Morgenthau
Medisita Febrina│ 18/430728/SP/28572│ Teori HI Lanjutan
Menurutnya, tidak semua kebijakan luar negeri yang bertujuan meningkatkan kekuatan
suatu negara dapat dikategorikan sebagai kebijakan imperialis. Bila sebuah kebijakan hanya
berupaya melakukan penyesuaian tanpa berusaha mengubah relasi kuasa di antar dua negara atau
lebih, negara tersebut masih bergerak di dalam status quo sehingga tidak dapat dikategorikan
imperialis. Keyakinan ini dapat lahir dari dua pandangan, yakni (1) kebencian terhadap negara
tertentu sehingga apapun yang dilakukan negara tersebut terlihat opresif; dan (2) kebencian
terhadap kebijakan luar negeri yang aktif mengakumulasi power dan melihatnya sebagai sesuatu
yang jahat.
Imperialisme juga tidak serta-merta berarti upaya pelestarian eksistensi rezim tertentu.
Pelestarian rezim dalam hal ini diartikan sebagai pemeliharaan, pertahanan, serta stabilisasi
rezim yang sudah mapan, alih-alih proses dalam membentuknya. Sifatnya yang statis bertolak
belakang dengan esensi imperialisme yang dinamis dan berusaha meruntuhkan status quo.
Alih-alih motif ekonomi, Morgenthau percaya bahwa power-lah yang mendorong negara-
negara melakukan tindakan imperialis. Berdasarkan bukti empiris yang dihimpunnya, hanya
Perang Boer—di antara perang lainnya pada era kapitalis modern—yang secara eksplisit
menunjukkan upaya untuk mencapai kepentingan ekonomi, yakni kepentingan pertambangan
emas Inggris. Puncak dari ragam fakta sejarah yang mendukung argumennya adalah kedua
perang dunia yang jelas didasari motif politik berupa dominasi Eropa dan dunia, secara nyata
membuktikan bahwa power merupakan variabel yang memiliki hubungan kausal dengan
imperialisme. Di samping bukti empiris, Morgenthau juga menyediakan logika—dalam istilah
yang lebih positivistik, pola—alternatif yang dapat menjustifikasi argumen bahwa kapitalis tidak
sama dengan imperialis. Perdagangan dan proses produksi hanya kondusif selama kondisi damai,
sehingga muncullah ungkapan “war does not pay”.
Masih sejalan dengan pola pikir positivis, Morgenthau menjabarkan tiga macam
prasyarat yang dapat mendorong munculnya imperialisme. Kondisi pertama adalah perang yang
diantisipasi akan menentukan relasi kuasa antara kedua negara—yang tadinya sama ataupun
tidak jauh berbeda—secara permanen. Perang yang sudah terjadi nantinya akan menentukan
siapa yang kalah dan menang. Situasi tersebut menimbulkan kondisi kedua, yakni ketika negara
yang kalah menginisiasi perang dengan harapan mengubah statusnya menjadi yang dominan
dalam relasi kuasa dengan negara lawan. Terakhir, perang akan terjadi apabila terdapat
kekosongan kekuasaan di suatu wilayah yang memungkinkan imperialisme kolonial tumbuh
subur. Positivisme Morgenthau terlihat nyata dengan adanya prasyarat di atas sebagai indikator
kemunculan imperialisme.