Anda di halaman 1dari 56

ARSITEKTUR NUSANTARA:

ARSITEKTUR PURI AGUNG KARANGASEM

Dosen Pengampu :
Agus Kurniawan, ST.MT.

Anggota Kelompok 6 :
1. I Gst ngurah Oka AP (1562121103)
2. I Kadek Cahya Aditama (1662121068)
3. Putu Indra Suyasa Putra (1662121073)
4. Mayun Krishna Wemas (1662121081)
5. Gede Agus Wirahandika (1662121084)
6. I Putu Mahendra Satyadharma (1662121095)

Jurusan Teknik Arsitektur


Fakultas Teknik
Universitas Warmadewa
2018
DAFTAR ISI
Judul...........................................................................................................................
Daftar Isi ....................................................................................................................
Kata Pengantar...........................................................................................................
Lembar Gambar/ Foto................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
1.2 Tujuan dan sasaran...............................................................................................
1.3 Manfaat................................................................................................................
1.4 metode..................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Bangunan Puri......................................................................................................
2.2 Arsitektur Puri Agung Karangasem.....................................................................
2.3 Jurnal....................................................................................................................

Bab III Tinjauan Lokasi Penelitian


3.1 Lokasi...................................................................................................................
3.2 Sejarah Bangunan (Nama Bangunan, Tahun Dibangun/ Renovasi)....................
3.3 Bentuk Bangunan (Denah)...................................................................................
3.4 Fasade Bangunan (Tampak).................................................................................
3.5 Elemen Arsitektur (Atap, Pintu, Jendela Dan Dinding).......................................

Bab IV Unsur Arsitektur Pada Bangunan Puri


4.1 Bentuk Bangunan (Denah)...................................................................................
4.2 Fasade Bangunan (Tampak).................................................................................
4.3 Elemen Arsitektur (Potongan Dan Detail)...........................................................
4.4 Wujud Bangunan (3d)..........................................................................................

Bab V Unsur Arsitektur Pada Bangunan Puri


5.1 Simpulan..............................................................................................................
5.2 Saran.....................................................................................................................

Daftar Pustaka............................................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan rahmat dan karunia-
Nyalah sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Arsitektur
Nusantara: Arsitektur Puri Agung Karangasem”
Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :

1. Agus Kurniawan, ST.MT. selaku dosen mata pelajaran yang telah


mengarahkan dalam penyusunan makalah ini dan telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan
dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini

Serta kerabat-kerabat dekat dan rekan-rekan seperjuangan yang kami banggakan.


Semoga Tuhan, memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan kepada
penyusun. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena
itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan oleh penyusun.
Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang berkompeten.

Denpasar, Mei 2018

Penyusun
Lembar Gambar/ Foto
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daerah Bali sejak lama sudah merupakan suatu wadah terjadinya pergaulan
nasional maupun internasional, dimana tamu – tamu mancanegara dan nusantara
hadir di Bali untuk menikmati keindahan alam, budaya, yang unik dan bernafaskan
agama Hindu. Kebudayaan Bali yang dijiwai oleh agama Hindu memberikan ciri
yang khas kepada masyarakat Bali sebagai komunitas yang ritualistik dalam sistem
agama, sistem budaya, sistem sosial yang tumbuh subur di Bali.
Sebelum berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945 Indonesia terdiri dari berbagai negara tradisional (kerajaan) yang
bersifat otonom Salah satu kerajaan tradisional tersebut ialah Kerajaan Karangasem
yang terdapat di Pulau Bali. Di Bali istana disebut dengan nama Puri Setelah
masuknya penjajahan Belanda dan Jepang sampai pada Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia 17 Agustus 1945 sistem kerajaan dihapus karena wilayah
Indonesia telah berbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tetapi, istana atau
puri sebagai simbol kerajaan tetap ada seperti Puri Agung Karangasem. Puri Agung
Karangasem memiliki struktur bangunan yang berbeda dengan puri lainnya di Bali.
Puri Agung Karangasem tidak menggunakan struktur Sanga Mandala melainkan
menggunakan struktur Tri Mandala. Bangunan-bangunan yang terdapat pada Puri
Agung Karangasem juga sangat unik berbeda sekali dengan bangunan-bangunan
yang ada di puri lainnya di Bali. Bangunan-bangunan itu seperti, Gili, Gedong
Maskerdam, Gedong London, Gedong Betawi dan Gedong Yogya. Selain itu,
masyarakat sekitar Puri Agung Karangasem juga tidak terlalu mengetahui sejarah
berdirinya Puri Agung Karangasem ini. Masyarakat di sekitar puri hanya tahu bahwa
Puri Agung Karangasem ini merupakan bagian dari Kerajaan Karangasem
Puri Agung Karangasem yang juga disebut Puri Kanginan  sudah sejak lama
dijadikan sebagai daya tarik wisata budaya, banyak wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke tempat itu, karena terdapat beberapa produk budaya peninggalan para
Raja Karangasem. Hanya saja, masih diperlukan rancangan pembenahan dan
penambahan benda-benda koleksi peninggalan para raja budaya agar lebih menarik. 

1.2 Tujuan dan sasaran


a) Untuk mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Karangasem.
b) Untuk mengetahui struktur dan fungsi bangunan Puri Agung Karangasem
sebagai peninggalan penting Kerajaan Karangasem.
c) Untuk mengetahui aspek-aspek yang terdapat pada Puri Agung
Karangasem yang dapat dikembangkan sebagai sumber belajar sejarah
lokal.
d) Membuka wawasan agar dapat mengetahui dan memahami tentang
arsitektur Puri Agung Karangasem.
e) Menambah keilmuan dalam dokumentasi konsep-konsep arsitektur yang
pada bangunan Puri.

1.3 Manfaat
Adapun beberapa manfaat bagi penelitian ini baik secara akademis maupun secara praktis
yang berguna bagi masyarakat, peneliti atau penulis lainnya dan juga pemerintah.

a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapakan dapat menambah informasi mengenai
konservasi selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi
bagi mahasiswa yang melakukan kajian terhadap Puri Agung Karangasem.
Sebab di dalam penelitian ini memaparkan mengenai teori konservasi,
strategi konservasi, proses konservasi, maupun pengelolaannya, yang
diperoleh melalui berbagai sumber, seperti penelitian langsung,
kepustakaan, interview, maupun dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini
tidak berhenti disini saja, namun diharapkan menjadi pemicu untuk
dilakukannya penelitian-penelitian selanjutnya.

b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta kontribusi kepada:
a. Pemerintah Kabupaten Karangasem, khususnya Dinas Pariwisata:
dapat menjadi masukan dalam merencanakan dan melaksanakan
proses konservasi terhadap bangunan bersejarah seperti Puri, agar
dapat berkelanjutan.
b. Pewaris Puri dan masyarakat: dapat menjadi acuan serta masukan
dalam mengkonservasi Puri, salah satunya adalah dengan
membandingkan pada dokumentasi aslinya. Sehingga pelestarian
dapat dilakukan dengan memelihara material, maupun
menggantinya dengan material serupa.
c. Jurusan Arsitektur: dapat menjadi acuan dan sebagai referensi
mengenai konservasi yang diterapkan pada bangunan puri di Bali,
maupun untuk penelitian selanjutnya.
d. Peneliti: dapat menjadi suatu proses pembelanjaran mengenai
penerapan strategi konservasi pada suatu situs, maupun proses
konservasi yang mengacu pada kondisi objek dengan kondisi
situasi saat ini, sehingga perubahan yang dilakukan tidak
mengubah identitas aslinya.

1.4 Metode
Metode penelitian bertujuan untuk mendapatkan dan mengumpulkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun metode yang diterapkan dalam penyusunan
penelitian ini yaitu :
a. Mencari refrensi tentang Arsitektur Kerajaan Puri Agung Karangasem.
Mencari refrensi dari buku-buku yang berhubungan dengan Arsitektur
Kerajaan Puri Agung Karangasem Bali, refrensi dari internet serta
narasumber yang ada di lokasi, untuk menambah pemahaman dan
wawasan tentang Arsitektur Puri Agung Karangasem.

b. Melakukan survey lapangan


Melakukan survey dengan cara wawancara dengan penghuni Puri, serta
mengecek langsung ke bagian Puri yang akan di kaji atau di teliti, serta
untuk mendapatkan gambar yang lebih akurat.

c. Mengumpulkan data
Pengumpulan data dari survey, dan observasi yang dilakukan secara
langsung ke bagian Puri dengan narasumber penghuni rumah dan
menunjukan secara langsung serta fungsi, strukturm, kajian bentuk, tata
ruang, dan nama dari bangunan tersebut.

d. Melakukan analisa
Setelah memperoleh data dari survey, observasi, dokumentasi dari fakta-
fakta yang sudah dilakukan di Puri Agung Karangasem , tahap analisa ini
dilakukan untuk mengetahui bahwa Puri Agung Karangasem ini
menggunakan Arsitektur Bali.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bangunan Puri


Puri di pulau Bali adalah nama sebutan untuk tempat tinggal bangsawan Bali,
khususnya mereka yang masih merupakan keluarga dekat dari raja-raja Bali.
Berdasarkan sistem pembagian triwangsa atau kasta, maka puri ditempati oleh
bangsawan berwangsa ksatria.
Puri-puri di Bali dipimpin oleh seorang keturunan raja, yang umumnya dipilih oleh
lembaga kekerabatan puri. Pemimpin puri yang umumnya sekaligus pemimpin
lembaga kekerabatan puri, biasanya disebut sebagai Penglingsir atau Pemucuk. Para
keturunan raja tersebut dapat dikenali melalui gelar yang ada pada nama mereka,
misalnya Ida I Dewa Agung, I Gusti Ngurah Agung, Cokorda, Anak Agung Ngurah,
Ratu Agung, Ratu Bagus dan lain-lain untuk pria; serta Ida I Dewa Agung Istri, Dewa
Ayu, Cokorda Istri, Anak Agung Istri, dan lain-lain untuk wanita.
Secara etimologis, kata puri sesungguhnya berasal dari akhiran bahasa Sanskerta (-
pur, -puri, -pura, -puram, -pore), yang artinya adalah kota, kota berbenteng, atau kota
dengan menara atau istana. Dalam perkembangan pemakaiannya di Bali, istilah
"Pura" menjadi khusus untuk tempat pemujaan Tuhan; sedangkan istilah "Puri"
menjadi khusus untuk tempat tinggal para raja dan bangsawan. Saat ini kata puri
dapat dipadankan dengan kata keraton atau kata pura dalam Bahasa Jawa, misalkan
Pura Mangkunagaran. Beberapa puri dahulunya juga berperan sebagai benteng
strategis untuk pertahanan kerajaan.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Puri_di_Bali

Berikut adalah daftar nama-nama puri di Bali berdasarkan pada daerahnya :


1. Denpasar & Badung

 Puri Agung Denpasar (Puri Satria): Ida Cokorda Ngurah Jambe Pemecutan,
SH (Ida Cokorda Denpasar IX)
 Catur Agung "Puri Agung Denpasar":

1. Puri Ukiran Pemecutan


2. Puri Kaleran
3. Puri Agung Tegal Jematang
4. Puri Oka

 Puri Dangin
 Puri Batur
 Puri Belaluan Titih
 Puri Tegeh Titih: A.A. Putu Oka Wijaya
 Puri Jambe Suci (Puri Alang Badung) Dynasti Djambe
 Puri Agung Gelogor
 Puri Agung Pemecutan: A.A. Ngurah Manik Parasara (Ida Cokorda
Pemecutan XI)
 Puri Agung Kesiman: A.A. Ngr Gede Kusuma Wardhana
 Puri Jero Kuta
 Puri Sibang (Abiansemal): A.A. Ngr Oka Suralaga
 Puri Ngurah Sibangkaja: I Gst Ngr Ag Watusilamanis
 Puri Penatih (Arya Wang Bang Pinatih): I Gusti Ngurah Jaya Negara,SE

2. Mengwi

 Puri Ageng Mengwi: Anak Agung Gede Agung


 Puri Gede Abiansemal
 Puri Anyar
 Puri Gerana Selat
 Puri Mayun
 Puri Kapal Muncan & Kaleran: Anak Agung Gde Muncana &Anak Agung
Ngurah Agung
 Puri Kamasan (Sibang), (Sempidi), (Sading)
 Puri Banyuning (Bongkasa)

3. Tabanan

 Puri Agung Tabanan: Ida Cokorda Anglurah Tabanan XXIV (sebelum


mabiseka bernama I Gusti Ngurah Rupawan).
 Puri Dangin Tabanan: I Gusti Ngurah Agung
 Puri Denpasar: I Gusti Ngurah Raka.
 Puri Kaleran: I Gusti Ngurah Gede Agung.
 Puri Anom Tabanan: I Gusti Ngurah Raka Wiratma
 Puri Anyar Tabanan: I Gusti Ngurah Bagus
 Puri Gede Kerambitan: I Gst Ngr Ketut Dharma Putra, (penyeledi Anglurah
Kurambitan)
 Puri Anyar Kerambitan: A.A. Ngr Rai Giri Gunadi
 Puri Samsam Tabanan (Ksatria Sukahet)
 Puri Kediri:I Gusti Ngurah Anom Widnya
 Puri Agung Marga: I Gusti Ngurah Bagus Darmaputra
 Puri Agung Perean: Anak Agung Alit Badjra
 Puri Gede Belayu: I Gusti Ngurah Wijaya
 Puri Oka Marga: Anak Agung Alit Dutasana
 Puri Gede Kamasan Tabanan: Ida Cokorda Malkangin (Raja Tabanan ke IX)

4. Gianyar

 Puri Ageng Bitera: 17 Penglingsir Puri Agung Bitera


 Puri Agung Gianyar: Ida A.A Gde Agung Bharata
 Puri Agung Payangan: Tjokorda Gde Agung
 Puri Agung Ubud (Puri Saren): Cokorda Gde Agung Suyasa
 Puri Agung Peliatan: Cokorda Gde Putra Nindia (perwakilan semeton tengah)
 Puri Keramas: A.A. Raka Mundra
 Puri Agung Sukawati: A.A. Gede Oka
 Puri Agung Singapadu: Cokorda Gde Putra Kaya Trisna
 Puri Agung TegalTamu: I Gusti Ngurah Pertu Agung
 Puri Agung Negara: Tjokorda Gde Atmaja
 Puri Kaleran Negara: A.A. Gede Putra Negara
 Puri Agung Lebih; A.A. Gede Wiradarma
 Puri Kedisan Tegallalang: I Gusti Ngurah Pulaki
 Puri Agung Tampaksiring : Tjokorda Gede Tjiptha
 Puri Agung Pejeng: Cokorda Gede Putra Dalem Pemayun
 Puri Agung Pesalakan: Anak Agung Gede Raka
 Puri Agung Blahbatuh: Tjokorda Anom Oka
 Puri Ageng Blahbatuh: I Gusti Ngurah Djelantik
 Puri Saren Kangin Tegallalang: Tjokorda Gde Agung
 Puri Saren Kauh Tegallalang: A.A. Gde Oka Gambir
 Puri Kelodan Tegallalang: A.A. Gde Raka Partha
 Puri Ageng Abianbase: A.A. Gde Raka Payadnya
 Puri Ageng Tulikup: A.A. Gede Mayun
 Puri Ageng Batuan: A.A. Gede Bagus
 Puri Ageng Siangan: A.A. Gde Ngurah Mataram
 Puri Ageng Beng
 Puri Ageng Serongga
 Puri Wanayu
 Puri Bedulu
 Puri Agung Batuyang: Tjokorda Ratu Malya (Puri Agung Saren Kaja)
 Puri Agung Manuaba: A.A. Gede Raka
 Puri Kelodan Benawah

5. Karangasem

 Puri Agung Karangasem: A.A. Gde Putra Agung


 Puri Kelodan: I Gusti Agung Putu Agung
 Puri Kaleran: A.A. Arya Mataram
 Puri Kanginan
 Puri Kauhan: Anak Agung Krishna Bagoes Oka
 Puri Batu Aya: Ida I Dewa Gede Batuaya
 Puri Celuk Negara: I Gusti Agung Ngurah Agung
 Puri Kaler Kauh: Dr. I Gusti Bagus Ngurah

6. Klungkung

 Puri Agung Klungkung: Ida Tjokorda Rai (Ida Dalem Semaraputra)


 Puri Anyar Klungkung: Ida Anak Agung Gde Indra Putra Dalem
 Puri Agung Nyalian: Ida Cokorda Gede Putra ( alm) digantikan Ida Cokorda
Anom Dharma Putra.
 Puri Agung Kanginan: Ida Anak Agung Oka Wisnu
 Puri Agung Kaler Kangin: Ida Anak Agung Gde Rai Sri Budaya, SE
 Puri Agung Kelodan: Ida Anak Agung Cakra
 Puri Agung Kusamba: Ida Anak Agung Gde Mayun Saren
 Puri Agung Kaleran Kusamba: Ida Anak Agung Gde Mayun
 Puri Agung Kawan: Ida Anak Agung Gede Baliputra
 Puri Kaleran Koripan: Ida Anak Agung Gede Raka Pemayun
 Puri Satria Kanginan: Ida Anak Agung Gde Ngurah Sinta
 Puri Agung Sulang : Ida Anak Agung Ngurah Ketut Agung

7. Buleleng

 Puri Gede Denbukit: Anak Agung Denbukit


 Puri Manggala Lovina: Anak Agung Ngurah Ugrasena
 Puri Anyar Sukasada: A.A. Ngr Yudana,
 Puri Kanginan Singaraja: A.A. Ngr Parwatha Pandji
 Puri Bangkang: A.A. Ngr Suantara
 Puri Penataran : A.A. Ngr Semadi Putra
 Puri Tukad Mungga: A.A. Ngr Mudipta
 Puri Ayodya (Kalibukbuk): A.A. Ngr Sentanu
 Puri Gede Denbukit di Pancasari: I Gusti Ngurah Agung Dharma Wirata
 Puri Blahbatuh: A.A. Ngr Jlantik
 Puri Sukasada: I Gusti Nyoman Raka, (I Gusti Ngurah Komang Parmadi
adalah keturunan dia dan sekarang tinggal di Abian Puri Sukasada)

8. Bangli

 Puri Bangli: A.A. Ngurah Agung

9. Jembrana

 Puri Bakungan (1400-1450 M): Ki Ageng Malele Cengkrong atau Sri Ageng
Malele Cengkrong bergelar I Gusti Ngurah Bakungan (putung), parhyangan suci
di Pura Candi Bakungan disungsun oleh keluarga Puri Pancoran
 Puri Pacangakan (1400-1450 M): Ki Ageng Mekel Bang bergelar I Gusti
Ngurah Pacangakan (putung), parhyangan suci di Pura Ageng Pacangakan
disungsun oleh keluarga Puri Pancoran
 Puri Pancoran (1470 M): Ki Ageng Malelo Bang bergelar I Gusti Ngurah
Pancoran
 Puri Agung Negara: Anak Agung Gde Agung Sutedja
 Puri Pacekan: I gusti agung gede pacekan

2.2 Arsitektur Puri Agung Karangasem


Pada abad ke-16 sampai abad ke-17, Karangasem berada di bawah kekuasaan
Kerajaan Gelgel, dengan rajanya I Dewa Karangamla yang berkedudukan di
Selagumi (Balepunduk). I Dewa Karangamla menikahi janda I Gusti Arya
Batanjeruk, patih kerajaan yang melakukan pemberontakan dan dibunuh di Desa
Bungaya, dengan syarat bahwa setelah pernikahan keduanya, kelak anak dari janda
Batanjeruklah yang menjadi penguasa. Syarat ini disetujui dan kemudian keluarga I
Dewa Karangamla berpindah dari Selagumi ke Batuaya. I Dewa Karangamla juga
mempunyai putra dari istrinya yang lain bernama I Dewa Gde Batuaya. Penyerahan
kekuasaan kepada putra dari janda Batanjeruk inilah menandai awal mula berdirinya
Kerajaan Karangasem yang dipegang oleh Dinasti Batanjeruk.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Karangasem
Puri Agung Karangasem memiliki daya tarik terutama pada bentuk arsitektur
bangunannya yang menarik memiliki perpaduan antara arsitektur Bali, China, dan
Eropa. Sentuhan Arsitektur Bali bisa di lihat pada ukiran candi, patung dan relief
wayang di dinding bangunan Puri. Sementara pengaruh arsitektur Eropa terdapat di
bangunan induk dan beranda yang luas yang di beri nama Maskerdam. Dan arsitektur
terkhir yakni dari China terlihat pada motif ukiran yang terdapat pada pintu, jendela
dan ornamen-ornamen bangunan yang terdapat di Puri.
Puri ini meiliki luas sekitar 20.000 m² memiliki panjang 200 meter serta lebar 100
meter dan di kelilingi oleh tembok yang tinggi dan tebal. Puri Agung Karangasem
jika di bagi memiliki 3 bagian yakni halaman pertama di sebut dengan Bencingah,
lalu halaman kedua di beri nama Jaba Tengah, dan halaman paling dalam yang
bangunan utama dan berarsitektur Eropa yakni Maskerdam. Selain memiliki
arsitektur berbagai bangsa ciri khas Puri yang lain adalah gapuranya serta candi-
candinya yang menjulang tinggi mencapai ketinggian 25 meter dan terbuat dari batu
bata serta dihiasi cetakan yang bermotif wayang. Sementara di depan candi terdapat
sepasang patung singa dan sepasang patung penjaga pintu serta sepasang pos
penjagaan.
I Gusti Bagus Djelantik yang juga memiliki nama Ida Anak Agung Agung Anglurah
Ketut Karangasem juga tidak kalah berjasanya bagi Puri Agung dan Karangasem.
Berbagai karya dari berbagai bidang telah dirinya tinggalkan selama menjadi Raja.
Puri Agung Karangasem, juga beliau perindah salah satunya dengan menciptakan
Kuri Agung atau gapura istana. Sampai saat ini peninggalannya masih terjaga selain
itu dua buah taman yakni  Taman Sukadasa yang didirikan pada tahun 1919 dan
Taman Tirta Gangga pada tahun 1948 juga merupakan rancangannya.
Untuk mencapai lokasi Puri Agung Karangasem di pusat kota Amlapura
tersebut dari ibukota Denpasar menempuh kurang lebih berjarak sekitar 78 km
sementara jika dari kawasan wisata lainnya yakni Candi Dasa berjarak 15 km.

Sumber : http://www.indoholidaytourguide.com/puri-agung-karangasem-puri-indah-paduan-dari-3-
arsitektur-bangsa-00175/
Sumber : www.google.com

Sumber : www.google.com
Sumber : www.google.com

Sumber : www.google.com
2.3 Jurnal
KAJIAN ORNAMEN KUNO PADA BANGUNAN-BANGUNAN PURI DI
KABUPATEN KARANGASEM BALI

I Nyoman Wiwana. I Wayan Sukarya. Program Studi Seni Rupa Murni, Fakultas Seni
Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar Sunialoka2013@yahoo.com
Jurnal “Segara Widya”. Volume 2. Nomor 1. 2014. ISSN: 2354-7154

Abstrak
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengkaji ornamen kuno pada
bangunan puri di Kabupaten Karangasem. Teknik pengambilan datanya observasi,
wawancara dan dokumentasi. Sumber data penelitian adalah ornamen-ornamen kuno
pada bangunan puri yang melekat pada ukiran pintu, jendela, gapura, dan lain-lain.
Sebagai informan kunci adalah penglingsir puri keturunanan raja di puri tersebut.
Hasil yang diperoleh adalah Puri Agung Karangasem merupakan salah satu puri di
Kabupaten Karangasem yang masih memiliki ornamen kuno. Jenis-jenis ornamen
yang terdapat di Puri Agung Karangasem dapat dibedakan menjadi dua yaitu
ornamen dengan gaya Cina dan Bali. Teknik pembuatan ornamen yaitu teknik ukir
dan teknik cetak. Pengaruh gaya Eropa (Belanda) dan gaya Cina sangat kental terlihat
penampilan ornamen di puri tersebut. Visualisasi ornamen puri tersebut dapat
bermakna bahwa kerajaan di Karangasem pada zaman dahulu telah menjalin
hubungan dengan dunia luar, kesenian dan teknologi seni cetak telah berkembang
dengan baik. Sejarah terwujudnya ornamen di puri tersebut sangat sulit dianalisis
karena tidak ditemukan dokumen-dokumen yang mendukung sejarah pembuatannya.
Kondisi fisik ornamen beberapa telah mengalami kerusakan.
Kata kunci: ornamen, kuno, bangunan, puri.

Abstract
The general purpose of this study is to examine ancient ornaments on castle building
in Karangasem regency. Data retrieval techniques of observation, interviews. The
data source is study of ancient ornaments on castle building attached to the carved
door, window, gate, and others. Oldest’s generation castle king of the castle as the
key informant.The result is Puri Agung Karangasem is one of the castle in
Karangasem regency which still has the old-fashioned ornaments. The types of
ornaments contained in Karangasem Puri Agung can be divided into two ornaments
with Chinese style and Bali. manufacture technic of ornaments that carving
techniques and printing techniques. The influence of European style (the Netherlands)
and a very thick Chinese style ornaments visible appearance in the castle. Visual
ornament of the castle can mean that the Karangasem kingdom in many years ago,
have a relationship with the outside world, the arts and the art of printing technology
has been well developed. History realization of ornaments in the castle is very
difficult to analyze because it can not find the documents that support the making of
history. The physical condition of some of the ornaments have been damaged.
Key word: ornaments, ancient, building, castle.

PENDAHULUAN
Beberapa tahun belakangan ini pembangunan di Bali terus berkembang sesuai dengan
zamannya, disisi yang lain terjadi pergeseran-pergeseran dalam berbagai bidang.
Pergeseran dalam bidang budaya dapat dilihat dari perubahan-perubahan seperti
mengganti bangunan model lama dengan bangunan-bangunan model baru (post
structural), misalnya dalam gaya/style, teknik, bahan dan termasuk dalam ornamen
yang digunakan. Masa-masa pembangunan seperti itu sering disebut model-model
pembangunan poststruktural, suatu masa yang telah bergeser menuju suatu hal baru
yang masih menampakkan karakter sebelumnya maupun tidak (Piliang, 2010: xvii).
Dalam pergeseran style, pembangunan sekarang cendrung polos, simple, tanpa
ornamen ukiran, walaupun masih berkarakter Bali. Contoh untuk ini bisa dilihat dari
pembangunan gapura, bale kulkul, tembok penyengker dan sebagainya.Jika
pergeseran-pergeseran itu terus berlanjut maka peradaban-peradaban lama/kuno, suka
atau tidak suka berangsur-angsur akan hilang. Salah satu yang kami khawatirkan
adalah ornamen kuno pada bangunan-bangunan bekas raja-raja tempo dulu yang ada
di beberapa puri di Bali saat ini. Salah satu misalnya yang ada di Kabupaten
Karangasem Bali. Di Kabupaten Karangasem terdapat beberapa puri yang sampai
saat ini masih meninggalkan bangunan-bangunan kuno bekas raja-raja tempo dulu
dan perlu untuk diberi apresiasi supaya tetap bisa dipertahankan. Walaupun demikian
peneliti merasa khawatir dengan keberadaannya pada masa-masa mendatang, karena
pada beberapa puri lain di Bali sudah mulai terjadi pemugaran-pemugaran bangunan
mengganti dengan baru baik style maupun materialnya termasuk ornamennya. Maka
dari itu penelitian ini dirasakan sangat penting untuk dilakukan karena merupakan
bagian dari rasa kepedulian budaya masa lalu, sebagai pelestarian bahkan bila
memungkinkan merekonstruksinya kembali jika ditemukan kerusakan-kerusakan.

METODE PENELITIAN
Pengambilan sampel dilakukan secara porposive sampling. Teori ini diterapkan
dalam menentukan sumber data jenis-jenis ornamen yang menjadi sumber data
primer dalam penelitian ini. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan teori
snowballing yaitu pengambilan sampel dengan bantuan key-informan (Iskandar,
2009: 114-115). Diawali dengan menetapkan beberapa informan kunci, kemudian
dari informan kunci tersebut berkembang keinforman-informan yang lainnya. Pada
proses pengumpulan data peneliti dibantu oleh satu orang pembantu peneliti, tenaga
lapangan satu orang mahasiswa sebagai pencatat dan pengambilan foto. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Sumber data yang ditetapkan pada penelitian ini adalah ornamen-ornamen kuno pada
bangunan-bangunan puri seperti yang terlihat pada ukiran pintu, jendela, gapura, dan
lain-lain. Sumber data lain sebagai informan ditentukan adalah para tetua/penglingsir
puri/keturunan raja-raja di Kabupaten Karangasem dan pihak-pihak lain yang terkait.
Untuk memperoleh hasil penelitian yang masksimal dilakukan proses triangulasi, atau
proses pengumpulan, pengolahan dan proses verifikasi serta berulang-ulang.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Puri adalah sebuah nama yang dipakai untuk menyebut tempat tinggal para kaum
penguasa (raja) pada zaman dahulu di Pulau Bali dan nama tersebut masih digunakan
sampai saat ini oleh para keturunan raja dan keluarga dekat yang masih memiliki
hubungan darah dengan raja. Berdasarkan sistem pembagian triwangsa atau kasta,
maka puri ditempati oleh bangsawan berwangsa ksatria. Pemimpin puri yang
umumnya sekaligus pemimpin lembaga kekerabatan puri, biasanya disebut sebagai
Penglingsir atau Pemucuk. Para keturunan raja tersebut dapat dikenali melalui gelar
yang ada pada nama mereka, misalnya Ida I Gusti, Cokorda, Anak Agung Ngurah,
Dewa Agung, Ratu Agung, Ratu Bagus dan lain-lain untuk pria; serta Cokorda Istri,
Anak Agung Istri, Dewa Ayu, dan lain-lain untuk wanita (Wikipedia, 2014).
Hampir semua kabupaten dan kota di Bali memiliki puri, karena masing-
masing tempat tersebut pernah diperintah oleh raja. Uniknya lagi adalah masing-
masing kabupaten dan kota tersebut memiliki peninggalan puri lebih dari satu. Seperti
misalnya di Kabupaten Karangasem, ditemukan beberapa puri dan raja yang pernah
berstana di puri tersebut antara lain: Puri Agung Karangasem: AA Gde Putra Agung,
Puri Kelodan: I Gusti Agung Putu Agung, Puri Kaleran: AA Arya Mataram, Puri
Kanginan, Puri Kauhan: Ratu Agung Krishna Bagoes Oka, Puri Batu Aya: Ida I
Dewa Gede Batuaya, Puri Celuk Negara: I Gusti Agung Ngurah Agung, Puri Kaler
Kauh: dr I Gusti Bagus Ngurah (Wikipedia, 2014).
Komplek bangunan puri di Kabupaten Karangasem yang paling mudah
diingat adalah bangunan Puri Agung Karangasem. Puri tersebut terletak di sebelah
timur jalan dan berhadapan dengan puri yang ada di sebelah barat jalan. Puri Agung
Karangasem dibangun pada abad ke-19 oleh Anak Agung Gede Jelantik, raja pertama
Kerajaan Karangasem, yang pada waktu itu menjabat sebagai Stedehouder (wakil
pemerintah Belanda). Puri Agung Karangasem terletak sekitar 80 kilometer dari
Denpasar. Puri Agung Karangasem adalah salah satu bangunan kuno di Bali.
Puri Agung Karangasem saat ini dikelola sebagai objek wisata. Biaya masuk
pengunjung tidak ditentukan secara pasti, cukup dikenakan sumbangan sukarela
untuk dapat berkeliling dan menikmati kemegahan puri. Puri Agung Karangasem
masih dilestarikan kondisinya seperti jaman kerajaan tempo dulu, tetapi tidak
digunakan sebagai tempat aktifitas sehari-hari keluarga keturunan raja. Hasil dari
aktifitas wisata pada puri ini digunakan untuk biaya pemeliharaan puri tersebut. Pada
saat pengambilan data penelitian ini dilakukan, kami disapa oleh dua orang penjaga
wanita yang memberikan penjelasan tentang keberadaan puri, walaupun dengan
penjelasan yang terbatas tanpa panduan. Kondisi kunjungan wisatawan waktu itu
tidak ramai, hanya beberapa orang wisatawan melintas ketika kami mengumpulkan
data penelitian. Kemungkinan karena kunjungan wisatawan yang masih jarang proses
penjagaannya tidak seperti objek-objek wisata lainnya yang ada di Bali yang
semuanya tertata rapi bertujuan memberikan kepuasan maksimal kepada kunjungan
wisatawan. Berbeda dengan penjagaan di Puri Agung Karangasem, penjagaan tidak
ketat, penjaga tidak mengenakan kostum seragam, tidak disertai panduan yang berisi
informasi tentang Puri Agung Karangasem dan sebagainya. Bahkan penjaga dalam
melakukan tugasnya, masih kelihatan sibuk melakukan pekerjaan lainnya, seperti
membuat canang.
Istana Puri Agung Karangasem mempunyai keunikan terutama dalam bidang
arsitektur dan juga pola menetapnya. Dilihat dari denah puri, Puri Agung Karangasem
mempunyai dua tipe, yaitu tipe tradisional dan tipe modern. Pada bagian selatan
wilayah puri tersebut mencerminkan denah dan tipe bangunan tradisional Bali.
Wilayah puri bagian selatan ini merupakan puri yang lebih tua yang lebih dahulu
dibangun oleh para raja di Puri Agung Karangasem yaitu sekitar tahun 1875. Denah
pada bagian yang kuno masih mengikuti pola tradisional puri, mulai dari pintu masuk
bagian selatan melalui sebuah bagian yang di sebut bacingah atau ancak saji,
kemudian masuk ke jaba tengah, petandakan, pamengkang dan terkahir disebut loji,
yaitu tempat tinggal raja. Tipe atau bentuk bangunannya masih tradisional dengan
tiang-tiang berukir. Sedangkan di bagian utara wilayah puri memiliki ciri yang lebih
modern dibandingkan dengan wilayah bagian selatan dan dibuat tahun 1900. Unsur
modern tersebut dapat dilihat dari bentuk bangunan, ornamen yang digunakan dan
nama-nama bangunan yang digunakan. Pada wilayah modern tersebut terlihat
pengaruh asing dalam perwujudan arsitektur/bangunan tersebut, terutama yang kental
terlihat adalah pengaruh Belanda dan Tiongkok. Dari segi arsitektur, baik bangunan
maupun hiasannya banyak kena pengaruh Tiongkok, seperti pada hiasan pintu ada
ornamen barong sai, ornamen pahatan pada daun pintu banyak bercorak Tiongkok.

Puri-puri di Kabupaten Karangasem yang masih memiliki ornamen kuno


Hampir sebagain besar puri-puri di kabupaten Karangasem memiliki ornamen kuno.
Puripuri tersebut adalah Puri Agung Karangasem, Puri Kelodan, Puri Kaleran, Puri
Kanginan, Puri Kauhan, Puri Batu Aya, Puri Celuk Negara dan Puri Kaler Kauh.
Jenis-jenis bangunan yang masih memiliki ornamen kuno di Puri Agung
Karangasem.
Secara keseluruhan Puri Agung di Kabupaten Karangsem masih menerapkan
ornamen kuno, yaitu ornamen yang ada saat ini merupakan ornamen yang telah ada
pada saat zaman kerajaan. Bangunan-bangunan di Puri Agung Karangamem yang
masih tetap dengan ornamen kuno tersebut adalah Candi Kurung , ada dua Candi
Kurung yaitu Candi Kurung pertama sebagai pintu masuk pertama dan Candi Kurung
kedua berada di bagian dalam yang merupakan pintu masuk menuju bangunan
utama. Selanjutnya ada bangunan Bale Kambang, Bale Maskerdam, Bale Pawedan
dan Bale Pemandesan.
Jenis-jenis / Motif Ornamen pada bangunan-bangunan di Puri Agung
Karangasem
Jenis atau motif ornamen yang ada pada bagunan-bangunan di Puri Agung
Karangasem dapat ditelusuri melalui pembagian denah puri tersebut mulai dari Candi
Kurung pertama yang menjulang tinggai sebagai pintu masuk dari jalan raya,
selajutnya masuk kewilayah bencingah, jabe tengah, di dalamnya ada pohon leci
besar yang konon merupakan tanaman yang dibawa dari Cina, dan taman dilengkapi
kolam; Kemudian masuk keareal utama (tempat raja). Masing-masing wilayah
tersebut memiliki bangunan dilengkapi ornamen yang masih asli dibuat pada masa
lalu yaitu:

Ornamen pada Bangunan di wilayah Bencingah


Bencingah adalah sebutan untuk wilayah depan dari pembagian sebuah
kerajaan. Wilayah Bencingah ini sampai saat ini dapat dijumpai di berbagai puri
lainnya di Bali, seperti Puri Kesiman, dan Puri Kesatria di Kota Denpasar, Puri Ubud
di Kabupaten Gianyar, Puri Kerambitan di Kabupaten Tabanan, Puri Kaba-kaba di
Desa Kediri Kabupaten Tabanan, Puri Mengwi di Kabupaten Badung dan lain-
lainnya. Pada kondisi saat ini banyak wilayah bencingah ini berubah fungsi menjadi
bangunan-bangunan untuk melaksanakan kegiatan aktifitas ekonomi, bukan lagi
difungsikan untuk melakukan aktifitas budaya dan agama seperti fungsi pada zaman
kerajaan. Namun beberapa puri seperti halnya Puri Agung Karangasem, kondisi
zaman dulu masih dipertahankan sebagaimana aslinya, walaupun di tempat tersebut
tidak lagi dilakukan aktifitas kemanusiaan, terlihat hanya sebagai bangunan tua tidak
dihuni dan halamannya dilengkapi dengan taman. Fungsi awal bencingah umumnya
dipakai sebagai tempat melaksanakan berbagai aktifitas kerajaan seperti kesenian,
kegiatan adat, dan sebagainya.
Untuk masuk wilayah Bencingah Puri Agung Karangasem ini, pengunjung
akan dihadapkan pada sebuah Candi sebagai pintu masuk yang menjulang tinggi
terbuat dari bata merah seperti gambar di bawah ini. Candi ini dihiasi patra punggel
pada masingmasing sudut atap candi yang dibuat dengan teknik cetak. Candi ini
memiliki ciri berbeda dengan candi kurung pada umumnya di Bali.
Candi Bentar atau Candi Kurung di Bali umumnya didominasi oleh
penerapan ornamen motif pepatran dan kekarangan yang terkesan meriah. Namun
Candi Kurung di Puri Agung Karangasem tampil dengan bentuk yang berbeda,
tinggi, minim ornamen dan berkesan sederhana, tetapi kelihatan agung dan megah.
Ornamen yang ditampilkan berbeda dengan ornamen pada candi bentar atau candi
kurung pada umumnya di Bali. Ornamennya terdiri dari ornamen cetakan dari bahan
campuran pasir, semen dan kawat jaring yang dipasang dengan teknik tempel. Objek
yang ditampilkan pada ornamen tersebut adalah berbagai tokoh dalam pewayangan
Mahabrata dan Ramayana. Karena telah berumur tua, beberapa ornamen cetakan ini
sudah mengalami kerusakan pada bagian-bagian tetentu, dan terlihat kurang ada
perawatan. Demikian juga pada bagian tembok candi kurung yang terbuat dari bata
merah, beberapa bagian sudah terlihat keropos, bagian-bagian batanya ada yang
terlepas sehingga memunculkan cekungan-cekungan pada dinding candi. Disatu sisi
kondisi seperti ini mungkin bagi beberapa pengunjung dipandang dapat menimbulkan
rasa prihatin, tetapi di sisi yang lain mungkin dapat menimbulkan rasa kekaguman
juga, karena candi tersebut memperlihatkan kondisi aslinya yang kuno, usianya yang
kuno maka wajarlah kondisinya sudah mulai rapuh. Untuk menjaga keaslian kondisi
puri tersebut dan mempertahankan dari kerapuhan diperlukan ahli-ahli revitalisasi
bangunan untuk mengembalikan ke- keadaan semula. Karena saat ini sangat banyak
peninggalan-peninggalan kuno di Bali dihilangkan diganti dengan yang baru. Dari
visualisasi ornamen ini belum terlihat ada pengaruh budaya dari luar Bali. Namun
kemungkinan teknik cetak yang digunakan dalam pembuatan ornamen tersebut
didapatkan dari hubungan dengan pihak-pihak luar yang menjalin hubungan dengan
raja Karangasem. Pada jaman kerajaan dulu sudah dikenal oleh para raja teknik cetak
karena
Gambar 1. Bagian depan candi Puri Agung Karangasem dihiasi ornamen
cetak, patung singa dan patung pewayangan yang memakai kain poleng (kotak-kotak
hitam dan putih)

berhubungan dengan berbagai bangsa luar yang lebih dulu maju dalam teknologi.
Salah satu penglingsir puri A.A. Putra Jelantik mengatakan teknik cetak yang
diterapkan pada pembuatan ornamen tersebut lebih dahulu dikenal dari teknik cetak
yang dipakai dalam pembuatan sanggah di Desa Kapal Mengwi Badung (wawancara
Mei 2014).
Visualisasi ornamen pada candi di atas, menampilkan tokoh-tokoh bentuk
pewayangan dan bentuk lainnya dengan indentitas lokal Balinya. Unsur-unsur
pengaruh dari luar dilihat dari teknis maupun bentuk belum dapat dilihat dengan jelas.
Karakter wayang Bali yang ditampilkan masih jelas terlihat walaupun dibuat dengan
dengan teknik cetak. Ornamen pada dinding penyengker ini terlihat kurang ada
kesatuan dengan temboknya, karena penampilan warna yang kurang menyatu.
Ornamen cetakan berwarna putih dan tembok bata dengan warna merah, dari
pewarnaan ini terkesan terlihat lepas. Alas patung yang berisi ornamen singa berdiri
membawa bendara pada keempat sisinya, dibuat dengan teknik cetak dengan satu
jenis cetakan. Keempat cetakan digabungkan membentuk sebuah kotak yang
berfungsi sebagai alas patung di depan candi.
Memasuki candi pertama pengunjung akan masuk areal yang disebut
bencingah. Pada wilayah ini terdapat dua buah bangunan yang terletak di sebelah
selatan menghadap ke utara dan sisi sebelah utara yang menghadap ke selatan.
Bangunan-bangunan ini pada masa pemerintahan raja difungsikan sebagai tempat
peristirahatan para tamu raja. Bangunan tua di sebelah selatan ini sudah tidak
ditempati oleh keluarga raja atau tidak difungsikan lagi untuk melakukan aktifitas
sehari-hari, kondisinya terlihat kurang terawat. Dibandingkan dengan banguna-
bangunan pada umumnya sekarang, bangunan tersebut lebih rendah. Bangunan
tersebut terdiri dari beberapa ruang dalam bentuk kamar-kamar. Sedangkan bangunan
di sebelah utara sampai penelitian ini dilakukan, masih terlihat dihuni untuk
melakukan kegiatan sehari-hari. Pada bangunan di sebelah utara areal bencingah ini
terlihat lebih terawat dan lebih bersih. Namun peneliti belum memastikan
penghuninya tersebut masih kerabat keturunan raja atau para penjaga puri. Pada
bagian jendela bangunan di sebelah selatan terlihat dilengkapi ornamen dalam bentuk
tumbuh-tumbuhan yang dibuat dengan teknik ukir. Pada dinding bawah bangunan
tersebut dipenuhi dengan ornamen menggambarkan kisah Mahabrata dan juga
Ramayana namun kisahnya tidak dihadirkan secara runtut, seperti terlihat pada
ornamen pada bangunan sebelah selatan di bawah ini. Bangunan asli yang terlihat
sederhana untuk ukuran saat ini, pada bagian jendelanya juga sedikit menggunakan
ornamen. Karena obyek dan dasarnya ornamen ini warnanya putih, sehingga
detailnya tidak terlihat dengan jelas mulai dari jarak kira-kira 5m. Penempatan
ornamen pada bangunan ini tidak menyesuaikan dengan fungsi bangunan. Sehingga
antara ornamen yang satu dengan yang lainnya tidak ada hubungannya baik dari segi
cerita maupun pesan yang ingin disampaikan. Berikut ditampilkan beberapa detail
ornamen tersebut :

Gambar 2 dan 3 Detail ornamen pada bangunan di bencingah sebelah selatan.


Ornamen di atas mengambil obyek seekor burung garuda (paksi) ditunggangi
oleh sang Rama (Garuda Wisnu) dalam posisi vertikal. Hasil cetakannya cukup tajam
dan halus namun dangkal sehingga hasil cetakannya tipis. Pada bagian pinggir dibuat
seolah-olah bingkai dengan ornamen mas-masan. Sedangkan gambar singa bersayap
dengan leher tegap dilengkapi latar belakang burung dan kupu-kupu yang membuat
singa tersebut seolah-olah terbang diangkasa. Pada tiap sudut ornamen Singa ini
dilengkapi ornamen yang sama, berupa ornamen stiliran dedaunan namun tidak
memperlihatkan ciri khas Bali yang kental. Penampilan ornamen ini terkesan tidak
merujuk pada kekhasan suatu daerah tertentu. Mungkin ini merupakan akibat dari
adanya pengaruh asing terhadap ornamen yang ada di Puri Karangasem Bali.
Ornamen tersebut lebih bersifat umum dibuat dengan perpaduan garis lengkung
dengan motif dedaunan yang telah disetilir atau digubah, dikomposisikan secara
teratur. Ornamen Singa bersayap terbang diapit kanan dan kiri oleh ornamen Garuda
Wisnu.
Pada relief yang lain diungkapkan kisah peperangan Mahabrata pada saat Sang
Arjuna di atas kereta melepaskan panah-panahnya dan Sang Kresna sebagai kusir.
Penggambaran suasana perang diperkuat dengan panah-panah Arjuna memunculkan
api dan binatang naga dari senjata musuh. Ornamen ini hanya memberikan gambaran
sepenggal tentang kisah perang Mahabrata dan penempatannya pun pada dinding
bagian bawah tembok menyentuh lantai, sehingga kurang enak dilihat dari sisi yang
penikmat seninya. Untuk dapat mengapresiasi dengan baik ornamen ini harus
dilakukan posisi jongkok. Karena usia ornamen ini sudah tua, dan keasliannya masih
utuh maka warnanya kelihatan coklat kusam. Dalam ornamen ini belum terlihat
nampak secara jelas pengaruh asing yang masuk di dalamnya.

Ornamen pada Bangunan di Wilayah Jabe Tengah


Ornamen selanjutnya dapat diamati dari ornamen-ornamen yang ada pada
bangunanbangunan di areal kawasan jabe tengah dari Puri Agung Karangasem. Areal
yang cukup indah menampilkan identitas kekunoan, peristiwa masa lalu, pada
masanya difungsikan sebagai areal bersenang-senang, penjamuan tamu raja dan
pementasan kesenian. Jaba Tengah dibatasi dengan sebuah tembok dan candi (gate)
sebagai pintu masuk dengan empat undagan atap. Ornamen dan bentuknya sama
dengan candi pintu masuk di Bencingah atau candi yang pertma. Candi ini juga diiasi
ornamen tempel yang sama seperti candi di Bencingah. Namun candi ini dilengkapi
dengan patung yang dipasang pada bagian tengah candi yang dibuat ruang yang
bagian atasnya dibuat seperti kubah. Bentuk-bentuk kubah seperti ini biasanya
diterapkan oleh bangunan Belanda baik untuk pintu maupun untuk jendela. Maka dari
itu kemungkinan besar bentuk kubah tersebut merupakan adopsi dari bangunan
Belanda. Namun setelah dikonfirmasi kepada pihak keluarga keturunan raja hal
tersebut tidak dapat dipastikan. Pada candi ditengah ini di depannya juga dilengkapi
sepasang patung harimau duduk dan patung lainnya.
Candi pada bagian depan dan belakang di jabe tengah ini memiliki ornamen
yang sama, pada bagian bawah candi pada setiap sudut diisi ornamen motif karang
asti, di atasnya ditempel cetakan persegi dengan ornamen singa bersayap. Pada setiap
bagian tingkatan ke atas juga diisi ornamen dengan ornamen bermotif tokoh
pewayangan. Beberapa dari motif ornamen tersebut kondisinya sudah rapuh, ada
bagian-bagian tertentu yang terlepas atau terkelupas, sehingga dapat mengurangi
keindahan bangunan tersebut. Kondisi ini nampaknya sudah terjadi cukup lama,
karena terlihat dari visualnya yang terkesan lama, sehingga perlu diadakan perbaikan
untuk mengembalikan keadaan seperti semula.
Jika diamati kondisi ornamen candi tersebut, perlu ada restorasi untuk
mengembalikan kekondisi semula untuk menjaga peninggalan sejarah tetap dapat
diwariskan pada generasi berikutnya. Karena warisan dengan style seperti ini hanya
ada di Puri Agung Karangasem. Untuk merestorasi kondisi memerlukan kesadaran
dan kebijakan dari pihak puri maupun kepedulian dari pemerintah daerah setempat,
sebagai penghargaan terhadap nilai-nilai sejarah yang bernilai tinggi. Jika hal tersebut
tidak dilakukan kehancuran akan terus berjalan seiring dengan perguliran waktu. Pada
wilayah jabe tengah terdapat pohon leci (leechee) yang sudah tua sebagai salah satu
ciri khasnya. Pohon leci tersebut tanaman yang sudah tua, hal tersebut terlihat dari
kar-akarnya menyebar melebar dibawah pohonnya. Keberadaan pohon tersebut
membuat kondisi di Jaba Tengah menjadi teduh dan sejuk pada siang hari.
Pada wilayah Jaba Tengah, identitas utama ditandai dengan adanya kolam
yang posisinya di sebelah selatan wilayah utama Maskerdam. Di tengah-tengah
kolam tersebut berdiri sebuah bangunan yang disebut Bale Kambang atau Gili. Bale
kambang tersebut difungsikan sebagai tempat raja melakukan pertemuan, penjamuan
dengan tamu-tamu penting dan termasuk untuk melakukan kegitan hiburan.
Bangunan persegi ini, terbuka, materialnya masih tetap memperlihatkan keasliannya
dan memiliki tiang 18 buah.

Gambar 4. Bale Kambang tampak dari barat dan selatan.


Pada Bale Kambang ini tidak banyak ornamen yang bisa ditemukan, atapnya
menggunakan material genteng, terkesan sederhana dan tidak menggunakan hiasan
pemucu, seperti bangunan beridentitas Bali pada umumnya. Pada ruang dalam
bangunan ini terdapat lampu hias yang tergantung di tengah-tengah ruangan tersebut.
Lantai bangunan menggunakan tegel yang terbuat dari semen dan bagian tengahnya
dipasang keramik lantai berwarna dan bermotif geometris. Menurut sumber puri,
keramik tersebut memang telah ada semasa pemerintahan raja terdahulu. Ornamen
lain yang terlihat pada bangunan Bale Kambang tersebut adalah ornamen pada alas
tiang bangunan (sendi) yang terbuat dari semen cetakan. Pada pojok barat laut dari
bangunan Bale Kambang tersebut terdapat sebuah bangunan kecil, segi empat yang
posisinya terletak di pinggir kolam. Kemungkinan bangunan tersebut fungsinya
terkait dengan aktifitas di kolam atau aktifitas lainnya pada jaman dulu. Dari sumber
data kelurga raja tidak mampu menjelaskan secara detail fungsi yang sebenarnya dari
bangunan tersebut. Pada bagian dalam bangunan tersebut yaitu dipojok bagian atas
dinding tembok terdapat lukisan keramik yang bergaya China. Sumber dari keluarga
raja menyebutkan bahwa ornamen tersebut merupakan benda keramik yang dibuat
oleh orang China. Namun kondisinya saat penelitian ini dilakukan kurang terawat,
terlihat kotor dan kusam. Pada ornamen tersebut diperlihatkan gambar vas bunga
dipadukan dengan ornamen dedaunan gaya khas China yang dibuat dengan teknik
lukis. Bangunan yang mirip seperti ruang tunggu tersebut berdekatan dengan
bangunan di pojok selatan bagian barat yang diperkirakan sebagai dapur istana yang
keadaannya juga kurang terawat terkesan dibiarkan.
Ornamen pada Bangunan Utama
Pada wilayah bangunan utama ini merupakan wilayah ketiga setelah
memasuki wilayah bencingah dan jaba tengah. Untuk memasuki wilayah utama ini
harus melewati pintu masuk yang disebut dengan Candi Kurung yang menghadap ke
barat. Ukuran dan bentuk candi kurung ini berbeda dengan dua candi sebelumnya,
yaitu ukurannya lebih rendah dan bentuknya hampir sama dengan Candi Kurung
seperti pada umumnya yang ada di Bali. Candi tersebut juga dilengkapi dengan
ornamen tempel seperti candi yang lainnya. Bangunan sebagai pintu masuk ini dibuat
dari bahan bata merah, terkesan polos seperti candi kurung atau sering disebut kori
atau gapura pada bangunan-bangunan Bali di pedesaan dan memiliki kemiripan
dengan candi-candi yang ada di masyarakat Bali pada umumnya. Ornamen dari candi
tersebut dapat dilihat dari hiasan pada puncak bangunan tersebut yang sering disebut
dengan mudra. Ornamen tersebut juga dibuat dengan teknik cetak menggunakan
bahan semen seperti yang terdapat pada candi yang pertama dan kedua. Di depan
candi tersebut dipasang 2 patung raksasa dengan style patung yang berkembang saat
ini, dibalut dengan kain poleng (kain kotak-kotak hitam putih) serta dibelakangnya
dipasang tedung. Nampaknya patung tersebut merupakan karya baru yang tujuannya
hanya untuk menghias.
Di lingkungan yang termasuk wilayah utama dari Puri Agung Kerangasem
terdiri dari tiga bangunan, yaitu gedung Maskerdam (bangunan utama), Bale
Pemandesan, dan Bale Pawedan. Penamaan gedung Maskerdam merupakan adopsi
dari nama kota di Belanda yaitu Amsterdam. Bangunan tersebut memiliki banjah
(teras depan yang luas) seperti bangunan bale daja pada perumahan di Bali jaman
dahulu yang memiliki teras yang luas. Bangunan ini terdiri dari tiga pintu utama, pada
pintu paling barat saat ini sebagai tempat masuk keruang yang memiliki pajangan
kursi raja. Pintu timur saat ini sebagai tempat masuk menuju ruang peristirahatan raja
ditandai dengan sebuah tempat tidur dilengkapi dengan kelambu. Sedangkan pintu
tengah sebagai tempat masuk keruang tengah yang menghubungkan kamar-kamar
dibelakang lainnya termasuk untuk menuju ruang dapur kerajaan yang berada
dibagian belakang bangunan Maskerdam tersebut. Pada bangunan Maskerdam ini
tempat menerima tamu penting raja pada jaman kolonial.

Gambar 5. Bangunan Gambar 6. Teras depan Gambar 7. Hiasan dinding


Maskerdam dari arah selatan bangunan Maskerdam bagian bawah bangunan

Pada bangunan utama ini ditemukan ornamen yang menampilkan gaya China
seperti yang terdapat pada ornamen pintu dan jendela bangunan tersebut. Motif-motif
yang ditampilkan serta style ukiran pada daun pintu tersebut menceritakan kehidupan
alam dengan gaya Cina, sehingga tampilannya menjadi berbeda dibandingkan dengan
ornamen daun pintu pada umumnya di Bali. Namun perbedaan ini sepintas tidak
akan terlihat jelas, karena tampilannya memiliki kemiripan dengan daun pintu pada
umumnya di Bali. Sebaliknya jika diamati secara teliti perbedaan tersebut akan
nampak dengan jelas. Ukiran tersebut menceritakan kisah-kisah dari negeri China
dengan style yang khas beridentitas China dengan kualitas garapan sangat baik, rapi
dan kerumitannya sangat tinggi. Sehingga secara keseluruhan ornamen tersebut
mampu menampilkan kesan unik karena menampilkan perbedaan dengan style
ornamen pintu pada umumnya di Bali. Pada dinding tembok bangunan Maskerdam
tersebut dipajang gambar-gambar keturunan raja yang pernah memerintah di Puri
Agung Kerangasem.
Elemen penghias lain yang dapat ditemukan di bangunan Maskerdam tersebut
adalah dua buah patung yang dipasang di beranda depan bangunan tersebut seperti
terlihat pada gambar 5 di atas. Namun tidak dapat dipastikan apakah patung tersebut
merupakan patung lama/kuno yang seumur dengan bangunan tersebut atau
sebaliknya. Dari key informan dan sumber lain, kami belum menemukan data yang
dapat menjelaskan hal tersebut. Namun perkiraan peneliti, patung tersebut seumur
dengan ornamen yang dipasang pada beberapa bangunan lain yang menjadi ciri khas
Puri Agung Karangasem dan dibuat dengan menggunakan teknik cetak pula. Hal
tersebut dapat dikenali dari kesimetrisan patung tersebut dan memiliki kesamaan
antara patung yang pertama dengan patung yang kedua. Patung tersebut sepertinya
menggambarkan seorang pendeta berdiri tegak, pada tangan kanannya membawa
simbol berbentuk kendi bersayap. Patung yang sama juga terlihat terpasang di depan
candi/gapura pertama. Menurut beberapa sumber dari para keturunan raja,
memperkirakan ornamen cetak termasuk patung tersebut yang ada pada bangunan ini
dibuat setelah jaman Belanda namun masih dalam bentuk kerajaan. Patung tersebut
dihias dengan kain merah dan poleng seperti patung-patung yang ada di depan candi
bentar sebelumnya. Patung tersebut dapat dimaknai bermacam-macam, misalnya
sebagai simbol penjaga raja, simbol kemakmuran, dan lainlain. Ornamen patung ini
dapat dilihat dari visualisasi gelung dan hiasan badannya, menunjukkan karakter Bali.
Ornamen lain yang dapat dilihat pada teras bangunan ini adalah ornamen pada tiang
bangunan yang menunjukkan pengaruh Belanda. Hal tersebut ditunjukkan dengan
motif-motif daun dan bunga realis, dikomposisikan simetris. Ornamen lain yang
menunjukkan pengaruh Belanda adalah ornamen hiasan di bawah atap (ringring),
ornamen di bawah atap di atas tiang besi, ornamen pada pagar pada sisi kiri dan
kanan teras Maskerdam, ornamen pada meja, ornamen pada bingkai foto raja dan
lain-lain. Visualisasi motif ornamen ini mengutamakan garis lengkung, motif daun
dan bunga dengan warna-warna lembut. Motif model seperti ini, di Bali kini dikenal
dengan nama patra bancih. Maksudnya adalah gabungan dari patra ulanda dan patra
sari. Motif dedaunan dan bunga ini kemudian divariasikan dan dikembangkan sesuai
dengan imajinasi pembuat karya tersebut.
Pengaruh asing yang paling dominan kelihatan adalah pada ornamen ukiran
ketiga pintu gedung Maskerdam ini. Pengaruh Cina sangat kental terlihat dari gaya
dan motif yang ditampilkan. Informasi yang kami dapatkan dari para keturunan raja
bahwa pada pemerintahan Raja Kerangasem, ukiran tersebut dibuat orang China yang
diundang datang ke Bali untuk membuat karya tersebut walaupun hal tersebut masih
bisa diperdebatkan. Karena belum ada data atau dokumen yang menunjukkan hal
tersebut.
Ornamen pada daun pintu pada bangunan Maskerdam, secara umum mulai
dari atas ke bawah menampilkan kehidupan binatang dengan tumbuhannya seperti
binatang kesayangan dengan pepohonannya, di bawahnya terlihat motif bunga
lambang matahari. Pada ornamen pintu juga diungkapkan kehidupan burung dengan
alamnya. Pohon bambu menjadi motif pepatran pada pintu ini dipadukan dengan
motif burung bangau, menjadi suatu keserasian seperti yang ditampilkan pada lukisan
cina. Ornamen style cina dicirikan dengan pola vertikal seperti pohon bambu serta
pohon yang lainnya.
Ornamen pintu dibuat simetris yaitu ornamen pintu sebelah kanan sama
dengan ornamen sebelah kiri, baik bagian atas maupun bagaian bawah. Ornamen ini
memperlihatkan ketrampilan yang sangat tinggi dari pembuatnya, ukirannya metelek
(tajam), rapi, dengan komposisi dan proporsi yang baik. Style Bali dari ornamen
pintu ini dapat dilihat dari pola perwujudan motif ornamen dari tumbuh-tumbuhan
pada pinggir pintu yang memperlihatkan pola pengulangan secara teratur dan
simetris. Walaupun motif ornamen yang secara umum dipergunakan di Bali seperti
patra sari atau patra punggel tidak nampak pada ornamen pintu tersebut. Pintu
tersebut terlihat difinishing dengan prada gede dan latar belakangnya warna biru,
terkesan antik karena beberapa bagian prada terlihat sudah terlepas dan kusam. Pada
bingkai pintu ditampilkan ornamen dari motif tumbuhan anggur lengkap dengan
buahnya, dikomposisikan seperti patra ulanda.
Ornamen pada tiang pintu memperlihatkan gabungan motif dari Cina dan
patra mesir. Patra mesir memberlihatkan karakter perbaduan beberapa garis lurus
dikombinasikan dengan motif tumbuhan seperti terlihat pada gambar berikut. Jika
dilihat lurus dari depan ornamen ini tidak nampak, karena posisinya pada samping
pintu. Ornamen pada pintu utama (tengah) memiliki bentuk pintu bagian atas dibuat
seperti kubah, bentuk ini tidak dimiliki oleh 2 bentuk pintu yang lainnya. Nampaknya
pembuatan pintu yang di tengah ini diberikan penekanan lebih sesuai dengan fungsi
pintu tersebut.
Ornamen pada bagian atas sebagai penutup pintu dapat dilihat tema yang
diungkapkan adalah naga/ular gaya cina dilengkapi dengan motif ikan. Menurut
Chendra Ling pada media on line menyebutkan naga Tiongkok adalah figur kebaikan
yang melambangkan kejantanan & kesuburan. Naga atau Long (Liong dalam dialek
Hokkian), adalah salah satu obyek hiasan yang paling disukai. Binatang mithologi ini
sesungguhnya adalah lambang keberagaman yang melahirkan suatu harmoni.
Lambang kejayaan atau kemakmuran karena persatuan berbagai unsur yang ada.
Sebab itu Long dirancang berdasarkan gabungan anggota badan bermacam-macam
binatang seperti: kepalaunta, mata-kelinci, tanduk-rusa, sisik-ikan, badan-ular, paha-
harimau, cakar-elang.
Semula “long” merupakan totem salah satu suku Huaxia, kemudian pada
jaman Dinasti Han mulai dijadikan lambang kekaisaran. Singgasana Kaisar berukir
naga sembilan, jubah kaisar juga bersulam naga. Pemakaian hiasan naga untuk
keluarga kerajaan di bawah kaisar pun dibagi menurut tingkatnya. Jadi ornamen naga
berjari 5 ini hanya boleh untuk yang berhubungan dengan kaisar, seperti jubah kaisar,
kursi tahta kaisar dan istana kaisar. Tiangtiang istana dan atap juga dihiasi dengan
ukiran naga. Sesuai kosmologi Tiongkok, naga merupakan salah satu Gambar 8.
Ornamen pintu bangunan Maskerdam yang di tengah. dari empat lambang mata
angin, naga melambangkan arah Timur identik dengan kesuburan, musim semi &
hujan, dalam hal ini disebut naga hijau (qing long). Ornamen dua ekor naga sedang
bermain dengan bola api, melambangkan kesuburan, karena dipercaya hal ini
menimbulkan hujan. Hujan sangat penting bagi masyarakat Tiongkok yg agraris.
Makhluk naga, terutamanya yang berwarna kuning atau emas dan bercakar lima pada
setiap kaki, merupakan lambang bagi maharaja pada kebanyakan dinasti Cina; nyata
sekali pada pakaian kebesaran maharaja pasti ada lukisan atau sulaman naga.
Seperti telah dijelaskan di atas, pada sumber yang lain juga menyebutkan di
dalam mitologi Cina, naga memiliki kaitan yang sangat erat dengan angka "9".
Misalnya, Naga Cina sesungguhnya memiliki 9 karakteristik yang merupakan
kombinasi dari makhluk-makhluk lainnya, yaitu 1. ia memiliki kepala seperti unta, 2.
Sisiknya seperti ikan, 3. Tanduknya seperti rusa, 4. Matanya seperti siluman, 5.
Telinganya seperti lembu, 6. Lehernya seperti ular, 7. Perutnya seperti tiram, 8.
Telapak kakinya seperti harimau, 9. Dan cakarnya seperti rajawali (xfile-
enigma.blogspot.com, 2014)
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa penggunaan motif naga pada
ornamen pintu tersebut sangat terkait dengan kerajaan dan kesejahteraannya. Dengan
ornamen tersebut diharapkan kerajaan selalu diberkahi kesuburan, kebaikan,
ketentraman dan dapat hidup dengan damai. Hal ini menjadi hal utama karena
ornamen tersebut diletakkan paling atas dari pintu bagian tengah tersebut. Analisis
tersebut masih bisa diperdebatkan karena peneliti mengiterpreatsikan dengan
menghubungkan symbol-simbol yang ditemukan pada ornamen tersebut. Finishing
objek dengan prada gede dengan warna dasar biru, membuat objek ukiran menjadi
menonjol. Kami belum menemukan maksud mengapa tema yang diungkapkan pada
bagian atas penutup pintu itu dibuat ornamen seperti itu. Dari tiang sampai daun
pintu dapat dilihat dalam 4 bagian, mulai dari tiang pintu/kusen dengan ornamen yang
telah dijelaskan sebelumnya. Bagian kedua adalah termasuk bingkai pintu kedua yang
dipasang menjorok kedalam sekitar 5cm dari tiang pintu. Sedangkan yang termasuk
bingkai pintu ketiga bingkai yang bersentuhan langsung dengan daun pintu, dengan
ornamen tumbuh-tumbuhan dan binatang.
Komposisi ornamen bagian atas daun pintu tengah lebih padat, lebih rapat
dibandingkan dengan ornamen pintu sebelumnya. Pada ornamen masih tetap
memperlihatkan motif binantang dan tumbuhan seperti detail gambar berikut. Pada
ornamen ini terlihat para pembuatnya ingin menceritakan suatu kehidupan manusia di
alam ini. Motif-motif yang digunakan antara lain seperti manusia dalam bentuk
seorang kaesar, pedagang dan rakyat. Sedangkan motif binatang yang diungkapkan
untuk mendukung suatu kisah kehidupan tersebut adalah kambing, singa, kuda dan
binatang lainnya. Ornamen di atas tidak simetris antara ornamen daun pintu kanan
dan kiri. Namun keduanya menunjukkan satu kesatuan cerita. Finishing yang
digunakan adalah prada gede dengan warna dasar biru. Sedangkan ornamen pinggir
daun pintu adalah patra mesir digabungkan dengan setiliran dedaunan. Pada ornamen
daun pintu bagian bawah dibuat simetris antara daun pintu kiri dan kanan. Pada
ornamen ini digambarkan kehidupan burung bangau dan angsa, dengan berbagai
macam geraknya di atas tanaman. Beberapa objek burung digambarkan sedang
menangkap ikan. Pengungkapan burung dengan teknik realis, namun dengan
penggambaran tanaman air dan pohon yang digambarkan dengan mengubah bentuk
aslinya kedalam bentuk yang imajinatif. Pengubahan itu tentu disesuaikan dengan
style ornamen cina.
Tegel yang digunakan pada bangunan Maskerdam adalah tegel yang terbuat
dari semen dan batu kerikil hitam dengan permukaan halus dibuat dalam berbentuk
tegel. Tegel tersebut juga digunakan pada dinding bagian bawah tembok teras. Teknik
pembuatan tegel seperti itu saat ini dikenal dengan teknik pemasangan batu sikat.
Tegel lantai ini juga digunakan pada bangunan Balai Kambang. Sedangkan tegel
yang digunakan pada lorong tengah bangunan (ruang dalam) Maskerdam memiliki
motif bunga pada bagian tengahnya. Pemasangan motif bunga tersebut dilakukan
setelah sebelumnya dipasang tegel lantai seperti tegel pada lantai teras. Motif tersebut
dibuat dengan semen yang permukaannya dihaluskan.

Teknik Pembuatan, Teknik Finishing, Perawatan Ornamen dan Bahan


Ornamen-ornamen yang ada di Puri Agung Karangasem bahannya dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu berbahan kayu, besi, dan beton cetak. Ornamen berbahan
kayu khususnya kayu jati dapat dilihat pada ukiran daun pintu, jendela, plapon dan
perlengkapan ruang pada bangunan-bangunan yang ada di di areal bangunan utama
seperti bangunan Maskerdam, Bale Pawedan dan Pemandesan. Ornamen berbahan
kayu tersebut dikerjakan dengan teknik ukir dengan kualitas yang sangat baik, tidak
kalah kalau dibandingkan dengan jenis-jenis ukiran yang ada saat ini. Finishing
ornamen ukiran kayu tersebut umumnya menerapkan warna-warna gelap pada latar
belakang seperti warna biru, sedangkan objek utamanya dilapisi menggunakan prada
gede. Hal ini bisa dipahami karena ornamen-ornamen tersebut merupakan ornamen
yang ada pada puri yang memiliki kekuasaan sangat tinggi pada jamannya. Namun
belum dapat dijelaskan secara pasti jenis bahan cat dan prada yang digunakan, tetapi
dapat diperkikan bahan-bahan finishing tersebut didatangkan dari Tiongkok (Cina).
Ornamen berbahan besi dapat dilihat pada ringring bangunan Maskerdam dan hiasan
tiang bagian atas pada bangunan Pemandesan. Finishing ornamen berbahan besi ini
menggunakan cat minyak warna warni.
Ornamen yang yang dibuat dengan bahan semen, pasir dan besi kawat dibuat
menggunakan teknik cetak. Ornamen-ornemen tersebut terpasang pada bangunan-
bangunan candi, bangunanbangunan di bencinga dan lantai bangunan, dengan
berbagai motif pewayangan dan binatang. Finishing ornamen tersebut dipulas dengan
cat putih, namun beberapa tanpa menggunakan finishing karena masih
memperlihatkan bahan cetakannya.

Pengaruh Asing pada Ornamen di Puri Agung Karangasem


Pengaruh asing yang paling nampak pada ornamen bangunan Puri Agung
Karangasem adalah pengaruh style ukiran Cina yang terdapat pada bangunan-
bangunan di wilayah utama puri tersebut. Sedangkan pengaruh Eropa terutama
Belanda dapat dilihat juga dari bentuk bangunan utama yaitu Maskerdam dan dari sisi
ornamennya dapat dilihat dari bentuk ornamen cetak yang dipergunakan untuk hiasan
bentala (hiasan paling atas candi/pintu masung masing-masing areal puri. Bentuknya
yang menyerupai simbol-simbol kerajaan pada kerajaan di Eropa.

Makna dari Ornamen di Puri Agung Karangasem


Makna hubungan dengan Negara-negara Eropa dan Cina. Hal ini dapat dilihat
dari visual ornamen yang dipengaruhi oleh kedua negara tersebut. Pengaruh asing
tersebut sangat kuat waktu itu karena raja-raja tersebut ada dibawah pengaruh kuat
asing, mereka memiliki kekuatankekekuatan lebih dibandingkan kekuatan kerajaan,
bukan saja dalam kekuatan kemeliteran namun dalam kekuatan ekonomi. Sehingga
wajarlah pengaruh-pengaruh asing dapat masuk mempengaruhi kekuasaan raja.
Kekuatan asing dapat menghegemoni raja-raja jaman dulu karena mereka memiliki
modal ekonomi dan keamanan yang lebih baik, sehingga proses penguasaan dapat
dilakukan dengan mudah. Makna lain yang dapat dibaca dari keberadaan ornamen di
Puri Agung Karangasem tersebut adalah pada jaman kerajaan tersebut kesenian
khususnya seni rupa di dalamnya termasuk seni kriya dan teknologi yang menyertai
sudah berkembang sangat baik. Berkaitan dengan teknologi yang menyertai bahwa
pada jaman tersebut telah dikenal teknik cetak yang kemungkinan juga didapat dari
adanya hubungan dengan negara asing baik Belanda maupun Cina. Teknik cetak
dalam pembuatan ornamen tersebut dapat ditemui dalam pembuatan benda-benda
kriya dan benda seni lainnya saat ini.
Sejarah Pembuatan Ornamen di Puri Agung Karangasem
Peneliti tidak menemukan dokumen dan informasi yang valid mengenai
sejarah pembuatan ornamen di puri. Peneliti mencoba mencari dari beberapa sumber
online yang kebenarnnya masih bisa diperdebatkan. Sebenarnya sejarah pembuatan
ornamen tersebut dapat ditelusuri dari sejarah berdirinya kerajaan tersebut yang dari
satu generasi ke generasi berikutnya memiliki kegemaran yang berbeda yang sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kesenian dilingkungan puri. Anak Agung Putra
Jelantik (75 tahun), yang merupakan salah satu keturunan raja (Wawancara Juni
2014) menjelaskan bahwa Puri Agung Karangasem ini didirikan di akhir abad ke-19
oleh Anak Agung Gede Djelantik yang merupakan raja Karangasem yang pertama
yang juga merupakan pendiri puri tersebut. Saat itu beliau adalah seorang
Stedehouder atau bisa di artikan sebagai wakil pemerintah kolonial Belanda yang
pertama di antara tahun 1896 dan 1908. Lalu semenjak tahun 1909, Anak Agung
Gede Djelantik digantikan oleh keponakannya yakni I Gusti Bagus Djelantik, dan
merupakan Anak Agung Bagus Djelantik. I Gusti Bagus Djelantik inilah yang
merupakan raja terakhir yang meninggal di Puri Agung tersebut pada tahun 1966. I
Gusti Bagus Djelantik yang juga memiliki nama Ida Anak Agung Anglurah Ketut
Karangasem juga tidak kalah berjasanya bagi  Puri Agung Karangasem. Karya dari
berbagai bidang telah beliau tinggalkan selama menjadi raja Puri Agung Karangasem,
juga atas perindah beliau di.ciptakan Kuri Agung atau gapura istana. Sampai saat ini
peninggalannya masih terjaga. Selain itu dua buah taman, yakni Taman Sukadasa
yang didirikan pada tahun 1919 dan Taman Tirta Gangga yang didirikan pada tahun
1948 juga merupakan rancangannya.

Kondisi pisik Ornamen Kuno di Puri Agung Karangasem saat ini


Pada saat penelitian ini dilakukan Juni-September 2014, kondisi fisik
beberapa ornamen yang ada di Puri Agung Karangasem telah mengalami kerusakan.
Ornamen yang masih dalam keadaan utuh namun tampilan warnanya sudah kusam,
karena nampaknya tanpa terlalu banyak sentuhan pembaharuan. Hal ini
dipertahankan karena untuk menjaga kelestariannya dan dibalik tampilan yang masih
asli tersebut justru mampu menimbulkan kesan antik, kuno, dan rasa kagum bagi
orang-orang yang menyukai sejarah dan menghargai peninggalan-peninggalan masa
lalu. Karena iklim globalisasi yang tidak bisa dibendung dicirikan dengan pertukaran
informasi yang semakin cepat, dunia terkesan sempit dan sikap manusia yang
hedonis, menyebabkan manusia ingn bersikap praktis demi kemajuan, sehingga dapat
mengurangi penghargaan terhadap budaya-budaya masa lalu. Namun nampaknya di
Puri Agung Karangasem tersebut, kondisi ini sangat disadari sehingga upaya-upaya
pelestarian puri tetap dilakukan walaupun dengan pendanaan swadaya. Untuk
mengantisifasi kerusakan ornamen-ornamen tersebut pihak puri telah melakukan
pencetakan kembali terhadap ornamen-ornamen cetak yang rusak atau rapuh dimakan
usia.

SIMPULAN
Puri yang masih mempertahankan ornamen kuno di Kabupaten Karangasem
adalah Puri Agung Kerangasem. Wilayah Puri Agung Karangasem dapat dibagi
menjadi tiga areal yaitu wilayah bencingah, jaba tengah, dan wilayah utama.
Bangunan yang memiliki ornamen kuno di puri tersebut terlihat di masing-masing
wilayah tersebut. Jenis-jenis ornamen yang terdapat di Puri Agung Karangasem
adalah dapat dibedakan menjadi dua jenis ornamen yaitu adalah ornamen dengan
gaya Cina seperti pada ukiran-ukiran pintu dan jendela pada ruang utama terutama
pada bangunan Maskerdam dan Bale Pemandesan. Sedangkan yang kedua adalah
ornamen dengan gaya Bali seperti ornamen cetakan yang menampilkan motif
kekarangan dan pewayangan yang dipasang pada bangunan candi/gapura dan
bangunan-bangunan di wilayah bencingah.Teknik pembuatan ornamen dilakukan
dengan teknik ukir dan teknik cetak. Pengaruh gaya Eropa (Belanda) dan gaya Cina
sangat kental terlihat pada penampilan ornamen di Puri Agung
Karangasem.Visualisasi dari oramen puri tersebut dapat dimaknai sebagai hubungan
yang telah terjadi pada jaman kerajaan dengan dunia luar. Disamping itu pada jaman
kerajaan di puri tersebut telah berkembang kesenian dan teknologi yang mendukung
kesenian tersebut, walaupun ornamen Bali kurang terlihat maksimal jika
dibandingkan dengan ornamen-ornamen puri lainnya di Bali. Sejarah terwujudnya
ornamen di puri tersebut sangat sulit dianalisis karena tidak ditemukan dokumen-
dokumen yang mendukung sejarah pembuatannya. Namun demikian sejarah
pembuatan ornamen tersebut sebetulnya dapat ditelusuri dari sejarah kerajaan Puri
Agung Karangasem yang menaruh perhatian lebih terhadap kesenian yaitu Anak Ida
Agung Anglurah Ketut Karagasem. Kondisi fisik ornamen puri tersebut, saat ini
beberapa telah mengalami kerusakan, maka diperlukan restorasi untuk
mengembalikan keadaan seperti semula. Sehingga kelestarian puri tersebut dapat
dipertahankan dan diinformasikan kepada generasi berikutnya sebagai suatu fakta
sejarah dan budaya yang tidak ternilai harganya.

DAFTAR PUSTAKA
Gelebet I.N. dkk. 1985. Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

Antariksa. 2007. Pelestarian Bangunan Kuno Sebagai Aset Sejarah Budaya Bangsa .
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Sejarah dan
Pelestarian Arsitektur. Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Universitas
Brawijaya Malang.
Agung, T.G. 1985. Sejarah Hancurnya Istana Kerajaan Gelgel kemudian Timbul
Dua Buah Kerajaan Kembar Klungkung dan Sukawati.
WikiPedia. 2007. Puri Di Bali. Dilihat 6 Mei 2018
<https://id.wikipedia.org/wiki/Puri_di_Bali> (Didasari dari berbagai sumber).

WikiPedia. 2007. Kerajaan Karangasem. Dilihat 6 Mei 2018


<https://id.wikipedia.org/ Kerajaan_Karangasem > (Didasari dari berbagai
sumber).
Indoholiday. 2013. Puri Agung Karangasem Puri Indah Paduan Dari 3 Arsitektur
Bangsa. Dilihat 6 Mei 2018 <http://www.indoholidaytourguide.com/puri-
agung-karangasem-puri-indah-paduan-dari-3-arsitektur-bangsa-00175/>
(Didasari dari berbagai sumber).

Iskandar. 2009. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press.


Piliang, Yasraf Amir. 2010. Post Realitas, Realitas Kebudayaan dalam Era
Post Metafisika. Yogyakarta: Jalasutra. Puri Agung Karangasem. Dilihat 18
Feb 2013. <http://www.karangasemtourism.com> (Didasari dari berbagai
sumber).

BAB III

3.1 Lokasi
Puri Agung Karangasem terletak Kota Amlapura di jalan Sultan Agung, Karangasem,
Kec. Karangasem, Kabupaten Karangasem, Bali berjarak 78 km yang dapat dicapai
dalam waktu 2 jam perjalanan dari Denpasar.
3.2 Sejarah Bangunan (Nama Bangunan, Tahun Dibangun/ Renovasi)

Pada denah terdapat Bale Saka 12, Bale saka 8, Bale


dauh/ Lodji yang mana sudah direnovasi pada tahun
1979 akibat gempa gunung agung

Gbr: denah K.6 & K7


Sumber: pribadi
3.3 Bentuk Bangunan (Denah)

Gbr: denah bale sake 12 Gbr: denah bale dauh/lodji Gbr: denah bale sake 8
Sumber: pribadi Sumber: pribadi Sumber: pribadi
3.4 Fasade Bangunan (Tampak)

Gbr: Fasade bale sake 12


Sumber: pribadi
Gbr: Fasade bale Dauh/ lodji
Sumber: pribadi

Gbr: Fasade bale sake 8


Sumber: pribadi
3.5 Elemen Arsitektur (Atap, Pintu, Jendela Dan Dinding)

Gbr: Atap Bangunan


Sumber: pribadi
Memakai bentuk atap limasan dengan konstruksi kayu dengan jenis atap eksopse
yang dimana atap memunculkan gaya arsitektur bali dan dilengkapi dengna murdha
dan ikut celedu
Gbr: pintu Bangunan bale sake 12
Sumber: pribadi
Pintu bangunan bale sake 12 memakai pintu gebyok dengan ukiran khas dengan
elemen arsitektur bali

Gbr: pintu Bangunan bale sake 8


Sumber: pribadi
Pintu bangunan bale sake 8 memakai pintu bali bisa yang tetap memunculkan elemen
arsitektur bali
Gbr: jendela Bangunan bale dauh/ lodji
Sumber: pribadi
jendela Bangunan bale dauh/ lodji mengunakan jendala variasi dengan keluar
masuknya udara melalui celah-celah pada variasi jendela

Gbr: dinding bangunan


Sumber: pribadi
Dinding bangunan memakai dinding jenis bata yang di plester, aci dan di cat putih
BAB IV
UNSUR ARSITEKTUR PADA BANGUNAN PURI
(GAMBAR CAD & SKETCHUP)
BAB V

5.1 SIMPULAN

Puri yang masih mempertahankan ornamen kuno di Kabupaten Karangasem adalah


Puri Agung Kerangasem. Wilayah Puri Agung Karangasem dapat dibagi menjadi tiga
areal yaitu wilayah bencingah, jaba tengah, dan wilayah utama.

Bagian yang kami dapat ialah Loji, Bale Saka 12, Bale Saka 8 dan Kamar.
Berdasarkan tinjauan lokasi (survey) yang kami lakukan bangunan – bangunan ini
masih sangat kental unsur-unsur atau ornamen – ornamen balinya contohnya pada
Bangunan Loji dan Bale Saka 12 pada bagian pintu dan jendela terdapat ornamen
bergaya cina dan ukiran pewayangan. Berdasarkan sumber yang kami ajak
wawancara Bale Loji ini sudah pernah di renovasi pasca terjadinya gempa seririt,
maka bangunan Loji ini lebih terlihat modern dari bangunan lainnya.

Untuk sejarah ornamen serta bangunan yang lebih mendetail, kami agak sulit untuk
mendapatkannya dikarenakan sumber yang kami wawancarai tidak sepenuhnya
mengetahui sejarah detail dari Puri Karangasem ini.

5.2 SARAN

Berdasarkan tinjauan lokasi (survey) yang kami lakukan, Puri Karangasem ini masih
terlihat bagus tetapi lingkungan sekitar agak kurang terawat dikarenakan oleh berbaga
hal, antara lain anggota keluarga Puri ini banyak yang merantau ke denpasar sehingga
beberapa bangunan ditinggalkan sementara, dan pada saat upacara besar baru anggota
keluarga puri ini akan pulang ke rumahnya masing – masing.
Pada Puri Karangasem Guide / Tour Leader sulit di dapatkan sehingga informasi
yang kita akan tinjau/survey kurang maksimal.

Anda mungkin juga menyukai