mutlak dan keuntungan komparatif dengan contoh-contohnya!
2.Sebutkan dan jelaskan mengenai bentuk sistem nilai tukar menurut Gilis—
Abimayu 2004.
D. DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Anggito, 2000, Ekonomi Indonesia Baru: Kajian dan Alternatif
Solusi Menuju Pemulihan, Elek Media Komputindo, Jakarta
Dumairy, 1996, Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta
Rachbini, Didik J, 2001, Politik Ekonomi Baru menuju Demokrasi Ekonomi,
Cetakan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2012). Kajian Kerja Sama
Bilateral Indonesia –Amerika Serikat di Bidang Ekonomi dan Keuangan.
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Kajian_Kerja_Sama_Bilateral_RI-
AS.pdf
Aimon, H. (2013). Prospek Perdagangan Luar negeri Indonesia-Amerika Serikat
dan Kurs. Jurnal Kajian Ekonomi.
225
Modul Perekonomian Indonesia
PERTEMUAN 14:
A.TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Masyarakat Ekonomi Asean 2015.
Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:
14.1. Mengetahui dan memahami Masyarakat Ekonomi ASEAN
B.URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 14.1:
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
226
Modul Perekonomian Indonesia
227
Modul Perekonomian Indonesia
banyak tantangan yang harus dihadapi, terlebih mengenai kesiapan sumber daya
manusia. Setiap tahunnya, jumlah kelahiran manusia baru di Indonesia sebanyak 5
juta manusia. Sementara, jumlah siswa SD (Sekolah Dasar) mencapai 30 juta
jiwa.
Ada dua tantangan besar dalam pelaksanaan MEA 2015. Pertama, jurang
horizontal antara negara dengan kelas ekonomi maju dan yang masih menengah
dan maju. Kedua, jurang vertikal antara negara yang demokratis liberal dan masih
otoriter. Bagaimana kita membangun komunitas kalau nilai-nilai yang menjadi
pengikat berbeda dan taraf kehidupan berbeda? Yang kita butuhkan sekarang
dalam menghadapi MEA adalah menyelesaikan pekerjaan rumah bersama sama.
Pemerintah perlu menyosialisasikan rencana aksi menghadapi tantangan regional.
Kerjasama antar Negara menjadi tak ada artinya bila masyarakat tak terlibat.
Dalam beberapa hal, Indonesia dinilai belum siap menghadapi MEA 2015.
Hal itu disebabkan daya saing ekonomi nasional dan daerah belum siap.
Keterbatasan infrastruktur dalam negeri juga menjadi masalah krusial di masa
mendatang. Persoalan ini tentunya harus diselesaikan oleh Pemerintah dalam
jangka waktu dua tahun mendatang. Namun, bagaimanapun, Indonesia mesti
menghadapi MEA 2015, kendati beberapa negara ASEAN lainnya kuat industri
keuangannya. Paling tidak, melakukan sejumlah reformasi dalam segi regulasi dan
kebijakan-kebijakan yang paling tidak bisa membuat kita memiliki daya saing di
antara negara-negara di ASEAN.
Pemerintah dan masyarakat Indonesia harus lebih membuka diri dan
melihat kenyataan bahwa kompetisi antar bangsa semakin ketat, sehingga jika
Indonesia tidak mempersiapkan diri, tentunya akan tertinggal dari Negara lain dan
bahkan akan hanya menjadi penonton belaka. Rachmat Gobel
menyatakan,perdagangan bebas ASEAN dalam wadah MEA merupakan ancaman.
Namun, hal ini harus dimaknai secara positif sehingga bisa memanfaatkan
ancaman ini menjadi peluang. “Kita akan memasuki perdagangan bebas ASEAN.
Ini merupakan satu ancaman.
Tetapi juga kalau lihat ancaman itu dengan positif, ini merupakan
tantangan, peluang yang besar yang perlu kita capai dan raih,” kata Rahmat Gobel
saat memberikan sambutan pada Munas Ikatan Wanita Pengusaha
228
Modul Perekonomian Indonesia
229
Modul Perekonomian Indonesia
230
Modul Perekonomian Indonesia
231
Modul Perekonomian Indonesia
232
Modul Perekonomian Indonesia
4.Reformasi Ekonomi.
Reformasi ekonomi dan kebijakan terkait bisnis juga merupakan prasyarat
rodmap MEA (Pilar Kawasan Berdaya Saing dan Pemerataan Pembangnan
Ekonomi):
•Kebijakan persaingan usaha dan Intellectual Property
C.SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan mengenai peluang yang dihadapi Indonesia dalam menghadapi MEA
2015?
2.Sebutkan strategi atau langkah langkah yang diambil pemerintah dalam
menghadapi MEA 2015?
3. Bagaimana menurut pendapat anda, apakah Indonesia sudah siap atau belom
dalam menghadapi MEA ini? Berikan contohnya.
D. DAFTAR PUSTAKA
Tulus TH Tambunan, Perekonomian Indonesia
Warta Ekport,edisi January 2015
233
Modul Perekonomian Indonesia
234