Anda di halaman 1dari 2

Counseling

Konseling berasal dari kata counsel yang artinya memberikan saran, melakukan diskusi
dan pertukaran pendapat. Pelayanan konseling pasien adalah suatu pelayanan farmasi yang
mempunyai tanggung jawab etikal serta medikasi legal untuk memberikan informasi dan edukasi
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan obat.
Tata ruang dalam setiap Apotek mungkin berbeda-beda sesuai dengan kondisi Apotek
tersebut. Di Apotek Farmasi Airlangga kegiatan counseling dengan pasien dilakukan di sebelah
area pelayanan, dengan difasilitasi meja dan tempat duduk serta ada pembatas kaca yang
berfungsi untuk melindungi privasi pasien. Pemberian konseling kepada pasien dilakukan setelah
pasien melakukan transaksi di kasir. Pasien diberikan konseling terkait obat yang mereka
dapatkan dan memastikan bahwa pasien setelah mendapatkan konseling telah paham dengan
obat yang diterimanya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh apoteker pada saat konseling dengan pasien adalah:
 Etika
 Penggunaan bahasa yang sopan dan mudah dimengerti oleh masyarakat umum
 Mengerti dan menerima perasaan pasien (berempati).

Konseling yang diberikan atas inisiatif langsung dari apoteker disebut konseling aktif.
Selain konseling aktif dapat juga konseling terjadi jika pasien datang untuk berkonsultasi kepada
apoteker untuk mendapatkan penjelasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan obat
dan pengobatan, bentuk konseling seperti ini disebut konseling pasif .
Pelayanan pada pasien dengan swamedikasi, juga diberikan konseling. Pasien dengan
swamedikasi ada dua macam, yaitu pasien yang langsung menyebutkan obat dan pasien yang
datang dengan menjelaskan keluhan. Pada pasien yang langsung menyebutkan obat, terlebih
dahulu harus di klarifikasikan dengana pasien tentang kebenaran obat yang diinginkan apakah
sudah sesuai dengan keluhan yang dialaminya. Hal ini bertujuan untuk menghindari
penyalahgunaan obat. Pada pasien yang datang dengan menjelaskan keluhan, maka apoteker
memilihkan obat yang sesuai dengan keluhan pasien dan berdasarkan golongan obat yang boleh
diterima oleh pasien.
Apoteker harus mampu membantu memecahkan masalah terkait keluhan dan obat yang
diperlukan oleh pasien. Pengertian tersebut menyatakan bahwa bagaimana pun permintaan
pasien maka harus dilayani oleh Apoteker dengan baik. Misalnya, ada seorang pasien yang
mengunjungi apotek dengan meminta obat dengan golongan narkotika tanpa membawa resep.
Maka seorang apoteker harus memberikan penjelasan kepada pasien dengan etika yang baik.
Golongan obat yang tidak bisa diberikan apotek tanpa resep dokter harus di verifikasi terlebih
dahulu kepada pasien tentang keluhan yang dialaminya, selanjutnya menyarankan untuk
konsultasi terlebih dahulu kepada dokter. Jadi, untuk golongan obat seperti psikotropika,narkoba,
dan obat keras lain yang tidak dapat dilayani apoteker tanpa resep dokter, maka apoteker harus
bisa menolak permintaan pasien dengan halus dan sopan, serta memberikan solusi yang terbaik
untuk pasien.
Tahap-tahapan konseling:
1. Memberi salam dan apoteker memperkenalkan diri
2. Mengkonfirmasi apakah yang dihadapi apoteker itu pasiennya sendiri atau kerabatnya
3. Menjelaskan obat yang diterima oleh pasien mengenai deskripsi dan kekuatan obat. Apoteker
harus memberikan informasi kepada pasien mengenai: Bentuk sediaan dan cara
pemakaiannya. Nama dan zat aktif yang terkandung didalamnya Kekuatan obat (mg/g)
4. Menjelaskan jadwal dan cara penggunaan. Penekanan dilakukan untuk obat dengan instruksi
khusus seperti ”minum obat sebelum makan”, ”jangan diminum bersama susu” dan lain
sebagainya. Jika perlu diperlihatkan gambar agar pasien semakin paham mengenai cara
penggunaannya misalnya cara penggunaan sediaan supositoria.
5. Menjelaskan indikasi dan mekanisme kerja obat. Apoteker harus mengetahui indikasi obat,
penyakit/gejala yang sedang diobati sehingga Apoteker dapat memilih mekanisme mana
yang harus dijelaskan, ini disebabkan karena banyak obat yang multi-indikasi. Penjelasan
harus sederhana dan ringkas agar mudah dipahami oleh pasien
6. Menjelaskan cara penyimpanan dan pemusnahan. Pasien harus diberitahukan tentang cara
penyimpanan obat terutama obat-obat yang harus disimpan pada temperatur kamar, adanya
cahaya dan lain sebagainya. Tempat penyimpanan sebaiknya jauh dari jangkauan anak-anak.
Untuk cara pemusnahan dijelaskan juga waktu pemusnahan yang tepat berdasarkan beyond
use date atau expired date sesuai obat yang telah diterima.
7. Menjelaskan mengenai efek samping obat ataupun efek potensial yang tidak diinginkan.
Apoteker sebaiknya menjelaskan mekanisme atau alasan terjadinnya toksisitas secara
sederhana. Misalnya setelah penggunaan obat maka warna urin berubah. Hal ini perlu
disampaikan agar pasien paham tentang efek dari obat tersebut. Pasien juga diberikan
penjelasan tentang tanda-tanda keracunan, agar bisa segera berkonsultasi dengan dokter.
8. Jika pasien sudah pernah menggunakan obat tersebut, perlu dikonfirmasi bagaimana efek
setelah penggunaan obat tersebut.
9. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya
10. Salam penutup.

Anda mungkin juga menyukai