Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kita pun
dituntut untuk selalu mengembangkan dan mempublikasikan hasil dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut agar dapat dinikmati oleh
masyarakat. Salah satu bentuk untuk mengembangkan dan mempublikasikan hasil
tersebut ialah dengan cara membuat karya tulis ilmiah, buku sains, dan lain
sebagainya. Dalam penulisan karya tulis ilmiah maupun buku-buku sains tentu
tidak lepas dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam
perkembangannya bahasa Indonesia saat ini telah mengalami beberapa perubahan,
seperti dalam penggunaan ejaan, tata bahasa, penambahan kata-kata baru, kutipan,
parafrasa, saduran, daftar pustaka, dan sebagainya.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mencari beberapa sumber untuk
melengkapi materi. Sumber-sumber tersebut perlu dicantumkan ke dalam sebuah
kutipan, parafrasa, saduran maupun daftar pustaka. Pengambilan kutipan, parafrasa,
saduran maupun daftar pustaka bisa dari majalah, buku, koran, ensiklopedia,
internet, artikel, maupun jurnal ilmiah. Menyisipkan kutipan dalam karya tulis
dapat menambah nilai lebih pada karya tersebut dan memperkuat teori dari masalah
atau topik yang sedang dibahas. Parafrasa yang dicantumkan membuat penulisan
menjadi lebih baik, sadura yang dinilai menjadi lebih baik tanpa mengubah garis
besar ceritanya, Dan sumber yang didapat pun harus dicantumkan alamat atau
sumber menemukan data tersebut pada daftar pustaka.
Pada penulisan karya tulis, perlu diperhatikan cara dan susunan dalam
membuat kutipan, parafrasa, daftar pustaka. Dan sebagian besar orang belum
memahami dan mempelajari tentang kutipan, parafrasa, dan daftar pustaka bahkan
ada yang mengabaikan tata cara penulisannya karena dianggap tidak begitu penting.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan pengertian kutipan dan daftar
pustaka serta cara membuat kutipan dan daftar pustaka yang baik dan benar.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu kutipan dan bagaimana teknik penulisan kutipan?
2. Apa itu parafrasa dan bagaimana cara menuliskannya?
3. Apa itu sadura dan bagaimana cara menuliskannya?
4. Apa itu daftar pustaka dan bagaiamana cara menuliskannya?

1
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mendekskripsikan pengertian kutipan dan mengetahui teknik
penulisannya
2. Untuk mendekskripsikan pengertian parafrasa dan cara menuliskannya
3. Untuk mendekskripsikan pengertian sadura dan cara menuliskannya
4. Untuk mendekskripsikan pengertian daftar pustaka dan cara mneuliskannya

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teknik Penulisan Kutipan


Tindakan mengutip dalam penulisan karya ilmiah dibenarkan. Tindakan ini untuk
memberikan kejelasan tentang topik yang sedang dikerjakan, bahkan memberikan
penanda penulis menguasai informasi yang sudah ada, bahkan penulis biasa mengaitkan
dengan informasi yang ada tersebut dengan topik yang sedang dikerjakan.
Penguntipan adalah proses peminjaman kalimat atau pendapat seseorang
pengarang atau ucapan seseorang yang ahli dalam bidang yang sedang ditulis. Penulis
telah melakukan tindakan yang beritikad baik, sebab penulis telah meneliti informasi
yang ada dan telah ditulis oleh orang lain. Tindakan mengutip bukan semata-mata
meniru teks orang lain. Tindakan mengutip bukan untuk kesombongan, bahwa penulis
memajang sejumlah pustaka yang telah dikuasai.
Terlepas dari itu semua, tindakan mengutip harus dilakukan agar pembaca
mengetahui bahwa informasi yang disampaikan oleh penulis berhubungan dengan
informasi yang ditulis oleh orang lain. Tindakan mengutip ini mengandung tujuan
tertentu. Tujuan pengutipan antara lain untuk memperkuat pendapat penulis,
membandingkan dengan pendapat penulis, membedakan dengan pendapat penulis, dan
menyanggah pendapat seseorang.

B. Jenis Kutipan
Jenis kutipan ada dua, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan
langsung, yaitu penulis menulis apa adanya teks yang dikutip. Penulis tidak mengubah
kata-kata atau ejaan yang digunakan dalam teks yang dikutip. Sedangkan kutipan tidak
langsung adalah penulis menuliskan intisari dari pendapat yang ada di sumber kutipan.

C. Cara Pengutipan
a. Kutipan Langsung
Tata cara penulisan kutipan langsung kurang dari empat baris:
a. diintegrasikan (disatukan) dengan teks penulis;
b. jarak antarbaris spasi ganda (dua spasi);
c. kutipan diapit dengan tanda kutip “….”; dan
d. akhir kutipan diikuti dengan tanda kurung buka, nama singkat pengarang,
tahun terbit, dan nomor halaman tempat kutipan, diakhiri dengan tanda
kurung tutup.

3
Tata cara penulisan kutipan langsung lebih dari empat baris:
a. kutipan dipisahkan dari teks dengan jarak 2,5 spasi;
b. jarak antarbaris satu spasi;
c. kutipan boleh diapit dengan tanda kutip;
d. akhir kutipan diikuti dengan tanda kurung buka, nama singkat pengarang,
tahun terbit, dan nomor halaman tempat kutipan, diakhiri dengan tanda
kurung tutup; dan
e. seluruh kutipan menjorok ke dalam 5-7 huruf/karakter, bila alinea baru
yang dikutip, maka baris bertama ditulis 5-7 huruf/karakter.

b. Kutipan Tidak Langsung


Gagasan yang dikutip diintegrasikan dengan teks; jarak antarbaris dua
spasi; tanpa penggunaan tanda kutip; dan diakhiri dengan tanda kurung buka,
nama singkat, tahun terbit, dan nomor halaman, diakhiri dengan tanda kurung
tutup.

D. Contoh Pengutipan
Sebagai bahan latihan, bacalah naskah berikut ini dan perhatikan jawaban atas
pertanyaan yang menyertainya!

Perlu dikembangkan sikap apresiatif dan aspiratif terhadap pengetahuan-pengetahuan


tandingan yang dimiliki dan dipegang teguh kaum miskin yang terlibat dalam akar
penjarahan. Pengetahuan yang tercermin dari kepolosan, kesahajaan, dan kenaifan
petani miskin yang lebih menghargai jagung dan padi daripada kakao. Pengetahuan
yang tersirat dari kekerasan hati petani bahwa secara historis mereka berhak atas lahan
yang saat ini menjadi perkebunan di sekitar tempat tinggalnya. Pengetahuan yang lahir
dari kelompok sosial yang justru semakin tertinggal dan ternaifkan pada zaman yang
gegap gempita oleh slogan dan klaim-klaim keberhasilan pembangunan.

Ada sejumlah pertanyaan yang menggelitik kesadaran dan daya kritis kita. Mengapa
kaum miskin begitu antusias dan dengan tanpa rasa bersalah berbagi tanaman
perkebunan, menjarah tambak, mesing penggiling padi, dan peternakan ayam?
Bukankah tindakan nekat itu merupakan akumulasi dari kekecewaan mereka terhadap
pemilik peternakan yang ingkar janji untuk menjadikan warga setempat sebagai
karyawan peternakannya, terhadap pemilik perkebunan yang tidak mengembalikan
tanah petani sesuai dengan perjanjian, serta terhadap perusahaan penggilingan padi yang
dengan seenaknya menimbun beras di kala beras sulit didapatkan? Mengapa para petani
yang menyerbu perkebunan kakao tidak mengambili buah kakao yang mereka tebangi,
walaupun mereka sadar berapa tingginya nilai jual kakao?

4
Realitas yang juga perlu dikritisi adalah keberanian petani untuk berkonfrontasi dengan
aparat keamanan. Secara naluriah, mereka sebenarnya menyadari logika-logika negara
Orde Baru dalam menghadapi berbagai bentuk kerusuhan. Mereka bukannya tidak
mengetahui bahkan dalam pendekatan represif, membuat keonaran dan anarki dapat
disetarakan dengan tindakan melawan pemerintah, dank arena itu akan dihadapi dengan
tindakan tegas aparat keamanan. Bahkan, mereka menganggap sepi ancaman tembak di
tempat yang diutarakan aparat keamanan. Mungkinkah ini ekspresi kekecewaan mereka
terhadap realitas “komersialisasi keamanan” yang selama ini tumbuh subur dalam
konteks hubungan “simbiosis mutualisme” antara aparat keamanan dengan para
pemiliki perkebunan, tambak, peternakan, atau penggilingan padi? Mungkinkah kaum
miskin itu sudah sedemikian antipasti terhadap aparat keamanan yang lebih akomodatif
terhadap kepentingan pihak swasta daripada terhadap kepentingan dan tuntutan mereka?
a. Kutipan Langsung
1) kurang dari empat baris
....................................................................................................................................................
Agus mengatakan, “Perlu dikembangkan sikap apresiatif dan aspiratif terhadap
pengetahuan-pengetahuan tandingan yang dimiliki dan dipegang teguh kaum
miskin yang terlibat dalam akar penjarahan” (Sudibyo, 2001: 184). ........................................
....................................................................................................................................................
2) lebih dari empat baris
....................................................................................................................................................
sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Sudibyo berikut.
“Perlu dikembangkan sikap apresiatif dan aspiratif terhadap pengetahuan-
pengetahuan tandingan yang dimiliki dan dipegang teguh kaum miskin yang
terlibat dalam akar penjarahan. Pengetahuan yang tercermin dari kepolosan,
kesahajaan, dan kenaifan petani miskin yang lebih menghargai jagung dan padi
daripada kakao. Pengetahuan yang tersirat dari kekerasan hati perani bahwa
secara historis mereka berhak atas lahan yang saat ini menjadi perkebunan di
sekitar tempat tinggalnya. Pengetahuan yang lahir dari kelompok sosial yang
justru semakin tertinggal dan ternaifkan pada zaman yang gegap gempita oleh
slogan dan klaim-klaim keberhasilan pembangunan (Sudibyo, 2001: 184).” ....................
.............................................................................................................................................
b. Kutipan Tidak Langsung
.............................. Sudibyo (2001: 184) menyatakan bahwa sikap apresiatif dan
aspiratif terhadap pengetahuan-pengetahuan tandingan yang dimiliki dan dipegang
teguh kaum miskin yang terlibat dalam akar penjarahan perlu dikembangkan agar
lebih terbuka pada perkembangan yang ada disekitarnya. Hal itu penting agar
mereka tidak terpaku pada padi dan jagung, tetapi juga pada komoditi yang lain.
Selain itu Joni menyatakan bahwa .............................................................................................
....................................................................................................................................................

5
atau
.............................. Sikap apresiasif dan aspiratif terhadap pengetahuan-
pengetahuan tandingan yang dimiliki dan dipegang teguh kaum miskin yang terlibat
dalam akar penjarahan perlu dikembangkan agar lebih terbuka pada perkembangan
yang ada disekitarnya.n Hal itu penting agar mereka tidak terpaku pada padi dan
jagung, tetapi juga pada komoditi yang lain (Sudibyo, 2001: 184). Selain itu joni
menyatakan bahwa .....................................................................................................................
....................................................................................................................................................
Setelah Anda memahami contoh penggunaan kutipan diatas cobalah untuk
mempraktikkan pemahaman Anda dengan berlatih membuat kutipan dari paragraf
dua, tiga, dan empat di atas!

E. Pengertian Parafrasa
Parafrasa sangat penting untuk selalu dipraktikkan oleh para penulis tulisan ilmiah
untuk menghindari plagiarism atau penjiplakan (pencurian) karya orang lain.

Pengambilan satu kalimat yang sama atau paragraf yang sama dari naskah sumber,
walaupun telah juga disertakan nama pengarangnya, masih dianggap plagiarism ketika
kalimat atau paragraph tersebut tidak ditulis dengan diapit oleh tanda baca “……….”.
Karya ilmiah kita akan menjadi aneh ketika semua paragraf yang kita tulis berisikan
tanda “………” yang berarti bahwa kita selalu mengambil ide orang lain tanpa mau
bersusah payah untuk memarafrasakan kalimat atau paragraph tersebut.
Untuk itu, kita harus benar-benar mengetahui teori parafrasa dan cara aplikasinya.
Parafrasa pertama yang kita pelajari ketika kita berada di Sekolah Dasar (SD) adalah:
memarafrasakan sebuah puisi
Contoh
Puisi karya Sitor Situmorang yang berjudul “Malam Lebaran”

Malam Lebaran
Bulan di atas kuburan
Puisi di atas hanya terdiri atas judul dan satu baris kalimat.
Jika Anda paham, Anda pasti dapat menguraikan puisi di atas dengan kata-kata Anda
sendiri, tetapi jika Anda tidak paham, Anda akan kesulitan atau tidak bias sama sekali
untuk membuat parafrasa puisi di atas dan berujung pada PLAGIARISME.

6
Parafrasa berarti pengungkapan kembali suatu konsep dengan cara lain dalam bahasa
yang sama, tetapi juga mengubah maknanya.
Parafrasa memberikan kemungkinan kepada sang penulis untuk memberi penekanan
yang agak berlainan dengan penulis asli.
Selain untuk puisi, parafrasa juga berlaku untuk kalimat, paragraph, atau bacaan dari
teks sumber yang Anda ingin Parafrasakan.

Contoh puisi satu bait


Tuhan Telah Menegurmu
(Chairil Anwar)

Tuhan tekah menegurmu dengan cukup sopan


Lewat anak-anak yang kelaparan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
Lewat semayup suara adzan

Parafrasa
Banyaknya musibah yang terjadi disekitar kita seperti bencana kelaparan seharusnya
menyadarkan kita bahwa Tuhan telah memberikan teguran-Nya yang Dia sampaikan
lewat tatapan mata anak-anak yang kelaparan. Bencana terjadi mungkin disebabkan
oleh jauhnya kehidupan kita dari mengenal-Nya. Oleh karena itu, sepantasnya jika kita
kembali untuk beribadah kepada-Nya, dengan harapan bahwa bencana akan segera
berakhir dan tidak lagi terjadi.
Catatan: kelaparan diartikan bencana; suara adzan diartikan kehidupan spiritual religi.
Sekali lagi, tindakan memarafrasakan kalimat atau paragraph berarti bahwa Anda telah
benar-benar mengetahui isi dari kalimat atau paragraf asal.
Jika tidak mengetahui secara benar, Anda dilarang untuk memarafrasakan kalimat atau
paragraph sumber.

Keuntungan parafrasa: penulis tidak bersusah-susah untuk mendapatkan ide dalam menulis

INGAT:
PARAFRASA TETAP HARUS MENCANTUMKAN NAMA PENGARANG NASKAH
SUMBER

7
F. Langkah-Langkah Parafrasa
Untuk dapat memarafrasakan teks atau naskah asal/sumber, ikutilah langkah-
langkah berikut:
1- Baca
2- Pahami seratus persen
3- Tulis dengan kata-kata kita sendiri

Jika kita tidak atau kurang mengerti maksud dari naskah sumber, jangan sekali-kali
mencoba untuk memarafrasakan naskah sumber tersebut.
Parafrasa dapat dilakukan ketika isi dari naskah sumber dipahami seratus persen.
1- Baca
Hal pertama ketika kita mau memarafrasakan naskah sumber adalah ‘membaca’
naskah tersebut.
Kita tidak akan dapat mengerti maksud dari naskah sumber jika kita hanya
membaca naskah sumber dengan sekilas saja.
Dari naskah sumber, kita harus memerhatikan detail-detail informasi yang
terkandung dari naskah sumber tersebut.
2- Pahami seratus persen
Setiap detail informasi yang terkandung dalam naskah sumber harus dipahami
secara benar.
Kesalahan dalam memahami naskah sumber akan berakibat pada kesalah
memarafrasakan naskah sumber tersebut.
Ketika kita tidak mengerti tentang kata-kata dalam kalimat tersebut, kita harus
berusaha untuk mencari tahu akan kata-kata yang ditulis dalam naskah sumber
tersebut.
Intinya, tidak ada satupun informasi baik dari segi kalimat maupun kata yang
terlewatkan pengertiannya oleh pemarafrasa.
3- Tulis dengan kata-kata kita sendiri
Setelah kita paham benar dengan seluruh informasi yang ada dalam naskah
sumber, kita dapat memulai memarafrasakan naskah tersebut

Yang perlu diingat adalah bahwa parafrasa bukanlah hanya memindah kalimat di
depan menjadi di belakang, mengubah kalimat aktif menjadi pasif, ataupun mencari
sinonim dari kata-kata yang ada, tetapi yang diperlukan adalah bahwa kita benar-benar
mengerti maksud dari naskah sumber tersebut sehingga kita dapat mengungkapkannya
dengan kata-kata sendiri.

8
G. Tahap-Tahap Belajar Parafrasa
Berlatih membuat parafrasa dapat diawali dengan kata, kalimat, dan akhirnya
paragraph.
Ingat, parafrasa hanya dapat dilakukan ketika pemarafrasa paham benar akan
kandungan dari naskah sumber.
a. Kata
Contoh: Guru
Parafrasa: Seorang pekerja professional yang bertugas untuk memberikan
ilmu pengetahuan kepada orang lain, baik anak usia dini maupun orang
dewasa. Penafsiran ilmu pengetahuan tersebut bias dilakukan di dalam
sebuah ruang yang disebut dengan kelas.

Ketika diberi kata ‘guru’, siapa saja yang paham akan maksud kata guru akan dapat
menguraikan kata guru tersebut.
Penguraian tanpa menyebut kata guru tersebut merupakan langkah awal bahwa
pembelajar sudah mulai tahu akan arti parafrasa.
Contoh selanjutnya adalah kata ‘kursi’.
Parafrasa: Ini adalah sebuah benda yang biasanya kita jumpai di dalam rumah, gedung
sekolah, perkantoran, dan sebagainya. Benda ini mempunyai bentuk bermacam-macam
dari yang terbuat dari balok batu atau kayu saja sampai rancangan yang memiliki
sandaran, tempat untuk diduduki, dan kaki-kaki untuk menopang benda tersebut. Fungsi
utama dari benda ini adalah sebagai alat untuk menyangga seseorang dalam posisi
duduk.
Dari satu kata, kita dapat menguraikan dengan panjang lebar karena kita sudah
mengetahui kata tersebut dengan sangat jelas.
Akan tetapi, kita tidak dapat menulis apapun juga ketika kita tidak mengetahui maksud
dari kata tersebut.
Tanpa membuka google atau mesin pencarian lainnya, perhatikan kata-kata di bawah ini
dan hitunglah berapa kata yang Anda dapat parafrasakan! Tulis () ketika Anda tahu
dan (x) ketika Anda tidak tahu.
N
Kata
O /x
Punca
Kurator

9
Animo
Antologi
Demagogi
Didaktik
Dikotomi
Enigma
Senandika
Renjana
Suryakanta
semenjana
Ketaksaan
Terungku
Teyan
Sawala
Candramawa
Candala
Klandestin
Panasea

Apakah Anda mengetahui semua kata tersebut dan mampu mendefiniskannya?


Dari kegiatan sederhana ini, Anda diharapakan untuk mengerti benar maksud dari
parafrasa.

H. Pengertian Saduran

Dalam rangka peningkatan kemampuan guru dalam menulis yang sederhana dan
yang paling mungkin dilakukan oleh guru adalah saduran, karena guru dapat
menuliskannya dengan menggunakan bahasnya sendiri, sehingga akan lebih mudah
dilakukan khususnya bagi penulis pemula atau guru yang ingin belajar menjadi
penulis. Saduran adalah merubah dan menyalin ulang naskah yang ada dengan bahasa
sendiri dengan esensi yang sama. Berdasar Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) 
saduran adalah:

10
1. Hasil menyepuh
2. Hasil menggubah, gubahan bebas dari cerita lain tanpa merusak garis besar
cerita
3. Ikhtisar, ringkasan, dan laporan

Agar dalam penyaduran guru tidak terjebak dalam plagiarisme, tentunya kita
wajib mencantumkan dari mana ide tersebut kita dapatkan, sebagai bentuk apresiasi kita
terhadap penulis yang memberikan inspirasi tersebut.

I. Prasyarat Penyadur

Untuk menjadi penyadur yang baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk
antara lain sebagai berikut:

1. Menguasai dengan baik bahasa buku yang akan kita sadur, hal ini merupakan hal
yang paling penting dan mutlak, karena tanpa penguasaan bahasa buku yang
baik saduran yang kita tulis dapat bermakna ambigu dan keluar dari esensi yang
kita maksudkan. Berbeda dengan terjemahan yang kaku saduran lebih fleksibel
karena berdasarkan bahasa dan pemahaman kita sendiri tetapi tidak boleh
terlepas dari makna sumber yang kita sadur.
2. Memahami gagasan utama karya asal, memahami gagasan ini dapat kita latih
dengan mencari tema suatu paragraf atau cerita. Dengan memahami gagasan
utama kita telah menemukan inti permasalahan dari bahan yang kita sadur.
3. Menguasai bahasa saduran, penguasaan bahasa saduran erat kaitannya dengan
kemampuan bahasa penyadur, cara terbaik untuk malatih penguasaan bahasa
saduran ini dapat kita tingkatkan dengan sering membaca buku dan literatur,
sehingga kita menjadi kaya akan kosa kata.
4. Memahami aturan penyaduran, aturan yang paling utama dalam penyaduran
adalah harus dan wajib untuk mencantumkan sumber asal penyaduran tersebut,
hal ini adalah untuk menghindari Plagiarisme atau penjiplakan. Untuk
meningkatkan kemampuan kita akan aturan penyaduran adalah dengan membaca
hasil saduran yang sudah baku dengan hasil saduran kita, sehingga kita
mendapatkan gambaran sejauh mana kemampuan kita dalam memahami aturan
penyaduran tersebut.
5. Mengetahui berbagai bentuk karya tulis, karya tulis yang ada sekarang sangat
beragam jenisnya, tetapi secara garis besar hanya terdiri dari fiksi dan non fiksi.
Karya tulis fiksi dapat berupa cerpen, novel, roman dan esai yang dapat kita
sadur menjadi suatu rangkuman, ringkasan, ikhtisar dan sebagainya. Sedangkan
karya tulis non fiksi yang dapat kita sadur antara lain makalah, skripsi, tesis,

11
kritik artikel dan resensi. Dengan mengetahui ciri dan karakteristik masing-
masing kita dapat segera menentukan langkah yang paling tepat dalam
penyaduran.
6. Aturan karya tulis, peningkatan kemampuan ini dapat dilakukan dengan belajar
melihat berbagai resensi buku tentang aturan penulisan karya tulis yang biasanya
dikeluarkan oleh Perguruan Tinggi yang ditujukan untuk pembimbingan
penulisan karya ilmiah kapada mahasiswa. Atau dengan melihat dan
mempelajari karya tulis saduran yang sudah baku.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam sudut pandang penulis karya tulis
saduran antara lain sebagai berikut:

1. Mengetahui sumber karya saduran, penulis harus mengetahui dengan jelas


sumber yang dijadikan rujukan dalam karya tulis yang hendak kita sadur, hal ini
dimaksudkan untuk kontrol dalam hasil akhir saduran, jangan sampai hasil
suduran yang kita lakukan berbeda maknanya dari sumber aslinya.
2. Kemampuan penyadur dalam menguasai karya asal bahan yang disadur, bagi
penulis atau penyadur harus benar-benar manguasai bahan yang akan disadur,
hal ini mengandung maksud agar hasil penyaduran benar-benar melalui telaah
yang dapat dipertanggung jawabkan.
3. Tujuan dalam penyaduran yang dilakukan oleh penulis, tentunya untuk
pengembangan Ilmu pengetahuan bukan untuk plagiarisme.

J. Langkah-langkah dalam Menyadur

Beberapa langkah dasar dalam menulis karangan saduran yang dapat dilakukan
oleh guru antara lain:

1. Membaca dengan cepat dan cermat/ membeca skeming, membaca dengan


cermat dengan cepat memerlukan proses untuk dapat menguasainya, dalam
mengasah kemampuan ini guru dapat melatihnya dengan membaca cepat suatu
cerita kemudian menyusunnya dalam bahasa sendiri secara cepat. Atau dengan
mencoba mecari gagasan utama dari suatu paragraf dengan cepat.
2. Gagasan utama dari karya asal yang akan disadur, jika gagasan utamanya sudah
ditemukan maka penyadur akan dengan mudah mencari benang merah dari
setiap kejadian dan sudut pandang dari karya asal, sehingga akan dengan mudah
bagi penulis untuk menyadur dengan bahasa sendiri.

12
3. Kerangka alur dari karya asal ditulis dalam bentuk iktisar untuk memudahkan
penyaduran. Penulisan ikhtisar ini tentunya tidak boleh keluar dari makna karya
tulis  yang kita sadur.
4. Mengembangkan kerangka alur. Pengembangan karangka alur seperti kita
mengambangkan kerangka karangan menjadi sebuah karangan. Kerangka alur
yang sudah ditulis kita kembangkan dengan tanpa menghilangkan esensi dari
karya yang kita sadur tersebut.
5. Menuliskan saduran juga harus memperhatikan budaya karya asal, sebagai
contoh bentuk tulisan asing dengan bahasa yang langsung tidak berbelit-belit,
kultur ini berbeda dengan orang timur yang cenderung berputar-putar dalam
menyimpulkan sesuatu.
6. Evaluasi ketepatan dalam penyaduran dilakukan dengan membandingkan hasil
saduran dengan karya asli, apakah esensinya berbeda, apakah maknanya
berbeda, seberapa besar kesesuaannya, bagaimana sistematika penilisannya dan
apakah bahasa yang kita tuliskan sudah baku apa belum. Keenam langkah diatas
dapat dilatih untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menulis, terutama
saduran karya tulis.

K. Pengertian Daftar Pustaka

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daftar yang


mencantumkan judul buku, nama pengarang, peneliti, dan sebagainya. Yang
ditempatkan pada bagian akhir suatu karya tulis atau buku dan disusun berdasarkan
abjad. Menurut Gorys Keraf (1997:213), daftar pustaka/ bibliografi ialah sebuah daftar
yang berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya yang
mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian dan karangan yang tengah
digarap. Dan, menurut Ninik M. kuntaro (2007:195), daftar pustaka ialah salah satu
teknik notasi ilmiah yang merupakan kumpulan sumber bacaan atau sumber referensi
saat menulis karangan ilmiah.
Melalui daftar pustaka, para pembaca dapat mengetahui sumber dari makalah atau
karya tulis yang kita buat. Mereka juga dapat mengukur kedalaman bahasan, serta dapat
memperluas pengetahuannya dengan berbagai referensi tersebut.

L. Penulisan Daftra Pustaka


Dafar pustaka memuat sejumlah pustaka atau sumber lain yang digunakan penulis
untuk mendukung pendapatnya, membedakan pendapatnya dengan ahli lain, menolak
pendapat ahli lain, atau hanya sekadar memberikan informasi bahwa ahli lain memiliki
pendapat yang tidak sejalan dengan pendapatnya. Penulis merasa perlu mengemukakan
kepada pembaca agar karya tulis ilmiah yang dikerjakan memiliki kelayakan penilaian.
Aktivitas pemuatan pustaka juga meberikan gambaran kepada kita bahwa seorang ahli

13
dalam berinteraksi ilmiah memiliki etika. Kejujuran ilmiah dijunjung dalam rangka
menghormati seseorang yang sudah terlebih dahulu melakukan kajian terhadap
permasalahan tertentu.
Penulis menempatkan pada posisi sebagai ahli yang memecahkan masalah yang
dikerjakan. Ahli yang terlebih dahulu berpendapat dihargai sebagai ahli yang disimak
pendapatnya. Walaupun kadang pendapat tersebut bertentangan dengan pendapat diri
penulis. Pendapat diri penulis merupakan pendapat baru.
Penulis perlu mencata unsur-unsur seumber pustaka, baik berupa buku ataupun
sumber pustaka lainnya, sebelum penulis membuat daftar pustaka. Penginvetarisasian
ini perlu dikerjakan agar mempermudah dalam pembuatan daftar pustaka. Unsur-unsur
tersebut, yaitu nama penulis, tahun publikasi, judul tulisan yang digunakan sebagai
acuan, nama kota penerbit, dan nama penerbit. Jangan lupa bahwa penulisan daftar
pustaka harus diurutkan sesuai huruf abjad yang diambil dari nama pengarang.
1. Cara Menulis Daftar Pustaka Berupa Buku
Ditulis berurutan mulai dari nama penulis, tahun penerbitan buku, judul buku
(dengan huruf miring), tempat penerbitan, dan nama penerbit. Missal:
Keraf, Gorys. 2005. Komposisi. Flores: Nusa Indah
2. Cara Menulis Daftar Pustaka yang Berasal dari Buku Kumpulan Artikel
Penulisannya sama dengan cara di atas, hanya ditambah dengan tulisan (Ed.) dia
antara nama penulis dan tahun penerbitan.
Missal:
Dick, Hartono (ed.). 2004. Golongan Cendikiawan: Merdeka yang Berumah di
Angin. Jakarta: Gramedia
3. Cara Menulis Daftar Pustaka dengan Mengambil Satu Artikel dari Buku
Kumpulan Artikel
Nama penulisan artikel ditulis di depan diikuti tahun penerbitan, judul artikel yang
diapit oleh tanda kutip tanpa huruf miring. Setelah itu ditulis nama editor, judul
buku kumpulan artikel, dan nomor halaman.
Missal:
Geertz, Clifford. 2004. “Cendikiawan di Negara Berkembang”. Dalam Kemala
Sartika (Ed.), Menjelajah Cakrawala: Kumpulan Karya Visioner Soedjatmoko.
Jakarta: Gramedia

4. Cara Menulis Daftar Pustaka yang Berasal dari Artikel dalam Jurnal
Nama penulisan artikel ditulis di depan diikuti tahun, judul artikel, nama jurnal,
tahun, dan nomor.
Misal:
Hanafi, A. 1989. “Partisipasi dalam Siaran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi”.
Forum Penelitian, 1 (1):33-47

14
5. Cara Menulis Daftar Pustaka yang Berasal dari Artikel Majalah atau Koran
Nama penulis ditulis terlebih dahulu dilanjutkan dengan tanggal, bulan, dan tahun
(jika ada). Nama majalah atau Koran dicetak miring diikuti dengan nomor halaman.
Misal:
Gardner, H. 1998. “Do Babies Sing A Universal Song?”. Psychological Today,
hal.70
6. Cara Menulis Daftar Pustaka dari Koran Tanpa Penulis
Nama Koran ditulis terlebih dahulu diikuti dengan tanggal, bulan, tahun terbit,
judul, dan nomor halaman.
Misal:
Kompas. 18 Maret 2005. “Rawan Pangan, Tanpa Basis Sumber Daya Lokal”,
hal.41
7. Daftar Pustaka dari Karya Terjemahan
Nama penulis asli ditulis terlebih dahulu diikuti tahun terbit tulisan asli, judul
terjemahan, nama penerjemah, tahun terjemahan, nama tempat penerbitan dan nama
penerbit terjemahan. Missal:
Eangleton, Terry. 1998. tekTeori Sastra: Satu Pengenalan. Terjemahan oleh
Mohammad Haji Saleh. 2004. Kualalumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
8. Daftar Pustaka dari Skripsi, Tesis, atau Disertasi
Nama penulis diikuti dengan tahun yang tercantum pada sampul, judul skripsi,
tesis, atau disertasi yang diapit dengan tanda kutip, diikuti jenis karya ilmiah, nama
kota tempat perguruan tinggi, nama fakultas, dan nama perguruan tinggi. Misal:
Paramita, Pradyna. 2007. “Pengaruh Bioteknologi Pertanian terhadap Proses
Pematangan Tomat”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
Maret
9. Daftar Pustaka dari Internet
Nama penulis diikuti dengan tahun, judul karya yang diapit tanda kutip, diakhiri
alamat sumber pustaka dan tanggal akses.
Missal:
Herusatoto. 2002. “BioteknologiPertanian” (online),
(http://www.chang.jayaHeru.com/Biotekopetan04.htm, diakses tanggal 12
Desember 2002).

Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh penulisan sumber yang ada dalam karya
ilmiah berikut ini!

15
NAMA TAHUN JUDUL NAMA NAMA
PENULIS PUBLIKASI TULISAN KOTA PENERBIT
PENERBIT
A.Bazar 1991 Kamus Jakarta Penerbit
Harahap Profesioanl Erlangga
Inggris-
Indonesia
Indonesia-
Inggris
A.Widyamartaya 1990 Seni Yogyakarta Penerbit
Menggayakan Kamisim
Kalimat
Al-Ustadz 1993 Kumpulan Bandung Pustaka
Mahmud Samiy Rahasia Hidayah
“Nama-nama
Allah yang
Indah”
Anton M. 1989 Kembara Jakarta PT Gramedia
Moeliono Bahasa
Kumpulan
Karangan
Tersebar
Asep Ahmad 2006 Filsafat Bandung PT Remaja
Hidayat Bahasa Rosda Karya
Mengungkap
Hakikat
Bahasa,
Makna dan
Tanda
C. Ramli Bihar 2004 ASQ Bandung Pustaka Iman
Anwar (Adversity dan Arasy
Spiritual
Quotiant)
Dr. J. S. Badudu 1984 Membina Bandung Pustaka Pies
Bahasa
Indonesia
Baku
Dra. Sintowati 1993 Bahasa Jakarta Penerbit Buku

16
Rini Utami dan Indonesia Kedokteran
Sudiharto Untuk
Keperawatan
Drs. Mir 1997 Zukir & Bandung Pustaka
Valiuddin Kontemplasi Hidayah
dalam
Tasawuf
Harun Joko 2000 Pembudayaan Surakarta Muahmmadiyah
Priyatno, dkk Penulisan University Pries
Karya Ilmiah
I Made Sandy 1983 Aturan Jakarta FMIPA UI
Menulis dan
Menulis
dengan
Aturan
Prof. Dr. 1991 Bahasa Malang YA3
Zuchrudin Indonesia
Suryawinata dan Untuk Ilmu
Drs. Imam Pengetahuan
Suyitno (Editor) & Teknologi
ST. Sunardi 2003 Opera Tanpa Yogyakarta Buku Baik
Kata
Tim Penyusun 1994 Bahasa Semarang Badan Penerbit
Buku Ajar Bahas Indonesia Universitas
Indonesia FS Untuk Diponegoro
Undip Mahasiswa

Berdasarkan sumber tulisan yang sudah dicatat secara rapi tersebut, maka dapat disusun
daftar pustaka sebagai berikut.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kutipan adalah pinjaman sebuah kalimat ataupun pendapat dari seseorang


pengarang atau seseorang, baik berupa tulisan dalam buku, kamus, ensiklopedia,
artiket, laporan, majalah, koran, surat kabar atau bentuk tulisan lainnya, maupun
dalam bentuk lisan misal media elektronika seperti TV, radio, internet, dan lain
sebagainya. Tujuannya sebagai pengokohan argumentasi dalam sebuah karangan.
Kutipan terdiri dari:
1. Kutipan langsung
2. Kutipan tidak langsung
Parafrasa adalah penguraian kembali suatu teks atau karangan dalam bentuk atau
susunan kata yang lain dengan maksud dapat menjelaskan maknanya yang
tersembunyi. Pengungkapan kembali suatu tuturan dan sebuah tingkatan atau
macam bahasa tertentu menjadi macam yang lain tanpa mengubah pengertiannya.
(KBBI).
Saduran adalah merubah dan menyalin ulang naskah yang ada dengan bahasa
sendiri dengan esensi yang sama. Berdasar Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI)  saduran adalah:

1. Hasil menyepuh
2. Hasil menggubah, gubahan bebas dari cerita lain tanpa merusak garis besar
cerita
3. Ikhtisar, ringkasan, dan laporan

Daftar pustaka (bibliografi) merupakan sebuah daftar yang berisi judul buku-
buku, artikelartikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai
pertalian dengan sebuah karangan. Melalui daftar pustaka yang disertakan pada
akhir tulisan, para pembaca dapat melihat kembali pada sumber aslinya.

Cara penulisan daftar pustaka sebagai berikut:


1. Tulis nama pengarang (nama pengarang bagian belakang ditulis terlebih
dahulu, baru nama depan)
2. Tulislah tahun terbit buku. Setelah tahun terbit diberi tanda titik (.)
3. Tulislah judul buku (dengan diberi garis bawah atau cetak miring). Setelah
judul buku diberi tanda titik (.).

18
4. Tulislah kota terbit dan nama penerbitnya. Diantara kedua bagian itu diberi
tanda titik dua (:). Setelah nama penerbit diberi tanda titik.
5. Apabila digunakan dua sumber pustaka atau lebih yang sama pengarangnya,
maka sumber dirulis dari buku yang lebih dahulu terbit, baru buku yang terbit
kemudian. Di antara kedua sumber pustaka itu dibutuhkan tanda garis panjang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. Ramli Bihar. 2004. ASQ (Advertisy Spiritual Quotiont). Bandung: Pustaka
Iman dan Arasy

Badudu, J. S. 1984. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima FMIPA
UI.

Harahap, A. Bazar. 1991. Kamus Profesional Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris,


Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hidayat, Asep Ahmad. 2006. Filsafat Bahasa Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna
dan Tanda. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Made Sandy, I. 1983. Aturan Menulis dan Menulis dengan Aturan. Jakarta: FMIPA UI.

Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa Kumpulan Karangan Tersebar. Jakarta:


PT Gramedia.

Samiy, Al-Ustadz Mahmud. 1993. Kumpulan Rahasia “Nama-nama Alah yang Indah”.
Bandung; Pustaka Hidayah.

Sunardi, ST. 2003. Opera Tanpa Kata. Yogyakarta: Buku Baik.

Suryawinata, Zuchrudin dan Imam Suyitno (Ed.). 1991. Bahasa Indonesia untuk Ilmu
Pengetahuan & Teknologi. Malang: YA3

20

Anda mungkin juga menyukai