Anda di halaman 1dari 15

Judul : Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu PengetahuanPenulis:

Mohammad MuslihPenerbit: Belukar YogyakartaCetakan: I, 2005Tebal: XI + 269 halamanKajian Atas


Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan.Filsafat Ilmu, sebagai cabang
dari Ilmu Filsafat dapat dipandang dari dua sisi,sebagai sebuah disiplin ilmu dan sebagai landasan
filosofis proses keilmuan. Filsafat Ilmu membicarakan objek khusus yaitu ilmu pengetahuan sebagai
kajiannya. Lebih jauh Filsafat ilmu sekaligus juga merupakan kerangka dalam proses
penggalian ilmu atau memberikan perspektif untuk melihat hakikat ilmu dan menjelaskan
landasan filosofisnya. Buku inidapat dianggap sebagai sebuah buku teks bagi mahasiswa atau
bacaan yangmenarik bagi pembaca umum yang mempunyai minat pada filsafat, karena buku
inimemberikan penjelasan dasar tentang Ilmu Filsafat. Penjelasan diberikan dengan sangat
gamblang dan dengan bahasa yang sangat mudah dimengerti. Ini menjadi daya tarik tersendiri
dan membedakannya dari buku-buku ‘berbau’ filsafat lainnya. Pembahasan dalam buku ini lebih
difokuskan pada tema-tema yang berkaitan dengan Ilmu-Ilmu Sosial dan ke-Islaman.
Pembahasan mencakuppenjelasan tentang pengertian Filsafat Ilmu itu sendiri, hakikat ilmu
pengetahuan, asumsi dasar proses keilmuan, pembahasan ringkas tentang paradigma keilmuan,
variasi teori-teori keilmuan, metodologi baru bagi ilmu-ilmu sosial, dan perkenalan dengan
epistemologi Islam. Banyak orang menganggap bahwa Filsafat Ilmu identik dengan Sejarah ilmu.
Kemudian objek kajian Filsafat Ilmu dapat menjadi berhmpitan dengan Sosiologi Ilmu.
Buku ini dapat menjelaskan perbedaan itu, dan menekankan bahwa Sosiologiilmu
lebih membahas kaitan antara proses keilmuan tertentu dengan faktor-faktor lain diluar
keilmuan, misalnya ideologi, tradisi, keagamaan, otoritas politik,danekonomi.Filsafat Ilmu
merupakan pemikiran reflektif, radikal, kritis,dan mendasar atas berbagai persoalan mengenai ilmu
pengetahuan. Filsafat Ilmu menjadi sangat penting artinya untuk melihat rancang bangun
keilmuan, baik ilmu kealaman, kemasyarakatan (sosial), dan humanitas (termasuk ke –
Islaman),

sekaligus menganalisiskosekuensi logis dari pola pikir yang mendasarinya, sehingga


ekses-ekses yang ditimbulkan dapat dipahami dan akhirnya dapat dikontrol dengan baik (hal 29).
Untuk memahami lebih jauh proses dan hasil keilmuan pada jenis ilmu apapun, ditentukan
oleh landasan filosofis, asumsi dasar atauparadigma, dan kerangka teori ilmu tersebut. Selain
membahas ilmu-ilmu umum sebagai objek kajiannya, hampir pada sepertiga bagianbuku
inimembahas ilmu-ilmu ke –Islaman sebagai kajian Filsafat Ilmunya. Namun penjelasan
tentang objek kajian ilmu umum yang berorientasi ilmu sains (Barat) sungguh merupakan
penjelasan yang sangat baik untuk menjadi acuan sekaligus pembanding bagi konsep-konsep
filsafat dengan objek kajian ilmu ke –Islaman. Bagian pertama dari buku ini membahas betapa
persoalan ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah mapan dan tanpa mengandung persoalan.
Persoalan yang ditimbulkan pada perbedaan pandangan antara tradisi empiris
(Inggeris), dan pragmatis (Amerika), membawa konsekuensi yang cukup besar terhadap rancang
bangun dan konsep suatu ilmu pengetahuan yang dikemukakan para ilmuan. Pembahasan tentang
asumsi-asumsi dasar proses keilmuan manusia dibahas mulai pada spektrum yang paling
kiri rasionalismesampai ke spektrum yang paling kanan yaitu intuisionisme.Pembahasan
tentang rasionalisme dimulai dari Descartes sampai kepada Wolff. Rasionalisme menganggap
bahwa sumber pengetahuan manusia adalah rasio. Berpkirlah yang membentuk
pengetahuan. Manusia sebagai subjek timbulnya pengetahuan, adalah makhluk yang berpikir. Pada
gilirannya, berdasarkan pengetahuan dari hasil berpikir itulah manusia berbuat dan menentukan
tindakannya. (hal. 52).Berbeda darirasionalisme yang menekankan pada rasio empirisisme
menjadikan pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan, baik itu pengalaman lahiriah
maupun batiniah. Diantara ahli yang mengemukakan teori ini, terdapat nama Francis Bacon,
Thomas Hobbes, John Lock, Berkeley, dan yang terpenting adalah David Hume.David Hume
menerapakan prinsip-prinsip empirisisme secara radikal dan kosisten. Hume digambarkan
sebagai orang yang menentang asumsi dan teori sebelumnya yaitu rasionalisme,
teologi Katholik, Deis, dan Anglikan, bahkan menentang sesamateoritisi empirisisme sebelumny
yaitu Lock dan Berkeley. Pemikiran Hume tentang empirisisme ini lebih jauh menjelaskan
reaksinya terhadap konsep substansi dan kausalitas.Teori kritisisme oleh Imanuel Kant juga dijelaskan
dengan sangat gamblang. Kant yang hidup pada puncak perkembangan abad Pencerahan
atau ”Aufklaaruung” sangat dipengaruhi oleh paham rasionalitas. Namun Kant mempunyai
kegelisahan akadmik tentang kemajuan yang dicapai manusia, dan bagaimana manusia
menemukan hukum alam (metafisika). Disini

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu PengetahuanJurnal
Sosioteknologi Edisi 7 Tahun 5, April 200658digambarkan bagaimana Kant mencari prinsip
yang ada dalam tingkah laku dan kecenderungan manusia dan menemukan hukum alam
dari hakikat dibaliknya.Asumsi dasar ilmu pengetahuan yang lain adalah intuisionisme.
Dipelopori oleh Henry Bergous, aliran ini mengemukakan bahwa intuisi merupakan sarana
untuk mengetahui secara langsung pengetahuan yang sempurna, tanpamengabaikan peran akal dan
inderawi. Intuisi adalah naluri (instinct) yang menyusun kesadaran diri sendiri dan dapat menuntun
kita kepada kehidupan dalam (batiniyah). Jika intuisi dapat meluas, maka ia dapat memberi
petunjuk dalam hal-hal yang vital. Pembahasan tentang paradigma ilmu dimulai dari apa
yang dikemukakan oleh Thomas Kuhn. Kuhn mendefinisikan paradigma sebagai
seperangkat keyakinan manusia yang memandu tindakan-tindakan kita baik dalam keseharian
maupun dalam penyelidikan ilmiah. Paradigma ilmu pada dasarnya berisi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan fundamental proses keilmuan manusia: yaitu bagaimana, apa, dan
untuk apa, dengan dirumuskan menjadi beberapa dimensi ontologis, epistemologis, axiologis,
retoris, dan dimensi metodologis. Dimulaidariabad Pencerahan sampai era globalisasi sekarang ini,
ada 4 paradigma ilmu yang dikembangkan oleh para ilmuan dalam menemukan
ilmu pengetahuan. Mereka adalah positivism, post-positivism, critical theory, dan
constructivism. Keempat paradigma tersebut mempunyai hubungan yang berbeda dengan
berbagai jenis keilmuan. Ilmu-ilmu eksakta biasanya menganut paradigma positivisme
dan pos-positivisme, sedangkan ilmu-ilmu sosial menganut paradigma critical theoryatau
construktivisme.Penjelasan tentang konsep-konsep diatas disajikan secara sistematis dan
mengalir sesuai dengan perkembangan sejarah munculnya konsep tersebut, lengkap dengan
latar belakang pencetusnya. Untuk memahami beberapa teori keilmuan dan paradigma keilmuan
yang ada penulis buku ini mengemukakan pemikiran-pemikiran filsuf yang mempunyai
pengaruh terhadap perkembangan filsafat ilmu. Salah seorang filsuf tersebut adalah Bacon (1561-
1626) yang terkenal dengan pernyataannya Science is power’ilmu pengetahuan adalah
kekuasaan’. Menurut Bacon sejak awal manusia ingin menguasai alam, tetapi logika hanya
membawa kerugian daripada keuntungan. Akan tetapi, Bacon memberikan solusi bahwa agar
dapat menguasai alam, manusia harus mengenalnya lebih dekat melalui eksperimen dan
observasi (hal 110).Selain itu, Bacon mengemukakan bahwa jiwa manusia mempunyai kemampuan
triganda, yaitu ingatan (memoria), khayal (imaginatio), dan akal. Ketiga hal tersebut merupakan
dasar bagi pengetahuan. Ingatan menyangkut apa yang sudah diselidiki dan dipikirkan; khayal
berkaitan dengan keindahan, misalnya dalam sastra; akal menghasilkan apa yang disebut ilmu dan
filsafat
See all ›

10 References

Download citation Share Download full-text PDF

MAKALAH PENGANTAR DASAR FILSAFAT

Research (PDF Available) · April 2013 with 3,212 Reads 

DOI: 10.13140/RG.2.2.11631.18087

Cite this publication

Harold Ferry

Harold Ferry Haryono

University Dr. Soetomo

Abstract

Makalah ini memberikan pengertian dasar tentang Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi. Selain itu
dalam tulisan ini juga memberikan penjabaran singkat dan ringkas terkait berbagai macam jenis - jenis
aliran filsafat yang ada seperti Idealisme, Rasionalisme, Realisme, Kritisisme, Positivisme, Materialisme,
Pragmatisme, dan Eksistensialisme. Setelah diberikan penjelasan yang ringkas diharapkan pembaca
dapat memiliki gambaran terkait persamaan dan perbedaan yang ada pada berbagai jenis aliran - aliran
filsafat yang juga dijelaskan dalam makalah ini

Discover the world's research

16+ million members

118+ million publications

700k+ research projects

Join for free

Content uploaded by Harold Ferry Haryono

Author content

Content may be subject to copyright.

Download full-text PDF

MAKALAH PENGANTAR DASAR FILSAFAT Pengampu: M. Masrur Huda, S.S., M.Pd.I Harold Ferry
Haryono (A73212098) PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS FAKULTAS ADAB IAIN SUNAN AMPEL
SURABAYA 2013

1 Kata Pengantar Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan ilmu dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pengantar Filsafat ini
dengan baik. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir mata kuliah
Pengantar Filsafat di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini juga dapat menambah wawasan kita mengenai Filsafat
yang ditinjau dari aspek - aspek, khususnya bagi penulis. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan. Kritik dan saran tentunya sangat kami harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua
pihak yang telah men-support dalam penulisan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Wassalamualaikum Wr. Wb. Surabaya, 2013 Harold Ferry Haryono

2 DAFTAR ISI Kata Pengantar ........................................................................................................ 1 Daftar


Isi.................................................................................................................. 2 1.1. Definisi
Filsafat ................................................................................................ 3 2.1. Pengertian Ontologi,
Epistemology dan Aksiologi 2.1.1. Ontologi ............................................................................................. 6
2.1.2. Epistemologi ...................................................................................... 7 2.1.3.
Aksiologi ........................................................................................... 9 3.1. Aliran – Aliran Filsafat 3.1.1.
Idealisme ........................................................................................... 10 3.1.2
Rasionalisme ...................................................................................... 11 3.1.3.
Realisme ............................................................................................ 12 3.1.4.
Kritisme ............................................................................................. 13 3.1.5.
Positivisme ........................................................................................ 13 3.1.6.
Materialism ........................................................................................ 13 3.1.7.
Pragmatisme ...................................................................................... 14 3.1.8.
Eksistensialisme ................................................................................ 15 3.2 Persamaan dan Perbedaan
Aliran – Aliran Filsafat 3.2.1. Persamaan Aliran – Aliran Filsafat ................................................... 15 3.2.2.
Perbedaan Aliran – Aliran Filsafat .................................................... 16 Daftar
Pustaka ......................................................................................................... 18

3 1.1 Definisi Filsafat Sebagian dari kita merasa sukar untuk menjawab tentang definisis Filsafat, ini
bukan dikarenakan sulitnya arti dari kata “Filsafat” itu sendiri, tetapi karena banyaknya jawaban
serta pendapat yang muncul untuk mendefinisikan tentang apa itu filsafat. (Harun Hadiwijono 1980:7)
Filsafat memiliki banyak definisi – defini yang berbeda – beda dari tiap pakar, diantara definisi yang ada,
beberapa diantaranya memiliki pemahaman – pemahaman yang sama maupun berbeda tentang apa
itu definisi Filsafat. Definisi dari filsafat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: Istilah filsafat
merupakan serapan dari bahasa Yunani: “Philosophia (filosofia)”, berasal dari kata kerja (verb)
“filosofein” yang berarti “mencintai kebijaksanaan”, Philoshopia berasal dari gabungan kata “Philein”
yang berarti cinta dan “Shopia” yang berarti kebijaksanaan. (Muhdi, Ali, dkk. 2012:240) a. Filsafat adalah
sikap terhadap hidup dan alam semesta (Philoshophy is an attitude toward life and universe). Filsafat
merupakan sikap berfikir yang melibatkan usaha dalam usaha memikirkan masalah hidup dan alam
semesta dari semua sisi yang meliputi kesiapan menerima hidup dan alam semesta sebagaimana
adanya dan mencoba untuk melihatnya secara keseluruhan hubungan.1 b. Filsafat adalah suatu
pengetahuan metodis dan sistematis, yang melalui jalan refleksi hendak menangkap dan mendapat
makna yang hakiki dari hidup dan dari gejala-gejala hidup sebagai bagian daripadanya.2
1 Warsito, Loekisno Chairil, dkk. 2012. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. Hal.8 2
Huijbers, Theo. 1982. Fisafat dalam lintasan sejarah : Yogyakarta: Kanisius.
4 c. Filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan realitas ada dengan
mengendalikan akal budi.3 d. Filsafat adalah memajukan pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya atau
tentang hakikat, asas, prinsip dari kenyataan4 e. Filsafat adalah sejarah pemikiran-pemikiran tentang
yang esensial (menyentuh hakikat kenyataan), dan radikal (menyentuh akar kenyataan).5 f. Nasr &
Leaman (1996:288): Filsafat (teoritis) adalah tindakan pencarian kebenaran melalui ilmu pengetahuan.6
g. Filsafat adalah sikap mempertanyakan, sikap bertanya, yaitu bertanya dan menanyakan sesuatu,
mempertanyakan apa saja. Sesungguhnya filsafat adalah suatu metode sikap bertanya untuk
mendapatkan pengetahuan dari segala sesuatu yang ditanyakan.7 h. Filsafat adalah tempat dimana
pertanyaan – pertanyaan dikumpulkan, diterangkan, dan diteruskan sehingga filsafat disebut juga
sebagai ilmu tanpa batas. Filsafat tidak menyelidiki dari satu sisi saja namun filsafat juga menyelediki
dari berbagai sisi yang menarik perhatian manusia.8 i. Filsafat adalah kegiatan bertanya dan mencari
terus tanpa kenal lelah. Filsafat tidak tidak membuat memperoleh pengetahuan dan erudisi, namun
kita hanya memperdalam ketidaktahuan saja.9 j. REMBRANDT, (1628) Filsafat adalah usaha – usaha
bersama untuk mencari suatu kebenaran.10 3 Rapar, Jan Hendrik.
1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Hal.15 4 Berling, R.F. 1966: Filsafat Dewasa Ini: Jakarta:
Balai Pustaka. Hal.22 5 Hardiman, F.Budi hardiman. 2004. Filsafat Modern - Dari Machiavelli sampai
Nietzsche. Jakarta: Gramedia 6 Sholikhin, Muhammad. 2008. Filsafat dan Metafisika Dalam Islam.
Yogyakarta: Narasi. Hal. 152 7 Keraf, A. Sonny & Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan
Filosofis. Yogyakarta: Kanisius. Hal.14 8 Hamersma, Harry. 2008. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat.
Yogyakarta: Kanisius. Hal.10 9 Bertens, K. 2005. Panorama Filsafat Modern. Jakarta: Teraju. Hal.16 10
Magee, Bryan. 2008. The Story of Philoshopy: Edisi Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Hal.6

5 Sesuai dari beberapa definisi filsafat yang telah disebutkan diatas, juga terdapat persamaan juga
perbedaan dalam pengemukaan definisinya, yaitu; filsafat sama – sama merupakan suatu bentuk
kegiatan, sikap serta usaha – usaha yang dilakukan oleh manusia untuk bertanya, memperoleh,
mendapatkan, mencapai suatu kebenaran juga pengetahuan. Namun terdapat pula perbedaan diantara
beberapa penjelasan definisi filsafat diatas, seperti pengertian yang dikemukakan oleh K. Bertens
dalam bukunya Panorama Filsafat Modern yang menyatakan bahwa filsafat tidak akan membuat
pelakunya memperoleh pengetahuan, namun hanya akan memperdalam ketidaktahuan manusia
saja karena manusia yang berfilsafat akan terus menerus mencari dan bertanya – tanya tanpa
kenal lelah untuk mendapatkan dan menunaikan segala misi pertanyaan yang diproduksinya
sehingga akan meningkatkan dan memperdalam ketidaktahuan mereka saja.\ Jadi, filsafat merupakan
suatu bentuk tindakan, kegiatan, sikap yang berusaha ingin mengetahui suatu hakikat kebenaran
dengan bertanya – bertanya tanpa lelah agar dapat memperoleh kebenaran tersebut. Pertanyaan
tersebut akan dikumpulkan hingga dapat membuat pelakunya hanya akan memperdalam
ketidaktahuannya saja, namun semakin banyaknya ketidaktahuan yang mereka produksi dan
kumpulkan, maka hal tersebut akan membuatnya memperoleh banyak materi untuk bertanya secara
filsafat yang akan berusaha mencari tahu atas pertanyaan yang dikumpulkannya hingga akhirnya
para pelakunya memperoleh pengetahuan juga kebenaran.

6 2.1 Pengertian Ontologi, Epistemology dan Aksiologi 2.1.1 Ontologi Kata ontologi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu: “On” yang berarti being, dan “Logos” yang berarti logik. Jadi Ontologi adalah The theory
of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). Ontologi merupakam kajian filsafat
tertua yang berupaya mencari inti yang ada pada setiap kenyataan atau realitas yang sebenarnya.
Ontologi memiliki objek telaah yaitu Being (yang ada). Jadi ontologi membahas tentang apa saja yang
ada yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu yang bersifat universal. a. Lorens Bagus:
Menjelaskan yang ada meliputi semua realitas dalam semua bentuknya. b. Sidharta Darji Darmodiharjo:
Cabang filsafat yang membahas tentang asas – asas rasional dari kenyataan yang ada.11 c. Suriasumantri
(1985): Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu,
atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Telaah ontologis akan
menjawab pertanyaan - pertanyaan:a) apakah obyek ilmu yang akan ditelaah; b) bagaimana wujud
yang hakiki dari obyek tersebut; dan c) bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya
tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.12
11 Darmodiharjo,Darji, Shidarta. ___. Pokok-pokok filsafat hukum: apa dan bagaimana filsafat hukum
Indonesia. Jakarta: Gramedia. Hal.9 12 Abraham. ___. Ontologi. [Online]. Tersedia:
http://abraham4544.wordpress.com/umum/ontologi. Diakses tanggal 9 Juni 2013

7 d. Levinas: Ontologi merupakan pengetahuan total, menyeluruh mengenai “ada”.13 e. Aristoteles:


Ontologi merupakan Ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau
eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.14 f. Pandji Setijo: adalah bidang ilmu filsafat yang
menyelidiki tentang segala hakikat dari segala realita yang ada untuk menentukan kebenaran atau
kenyataan yang sebagaimana dapat dicapai dengan pengetahuan.15 g. Muljamil Qomar: Dalam
bukunya menjelaskan bahwa ontologi adalah sebuah teori tentang “ada”, yaitu tentang realitas apa
yang dipikirkan yang menjadi objek pemikiran.16 Jadi, ontologi merupakan suatu kajian pada bidang
filsafat yang terfokus untuk membahas segala realitas yang ada (Being) secara total tanpa terikat oleh
satu perwujudan tertentu yang bersifat universal dan bersifat hakiki. Atau secara dasarnya dapat
dikatakan ontologi adalah “The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan).” 2.1.2 Epistemologi Adalah suatu kajian filsafat yang mendasari dasar-dasar pengetahuan
dan teori pengetahuan manusia bermula. Dengan kata lain, epistemologi adalah
13 Wibowo, Ignatus dan B Herry Priyono. 2006. Sesudah filsafat: esai-esai untuk Franz Magnis-Suseno.
Yogyakarta: Kanisius. Hal.54 14 Muhdi, Ali, dkk. 2012. Merevitalisasi Pendidikan Pancasila Sebagai
Pemandu Rreformasi. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. Hal. 249 15 Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan
Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi dengan Undang-Undang Dasar 1945 Hasil
Amandemen. Jakarta: Grasindo. Hal.57 16 Qomar, Mujamil. 2006. Epistemologi Pendidikan Islam-Dari
Metode Rasional hingga Metode Kritik. Jakarta: Erlangga. Hal.1

8 suatu pemikiran mendasar dan sistematik mengenai pengetahuan, dan merupakan salah satu
cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula
pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan. a.
Pandji Setijo: epistemologi merupakan bidang filsafat yang membahas tentang sumber, batas, proses,
dan validasi pengetahuan itu sendiri yang meliputi sarana dan cara menggunakan sarana dan sumber
pengetahuan untuk mencapai keberhasilan atau kenyataan rasional, kritis, fenomologi, dan positivis.17
b. Prof. Muljamir Qomar, M.Ag : Dalam bukunya menjelaskan bahwa epistemologi adalah teori
pengetahuan yang membahas tentang bagaimana cara yang dilakukan untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan dari objek yang akan dipikirkan.18 c. Dagobet D. Runes: Espitemologi adalah suatu cabang
dari ilmu filsafat yang membahas tentang sumber, struktur, metode serta validitas dari
pengetahuan.19 d. Azyumardi Azra: epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang keaslian,
pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan.20 e. Paul Suparno: Epistemologi
membahas mengenai apa asal mula yang membentuk pengetahuan ilmiah.21
17 Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi dengan
Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen. Jakarta: Grasindo. Hal.57 18 Qomar, Mujamil. 2006.
Epistemologi Pendidikan Islam-Dari Metode Rasional hingga Metode Kritik. Jakarta: Erlangga. Hal.1 19
Ibid. Hal.4 20 Ibid. Hal.4 21 Ibid. Hal.6

9 f. Kattsoff: epistemologi yaitu cabang filsafat yang membicarakan tentang asal mula, susunan,
metode-metode, dan sahnya pengetahuan.22 Bisa dikatakan bahwa epistemologi adalah salah satu
kajian cabang dari filsafat yang mendasari dasar – dasar tentang bagaimana ilmu pengetahuan
bermula. Jadi adalah pemikiran sistematik yang mendasar mengenai pengetahuan, dan membahas
tentang bagaimana asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas
dan kebenaran pengetahuan. 2.1.3 Aksiologi Aksiologi disebut juga sebagai dengan teori nilai, yaitu
sesuatu yang diinginkan, disukai, atau yang baik. Aksiologi membahas tentang tujuan ilmu pengetahuan,
untuk apa pengetahuan itu digunakan; Bagaimana keterkaitannya antara cara penggunaan ilmu
tersebut sesuai kaidah moral; Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan –
pilihan moral; Aksiologis mencoba merumuskan teori yang konsisten untuk perilaku yang etis. Dalam
qalbu ia bertanya seperti “what is good?” a. Lorens Bagus: Studi filosofis tentang hakikat nilai yang
dapat dijawab dengan 3 macam cara, a)nilai sepenuhnya sepenuhnya berhakikat subyektif, b) nilai
merupakan kenyataan, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu, c) Nilai – nilai merupakan
unsur – unsur obyektif yang menyusun kenyataan.23 22
Darmodiharjo,Darji, Shidarta. ___. Pokok-pokok filsafat hukum: apa dan bagaimana filsafat hukum
Indonesia. Jakarta: Gramedia. Hal.9 23 Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. Hal.33-34

10 b. Pandji Setijo: aksiologi adalah bidang yang bersifat menyelidiki tentang nilai, terutama nilai – nilai
normatif.24 c. Bustanuddin Agus: dalam bukunya menyebutkan bahwa ”aksiologi membahas apa dan
bagimana fungsi pengetahuan tertentu bagi kehidupan manusia”.25 d. Mujamil Qomar (2006:1):
aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat, kegunaan serta fungsi dari
objek yang dipikirkan.26 e. Suriasumantri (1987:234): aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh.27 Maka aksiologi merupakan suatu bagian
cabang filsafat yang mendeskripsikan tentang kegunaan dan manfaat dari hasil yang diperoleh
melalui pemikiran – pemikiran saat memikirkan objek yang dipikirkan, aksiologi juga mengacukan
bagaimana dan seperti apakah nilai – nilai atau etika(moralitas)serta keindahan dari pengetahuan
yang diperoleh dapat diterapkan dalam kehidupan manusia sesuai dengan kaidah. 3.1 Aliran – Aliran
Filsafat 3.1.1 Idealisme Idealisme atau Idealism, kadang juga disamakan dengan mentalisme atau
imaterialisme. Istilah ini pertama kali digunakan secara filosofis oleh
24 Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi dengan
Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen. Jakarta: Grasindo. Hal.57 25 Agus, Bustanuddin. 1999.
Pengembangan ilmu-ilmu sosial: studi banding antara pandangan ilmiah dan ajaran Islam. Jakarta: Gema
Insani Press. Hal.20 26 Qomar, Mujamil. 2006. Epistemologi Pendidikan Islam-Dari Metode Rasional
hingga Metode Kritik. Jakarta: Erlangga 27 Anatomie. 2010. Etimologi dari Aksiologi, Ontologi dan
Epistimologi. Makalah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Kependidikan (STKIP) Pasundan

11 Leibniz pada awal abad ke- 18. Leibniz menggunakan dan menerapkan istilah ini pada pemikiran
Plato, secara bertolak belakang dengan materialisme Epikuros. Idealisme ini merupakan kunci masuk
ke hakikat realitas.28 Idealisme berpendirian bahwa pengetahuan itu adalah kejadian dalam jiwa
manusia itu sendiri, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu sekaliannya terletak di luarnya.
Idealisme berpandangan bahwa doktrin tentang realitas eksternal tidak dapat dipahami secara terpisah
dari kesadaran manusia.29 Seiring perkembangan idealisme, idealisme dibagi menjadi dua bagian yaitu
idealisme empiris dan rasional. Idealisme empiris berpandangan bahwa pengetahuan didapat melalui
panca indra, tanpa memberikan gambaran yang sebenarnya tentang hakikat sehingga menurutnya
pengetahuan yang benar tidak mungkin didapatkan. Sedangkan idealisme rasional adalah pengetahuan
yang didapatkan melalui panca indra dan akal tapi pengetahuan ini masih belum mampu memberikan
gambaran yang sebenarnya tentang hakekat. Apa yang dapat dicapai oleh aliran ini hanyalah
sebatas pengetahuan tentang wujud sesuatu dan bukan pengetahuan tentang hakekatnya.30 3.1.2
Rasionalisme Rasionalism atau gerakan yang rasional adalah salah satu doktrin dalam ilmu filsafat yang
menyebutkan bahwa suatu kebenaran haruslah dibuktikan dengan kebenaran logika dan analisis
berdasarkan fakta daripada menggunakan pembuktian melalui iman, dogma maupun agama.
28 Rahman, Fathur. 2011. Makalah Pengertian Epistemologi, Ontologi dan Aksiologi. Makalah Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak 29 Ibid. Hal.117 30 Ibid. Hal.119

12 Oleh sebab itu dalam rasionalisme, intelektualitas manusialah yang menjadi basis untuk mencari
kebenaran dengan cara mengeksplorasi gagasan – gagasan yang diproduksi oleh intelektual manusia.31
3.1.3 Realisme Realisme termasuk ke dalam aliran filsafat yang membahas tentang hakekat
pengetahuan, realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia merupakan gambaran yang
baik dan tepat dari kenyataan. Aliran realisme berpandangan bahwa kenyataan tidak terbatas
pada pengalaman inderawi ataupun gagasan yang terbangun dari dalam. Realisme merupakan suatu
bentuk penolakan terhadap aliran idealisme dan empirisme yang memiliki gagasan – gagasan yang
ekstrim di dalamnya. Dalam perkembangannya, aliran ini dibagi menjadi 2, yaitu realisme empiris dan
rasional. Aliran realisme empiris merupakan aliran yang mendapatkan pengetahuan melalui
rekaman fakta dari panca indra sehingga menjadikan pengetahuan tersebut menjadi kopi/penggandaan
dari fakta-fakta yang terdapat diluar akal. Jadi, teori ini berusaha menjadikan pengetahuan untuk
menggambarkan kebenaran. Sedangkan untuk realisme rasionalisme adalah aliran yang
mendapatkan pengetahuan melalui akal dan pancaindra, sehingga hasilnya merupakan
gandaan/kopi yang benar tentang hakekat. Namun kebenaran yang didapatkan ini belumlah mutlak, tapi
merupakan kebenaran yang lebih dekat dengan hakekat, yaitu kemampuan yang maksimal dari akal
untuk dapat memahami hakekat tersebut.32 31 Ibid. Hal.109-110 32
Ibid. Hal.115-117

13 3.1.4 Kritisme (Transendentalisme) Aliran ini dipelopori oleh Immanuel Kant berpendapat bahwa
pengetahuan manusia itu berawal dari luar maupun dari dalam jiwa manusia itu sendiri (rasio). Aliran
awalnya menjembatani antara aliran rasionalism dan empirism yang diketahui memiliki perbedaan
yang significant dan tajam.33 3.1.5 Positivisme Aliran ini mulanya pertama kali digunakan oleh Saint
Simon (1825). Aliran ini berakar dari empirisme. Prinsip filosofisnya dikembangkan pertama kali oleh
Francis Bscon (1600) seorang empirist dari Inggris. Aliran ini menyatakan bahwa ilmu adalah satu –
satunya pengetahuan yang memiliki validitas dan fakta yang menjadi objek pengetahuannya. Sehingga
positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subjek di belakang fakta, menolak penggunaan
segala metode di luar yang digunakan untuk menelaaah fakta. Positivisme berpendapat bahwa filsafat
hendaknya semata – mata berdasar pada peristiwa – peristiwa positif yang dialami oleh manusia.34
3.1.6 Materialisme Materialisme berasal dari kata “Materi” dan “Isme”. Materi dapat dipahami
sebagai bahan; benda; segala sesuatu yang tampak. Materialisme adalah pandangan hidup yang
mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di alam kebendaan semata -
mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Sementara itu, manusia
yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai 33 Ibid.
Hal.113 34 Warsito, Loekisno Chairil, dkk. 2012. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
Hal.122-123

14 materialis/materialistis. Orang - orang ini adalah para pengusung paham (ajaran) materialisme
atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata.35 Selain itu, matrealisme juga disebut sebuah
aliran filsafat yang memiliki pendirian bahwa hakikat itu bersifat materi.36 3.1.7 Pragmatisme Berasal
dari kata “pragma” yang berarti guna. Maka pragmatisme adalah suatu aliran yang benar adalah
apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bemanfaat
secara praktis. Tokohnya Wiliam James (1842-1910) lahir di New York, yang ahli dalam bidang seni,
psikologi, anatomi fisiologi dan filsafat. Dia juga memperkenalkan idenya tentang pragmatisme.37 Aliran
ini mulanya dipelopori oleh C.S.Peirce, William James, John Dewey, George Hebert Mead, F.C.S
Schiller dan Richard Rorty. Aliran ini muncul karena adanya reaksi terhadap idealisme yang lebih
dominan menganggap kebenaran sebagai entitas yang abstrak, sistematis dan cerminan dari realitas.
Aliran pragmatisme berideologi bahwa benar atau tidaknya suatu ucapan, teori, dalil, ataupun
statment semata – mata bergantung pada berfaedah atau tidaknya ucapan, teori dan dalil tersebut bagi
manusia untuk bertindak di dalam kehidupan. Dan beragumentasi bahwa filsafat ilmu haruslah
meninggalkan ilmu pengetahuan dan menggantinya dengan aktifitas manusia sebagai sumber ilmu
pengetahuan.38 35 Rahman, Fathur. 2011. Makalah Pengertian
Epistemologi, Ontologi dan Aksiologi. Makalah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Tanjungpura Pontianak 36 Warsito, Loekisno Chairil, dkk. 2012. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN Sunan
Ampel Press. Hal.108 37 Hanif, Muhammad, dkk. ___. Aliran – Aliran Filsafat Modern. Makalah STAINU
Purworejo 38 Warsito, Loekisno Chairil, dkk. 2012. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN Sunan Ampel
Press. Hal.121

15 3.1.8 Eksistensialisme Eksistensialisme berasal dari kata Eks yang berarti “keluar” dan sistensi atau
sisto yang berarti “berdiri, menempatkan”. Eksistensialisme mulanya dipelopori oleh Soren
Kierkegaard (1831-1855), Martin Heidegger, J.P.Sarte, Karl Jaspers dan Gabriel Marcel. Eksistensialisme
merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar eksistensinya. Artinya,
bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia. Aliran ini bertitik tolak pada manusia yang
kongkrit, yaitu manusia sebagai eksistensi dan dengan titik balik ini, maka bagi manusia eksistensi itu
mendahului esensi.39 Eksistensialisme, mengatakan bahwa yang menjadi tujuan utama pendidikan
bukan agar anak didik dibantu mempelajari bagaimana menanggulangi masalah-masalah eksistensial
mereka, melainkan agar dapat mengalami secara penuh eksistensi mereka. Para pendidik eksistensialis
akan mengukur hasil pendidikan bukan semata-mata pada apa yang telah dipelajari dan di-ketahui oleh
anak didik, tetapi yang lebih penting adalah apa yang mampu mereka ketahui dan alami. Oleh karena
itu mereka menolak pendidikan dengan sistem indoktrinasi.40 3.2 Persamaan dan Perbedaan Aliran –
Aliran Filsafat 3.2.1 Persamaan Aliran – Aliran Filsafat a. Merupakan corak pemikiran atau aliran - aliran
dalam filsafat. b. Merupakan pemikiran tentang pengetahuan dan manusia untuk mencari sesuatu
ilmu. c. Merupakan macam - macam pemikiran tentang pengetahuan filsafat.
39 Warsito, Loekisno Chairil, dkk. 2012. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. Hal.121
40 Hanif, Muhammad, dkk. ___. Aliran – Aliran Filsafat Modern. Makalah STAINU Purworejo

16 d. Pemikiran tentang pengetahuan dan manusia melalui/ yang bersumber dari beberapa pemikiran
dan aliran - aliran dalam filsafat. e. Merupakan hasil pemikiran filsuf tentang sesuatu secara
fundamental. f. Idealisme dan realisme memiliki persamaan, keduanya merupakan aliran yang
membahas tentang hakekat pengetahuan. g. Positivisme memiliki persamaan dengan empirisme,
karena positivisme berakar dari empirisme. 3.2.2 Perbedaan Aliran – Aliran Filsafat a. Positivisme
merupakan aliran yang bersifat valid, konkrit dan nyata). b. Pragmatisme merupakan aliran yang berupa
mazhab pemiiran filsafat ilmu. c. Rasionalisme merupakan satu – satunya yang mempercayai atau
menggunakan rasio (akal) manusia sebagai sumber pengetahuan. d. Eksistensialisme merupakan aliran
yang berpendirian bahwa filsafat harus bertitik tolak pada manusia. e. Memiliki perbedaan cara dalam
meng-approach suatu masalah yang melahirkan kesimpulan - kesimpulan yang berbeda tentang
masalah yang sama karena latar belakang pribadi para filsuf yang berbeda, pengaruh zaman yang
berbeda, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat. f. Idealisme dan Metrealisme terdapat
perbedaan dimana keduanya merupakan aliran filsafat yang bertolak belakang. g. Kritisme merupakan
aliran yang menjembatani antara Rasionalisme dan Empirisme yang memiliki perbedaan, sedangkan
rasionalisme dan empirisme merupakan perbedaan yang tajam dan hanya dapat terjembatani oleh
Kritisme. h. Pragmatis berbeda dengan idealis, idealis menyatakan kebenaran sebagai entitas yang
abstrak, sistematis, dan cerminan dari realistas. Sedangkan pregmatisme adalah suatu aliran yang
benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat - akibat yang
bemanfaat secara praktis dan berfaedah.

Citations (0)

References (10)

Filsafat Modern -Dari Machiavelli sampai Nietzsche

Jan 2004

F HardimanBudi Hardiman

Hardiman, F.Budi hardiman. 2004. Filsafat Modern -Dari Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta:
Gramedia

Filsafat dan Metafisika Dalam Islam

Jan 2008

Muhammad Sholikhin

Sholikhin, Muhammad. 2008. Filsafat dan Metafisika Dalam Islam. Yogyakarta: Narasi.

Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis

Jan 200114

A Keraf

Keraf, A. Sonny & Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius.
Hal.14
Pintu Masuk ke Dunia Filsafat

Jan 2008

Harry Hamersma

Hamersma, Harry. 2008. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Hal.10

Jan 200516

K Bertens

Bertens, K. 2005. Panorama Filsafat Modern. Jakarta: Teraju. Hal.16

The Story of Philoshopy: Edisi Indonesia

Jan 2008

Bryan Magee

Magee, Bryan. 2008. The Story of Philoshopy: Edisi Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Hal.6

Jan 199615

Jan RaparHendrik

Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Hal.15

Epistemologi Pendidikan Islam -Dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik

Jan 2006

Mujamil Qomar

Qomar, Mujamil. 2006. Epistemologi Pendidikan Islam -Dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik.
Jakarta: Erlangga.

Makalah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak

Jan 2011

Fathur Rahman

Rahman, Fathur. 2011. Makalah Pengertian Epistemologi, Ontologi dan Aksiologi. Makalah Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak.

Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi dengan Undang-Undang Dasar
1945 Hasil Amandemen

Jan 2009

Pandji Setijo

Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi dengan
Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen. Jakarta: Grasindo.
Recommendations

Discover more publications, questions and projects in Filsafat

Project

Communication Science Research

Harold Ferry Haryono

View project

Project

Introduction of Philosophy

Harold Ferry Haryono

View project

Article

Pemikiran Kefalsafahan Al-Ghazali Berkaitan Mimpi [Al-Ghazali's Philosophical Thought about Dream]

December 2019

Mohd Syahmir Alias

ABSTRAK Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali (1058-1111) atau al-Ghazali merupakan
seorang pemikir Islam yang dikenali sama ada Timur dan Barat dunia. Idea-ideanya mencakupi segenap
bidang dalam pemikiran Islam seperti ilmu kalam, falsafah, tasawuf dan usul fikah. Walau
bagaimanapun, makalah ini berhasrat memfokuskan pemikiran kefalsafahan al-Ghazali yang menjurus
kepada subjek mimpi. Hal ... [Show full abstract]Read more

Article

KENIKMATAN ESTETIS DALAM SENI SUATU TINJAUAN FILOSOFIS

December 2016

Veronika Eny Iryanti

Estetika (estetik, Yunani: Persepsi indera) merupakan bidang yang mengkaji tentang keindahan, baik
keindahan alam maupun seni. Sedangkan yang mengkaji tentang keindahan dalam seni sering disebut
sebagai filsafat seni. Kenikmatan estetis dalam seni merupakan bidang dalam filsafat seni. Kenikmatan
estetis dalam seni merupakan bentuk ontologi dalam seni. Di dalamnya mengadaikan proses estetis ...
[Show full abstract]Read more

Article

HAKEKAT ILMU DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU ISLAMI

December 2004

Saeful Anwar
Meski teori-teori ilmu (pengetahuan) para pemikir muslim abad pertengahan pada umumnya tercecer
dalam berbagai kitab dan subyek dan mereka tidak menamainya dengan “teori ilmu (pengetahuan)”,
'filsafat ilmu" atau lainnya sebagai sebuah disiplin ilmu yang berdiri sendiri, tetapi teori-teori dan
konsepkonsep mereka tentang ilmu secara keseluruhan membentuk sebuah Filsafat Ilmu Islami yang ...
[Show full abstract]Read more

Article

TEORI EVOLUSI DARWIN: DULU, KINI, DAN NANTI

September 2019

Leo Muhammad Taufik

Perkembangan ilmu tidak terlepas dari kemajuan teknologi begitu pula perkembangan teori Evolusi
sebagai cabang dari ilmu Biologi yang sampai saat ini terus mengalami perkembangan. Walaupun
banyak menimbulkan kontroversi, sampai saat ini teori evolusi Darwin dipandang memiliki keunggulan
dibanding teori evolusi lainnya karena Darwin berhasil memperlihatkan data- data empiris terjadinya
proses ... [Show full abstract]Read more

Discover more

ResearchGate Logo

Search for publications, researchers, or questions

or

Discover by subject area

Recruit researchers

Join for free

Login

App Store

Company

About us

News

Careers

Support

Help Center

Business solutions

Advertising
Recruiting

© 2008-2020 ResearchGate GmbH. All rights reserved.

TermsPrivacyCopyrightImprint

Anda mungkin juga menyukai