Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

BIOLOGI SEL

DISUSUN OLEH :
EMILIANA VIVINTHA YOMAN
DIANA SURAT BURA BAHI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
karuniahnya nsehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini disusun dalam rangka
untuk memenuhi tugas Biologi Sel .
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu diharapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Ende,10 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................1
C. Tujuan .............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................2


A. Pengertian Lisosom ....................................................................................
B. Struktur Lisosom ........................................................................................
C. Fungsi dan Hasil Metabolisme Lisosom ....................................................
BAB III PENUTUP ....................................................................................................
A. Simpulan .........................................................................................................

B. Saran ...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan kita terhadap struktur, komposisi, fungsi lisosom, dan
badan mikro dapat dikatakan baru dibandingkan dengan pengetahuan kita
terhadap organel sel lainnya. Meskipun variasi dari badan kecil (small bodies)
yang dijumpai di sel hewan dan tumbuhan telah lama disebut “badan mikro”
atau “sitosom” untuk beberapa tahun, keberagaman komposisi dan pergerakan
mereka tidak dikenali sampai tahun 1950an. Penemuan lisosom dan badan
mikro selama tahun 1950an disebabkan oleh perkembangan mikroskop
elektron. Penggunaan dari prosedur yang lebih halus untuk penyebaran sel-sel
dan jaringan, dan perkembangan dari metode pemisahan yang telah lebih baik,
pemecahan, dan pembentukan subselular yang dilepaskan dari sel-sel yang
telah rusak secara kimiawi. Pada masa kini, lisosom dikenal sebagai kategori
organel tersendiri, sedangkan peroksisom dan glioksisom termasuk kedalam
badan mikro.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian, struktur dan fungsi dari lisosom?
2. Bagaimana mekanisme hasil metabolime lisosom?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang pengertian, struktur, dan fungsi dari lisosom.
2. Mengetahui tentang mekanisme hasil metabolime lisosom.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lisosom
Lisosom adalah kantong bermembran yang berisi enzim-enzim
hidrolitik yang digunakan oleh sel hewan untuk mencerna makromolekul.
Enzim lisosom bekerja paling baik dalam kondisi asam yang ditemukan
dalam lisosom. Jika lisosom pecah atau bocor, enzim yang dilepaskan tidak
sangat aktif sebab sitosol memiliki pH netral. Akan tetapi kebocoran yang
berlebihan dari banyak lisosom dapat menghancurkan sel melalui
autodigesti. (Campbell,2004:115-116)
Enzim hidrolitik dan membran lisosom dibuat oleh RE kasar dan
kemudian ditransfer ke apparatus golgi untuk diproses lebih lanjut.
Setidaknya, beberapa lisosom mungkin timbul melalui pertunasan dari sisi
trans apparatus golgi. Protein-protein dipermukaan dalam membran lisosom
dan enzim-enzim pencernaan sendiri diduga tidak mengalami kehancuran
karena memiliki bentuk berdimensi-tiga yang melindungi ikatan-ikatan yang
rawan dari serangan enzim. (Campbell,2004:115-116)
Lisosom melaksanakan pencernaan intraseluler dalam berbagai situasi.
Amoeba dan banyak Protista lain makan dengan cara menelan organisme
yang lebih kecil atau partikel makanan lain, proses tersebut disebut
fagositosis (phagocytosis, dari kata Yunani phagein, makan, dan kytos,
wadah, mengacu pada sel). Vakuola makanan dan terbentuk dengan cara ini
kemudian berfusi dengan suatu lisosom, yang mengandung enzim-enzim
pencernaan. Produk-produk pencernaan, termasuk gula sederhana, asam
amino, dan monomer-monomer lain masuk kedalam sitosol dan menjadi
nutrien bagi sel. Beberapa sel manusia juga melaksanakan fagositosis.
Contohnya makrofag, sejenis sel darah putih yang membantu

3
mempertahankan tubuh dengan cara menelan dan menghancurkan bakteri
serta penyerbu lain. (Campbell,2004:115-116)
Lisosom juga menggunakan enzim hidrolitiknya untuk mendaur-ulang
materi organik milik sendiri, proses yang dikenal sebagai autofagi. Selama
autofagi organel yang rusak atau sejumlah kecil sitosol diselubungi oleh
membran ganda yang asal-usulnya belum diketahui dan suatu lisosom
berfusi dengan membran luar vesikel ini. Enzim-enzim lisosom menguraikan
materi yang diselubungi, dan monomer-monomer organik dikembalikan ke
sitosol untuk digunakan kembali. Dengan bantuan lisosom, sel terus-
menerus memperbarui dirinya snediri. Suatu sel hati manusia, misalnya,
mendaur-ulang separuh makromolekulnya setiap minggu.
(Campbell,2004:115-116)
Seperti halnya RE, apparatus golgi, lisosom juga tersusun dari
membran seperti halnya membran sel, tetapi hanya terdiri dari satu lapis saja.
Hasil pengamatan mikroskrop electron menunjukkan bahwa bentuk dan
ukuran lisosom sangat bervariasi. Meski demikian lisosom tetap dapat
diidentifikasi sebagai salah satu organel sel. Lisosom ditinjau dari segi
fisiologis terdiri dari 2 kategori yaitu lisosom primer yang hanya berisi
enzim-enzim hydrolase dan lisosom sekunder yang selain berisi hydrolase
juga terdapat substrat yang sedang dicerna. Kategori terakhir adalah vakuola
pencernaan yang berasal dari fusi antara fagosoma atau endosoma dengan
lisosom primer pada beberapa macam sel hewan. Lisosom berasal dari
pembentukan tunas sisterna Aparatus Golgi pada sisi trans. Lisosom primer
pada umumnya vesikuli yang bersalutkan protein yang disebut klatrin.
Klatrin akan lepas dari vesikuli begitu vesikuli terlepas. (Sumadi dan
Maryanti,2007:140-141)

4
B. Struktur Lisosom
Lisosom secara struktural adalah kelompok organel yang heterogen
dalam hal ukuran dan morfologi. Akibatnya sulit untuk mengidentifikasi
lisosom berdasarkan kriteria dasar morfologinya. Saat pecahan yang kaya
akan lisosom terisolasi secara sentrifugal oleh de Duve dan Novikoff dan
diteliti dengan mikroskop elektron, ditemukan bahwa lisosom secara umum
lebih kecil daripada mitokondria. Umumnya, diameter lisosom bervariasi
dari 0,1-0,8 µm, dihubungkan dengan membran tunggal dan biasanya
dipadati oleh elektron. Identifikasi lisosom secara keseluruhan terbilang
lebih sulit karena organel kecil dan padat lainnya juga dihubungkan dengan
membran tunggal. Aplikasi dari prosedur sitokimia pada level mikroskop
elektron dimana lisosom ditemukan pada dasar kandungan enzim dapat lebih
terpercaya. Prosedur-prosedur yang paling terkenal adalah yang
diperkenalkan oleh G. Gomori yang sering diterapkan pada bentuk
modifikasi yang berbeda untuk mengenali lisosom pada dasar kandungan
asam fosfat lisosom itu sendiri. (Sheeler dan Bianchi,1983:463-465)

(Gambar 2.1. Struktur Lisosom)


Pada metode Gomori, jaringan yang diteliti diinkubasi pada ph 5,0
dalam media yang mengandung β-gliserofosfat dan garam. Fosfat yang
dibelah dari substrat selama masa inkubasi menggabungkan ion untuk

5
membentuk fosfat yang tidak dapat dilarutkan, yang mempercepat lokus
pada aktifitas enzim. Karena fosfat dipenuhi oleh elektron, lisosom nampak
sebagai organel granular yg gelap pada mikroskoskop elektron. Untuk
penilitan menggunakan mikroskop cahaya, amonium sulfida dapat
digunakan untuk merubah fosfat menjadi sulfida yang kemudian terlihat
berwarna hitam. Reaksi Gomori dapat dilakukan dengan senyawa yang telah
dibagi juga dengan jaringan segar, walaupun efisiensinya berkurang sebagai
hasil dari inaktifasi enzim selama fiksasi. (Sheeler dan Bianchi,1983:465)
Beberapa bentuk lisosom berbeda yang telah ditemui pada sel-sel
meliputi lisosom primer, lisosom sekunder, dan zat sisa tubuh (residual
bodies).(Sheeler dan Bianchi,1983:465)
a. Lisosom primer (primary lysosom) atau protolisosom
Lisosom primer adalah organel yang baru diproduksi dan
dihubungkan oleh membran tunggal dan memiliki ukuran yang sangat
bervariasi. Lisosom primer adalah partikel murni yang dalamnya
terdapat enzim perncernaan yang belum mempunyai peran dalam
hidrolisis.(Sheeler dan Bianchi,1983:465)
b. Lisosom sekunder (secondary lysosom)
Terdapat dua tipe lisosom sekunder: vakuola heterofag
(heterolisosom) dan vakuola autofag (autolisosom). Vakuola heterofag
dibentuk oleh fusi (gabungan) dari lisosom primer dengan vakuola
sitoplasma yang mengandung senyawa ekstraseluler yang dibawa ke sel
dengan proses endositosis. Pada fusi selanjutnya, enzim hidrolase pada
lisosom primer dilepaskan ke vakuola (disebut fagosom). Sedangkan
vakuola autofag (autolisosom) mengandung senyawa yang terisolasi dari
sel sitoplasma, termasuk mitokondria, badan mikro, dan bagian kasar
dan halus dari retikulum endoplasma. Autodigesti dari organel seluler
adalah hal yang normal selama pertumbuhan dan penyembuhan sel, dan

6
utamanya lazim pada pembedaan jaringan dalam tekanan. (Sheeler dan
Bianchi,1983:465-466)
Pembentukan vakuola heterofag dan autofag selanjutnya diikuti oleh
enzim pencernaan dari isi vakuola. Saat pencernaan dimulai,
pembentukan vakuola heterofag dan autofag menjadi sulit untuk
mengidentifikasi sifat dasar dari lisosom sekunder; istilah umum yang
sering digunakan untuk mendeskripsikan organel pada tahap ini adalah
vakuola pencernaan. (Sheeler dan Biacnhi,1983:465-466)

c. Badan Residu (residual bodies)


Zat endositosis dan bagian-bagian dari organel autofagositosis
yang tidak dicerna dalam lisosom sekunder dan di transfer ke
sitoplasmabiasanya bertahan dalam vakuola sebagai residu (zat sisa).
Lisosom yang mengandung residu-residu tersebut disebut badan residu
(kadang disebut telolisosom). Residu yang tidak dicerna sering
berbentuk gulungan dari membran, massa tidak berbentuk, ferritin
seperti partikel atau mielin. Badan residu seringkali gagal dalam
menunjukkan tingkat aktivitas hidrolitik yang sering dikaitkan dengan
lisosom primer dan sekunder. (Sheeler dan Bianchi,1983:466-467)

7
(Gambar 2.2. Proses pembentukan lisosom primer, sekunder, dan badan residu)

(Gambar 2.3. Kiri: bentuk gulungan pada membran. Kanan: badan residu)

C. Fungsi dan Mekanisme Hasil Metabolisme Lisosom


Terdapat 2 fungsi utama lisosom, yaitu heterofag dan autofag.
a. Heterofag
Fungsi lisosom dalam pencernaan intraseluler pada makromolekul
ekstraseluler telah diprediksi dari penelitian yang dilakukan oleh E.
Metchnikoff tahun 1893. Dalam penemuannya tentang fagositosis,
Metchnikoff menunjukan bahwa bagian dalam vakuola makanan pada
avertebrata dan organisme uniseluler adalah asam karena merubah
kertas lakmus dari biru menjadi merah dan itu mengandung enzim-
enzim pencernaan. (Sadava,1993:283)
Senyawa ekstraseluler yang dibawa oleh proses endositosis terdapat
dalam vakuola yang disebut fagosom. Senyawa-senyawa ini kemudian
mungkin di tolak oleh proses eksositosis, atau fagosom yang mungkin
menggabungkan satu atau lebih lisosom primer yang mengosongkan
enzim hidrolase pencernaan kedalam partikel yang baru dibentuk

8
(lisosom sekunder). Pencernaan lisosom dari proses endositosis disebut
heterofag. (Sheeler dan Bianchi,1983:467-468)

b. Autofag
Proses Autofagi digunakan untuk pembuangan serta degradasi
bagian sel sendiri, seperti organel yang sudah tidak dapat berfungsi lagi.
Bagian dari retikulum endoplasma kasar atau REK akan menyelubungi
organel yang sudah rusak atau tidak berfungsi lagi kemudian
membentuk autofagosom. Selanjutnya, autofagosom berfusi dengan
enzim hidrolitik dari trans Golgi dan kemudian berkembang menjadi
lisosom atau endosom lanjut. Proses tersebut berguna pada sel hati,
transformasi berudu yang akan menjadi katak, serta embrio manusia.
(Zand,2006)
Pada metamorfose katak, tahapan perubahan dari kecebong atau
berudu menjadi katak adalah ekornya secara bertahap akan dihancurkan.
Sel-sel ekornya yang kaya akan lisosom akan mati dan hasil
penghancurannya digunakan dalam pertumbuhan sel-sel baru bagi katak
yang sedang dalam pertumbuhan. (Sumadi dan Maryanti,2007)

9
(Gambar 2.4. Proses autofag pada lisosom)

Lisosom memiliki enzim-enzim yang terdapat didalamnya. Lisosom juga


berbeda pada komposisi enzim hidrolitiknya. Lebih dari 60 enzim berikatan
dengan organel, reaksi katalis pada umumunya yaitu:
A-B + H2O AH + BOH
Dengan begitu, enzim dalam sebuah organel merupakan bagian penting
untuk pertahanan sel, jika komponen seluler mengalami kebocoran maka akan
menyebabkan penyakit kanker, penuaan, dan penyakit yang menyebabkan
fungsi tubuh lambat laun akan berhenti. (Sadava, 1993:279-280)
Dengan adanya hidrolisis dalam lisosom menyebabkan 2 masalah untuk
organel, yaitu:
a. Kebanyakan enzim lisosom memiliki pH optimum keasaman. Tapi
sitoplasma memiliki pH sekitar 6,5-7,5. Ini artinya harus ada mekanisme
untuk menurunkan pH intralisosom.(Sadava,1993:280)
b. Hidrolisis dalam lisosom berhasil dalam mengubah tekanan osmotik. Jika
protein mengandung 100 asam amino yang dihidrolisis dalam organel,
maka konsentrasi osmotik akan meningkat, dan lisosom akan pecah
karena tekanan osmotik dalam air. Harus ada mekanisme yang dapat
menurunkan berat molekul agar hasil dari hidrolitik dapat masuk ke
dalam sitoplasma. (Sadava,1993:280)

Enzim lisosom memiliki pH optimum yang bersifat asam, yaitu sekitar


5,0 supaya efesiensi atau fungsi aktivitas enzim lisosom dapat terjaga, pH di
dalam lisosom harus lebih rendah daripada pH sitosol. Hal ini memberikan
perlindungan terhadap sel. Jika sitosol memiliki pH 7,2 lisosom utuh tidak
akan menghancurkan sel, kecuali sitosol menjadi asam. Hidrogen–ATP
(pompa H+) terdapat dalam membran lisosom untuk mengasamkan lingkungan
sebelum proses lisis, yakni dengan cara memompakan H + ke dalam lisosom

10
sehingga mempertahankan lumennya pada pH yang dibutuhkan.
(Sadava,1993:280-281)
Enzim lisosom bersifat laten dan dikenal dengan istilah model kelatenan
enzim lisosom. Apabila lisosom dalam keadaan utuh atau materi yang akan
dilisis belum berfusi dengan lisosom, enzim-enzimnya tidak menghancurkan
(tidak berfungsi).

(Gambar 2.5. pH Optimal enzim lisosom. Sumber: www.researchgate.net)

Enzim yang tergolong dalam nuclease adalah RNAase yang substratnya


adalah RNA, dan DNAase substratnya adalah DNA. Asal lisosom keduanya
sama yaitu berasal dari jaringan hewan, tumbuhan dan rylsulf.
(Robertis,1965:120-121)
Enzim rylsulfa terdiri dari:
a. b-galaktosidase substratnya galaktosida asal lisosomnya adalah jaringan
hewan, tumbahan dan Protista.
b. a-galaktosidase substratnya glikogen.
c. a-manosidase substratnya manosida.
d. b-glukoronidase substranya polisakarida dan mukopolisakarida.
Ketiga enzim terakhir ini asal lisosomnya adalah jaringan hewan. Yang
masih termasuk dalam kelompok enzim rylsulfa lisosom adalah lisosom yang

11
substratnya adalah dinding bakteri. Kemudian hialurinidase substratnya adalah
asam hialuronat, dan yang terakhir adalah arylsulfatase yang substratnya
adalah sulfat-sulfat organik; asal lisosomnya hati dan tumbuhan. (Alfaizar,
2017)

Tabel 2.1. Enzim-enzim Lisosom

Jenis ikatan Jumlah Contoh


hidrolase enzim
Asam anhidrida 3 Nukleosid, triposfat, adenilsulfat
Amida 2 Ceramide, aspartilglukosamin
Karboksilik ester 5 Arylesterase, phospholipases,
cholesterol esterase
Glycoside 24 Lysozyme, α –glucosidase,
gangliosidase, glucocerebrosidase,
iduronidase, mannosidase
Nitrogen Sulfur 1 Heparin sulfarnidase
Peptide 17 Chatepsins, carboxypeptidases,
elastase, collagenase
Phosphoric diester 5 Dnase II, sphingomyelinase
Phosphoric 3 Acid phosphatase, phosphoprotein
monoester phosphatase
Sulfur ester 6 Arysulfatases, cerebroside sulfatase
(Sumber : Sadava, 1993 : 279)

BAB III

12
PENUTUP
A. Simpulan
Penemuan lisosom dan badan mikro selama tahun 1950an disebabkan oleh
perkembangan mikroskop elektron. Lisosom merupakan suatu organel berbentuk
kantung bermembran yang berisi enzim dan berfungsi untuk mengontrol
pencernaan makromolekul intraseluler.Fungsi utama lisosom dalam pencernaan
intrasel, yaituheterofag dan autofag.Diameter lisosom bervariasi dari 0,1-0,8 µm,
dihubungkan dengan membran tunggal dan biasanya dipadati oleh elektron.
Lisosom terbagi menjadi 3 yaitu lisosom primer, lisosom sekunder, dan badan
residu (residual bodies).

B. Saran
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca dan
tambahan referensi untuk ilmu pengetahuan. Diharapkan kritik dan sarannya agar
kita lebih banyak mendapat ilmu.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adabella van der Zand., dkk. 2006. The return of the peroxisome. Journal of Cell
Science 119, 989-994. Published by The Company of Biologists.

Campbell, Neil A., dkk. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Sadava, David. E. 1993. Cell Biology Organelle Structure and Function. London:
Jones and Bartlett Publisher International.

Sumadi, Marianti Aditya. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Robertis, Nowinski Wiktor. W, Saez Francisco. A. 1965. Cell BiologyFourth Edition


of General Cytology. London: W.B. Sounders Company.

14

Anda mungkin juga menyukai