Pengertian Simplisia
Pengertian Simplisia
digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan kecuali
dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah Dikeringkan (Dapertemen kesehatan
RI :1989).
Penggolongan Simplisia
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium
dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar
dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat
tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa
bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga ( Dep.Kes RI,1989).
atom karbon, terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu oleh
rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon. Senyawa-senyawa flavonoid adalah
senyawa 1,3 diaril propana, senyawa isoflavonoid adalah senyawa 1,2 diaril propana,
Istilah flavonoid diberikan pada suatu golongan besar senyawa yang berasal
dari kelompok senyawa yang paling umum, yaitu senyawa flavon; suatu jembatan
oksigen terdapat diantara cincin A dalam kedudukan orto, dan atom karbon benzil
yang terletak disebelah cincin B. Senyawa heterosoklik ini, pada tingkat oksidasi yang
mempunyai cincin C dengan tingkat oksidasi paling rendah dan dianggap sebagai
termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan
flavonoid ini berada di dalam tumbuh-tumbuhan, kecuali alga. Namun ada juga
flavonoid yng terdapat pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang dan
sekresi lebah. Dalam sayap kupu - kupu dengan anggapan bahwa flavonoid berasal
dari tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak dibiosintesis di
dalam tubuh mereka. Penyebaran jenis flavonoid pada golongan tumbuhan yang
Ekstraktor soxhlet adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk mengekstrak suatu
senyawa. Dan umumnya metode yang digunakan dalam instrumen ini adalah untuk
mengekstrak senyawa yang kelarutannya terbatas dalam suatu pelarut namun jika suatu
senyawa mempunyai kelarutan yang tinggi dalam suatu pelarut tertentu, maka biasanya
metode filtrasi (penyaringan/pemisahan) biasa dapat digunakan untuk memisahkan senyawa
tersebut dari suatu sampel. Adapun demikian, prinsip kerja dari ekstraktor soxhlet adalah
salah satu model ekstraksi (pemisahan/pengambilan) yang menggunakan pelarut selalu baru
dalam mengekstraknya sehingga terjadi ektraksi yang kontinyu dengan adanya jumlah pelarut
konstan yang juga dibantu dengan pendingin balik (kondensor).
Untuk cara kerjanya (mekanisme kerja), hal yang pertama yang harus dilakukan yaitu dengan
menghaluskan sampel (untuk mempercepat proses ekstraksi, karena luas permukaannya lebih
besar, jadi laju reaksi libih cepat berjalan) kemudian sampelnya dibungkus dengan kertas
saring (agar sampelnya tidak ikut kedalam labu alas bulat ketika diekstraksi), setelah itu
dimasukkan batu didih (untuk meratakan pemanasan agar tidak terjadi peledakan) ke dalam
labu alas bulat. Kemudian kertas saring dan sampel dimasukkan kedalam timbal, dan
timbalnya dimasukkan kedalam lubang ekstraktor. Setelah itu pelarut dituangkan kedalam
timbal dan disana akan langsung menuju ke labu alas bulat. Kemudian dilakukan pemanasan
pada pelarut dengan acuan pada titik didihnya (agar pelarut bisa menguap), uapnya akan
menguap melalui pipa F dan akan menabrak dinding-dinding kondensor hingga akan terjadi
proses kondensasi (pengembunan), dengan kata lain terjadi perubahan fasa dari fasa gas ke
fasa cair. Kemudian pelarut akan bercampur dengan sampel dan mengekstrak
(memisahkan/mengambil)senyawa yang kita inginkan dari suatu sampel. Setelah itu maka
pelarutnya akan memenuhi sifon, dan ketika pada sifon penuh kemudian akan dislurkan
kembali kepada labu alas bulat. Proses ini dinamakan 1 siklus, semakin banyak jumlah siklus
maka bisa di asumsikan bahwa senyawa yang larut dalam pelarut juga akan semakin
maksimal.
1. Titik didih pelarut harus lebih rendah dari pada senyawa yang kita ambil dari sampelnya
karena akan berpengaruh pada struktur senyawanya (ditakutkan strukturnya akan rusak oleh
pemanasan).
2. Pelarut harus inert (tidak mudah bereaksi dengan senyawa yang kita ekstrak)
3. Posisi sifon harus lebih tinggi dari pada sampelnya (karena ditakutkan, nanti pada sampel
yang berada diposisi atas tidak terendam oleh pelarut)
BAB III
PEMBUATAN SIMPLISIA
a. Pemanenan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan
bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering.Alat yang diguna-kan dipilih dengan
tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang tidak diperlukan. Seperti
rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan garpu atau cangkul. Bahan yang rusak
atau busuk harus segera dibuang atau dipisahkan. Penempatan dalam wadah (keran-
jang, kantong, karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak
supaya bahan tidak terkena panas yang berlebihan, karena dapat menyebab-kan
terjadinya proses fermentasi/ busuk. Bahan juga harus dijaga dari gang-guan hama
Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap tanaman
budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk
membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta
mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Untuk memulai proses pasca panen
perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal
setelah dilakukan proses panen tanaman tersebut. Selama proses pasca panen sangat
penting diperhatikan keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi
Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang
bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
c. Penyortiran (segar)
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang
muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil. Bahan nabati yang baik
memiliki kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%. Proses
penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang
muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam
bahan.
d. Pencucian
panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pen-cucian menggunakan air bersih
seperti air dari mata air, sumur atau PAM. Penggunaan air kotor menye-babkan
jumlah mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah. Pada saat
pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika masih terlihat kotor ulangi
harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mung-kin untuk menghindari larut dan
terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan. Pencucian bahan dapat dilakukan
Ø Perendaman bertingkat
mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah dll. Proses perendaman dilakukan
beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman pertama air cuciannya
kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Metoda ini
akanmenghemat peng-gunaan air, namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang
Ø Penyemprotan
melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain. Proses penyemprotan
dilakukan de-ngan menggunakan air yang ber-tekanan tinggi. Untuk lebih me-
nyakinkan kebersihan bahan, ko-toran yang melekat kuat pada bahan dapat
dihilangkan langsung dengan tangan. Proses ini biasanya meng-gunakan air yang
bahan.
keras/tidak lunak dan kotoran-nya melekat sangat kuat. Pencucian ini memakai alat
bantu sikat yang di- gunakan bentuknya bisa bermacam-macam, dalam hal ini perlu
bahan secara perlahan dan teratur agar tidak merusak bahannya. Pem-bilasan
dilakukan pada bahan yang sudah disikat.Metode pencuci-an ini dapat menghasilkan
bahan yang lebih bersih dibandingkan de-ngan metode pencucian lainnya, namun
mikro-organisme.
Ø Perajangan
Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang ukurannya agak besar dan
tidak lunak seperti akar, rim-pang, batang, buah dan lain-lain. Ukuran perajangan
tergantung dari bahan yang digunakan dan ber-pengaruh terhadap kualitas simplisia
yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat aktif yang terkandung
dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air dalam bahan
agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran dan kemungkinan
temulawak adalah sebesar 7 – 8 mm, jahe, kunyit dan kencur 3 – 5 mm. Perajangan
bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan terbuat dari
steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang. Bentuk irisan split atau slice
tergantung tujuan pemakaian. Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri yang tinggi
bentuk irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin bahan lebih cepat
e. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan
dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat terhambat.
Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan
disimpan dalam waktu yang lama Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat
aktif dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu
Pada umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 – 600C dan hasil yang baik dari
proses pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air 10%. Demikian pula
de-ngan waktu pengeringan juga ber-variasi, tergantung pada jenis bahan yang
dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga. Hal lain yang perlu
mengguna-kan sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak
ngering seperti oven, rak pengering, blower ataupun dengan fresh dryer.
menggunakan sinar matahari, oven, blower dan fresh dryer pada suhu 30 – 500C.
Pengeringan pada suhu terlalu tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga
mutunya dapat menurun. Untuk irisan rim-pang jahe dapat dikeringkan meng-
gunakan alat pengering energi surya, dimana suhu pengering dalam ruang pengering
kadar minyak atsiri lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan matahari lang-sung
maupun oven. Untuk irisan temulawak yang dikeringkan dengan sinar matahari
langsung, sebelum dikeringkan terlebih dulu irisan rimpang direndam dalam larutan
asam sitrat 3% selama 3 jam. Selesai peren-aman irisan dicuci kembali sampai bersih,
ditiriskan kemudian dijemur dipanas matahari. Tujuan dari perendaman adalah untuk
juga mencegah peng-uapan minyak atsiri yang berlebihan. Dari hasil analisis
diperoleh kadar minyak atsirinya 13,18% dan kur-kumin 1,89%. Di samping meng-
menggunakan blower pada suhu 40 – 500C. Kelebihan dari alat ini adalah waktu
penjemuran lebih singkat yaitu sekitar 8 jam, di-bandingkan dengan sinar matahari
membutuhkan waktu lebih dari 1 minggu. Pelain kedua jenis pengeri-ng tersebut juga
terdapat alat pengering fresh dryer, dimana suhunya hampir sama dengan suhu ruang,
tempat tertutup dan lebih higienis. Kelemahan dari alat ter-sebut waktu pengeringan
selama 3 hari. Untuk daun atau herba, penge-ringan dapat dilakukan dengan me-
nggunakan sinar matahari di dalam tampah yang ditutup dengan kain hitam,
apabila daun atau-pun temu-temuan sudah dapat di-patahkan dengan mudah. Pada
umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering memiliki kadar air ± 8 – 10%. Dengan
jumlah kadar air tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan mau-
terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran unggas atau benda asing
lainnya. Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering
penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca
g. Pengemasan
Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung
goni.Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas,
mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu
pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh
Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan ;
nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan,
h. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun
di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering
dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara yang
lembab dan panas. Perlakuan sim-plisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy
obat. Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia selama
penyimpanan 3 – 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus diperhati-
a. Gudang harus terpisah dari tem-pat penyimpanan bahan lainnya ataupun
b. Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau ke-mungkinan masuk
air hujan.
f. Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering me-makan simplisia