Anda di halaman 1dari 20

JENIS PRESERVASI ARSIP

MAKALAH

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Arsip Statis yang
diampu oleh:
Dr. Janah Sojanah, M.Si.

Disusun oleh
Kelompok 6

Diena Damaranti 1603739


M. Fauzi Wirandy 1607689
Nanda Novikha Andari 1606464
Rina Martawangi 1604191
Rizal Budiar 1602010
Winanda Sri Rahayu 1601333

PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN MANAJEMEN PERKANTORAN


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT,


yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “Jenis Preservasi Arsip” ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Penelitian Pendidikan, yang diampu oleh Sambas Ali Muhidin, S.Pd.,
M.Si..
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Bapak Sambas selaku dosen
mata kuliah Penelitian Pendidikan, dan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan tugas makalah ini, baik itu berupa bantuan moril maupun
materil.
Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah
ini. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun agar makalah ini lebih baik untuk kedepannya.

Bandung, September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 19
A. Preservasi Preventif ........................................................................................... 19
1. Penyimpanan Arsip ............................................................................ 19
2. Penanganan Arsip ............................................................................... 19
3. Pengenalan Hama Terpadu................................................................. 22
4. Akses .................................................................................................. 25
5. Reproduksi ......................................................................................... 25
6. Perencanaan Menghadapi Bencana .................................................... 25
B. Preservasi Kuratif .............................................................................................. 27
1. Prinsip Perbaiakan Arsip .................................................................... 27
2. Ruangan Perbaikan Arsip ................................................................... 28
3. Perawatan Arsip ................................................................................. 28
4. Perawatan Arsip Audio Video............................................................ 28
5. Pengedalian Hama .............................................................................. 30
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 19
A. Kesimpulan......................................................................................................... 19
B. Saran .................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Arsip secara otomatis akan tercipta dari aktivitas-aktivitas suatu instansi
yang berperan sebagai sumber informasi dalam melaksanakan kegiatan instansi,
serta akan terus hidup, tumbuh dan berkembang seirama dengan perkembangan
tata kehidupan pemerintah dan masyarakatnya. Arsip merupakan khasanah
budaya yang perlu dilestarikan terutama terhadap informasi yang terkandung di
dalamnya sehingga dapat diberdayagunakan untuk kepentingan pemerintah
maupun masyarakat.
Seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 43 tahun 2009
tentang Kearsipan yang mendefinisikan arsip sebagai: Rekaman kegiatan atau
peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga
negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi
politik, organisasi kemasyarakatan, dan perorangan dalam pelaksanaan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.1 Berdasarkan fungsi dan
kegunaannya, arsip dapat dibedakan menjadi dua, yaitu arsip dinamis dan arsip
statis. Menurut Undang-Undang Nomor 43 tahun 2009 tentang Kearsipan, yang
dimaksud dengan arsip dinamis dan arsip statis adalah sebagai berikut :
Arsip dinamis adalah arsip yang digunakan secara langsung dalam
kegiatan pencipta arsip dan disimpan selama jangka waktu tertentu. Dan Arsip
statis adalah arsip yang dihasilkan oleh pencipta arsip karena memiliki nilai
guna kesejaharan, telah habis retensinya, dan berketerangan dipermanenkan
yang telah diverifikasi baik secara langsung maupun tidak langsung oleh Arsip
Nasional Republik Indonesia dan/atau lembaga kearsipan.
Undang-undang Nomor 43 tahun 2009 tentang Kearsipan Pasal 9 ayat
(4) mewajibkan lembaga kearsipan mengelola arsip statis sesuai
kewenangannya. Pengelolaan arsip statis pada lembaga kearsipan ditujukan
untuk menjamin keselamatan dan keamanan arsip sebagai bukti

1
2

pertanggungjawaban nasional dalam kehifupan bermasyarakat, berbangsa, dan


bernegara.
Setiap arsip dalam bentuk media apapun dapat mengalami kerusakan,
seperti sobek, terkena karat, korosi tinta, berjamur, digigit serangga, dan
sebagainya. Untuk melindungi dan mencegah arsip dari faktor-faktor perusak
arsip yang dapat mengancam kelestarian arsip, harus dilakukan tindakan
pelestarian atau preservasi arsip. Dengan demikian, yang dimaksud dengan
preservasi atau pelestarian arsip adalah keseluruhan proses dan kerja dalam
rangka perlingungan arsip terhadap kerusakan arsip atau unsur perusak dan
restorasi atau perbaikan (reparasi) bagian arsip yang rusak.
Preservasi arsip dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Preservasi langsung adalah menyediakan sarana dan prasarana perlingungan
arsip. Preservasi tidak langsung adalah mengusahakan substitusi atau alih
media. Secara garis besar kegiatan preservasi arsip dapat dibagi pada kegiatan
seperti; pemeliharaan, perawatan dan perbaikan, dan reproduksi arsip.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud Preservasi Arsip Preventif ?
2. Apa yang dimaksud Preservasi Arsip Kuratif ?
3. Apa Prinsip Preservasi Arsip ?
4. Apa tujuan Preservasi Arsip ?

C. Tujuan
Tujuan masalah dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimakud dengan Preservasi Arsip Preventif
2. Untuk mengetahui apa yang dimakud dengan apa yang dimaksud
Preservasi Arsip Kuratif
3. Untuk mengetahui apa yang dimakud dengan Prinsip Preservasi Arsip
4. Untuk mengetahui apa yang dimakud dengan tujuan Preservasi Arsip
BAB II
PEMBAHASAN

A. Preservasi Preventif
1. Penyimpanan Arsip
2. Penanganan Arsip
Dalam penanganan arsip perlu diperhatikan hal berikut.
a. Arsip kertas, meliputi:
a. Arsip tidak melipat
b. Arsip harus ditangani dengan hati-hati, jika perlu dengan dua
tangan, untuk menghindari sobeknya halaman yang
menggunakan penjepit
c. Halaman arsip dibalik dengan hati-hati. Untuk emnandai sebuah
halaman, gunakan sepotong kertas putih bersih dan buang kertas
ketika sudah selesai
d. Jangan membasahi telunjuk dengan air liur untuk membalikkan
halaman lembaran arsip
e. Sellotape arsip yang mengandung lem tidak boleh digunakan
karena akan mengaburkan warna kertas
f. Pelindung arsip yang terbuat dari polypropylene, polyethylene
atau plastic polyester baik digunakan untuk menempatkan halamn
arsip yang rusak, foto dan halaman file lainnya
g. Tidak menggunakan pulpen ketika menandai arsip atau
pembungkus arsip books
h. Tidak menulis dan menggunakan arsip sebagai alsa
i. Gunakan penjepit stainless steel atau yang disalut dengan plastik.
Tempatkan sepotong kertas berkualitas dianatara penjepeit dan
dokumen untuk mencegah kerusakan kertas. Penjepit besi tidak
boleh digunakan karena dapat berkarat.
j. Asrip diletakkan di bagian punggung dengan penjepit dokumen
pada bagian bawah boks

19
k. Arsip diletakkan di bagian punggung dengan penjepit bagiah
bahwa boks, tetapi harus diperhatikkan agar tidak terlalu
ditumpuk
l. Jika arsip susah dibuka karenasangat rapu , tidak boleh membuka
arsip dengan tekanan/paksaaan, tetapi dibantu dengan
menggunkan penyangga agar kerras tidak kusut dan melengkung
m. Tidak meletakkan beda apapun di atas arsip atau boks arsip
karena akan memberikan teknan
n. Jika arsip disimpan harus dikembalikkan ke dalam boks asal
o. Sebelum memfotocopy arsip, semua penjepit dibuang secara hati-
hati
p. Sebelum memofotocopy, arsip yang kusut atau terlipat diluruskan
menggunkan jari atau tangan
b. Arsip Film
Penangan Arsip Film meliputi sebagai berikut :
1) Hindarkan menyentuh emulsi, yaitu bagian yang mudah rusak
dan tempat terekamnya citra atau gambar. Film dipegang dengan
ujung jari pada bagian pinggir
2) Film digulung pada spool dengan ketegangan sedang. Idealnya
ketegangan gulungan adalah jika suatu film persis bergerak
bersama pada spool
3) Gunakan selalu spool seusai dengan lebar fil,
4) Setelah proyeksi dilakukan, film digulung ulang dengan
ketegangan yang cukup untuk mencegah film merosostatau lepas
dan menyebabkan goresan kecil sewaktu proyektor menarik film
melewati gate proyeksi
5) Sambungkan beberapa feet leader putih pada awal (head) film
dan akhir (tail) film yang akan menjaga kerusakaan selama
pengikatan dan proyeksi
6) Gulung film sampai tail paa core secara rapat, rata dalam rol
sampai akhir

20
7) Proyektor selalu dibersihkan dengan sikat kecil sebelum
memproyeksikan film untuk membuang rambut-rambut atau
debu yang menganggu gambarproyeksi dan menyebabkan
rusaknya film.
8) Jika selama pemutaran film, proyektor menunjukkan reaksi yang
aneh atau terdengar suara yang tidak seperti biasa, merupakan
gejala penyebab kerusakan. Hentikan proyektor dengan segera
dan periksa untuk meykainkan film terpasang dengan baik.
Perbaikan secara teratur pada proyekor akan memperkecil
kemungkinan terhadap kerusakan semacam itu
c. Arsip foto
Penanganan arsip foto meliputi :
1) Hindarkan foto dari sentuuhan jari tangan, sebaiknya
menggunakan nylon tipis atau sarung tangan katun putih dengan
cara memegang pada bagian belakang foto
2) Hindarkan arsip sebagai alasa untuk menulis
d. Arsip Video
Penangan arsip video meliputih :
1) Merawat dan memonitor perlatan playback
2) Melengkapi peralata untuk masing-masing format. Pilihan ini
mahal dan sulit karena dibutuhkan keahlian dan perlengkapan
cadangan
3) Jika selesai digunkan, kembalikan video dalam wadahnya dan
simpan dengan posisi tegak lurus untuk membantu mencegah
kerusakan
4) Sebelum disimpan, sebaiknya diputar ulang dari awal sampai
akhir untuk menjamin bahwa video dapat digulung secara benar
di dalam kaset dan untuk mengembalikan akibat ketegangan
gulungan yang padat
5) Pemutaran ulang video sekurang-kurangnya dilakukan setiap
setahun sekali
e. Arsip rekaman suara

21
Penangan arsip rekaman suara meliputi :
1) Hindarkan sentuhan langsung dengan permukaan tape
2) Tape diputar ulang dari muka sampai akhir sedikitnya setiap
tahun untuk memeriksa kondisinya dan memperkecil
kecenderungan lapisan tape yang saling menempel atau
terjadinya tembus cetak (print-trough) secara magnetic juga
untuk mengurangi ketagangan tape
3) Simpan kaset dal;am keadaaan bersih di dalam bungkusnya dan
disusun secara tegak lurus dalam rak yang terbagi dalam
penyangga setiap 10-15 cmn.
3. Pengenalan Hama Terpadu
Strategi dari pengendalian hhama terpadu (PHT) ini adalah
melakukan pemeliharaan yang terus menerus dan melalui kebersihan
ruangan penyimpanan untuk menjamin tidak adanya hama perusak arsip.
Kegiatan yang dilakukan meliputi inspeksi dan pemeliharaan gedung,
control lingkungan ruang penyimpanan, pembatasan makanan dan
tanaman, pemebersih teratur, control atas koleksi masuk dan pemantauan
atau monitoring rutin terhadap hama perusak arsip.
a. Inspeksi atau survey terhadap bangunan dan kolesi. Secara berkala
dilakukan inspeksi atau survey minimal dua kali dalam setahun
terhdap hal-hal berikut :
1) Bangunan : (1) struktur dlam bangunan untuk mengetahui
keberadaan jamur, serangga, tikus bagian yang bocor, retakan
dinding atau atap, acat yang terkelupas sehingga ruangan
peyimpanan terisolasi dengan baik dan dalam keadaan bersih,
terbebas dari debu atau kotoran dan hama perusak arsip ; (2)
struktur luar bangunan dan sekitarnya, kemanan fisik dari
bangunan dan tempat penyimpnan, kondisi ruangan penyimpnan
kondisi perlatan, infestasi hama perusak arsip;(3) kusen jendela
bagian bawah lemari penyimpnan, bagian belakang rak did lam
boks, laci, tempat yuang gelap dan terpncil untuk melihat tanda-
tandaadanya hama perusak arsip. Amati dan bersikan segera

22
tumpukan debu kotoran serangg, telur serangga yang hidup atau
mati
2) Koleksi arsip, untuk mengetahui kondisi fisik arsip dan
kemungkinan masalah yang dialami. Survei terhadap kolesi arsip
meliputi : (1) tanggal dan nama penyurvei (2) lokasi arsip (3) jenis
bahan arsip (4) kondisiarsip (kondisi uumum sobekan, lubang,
noda, keberadaan jamur, kerusakan serangga (5) pembungkus
arsip (6) bahan tambahan (7) tindakan yang dianjurkan
(penggantian boks, membuang lampiran , tidak ada tindakan (8)
membuat prioritas tindakan penanganan arsip
3) Jendela dan pintu harus tertutup rapat. Pintu tidak disandarkan
dalam keadaan terbuka secara terus menerus, sebaiknya digunkan
pintu otomatis dan selalu dalam keadaan tertutup.
4) Lubang atau celah di dalam bangunan yang memungkinkan
masuk nya hama perusak dari luar harus segera diitutup.
5) Pipa dan sumber air disekitar tempat penyimpnan arsip untuk
mencegah kebocoran air serta atap dan ruangan bawah tanah
untuk memastikan tidak ada air atau banjir
6) Zona bebas tanaman minimal 30 cmn di sekitar banunan untuk
menghindari serangga masuk.
b. Sanitasi ruang penyimpnaan dan peralatan arsip. Secara berkala
dilakukan pembersihan minimal dua kali dalam setahun terhadap : (1)
fgasilitas tempat penyimpnan arsip secara meneyluruh. Akumulasi
debu dapat menyebabkan tempat yang nyaman bagi hama perusak
arsip. Vacum cleaner yang dilengkapi dengan a high efficiency
particulate air filtration (HEPA) dapat digunakan ;(b) arsip dan boks
yang terkena debu dibersihkan menggunkaan sikat halus/kuas, bulb
spon, vacuum cleaner (dengan filter yang lembut contohnya nylon).
Debu dibersihkan dari arah tengah kesisi luar.
c. Seleksi arsip yang masuk. Untuk mengjindarkan arsip yang baru
masuk membawa hama perusak arsip, periksa segera arsip . Pekerjaan
ini dilakukan atas permukaan yang bersih. Arsip dibersihkan dan

23
pembungkus arsip disingkirkan. Arsip dipindahkan ke dalam boks
bersih. Boks yang lama disingkirkan kecuali boks yang berstandar
arsip dan dipastikan dalam keadaan bersih. Arsip yang baru masuk
diisolasi dari koleksi arsip lainnya dan disimpan di tempat yang tidak
memungkinkan tumbuhnya hama perusak arsip dan dilengkapi rak.
Jikaditemukan serangan hama perusak arsip, perlu dilakukan
penaganan lebih lanjut (misalnya fumigasi, penggunaan fungisida).
d. Pemantauan. Agar implementasi PHT berjaan efektif, diperlukan
pemantauan secara rutin terhadap ektivitas hama perusak
menggunakn informasi mengenai jenis dan jumlah serangga, jalam
masuk serangga, sarang dan penyebab seranga dapat hidup. Informasi
tersebut bergunan ; (a) memantau semua pintu, jendela, sumber panas,
sumber air (b) memantau kemungkinan rute seragga (c) meletakkan
jebakan atau perangkap di area yang akan diawasi dan
mengidenifikasi lokasi tanda perangjap (jumlah dan tanggal
pelatakkan. (d) memeriksa dan mengumpulkan perangkap secara
teratur. (e) memperbaiki penempatan perangkap dan pemeriksaan
yang diperlukan ; (f) perangkap dipindahkan jika hasilnya negative
atau tidak ditemukan adanya investasi (g) pendokumentasian ; (1)
jumlah serangga, jenis serangga, dan tahap pertumbuhan serangga
pada setiap perangkap (2) tanggal dan lokasi pengganti perangkap (h)
setelah serangga terjebak, harus diidentifikasi untuk menentukkan
tingkat ancaman terhadap koleksi arsip.
e. Tindakan pengendalian. Jika terjadi infestasi serius atau infestasi tidak
tertangani dengan metode pencegahan tersebut, sebagai alternatif
terakhir dipilih metode pengendalian atau penangan , yaitu
menggunakan atau tidak menggunakan bahan kimia

24
4. Akses
5. Reproduksi
6. Perencanaan Menghadapi Bencana
Planning merupakan salah satu bagian dar program preservasi dan
semua tindakan yang memungkinkan lembaga kearsipan dapat merespons
bencana secara efisien dan cepat sehingga meminimalkan kerusakan
terhadap arsip. Disaster planning memiliki empat bagian, yaitu
pencegahan, persiapan, respons, dan pemulihan (recovery).
a. Pencegahan meliputi:
1) Inspeksi bangunan dan faktor lain yang berpotensi;
2) Secara rutin dilakukan pembersihan dan perawatan atau
maintenance di seluruh bagian bangunan dan wilayah sekitarnya,
terutama atap, pintu, jendela, dan listrik;
3) Memasang alat pendeteksi api, extingushing system/sistem
pemadaman, dan alarm pendeteksi air;
4) Membuat pengaturan khusus untuk memastikan keamanan arsip
dan bangunan ketika waktu-waktu yang berisiko seperi renovasi
bangunan;
5) Membuat salinan bagi arsip penting;
6) Mengasuransikan arsip.
b. Persiapan, yaitu membuat dokumen tertulis tentang persiapan,
respons, dan pemulihan akibat bencana yang selalu
diperbaharui/update dan dilakukan uji coba:
1) Menyiapkan dan merawat perlengkapan yang diperlukan ketika
bencana;
2) Melakukan pelatihan bagi tim penanganan bencana;
3) Menyiapkan dan memperbaharui dokumentasi mengenai:
4) Layout bangunan yang memuat lokasi rak (termasuk arsip yang
dijadikan prioritas), lokasi sumber listrik atau air, dan pintu
keluar;

25
5) Daftar nama, alamat, dan nomor telepon tim tanggap bencana,
konservator yang terlatih atau pihak lain yang dapat mendukung
ketika ada bencana;
6) Salinan dikumen asuransi;
7) Prosedur penyelamatan;
8) Prosedur untuk mendapatkan dana darurat;
9) Melakukan sosialisasi disaster plan
c. Respons, meliputi:
1) Mengikuti prosedur darurat untuk menyalakan alarm dan
evakuasi personel
2) Menghubungi kepala tim tanggap darurat;
3) Tidak memasuki area penyimpanan jika belum diizinkan. Setekah
izin diberikan, buat perkiraan kerusakan dan perlengkapan yang
diperlukan untuk perbaikan;
4) Stabilkanlingkungan untuk mencegah pertumbuhan jamur.
Setelah 48 jam, jika kondisi di atas 20 derajat celcius dan 70 %
RH, arsip yang basah akan mudah ditumbuhi jamur;
5) Foto bahan yang rusak untuk klaim asuransi;
6) Siapkan tempat untuk memungkus arsip yang membutuhkan
freezing dan tempat untuk mengeringkan arsip yang basah dan
perbaikan lainnya yang diperlukan;
7) Pindahkan arsip yang basah ke tempat yang paling dekat dengan
fasilitas freezing.
d. Pemulihan, meliputi:
1) Membuat sebuah program untuk memperbaiki bangunan/tempat
dan arsip yang rusak hingga menjadi stabil dan dapat kembali
berguna;
2) Tentukan prioritas untuk tindakan perbaikan dan meminta saran
kepada konservator untuk mencari metode yang terbaik dan
mendapatkan perkiraan biaya;
3) Hubungi agen asuransi;
4) Bersihkan dan rehabilitasi tempat;

26
5) Analisis bencana dan perbaiki disaster plan berdasarkan
pengalaman;
6) Berbagi informasi dan pengalaman dengan pihak lain.

B. Preservasi Kuratif
Preservasi kuratif adalah preservasi yang bersifat perbaikan atau
perawatan terhadap arsip yang mulai atau sudah rusak atau kondisinya
memburuk sehingga dapat memperpanjang usia arsip. Tindakan kuratif
merupakan upaya yang paling efektif dalam mendukung preservasi jangka
panjang arsip statis. Tindakan kuratif dalam konteks preservasi arsip statis
dilakukan setelah tindakan preventif dilakukan secara maksimal. Tujuan utama
preservasi kuratif adalah memperbaiki atau merawat arsip yang mulai atau
sudah rusak dan kondisinya membutuk sehingga dapat memperpanjang usia
arsip statis. Oleh karena itu, sangat penting untuk menerapkan konsep tindakan
kuratif dalam kerangka preservasi arsip statis secara menyeluruh.
Ruang lingkup preservasi kuratif, meliputi hal-hal berikut:
1. Prinsip Perbaiakan Arsip
a. Seluruh proses perbaikan arsip tidak akan menghilangkan,
mengurangi, menambah, dan mengubah nilai arsip sebagai alat bukti
sehingga keaslian arsip terjaga;
b. Arsip-arsip statis harus dijadwalkan untuk dilakukan perbaikan dan
perawatan dengan segera setelah terjadi kerusakan;
c. Seluruh proses tidak akan merusak atau melemahkan arsip sehingga
aman bagi arsip (reversible);
d. Mengupayakan penggantian bahan yang hilang dari arsip
menggunakan bahan yang sama atau mirip dengan yang asli;
e. Proses perbaikan arsip baik sebelum dan sesudah perbaikan harus
didokumentasikan;
f. Perbaikan arsip harus dilakukan oleh ahli perbaikan arsip yang terlatih
yang memiliki pengetahuan tentang teknik perbaikan arsip dan
kesadaran akan pentingnya memelihara keutuhan suatu arsip dan
kesadaran akan pentingnya memelihara keutuhan suatu arsip tanpa
melupakan aspek keindahan.

27
2. Ruangan Perbaikan Arsip
3. Perawatan Arsip
4. Perawatan Arsip Audio Video
Perawatan arsip audiovisual, meliputi hal-hal sebagai berikut:
a Arsip foto. Untuk memelihara arsip foto, khususnya negative foto
yang kotor atau berjamur, dilakukan dengan pembersihan
menggunakan negative cleaner/film cleaner, misalnya isopropanol,
hidrofluoroeter dengan cara menggosok searah secara perlahan
dengan kain halus.
b Arsip film. Sebelum melakukan perawatan, harus dilakukan
identifikasi/inspeksi terhadap kondisi arsip film. A-D strips atau
indicator bromokresol dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan
yang terjadi pada arsip film. Arsip film berbahan dasar asetat yang
mulai rusak ditandai dengan adanya bau seperti cuka atau bau kapur
barus, sedangkan kerusakan karena air menyebabkan film yang
melengkung atau kehilangan emulsi. Selain itu, efek lain yang
ditimbulkan adalah ferrotyping, blocking, dan jamur. Arsip film yang
rusak karena terputus digunakan splacer, baik dengan splacing tape
maupun film cement untuk base film acetate. Film cement
mengandung pelarut yang dapat melarutkan base film dan apabila
mongering akan menyatuka dua potogan film. Adapun pemeliharaan
arsip film dilakukan dengan membersihkan film dari kotoran, lemak,
dan residu kimia yang membayakan dari permukaan film.
Memberikan fisik film dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya:
1) Cleaning film dengan menggunakan pelarut (solvent):
2) Rewashing film, yaitu mengurangi noda pada permukaan film,
seperti akibat goresan kecil, efek ferrotyping, dan jamur. Akan
tetapi, rewashing gilm dimungkinkan memiliki kelemahan, yaitu
dapat melemahkan base film, merusak perforasi dan splices,
larutannya emulsi, dan imagedyses;

28
3) Unblocking, yaitu untuk mengendurkan dan melepaskan film
yang terkena blocking. Untuk film dengan block yang
menyebabkan kerusakan pada base dapat digunakan etanol;
4) Dry cleaning, yaitu untuk mengatasi arsip yang terkena vinegar
syndrome. Caranya, dengan melepaskan film dari gulugan,
kemudian disimpan di suatu tempat tertentu untuk dikeringkan.
Ruangan yang digunakan bebas dari debu dan terhindar dari
cahaya matahari langsung. Jika menggunakan ruangan tertutup
sebaiknya menggunakan blawer fan untuk membantu
mempercepat pengeringan.
c Arsip video. Pemeliharaan dan perlindungan arsip video diutamakan
pada kualitas gambar dan suara. Pendeteksian kerusakan dilakukan
dengan alat khusus yang dapat menilai kerusakan pada gamber dan
suara secara tepat dengan menampilkan lokasi kerusakan. Video dapat
dibersihkan dengan mesin pembersih (video cassette
evaluator/cleaner). Video cassette evaluator/cleaner dapat bekerja
secara otomatis seperti akibat kerutan, kusut dan kerusakan bagian
tepinya, dan untuk membersihkan tape dari jamur sepanjang garis
lintang tape. Jika pada tape terdapat residu bahan kimia yang lengket,
tape perlu dibersihkan menggunakan kertas gosok berwarna putih
berserat penjang yang disebut pellon atau dengan menggunakan tape
cleaner.
d Arsip rekaman suara. Pemeliharaan arsip rekaman suara dapat
dilakukan melalui proses reklamasi. Reklamasi adalah proses dalam
perolehan signal suara akibat deteriorasi atas kerusakan rekaman
aslinya. Proses reklamasi merupakan perbaikan secara manual,
termasuk peng-copy-an secara elektronik yang dapat menghilangkan
banyaknya suara (bising) yang tidak diinginkan. Selanjutnya,
berkaitan dengan perawatan tape yang digunakan, yaitu pembersihan
tape seharusnya digunakan sebagai usaha terakhir bila head telah
using atau rusak. Pembersihan tape sebaiknya menggunakan kain
penyeka Isopropanol.

29
5. Pengedalian Hama
Hama perusak arsip adalah serangga, tikus, jamur, atau organisme
hidup lainnya yang berpotensi merusak arsip, baik nilai fisik maupun
informasinya. Pengendalian terhadap hama perusak arsip dapa dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a Penggunaan bahan kimia. Fumigasi merupakan suatu tindakan
terhadap hama atau organisme yang dapat merusak arsip dengan
pengasapan, yang bertujuan mencegah, mengobati, dan mensterilkan
bahan kearsipan dengan menggunakan senyawa kimia, yang disebut
fumigant di dalam ruang yang kedap gas udara pada suhu dan tekanan
tertentu. Mencegah dimaksudkan agar kerusakan lebih lanjur dapat
dihindari. Mengobati berarti mematikan atau membunuh serangga,
kuman, dan sejenisnya yang telah menyerang dan merusak bahan
pustaka arsip. Mensterilkan berarti menetralisasi keadaan, seperti
menghilangkan bau busuk yang timbul dari bahan kearsipan dan
menyegarkan udara sehingga tidak menimbulkan gangguan atau
penyakit.
Fumigasi adalah bahan kimia yang dalam tekanan dan suhu nomal
berbentuk gas dan bersifat racun terhadap makhluk hidup yang dapat
mengakibatkan kematian. Fumigasi tidak dapat memberikan
perlindungan terhadap serangan kembali hama yang mungkin akan
timbul setelah fumigasi. Fumigasi hanya dapat dilakukan oleh teknisi
dengan standar yang benar serta menggunakan peralatan keselamatan
kerja standar.
b Penggunaan nonbahan kimia. Metode yang dapat dilakukan yaitu
sebagai berikut.
1) Freezing. Freezing tidak dianjurkan untuk arsip yang sudah
rapuh. Arsip seharusnya disimpan dalam pembungkus yang
tertutup rapat untuk menghindari serangga keluar. Arsip
dibekukan pada suhu -29oC selama 72 jam atau pada suhu -20oC
selama 48 jam. Seperti pada perlakuan fumigasi, jika arsip

30
dikembalikan ke tempat penyimpanan yang tidak sesuai,
reinfestasi akan kembali terjadi
2) Modifikasi udara. Modifikasi udara dilakukan dengan mengatur
kandungan udara, yaitu menurunkan kadar oksigen, menaikkan
kadar karbon dioksida, dan panggunaan gas inert, terutama
nitrogen. Modifikasi udara dapat dilakukan dalam ruangan
khusus atau wadah plastic dengan low parneability.

31
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

19
DAFTAR PUSTAKA

20

Anda mungkin juga menyukai