Anda di halaman 1dari 5

RESUME CARDIAC ARREST

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Emergency


Pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Sukabumi

Disusun Oleh:
APRILICO FADHIL PANGESTU
C1AA16014

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2020
Kegawatdaruratan merupakan kejadian tiba-tiba yang menuntut tindakan

segera yang mungkin disebabkan oleh kejadian alam, bencana teknologi,

perselisihan atau kejadian yang disebabkan oleh manusia (WHO dalam Ngirarung

dan Malara (2019)). Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja dan

kapan saja. Salah satu tugas petugas kesehatan adalah menangani masalah

tersebut. Walaupun begitu tidak menutup kemungkinan kondisi kegawatdaruratan

tersebut dapat terjadi di luar rumah sakit atau di daerah yang sulit dijangkau oleh

petugas kesehatan sehingga peran serta masyarakat menjadi hal penting yang

dibutuhkan dalam kondisi tersebut yaitu membantu korban sebelum ditemukan

oleh petugas kesehatan (Sudiharto & Sartono dalam Ngirarung dan Malara

(2019)). [1]

Menurut Ismiroja (2018) Kematian jantung mendadak atau cardiac arrest

adalah berhentinya fungsi jantung secara tiba-tiba pada seseorang yang telah atau

belum diketahui menderita penyakit jantung. [2]

Penatalaksanaan pada kondisi ini yang paling tepat dengan melakukan

resusitasi jantung paru (RJP). Tindakan ini bertujuan untuk mengembalikan

sirkulasi darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadi kegagalan organ terutama

otak. Otak akan mengalami kematian dalam kurun waktu 8 menit jika tidak

mendapat suplai darah. Tingkat keberhasilan RJP sangat terpengaruh oleh

beberapa faktor. Salah satunya response time. Dalam kasus henti jantung ini

beberapa menit awal adalah masa emas yang dapat meningkatkan keberhasilan

dalam melakukan RJP. Keterlambatan 1 menit memiliki angka keberhasilan 98%,


keterlambatan 3 menit memiliki angka keberhasilan 50% dan keterlambatan 10

menit memiliki angka keberhasilan 1% (Prawesti, 2017). [3]

Penyakit jantung merupakan penyebab kematian terbesar nomor satu di

dunia. Pada orang dewasa, penyakit jantung yang paling sering ditemui ialah

penyakit jantung koroner dan gagal jantung. Dimana, pada tahun 2012 tercatat

angka kematian dunia yang diakibatkan oleh penyakit jantung koroner ialah

berkisar 7,4 juta. Penyakit jantung koroner dapat mengakibatkan terjadinya

gangguan listrik yang akhirnya menyebabkan Sudden Cardiac Arrest (SCA)

(Muthmainnah 2019). [2]

Adapun prosedur cardiac arrest menurut RSU. Delima Medan, 2017

sebagai berikut :

1. Pelaksanaan

a. Penilaian respon

- Segera setelah menemukan pasien tidak sadar lakukan penilaian respon

- Penilaian respon di lakukan setelah petugas yakin dirinya aman untuk

melakukan pertolongan

- Penilaian dilakukan dengan cara menepuk-nepuk atau menggoyangkan

sambil memanggil pasien

- Jika tidak ada respon aktifkan system layanan gawat darurat

b. Aktifkan system layanan gawat darurat dengan memanggil teman sejawat atau

menggaktifkan kode blue

c. Kompresi jantung
- Sebelum melakukan kompresi dada periksa nadi karotis maksimal 10

detik. Jika nadi tidak teraba:

- Tentukan titik kompresi; bagian tengah sternum

- Lakukan kompresi dengan irama teratur dan kecepatan minimal

100x/menit, dilanjutkan ventilasi dengan perbandingan 30:2

- Berikan kompresi dada dengan kedalaman minimal 2 inchi (5cm),

minimalkan interupsi dan ikuti recoil dada secara komplet

d. Cek nadi setelah 5 siklus

e. Pasang minitor / defibrillator bila ada.

f. Bila irama Vertrikel Tachicardi tanpa nadi/ Verntrikel Fibrilasi, lakukan

defibrilasi sesuai standar operasional prosedur, kemudian segera lanjutkan RJP

selama 5 siklus/ 2 menit, kemudian lakukan evaluasi irama dan cek nadi

g. Bila irama asystole/PEA, lakukan RJP selama 5 siklus/2 menit, lakukan

pemasangan iv line bila belum terpasang, berikan vasopressor epineprin 1 mg

iv, ulangi setiap 3-5 menit atau atropine sulfat 1 mg iv dan dapat diulangi setiap

3-5 menit (sampai 3 dosis)

h. Jika irama Sinus Rytme dan nadi sudah ada, hentikan kompresi. Jika nafas

sudah spontan, hentikan ventilasi. Kemudian cari dan tangani faktor penyebab,

lakukan pemeriksaan lebih lanjut.

2. Hal Yang Harus di perhatikan

Apabila keluarga menolak resusitasi, maka harus menandatangani

blangko penolakan tindakan medis. [4]


DAFTAR PUSTAKA

[1] S. A. A. Ngirarung, “PENGARUH SIMULASI TINDAKAN

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) TERHADAP TINGKAT

MOTIVASI SISWA MENOLONG KORBAN HENTI JANTUNG DI

SMA NEGERI 9 BINSUS,” vol. 5, 2017.

[2] B. Karakteristik, U. Di, R. X. Hulu, and S. Selatan, “No Title,” vol. 2, no.

2, pp. 31–35, 2019.

[3] S. Upaya, M. Angka, A. Prawesti, E. Emaliyawati, and Y. Trisyani, “No

Title,” vol. 1, no. 5, pp. 325–328, 2017.

[4] R. Jantung, P. Rsu, and D. Medan, “Resusitasi jantung paru rsu. delima

medan,” pp. 2–3, 2017.

Anda mungkin juga menyukai