Dosen Pengampu :
Agus Kurniawan, ST.MT.
Anggota Kelompok 6 :
1. I Gst ngurah Oka AP (1562121103)
2. I Kadek Cahya Aditama (1662121068)
3. Putu Indra Suyasa Putra (1662121073)
4. Mayun Krishna Wemas (1662121081)
5. Gede Agus Wirahandika (1662121084)
6. I Putu Mahendra Satyadharma (1662121095)
Daftar Pustaka............................................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan rahmat dan karunia-
Nyalah sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Arsitektur
Nusantara: Arsitektur Puri Agung Karangasem”
Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
Penyusun
Lembar Gambar/ Foto
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Manfaat
Adapun beberapa manfaat bagi penelitian ini baik secara akademis maupun secara praktis
yang berguna bagi masyarakat, peneliti atau penulis lainnya dan juga pemerintah.
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapakan dapat menambah informasi mengenai
konservasi selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi
bagi mahasiswa yang melakukan kajian terhadap Puri Agung Karangasem.
Sebab di dalam penelitian ini memaparkan mengenai teori konservasi,
strategi konservasi, proses konservasi, maupun pengelolaannya, yang
diperoleh melalui berbagai sumber, seperti penelitian langsung,
kepustakaan, interview, maupun dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini
tidak berhenti disini saja, namun diharapkan menjadi pemicu untuk
dilakukannya penelitian-penelitian selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta kontribusi kepada:
a. Pemerintah Kabupaten Karangasem, khususnya Dinas Pariwisata:
dapat menjadi masukan dalam merencanakan dan melaksanakan
proses konservasi terhadap bangunan bersejarah seperti Puri, agar
dapat berkelanjutan.
b. Pewaris Puri dan masyarakat: dapat menjadi acuan serta masukan
dalam mengkonservasi Puri, salah satunya adalah dengan
membandingkan pada dokumentasi aslinya. Sehingga pelestarian
dapat dilakukan dengan memelihara material, maupun
menggantinya dengan material serupa.
c. Jurusan Arsitektur: dapat menjadi acuan dan sebagai referensi
mengenai konservasi yang diterapkan pada bangunan puri di Bali,
maupun untuk penelitian selanjutnya.
d. Peneliti: dapat menjadi suatu proses pembelanjaran mengenai
penerapan strategi konservasi pada suatu situs, maupun proses
konservasi yang mengacu pada kondisi objek dengan kondisi
situasi saat ini, sehingga perubahan yang dilakukan tidak
mengubah identitas aslinya.
1.4 Metode
Metode penelitian bertujuan untuk mendapatkan dan mengumpulkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun metode yang diterapkan dalam penyusunan
penelitian ini yaitu :
a. Mencari refrensi tentang Arsitektur Kerajaan Puri Agung Karangasem.
Mencari refrensi dari buku-buku yang berhubungan dengan Arsitektur
Kerajaan Puri Agung Karangasem Bali, refrensi dari internet serta
narasumber yang ada di lokasi, untuk menambah pemahaman dan
wawasan tentang Arsitektur Puri Agung Karangasem.
c. Mengumpulkan data
Pengumpulan data dari survey, dan observasi yang dilakukan secara
langsung ke bagian Puri dengan narasumber penghuni rumah dan
menunjukan secara langsung serta fungsi, strukturm, kajian bentuk, tata
ruang, dan nama dari bangunan tersebut.
d. Melakukan analisa
Setelah memperoleh data dari survey, observasi, dokumentasi dari fakta-
fakta yang sudah dilakukan di Puri Agung Karangasem , tahap analisa ini
dilakukan untuk mengetahui bahwa Puri Agung Karangasem ini
menggunakan Arsitektur Bali.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Puri Agung Denpasar (Puri Satria): Ida Cokorda Ngurah Jambe Pemecutan,
SH (Ida Cokorda Denpasar IX)
Catur Agung "Puri Agung Denpasar":
Puri Dangin
Puri Batur
Puri Belaluan Titih
Puri Tegeh Titih: A.A. Putu Oka Wijaya
Puri Jambe Suci (Puri Alang Badung) Dynasti Djambe
Puri Agung Gelogor
Puri Agung Pemecutan: A.A. Ngurah Manik Parasara (Ida Cokorda
Pemecutan XI)
Puri Agung Kesiman: A.A. Ngr Gede Kusuma Wardhana
Puri Jero Kuta
Puri Sibang (Abiansemal): A.A. Ngr Oka Suralaga
Puri Ngurah Sibangkaja: I Gst Ngr Ag Watusilamanis
Puri Penatih (Arya Wang Bang Pinatih): I Gusti Ngurah Jaya Negara,SE
2. Mengwi
3. Tabanan
4. Gianyar
5. Karangasem
6. Klungkung
7. Buleleng
8. Bangli
9. Jembrana
Puri Bakungan (1400-1450 M): Ki Ageng Malele Cengkrong atau Sri Ageng
Malele Cengkrong bergelar I Gusti Ngurah Bakungan (putung), parhyangan suci
di Pura Candi Bakungan disungsun oleh keluarga Puri Pancoran
Puri Pacangakan (1400-1450 M): Ki Ageng Mekel Bang bergelar I Gusti
Ngurah Pacangakan (putung), parhyangan suci di Pura Ageng Pacangakan
disungsun oleh keluarga Puri Pancoran
Puri Pancoran (1470 M): Ki Ageng Malelo Bang bergelar I Gusti Ngurah
Pancoran
Puri Agung Negara: Anak Agung Gde Agung Sutedja
Puri Pacekan: I gusti agung gede pacekan
Sumber : http://www.indoholidaytourguide.com/puri-agung-karangasem-puri-indah-paduan-dari-3-
arsitektur-bangsa-00175/
Sumber : www.google.com
Sumber : www.google.com
Sumber : www.google.com
Sumber : www.google.com
2.3 Jurnal
KAJIAN ORNAMEN KUNO PADA BANGUNAN-BANGUNAN PURI DI
KABUPATEN KARANGASEM BALI
I Nyoman Wiwana. I Wayan Sukarya. Program Studi Seni Rupa Murni, Fakultas Seni
Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar Sunialoka2013@yahoo.com
Jurnal “Segara Widya”. Volume 2. Nomor 1. 2014. ISSN: 2354-7154
Abstrak
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengkaji ornamen kuno pada
bangunan puri di Kabupaten Karangasem. Teknik pengambilan datanya observasi,
wawancara dan dokumentasi. Sumber data penelitian adalah ornamen-ornamen kuno
pada bangunan puri yang melekat pada ukiran pintu, jendela, gapura, dan lain-lain.
Sebagai informan kunci adalah penglingsir puri keturunanan raja di puri tersebut.
Hasil yang diperoleh adalah Puri Agung Karangasem merupakan salah satu puri di
Kabupaten Karangasem yang masih memiliki ornamen kuno. Jenis-jenis ornamen
yang terdapat di Puri Agung Karangasem dapat dibedakan menjadi dua yaitu
ornamen dengan gaya Cina dan Bali. Teknik pembuatan ornamen yaitu teknik ukir
dan teknik cetak. Pengaruh gaya Eropa (Belanda) dan gaya Cina sangat kental terlihat
penampilan ornamen di puri tersebut. Visualisasi ornamen puri tersebut dapat
bermakna bahwa kerajaan di Karangasem pada zaman dahulu telah menjalin
hubungan dengan dunia luar, kesenian dan teknologi seni cetak telah berkembang
dengan baik. Sejarah terwujudnya ornamen di puri tersebut sangat sulit dianalisis
karena tidak ditemukan dokumen-dokumen yang mendukung sejarah pembuatannya.
Kondisi fisik ornamen beberapa telah mengalami kerusakan.
Kata kunci: ornamen, kuno, bangunan, puri.
Abstract
The general purpose of this study is to examine ancient ornaments on castle building
in Karangasem regency. Data retrieval techniques of observation, interviews. The
data source is study of ancient ornaments on castle building attached to the carved
door, window, gate, and others. Oldest’s generation castle king of the castle as the
key informant.The result is Puri Agung Karangasem is one of the castle in
Karangasem regency which still has the old-fashioned ornaments. The types of
ornaments contained in Karangasem Puri Agung can be divided into two ornaments
with Chinese style and Bali. manufacture technic of ornaments that carving
techniques and printing techniques. The influence of European style (the Netherlands)
and a very thick Chinese style ornaments visible appearance in the castle. Visual
ornament of the castle can mean that the Karangasem kingdom in many years ago,
have a relationship with the outside world, the arts and the art of printing technology
has been well developed. History realization of ornaments in the castle is very
difficult to analyze because it can not find the documents that support the making of
history. The physical condition of some of the ornaments have been damaged.
Key word: ornaments, ancient, building, castle.
PENDAHULUAN
Beberapa tahun belakangan ini pembangunan di Bali terus berkembang sesuai dengan
zamannya, disisi yang lain terjadi pergeseran-pergeseran dalam berbagai bidang.
Pergeseran dalam bidang budaya dapat dilihat dari perubahan-perubahan seperti
mengganti bangunan model lama dengan bangunan-bangunan model baru (post
structural), misalnya dalam gaya/style, teknik, bahan dan termasuk dalam ornamen
yang digunakan. Masa-masa pembangunan seperti itu sering disebut model-model
pembangunan poststruktural, suatu masa yang telah bergeser menuju suatu hal baru
yang masih menampakkan karakter sebelumnya maupun tidak (Piliang, 2010: xvii).
Dalam pergeseran style, pembangunan sekarang cendrung polos, simple, tanpa
ornamen ukiran, walaupun masih berkarakter Bali. Contoh untuk ini bisa dilihat dari
pembangunan gapura, bale kulkul, tembok penyengker dan sebagainya.Jika
pergeseran-pergeseran itu terus berlanjut maka peradaban-peradaban lama/kuno, suka
atau tidak suka berangsur-angsur akan hilang. Salah satu yang kami khawatirkan
adalah ornamen kuno pada bangunan-bangunan bekas raja-raja tempo dulu yang ada
di beberapa puri di Bali saat ini. Salah satu misalnya yang ada di Kabupaten
Karangasem Bali. Di Kabupaten Karangasem terdapat beberapa puri yang sampai
saat ini masih meninggalkan bangunan-bangunan kuno bekas raja-raja tempo dulu
dan perlu untuk diberi apresiasi supaya tetap bisa dipertahankan. Walaupun demikian
peneliti merasa khawatir dengan keberadaannya pada masa-masa mendatang, karena
pada beberapa puri lain di Bali sudah mulai terjadi pemugaran-pemugaran bangunan
mengganti dengan baru baik style maupun materialnya termasuk ornamennya. Maka
dari itu penelitian ini dirasakan sangat penting untuk dilakukan karena merupakan
bagian dari rasa kepedulian budaya masa lalu, sebagai pelestarian bahkan bila
memungkinkan merekonstruksinya kembali jika ditemukan kerusakan-kerusakan.
METODE PENELITIAN
Pengambilan sampel dilakukan secara porposive sampling. Teori ini diterapkan
dalam menentukan sumber data jenis-jenis ornamen yang menjadi sumber data
primer dalam penelitian ini. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan teori
snowballing yaitu pengambilan sampel dengan bantuan key-informan (Iskandar,
2009: 114-115). Diawali dengan menetapkan beberapa informan kunci, kemudian
dari informan kunci tersebut berkembang keinforman-informan yang lainnya. Pada
proses pengumpulan data peneliti dibantu oleh satu orang pembantu peneliti, tenaga
lapangan satu orang mahasiswa sebagai pencatat dan pengambilan foto. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Sumber data yang ditetapkan pada penelitian ini adalah ornamen-ornamen kuno pada
bangunan-bangunan puri seperti yang terlihat pada ukiran pintu, jendela, gapura, dan
lain-lain. Sumber data lain sebagai informan ditentukan adalah para tetua/penglingsir
puri/keturunan raja-raja di Kabupaten Karangasem dan pihak-pihak lain yang terkait.
Untuk memperoleh hasil penelitian yang masksimal dilakukan proses triangulasi, atau
proses pengumpulan, pengolahan dan proses verifikasi serta berulang-ulang.
berhubungan dengan berbagai bangsa luar yang lebih dulu maju dalam teknologi.
Salah satu penglingsir puri A.A. Putra Jelantik mengatakan teknik cetak yang
diterapkan pada pembuatan ornamen tersebut lebih dahulu dikenal dari teknik cetak
yang dipakai dalam pembuatan sanggah di Desa Kapal Mengwi Badung (wawancara
Mei 2014).
Visualisasi ornamen pada candi di atas, menampilkan tokoh-tokoh bentuk
pewayangan dan bentuk lainnya dengan indentitas lokal Balinya. Unsur-unsur
pengaruh dari luar dilihat dari teknis maupun bentuk belum dapat dilihat dengan jelas.
Karakter wayang Bali yang ditampilkan masih jelas terlihat walaupun dibuat dengan
dengan teknik cetak. Ornamen pada dinding penyengker ini terlihat kurang ada
kesatuan dengan temboknya, karena penampilan warna yang kurang menyatu.
Ornamen cetakan berwarna putih dan tembok bata dengan warna merah, dari
pewarnaan ini terkesan terlihat lepas. Alas patung yang berisi ornamen singa berdiri
membawa bendara pada keempat sisinya, dibuat dengan teknik cetak dengan satu
jenis cetakan. Keempat cetakan digabungkan membentuk sebuah kotak yang
berfungsi sebagai alas patung di depan candi.
Memasuki candi pertama pengunjung akan masuk areal yang disebut
bencingah. Pada wilayah ini terdapat dua buah bangunan yang terletak di sebelah
selatan menghadap ke utara dan sisi sebelah utara yang menghadap ke selatan.
Bangunan-bangunan ini pada masa pemerintahan raja difungsikan sebagai tempat
peristirahatan para tamu raja. Bangunan tua di sebelah selatan ini sudah tidak
ditempati oleh keluarga raja atau tidak difungsikan lagi untuk melakukan aktifitas
sehari-hari, kondisinya terlihat kurang terawat. Dibandingkan dengan banguna-
bangunan pada umumnya sekarang, bangunan tersebut lebih rendah. Bangunan
tersebut terdiri dari beberapa ruang dalam bentuk kamar-kamar. Sedangkan bangunan
di sebelah utara sampai penelitian ini dilakukan, masih terlihat dihuni untuk
melakukan kegiatan sehari-hari. Pada bangunan di sebelah utara areal bencingah ini
terlihat lebih terawat dan lebih bersih. Namun peneliti belum memastikan
penghuninya tersebut masih kerabat keturunan raja atau para penjaga puri. Pada
bagian jendela bangunan di sebelah selatan terlihat dilengkapi ornamen dalam bentuk
tumbuh-tumbuhan yang dibuat dengan teknik ukir. Pada dinding bawah bangunan
tersebut dipenuhi dengan ornamen menggambarkan kisah Mahabrata dan juga
Ramayana namun kisahnya tidak dihadirkan secara runtut, seperti terlihat pada
ornamen pada bangunan sebelah selatan di bawah ini. Bangunan asli yang terlihat
sederhana untuk ukuran saat ini, pada bagian jendelanya juga sedikit menggunakan
ornamen. Karena obyek dan dasarnya ornamen ini warnanya putih, sehingga
detailnya tidak terlihat dengan jelas mulai dari jarak kira-kira 5m. Penempatan
ornamen pada bangunan ini tidak menyesuaikan dengan fungsi bangunan. Sehingga
antara ornamen yang satu dengan yang lainnya tidak ada hubungannya baik dari segi
cerita maupun pesan yang ingin disampaikan. Berikut ditampilkan beberapa detail
ornamen tersebut :
Pada bangunan utama ini ditemukan ornamen yang menampilkan gaya China
seperti yang terdapat pada ornamen pintu dan jendela bangunan tersebut. Motif-motif
yang ditampilkan serta style ukiran pada daun pintu tersebut menceritakan kehidupan
alam dengan gaya Cina, sehingga tampilannya menjadi berbeda dibandingkan dengan
ornamen daun pintu pada umumnya di Bali. Namun perbedaan ini sepintas tidak
akan terlihat jelas, karena tampilannya memiliki kemiripan dengan daun pintu pada
umumnya di Bali. Sebaliknya jika diamati secara teliti perbedaan tersebut akan
nampak dengan jelas. Ukiran tersebut menceritakan kisah-kisah dari negeri China
dengan style yang khas beridentitas China dengan kualitas garapan sangat baik, rapi
dan kerumitannya sangat tinggi. Sehingga secara keseluruhan ornamen tersebut
mampu menampilkan kesan unik karena menampilkan perbedaan dengan style
ornamen pintu pada umumnya di Bali. Pada dinding tembok bangunan Maskerdam
tersebut dipajang gambar-gambar keturunan raja yang pernah memerintah di Puri
Agung Kerangasem.
Elemen penghias lain yang dapat ditemukan di bangunan Maskerdam tersebut
adalah dua buah patung yang dipasang di beranda depan bangunan tersebut seperti
terlihat pada gambar 5 di atas. Namun tidak dapat dipastikan apakah patung tersebut
merupakan patung lama/kuno yang seumur dengan bangunan tersebut atau
sebaliknya. Dari key informan dan sumber lain, kami belum menemukan data yang
dapat menjelaskan hal tersebut. Namun perkiraan peneliti, patung tersebut seumur
dengan ornamen yang dipasang pada beberapa bangunan lain yang menjadi ciri khas
Puri Agung Karangasem dan dibuat dengan menggunakan teknik cetak pula. Hal
tersebut dapat dikenali dari kesimetrisan patung tersebut dan memiliki kesamaan
antara patung yang pertama dengan patung yang kedua. Patung tersebut sepertinya
menggambarkan seorang pendeta berdiri tegak, pada tangan kanannya membawa
simbol berbentuk kendi bersayap. Patung yang sama juga terlihat terpasang di depan
candi/gapura pertama. Menurut beberapa sumber dari para keturunan raja,
memperkirakan ornamen cetak termasuk patung tersebut yang ada pada bangunan ini
dibuat setelah jaman Belanda namun masih dalam bentuk kerajaan. Patung tersebut
dihias dengan kain merah dan poleng seperti patung-patung yang ada di depan candi
bentar sebelumnya. Patung tersebut dapat dimaknai bermacam-macam, misalnya
sebagai simbol penjaga raja, simbol kemakmuran, dan lainlain. Ornamen patung ini
dapat dilihat dari visualisasi gelung dan hiasan badannya, menunjukkan karakter Bali.
Ornamen lain yang dapat dilihat pada teras bangunan ini adalah ornamen pada tiang
bangunan yang menunjukkan pengaruh Belanda. Hal tersebut ditunjukkan dengan
motif-motif daun dan bunga realis, dikomposisikan simetris. Ornamen lain yang
menunjukkan pengaruh Belanda adalah ornamen hiasan di bawah atap (ringring),
ornamen di bawah atap di atas tiang besi, ornamen pada pagar pada sisi kiri dan
kanan teras Maskerdam, ornamen pada meja, ornamen pada bingkai foto raja dan
lain-lain. Visualisasi motif ornamen ini mengutamakan garis lengkung, motif daun
dan bunga dengan warna-warna lembut. Motif model seperti ini, di Bali kini dikenal
dengan nama patra bancih. Maksudnya adalah gabungan dari patra ulanda dan patra
sari. Motif dedaunan dan bunga ini kemudian divariasikan dan dikembangkan sesuai
dengan imajinasi pembuat karya tersebut.
Pengaruh asing yang paling dominan kelihatan adalah pada ornamen ukiran
ketiga pintu gedung Maskerdam ini. Pengaruh Cina sangat kental terlihat dari gaya
dan motif yang ditampilkan. Informasi yang kami dapatkan dari para keturunan raja
bahwa pada pemerintahan Raja Kerangasem, ukiran tersebut dibuat orang China yang
diundang datang ke Bali untuk membuat karya tersebut walaupun hal tersebut masih
bisa diperdebatkan. Karena belum ada data atau dokumen yang menunjukkan hal
tersebut.
Ornamen pada daun pintu pada bangunan Maskerdam, secara umum mulai
dari atas ke bawah menampilkan kehidupan binatang dengan tumbuhannya seperti
binatang kesayangan dengan pepohonannya, di bawahnya terlihat motif bunga
lambang matahari. Pada ornamen pintu juga diungkapkan kehidupan burung dengan
alamnya. Pohon bambu menjadi motif pepatran pada pintu ini dipadukan dengan
motif burung bangau, menjadi suatu keserasian seperti yang ditampilkan pada lukisan
cina. Ornamen style cina dicirikan dengan pola vertikal seperti pohon bambu serta
pohon yang lainnya.
Ornamen pintu dibuat simetris yaitu ornamen pintu sebelah kanan sama
dengan ornamen sebelah kiri, baik bagian atas maupun bagaian bawah. Ornamen ini
memperlihatkan ketrampilan yang sangat tinggi dari pembuatnya, ukirannya metelek
(tajam), rapi, dengan komposisi dan proporsi yang baik. Style Bali dari ornamen
pintu ini dapat dilihat dari pola perwujudan motif ornamen dari tumbuh-tumbuhan
pada pinggir pintu yang memperlihatkan pola pengulangan secara teratur dan
simetris. Walaupun motif ornamen yang secara umum dipergunakan di Bali seperti
patra sari atau patra punggel tidak nampak pada ornamen pintu tersebut. Pintu
tersebut terlihat difinishing dengan prada gede dan latar belakangnya warna biru,
terkesan antik karena beberapa bagian prada terlihat sudah terlepas dan kusam. Pada
bingkai pintu ditampilkan ornamen dari motif tumbuhan anggur lengkap dengan
buahnya, dikomposisikan seperti patra ulanda.
Ornamen pada tiang pintu memperlihatkan gabungan motif dari Cina dan
patra mesir. Patra mesir memberlihatkan karakter perbaduan beberapa garis lurus
dikombinasikan dengan motif tumbuhan seperti terlihat pada gambar berikut. Jika
dilihat lurus dari depan ornamen ini tidak nampak, karena posisinya pada samping
pintu. Ornamen pada pintu utama (tengah) memiliki bentuk pintu bagian atas dibuat
seperti kubah, bentuk ini tidak dimiliki oleh 2 bentuk pintu yang lainnya. Nampaknya
pembuatan pintu yang di tengah ini diberikan penekanan lebih sesuai dengan fungsi
pintu tersebut.
Ornamen pada bagian atas sebagai penutup pintu dapat dilihat tema yang
diungkapkan adalah naga/ular gaya cina dilengkapi dengan motif ikan. Menurut
Chendra Ling pada media on line menyebutkan naga Tiongkok adalah figur kebaikan
yang melambangkan kejantanan & kesuburan. Naga atau Long (Liong dalam dialek
Hokkian), adalah salah satu obyek hiasan yang paling disukai. Binatang mithologi ini
sesungguhnya adalah lambang keberagaman yang melahirkan suatu harmoni.
Lambang kejayaan atau kemakmuran karena persatuan berbagai unsur yang ada.
Sebab itu Long dirancang berdasarkan gabungan anggota badan bermacam-macam
binatang seperti: kepalaunta, mata-kelinci, tanduk-rusa, sisik-ikan, badan-ular, paha-
harimau, cakar-elang.
Semula “long” merupakan totem salah satu suku Huaxia, kemudian pada
jaman Dinasti Han mulai dijadikan lambang kekaisaran. Singgasana Kaisar berukir
naga sembilan, jubah kaisar juga bersulam naga. Pemakaian hiasan naga untuk
keluarga kerajaan di bawah kaisar pun dibagi menurut tingkatnya. Jadi ornamen naga
berjari 5 ini hanya boleh untuk yang berhubungan dengan kaisar, seperti jubah kaisar,
kursi tahta kaisar dan istana kaisar. Tiangtiang istana dan atap juga dihiasi dengan
ukiran naga. Sesuai kosmologi Tiongkok, naga merupakan salah satu Gambar 8.
Ornamen pintu bangunan Maskerdam yang di tengah. dari empat lambang mata
angin, naga melambangkan arah Timur identik dengan kesuburan, musim semi &
hujan, dalam hal ini disebut naga hijau (qing long). Ornamen dua ekor naga sedang
bermain dengan bola api, melambangkan kesuburan, karena dipercaya hal ini
menimbulkan hujan. Hujan sangat penting bagi masyarakat Tiongkok yg agraris.
Makhluk naga, terutamanya yang berwarna kuning atau emas dan bercakar lima pada
setiap kaki, merupakan lambang bagi maharaja pada kebanyakan dinasti Cina; nyata
sekali pada pakaian kebesaran maharaja pasti ada lukisan atau sulaman naga.
Seperti telah dijelaskan di atas, pada sumber yang lain juga menyebutkan di
dalam mitologi Cina, naga memiliki kaitan yang sangat erat dengan angka "9".
Misalnya, Naga Cina sesungguhnya memiliki 9 karakteristik yang merupakan
kombinasi dari makhluk-makhluk lainnya, yaitu 1. ia memiliki kepala seperti unta, 2.
Sisiknya seperti ikan, 3. Tanduknya seperti rusa, 4. Matanya seperti siluman, 5.
Telinganya seperti lembu, 6. Lehernya seperti ular, 7. Perutnya seperti tiram, 8.
Telapak kakinya seperti harimau, 9. Dan cakarnya seperti rajawali (xfile-
enigma.blogspot.com, 2014)
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa penggunaan motif naga pada
ornamen pintu tersebut sangat terkait dengan kerajaan dan kesejahteraannya. Dengan
ornamen tersebut diharapkan kerajaan selalu diberkahi kesuburan, kebaikan,
ketentraman dan dapat hidup dengan damai. Hal ini menjadi hal utama karena
ornamen tersebut diletakkan paling atas dari pintu bagian tengah tersebut. Analisis
tersebut masih bisa diperdebatkan karena peneliti mengiterpreatsikan dengan
menghubungkan symbol-simbol yang ditemukan pada ornamen tersebut. Finishing
objek dengan prada gede dengan warna dasar biru, membuat objek ukiran menjadi
menonjol. Kami belum menemukan maksud mengapa tema yang diungkapkan pada
bagian atas penutup pintu itu dibuat ornamen seperti itu. Dari tiang sampai daun
pintu dapat dilihat dalam 4 bagian, mulai dari tiang pintu/kusen dengan ornamen yang
telah dijelaskan sebelumnya. Bagian kedua adalah termasuk bingkai pintu kedua yang
dipasang menjorok kedalam sekitar 5cm dari tiang pintu. Sedangkan yang termasuk
bingkai pintu ketiga bingkai yang bersentuhan langsung dengan daun pintu, dengan
ornamen tumbuh-tumbuhan dan binatang.
Komposisi ornamen bagian atas daun pintu tengah lebih padat, lebih rapat
dibandingkan dengan ornamen pintu sebelumnya. Pada ornamen masih tetap
memperlihatkan motif binantang dan tumbuhan seperti detail gambar berikut. Pada
ornamen ini terlihat para pembuatnya ingin menceritakan suatu kehidupan manusia di
alam ini. Motif-motif yang digunakan antara lain seperti manusia dalam bentuk
seorang kaesar, pedagang dan rakyat. Sedangkan motif binatang yang diungkapkan
untuk mendukung suatu kisah kehidupan tersebut adalah kambing, singa, kuda dan
binatang lainnya. Ornamen di atas tidak simetris antara ornamen daun pintu kanan
dan kiri. Namun keduanya menunjukkan satu kesatuan cerita. Finishing yang
digunakan adalah prada gede dengan warna dasar biru. Sedangkan ornamen pinggir
daun pintu adalah patra mesir digabungkan dengan setiliran dedaunan. Pada ornamen
daun pintu bagian bawah dibuat simetris antara daun pintu kiri dan kanan. Pada
ornamen ini digambarkan kehidupan burung bangau dan angsa, dengan berbagai
macam geraknya di atas tanaman. Beberapa objek burung digambarkan sedang
menangkap ikan. Pengungkapan burung dengan teknik realis, namun dengan
penggambaran tanaman air dan pohon yang digambarkan dengan mengubah bentuk
aslinya kedalam bentuk yang imajinatif. Pengubahan itu tentu disesuaikan dengan
style ornamen cina.
Tegel yang digunakan pada bangunan Maskerdam adalah tegel yang terbuat
dari semen dan batu kerikil hitam dengan permukaan halus dibuat dalam berbentuk
tegel. Tegel tersebut juga digunakan pada dinding bagian bawah tembok teras. Teknik
pembuatan tegel seperti itu saat ini dikenal dengan teknik pemasangan batu sikat.
Tegel lantai ini juga digunakan pada bangunan Balai Kambang. Sedangkan tegel
yang digunakan pada lorong tengah bangunan (ruang dalam) Maskerdam memiliki
motif bunga pada bagian tengahnya. Pemasangan motif bunga tersebut dilakukan
setelah sebelumnya dipasang tegel lantai seperti tegel pada lantai teras. Motif tersebut
dibuat dengan semen yang permukaannya dihaluskan.
SIMPULAN
Puri yang masih mempertahankan ornamen kuno di Kabupaten Karangasem
adalah Puri Agung Kerangasem. Wilayah Puri Agung Karangasem dapat dibagi
menjadi tiga areal yaitu wilayah bencingah, jaba tengah, dan wilayah utama.
Bangunan yang memiliki ornamen kuno di puri tersebut terlihat di masing-masing
wilayah tersebut. Jenis-jenis ornamen yang terdapat di Puri Agung Karangasem
adalah dapat dibedakan menjadi dua jenis ornamen yaitu adalah ornamen dengan
gaya Cina seperti pada ukiran-ukiran pintu dan jendela pada ruang utama terutama
pada bangunan Maskerdam dan Bale Pemandesan. Sedangkan yang kedua adalah
ornamen dengan gaya Bali seperti ornamen cetakan yang menampilkan motif
kekarangan dan pewayangan yang dipasang pada bangunan candi/gapura dan
bangunan-bangunan di wilayah bencingah.Teknik pembuatan ornamen dilakukan
dengan teknik ukir dan teknik cetak. Pengaruh gaya Eropa (Belanda) dan gaya Cina
sangat kental terlihat pada penampilan ornamen di Puri Agung
Karangasem.Visualisasi dari oramen puri tersebut dapat dimaknai sebagai hubungan
yang telah terjadi pada jaman kerajaan dengan dunia luar. Disamping itu pada jaman
kerajaan di puri tersebut telah berkembang kesenian dan teknologi yang mendukung
kesenian tersebut, walaupun ornamen Bali kurang terlihat maksimal jika
dibandingkan dengan ornamen-ornamen puri lainnya di Bali. Sejarah terwujudnya
ornamen di puri tersebut sangat sulit dianalisis karena tidak ditemukan dokumen-
dokumen yang mendukung sejarah pembuatannya. Namun demikian sejarah
pembuatan ornamen tersebut sebetulnya dapat ditelusuri dari sejarah kerajaan Puri
Agung Karangasem yang menaruh perhatian lebih terhadap kesenian yaitu Anak Ida
Agung Anglurah Ketut Karagasem. Kondisi fisik ornamen puri tersebut, saat ini
beberapa telah mengalami kerusakan, maka diperlukan restorasi untuk
mengembalikan keadaan seperti semula. Sehingga kelestarian puri tersebut dapat
dipertahankan dan diinformasikan kepada generasi berikutnya sebagai suatu fakta
sejarah dan budaya yang tidak ternilai harganya.
DAFTAR PUSTAKA
Gelebet I.N. dkk. 1985. Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.
Antariksa. 2007. Pelestarian Bangunan Kuno Sebagai Aset Sejarah Budaya Bangsa .
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Sejarah dan
Pelestarian Arsitektur. Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Universitas
Brawijaya Malang.
Agung, T.G. 1985. Sejarah Hancurnya Istana Kerajaan Gelgel kemudian Timbul
Dua Buah Kerajaan Kembar Klungkung dan Sukawati.
WikiPedia. 2007. Puri Di Bali. Dilihat 6 Mei 2018
<https://id.wikipedia.org/wiki/Puri_di_Bali> (Didasari dari berbagai sumber).
BAB III
3.1 Lokasi
Puri Agung Karangasem terletak Kota Amlapura di jalan Sultan Agung, Karangasem,
Kec. Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali berjarak 78 km yang dapat dicapai
dalam waktu 2 jam perjalanan dari Denpasar.
3.2 Sejarah Bangunan (Nama Bangunan, Tahun Dibangun/ Renovasi)
Gbr: denah bale sake 12 Gbr: denah bale dauh/lodji Gbr: denah bale sake 8
Sumber: pribadi Sumber: pribadi Sumber: pribadi
3.4 Fasade Bangunan (Tampak)
5.1 SIMPULAN
Bagian yang kami dapat ialah Loji, Bale Saka 12, Bale Saka 8 dan Kamar.
Berdasarkan tinjauan lokasi (survey) yang kami lakukan bangunan – bangunan ini
masih sangat kental unsur-unsur atau ornamen – ornamen balinya contohnya pada
Bangunan Loji dan Bale Saka 12 pada bagian pintu dan jendela terdapat ornamen
bergaya cina dan ukiran pewayangan. Berdasarkan sumber yang kami ajak
wawancara Bale Loji ini sudah pernah di renovasi pasca terjadinya gempa seririt,
maka bangunan Loji ini lebih terlihat modern dari bangunan lainnya.
Untuk sejarah ornamen serta bangunan yang lebih mendetail, kami agak sulit untuk
mendapatkannya dikarenakan sumber yang kami wawancarai tidak sepenuhnya
mengetahui sejarah detail dari Puri Karangasem ini.
5.2 SARAN
Berdasarkan tinjauan lokasi (survey) yang kami lakukan, Puri Karangasem ini masih
terlihat bagus tetapi lingkungan sekitar agak kurang terawat dikarenakan oleh berbaga
hal, antara lain anggota keluarga Puri ini banyak yang merantau ke denpasar sehingga
beberapa bangunan ditinggalkan sementara, dan pada saat upacara besar baru anggota
keluarga puri ini akan pulang ke rumahnya masing – masing.
Pada Puri Karangasem Guide / Tour Leader sulit di dapatkan sehingga informasi
yang kita akan tinjau/survey kurang maksimal.