Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu PeternakanAgustus, 2008, Vol. XI. No.3.

Performans Ayam Pedaging yang Diberi Ransum Mengandung


Silase Limbah Udang sebagai Pengganti Tepung Ikan

Filawati 1

Intisari

Penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan asam formiat dalam


pembuatan silase limbah udang terhadap kandungan zat-zat makanan produk yang dihasilkan
serta melihat performans ayam pedaging yang diberi ransum mengandung silase limbah udang
sebagai pengganti tepung ikan. Penelitian terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah
pembuatan silase limbah udang secara kimiawi dengan menggunaka asam formiat serta
melihat perubahan kansungan zat makanan limbah udang sebelum dan sesudah dijadikan
silase. Penelitian tahap ke dua dilakukan feeding trial terhadap 100 ekor DOC galur MB-202
dengan menggunakan 5 macam ransum perlakuan, masing-masing terdiri dari 5 taraf
pengunaan silase tepung limbah udang (0%, 2,5%, 5%, 7,5% dan 10%). Peubah yang diamati
adalah performan ayam pedaging yang meliputi konsusi ransum, pertambahan bobot badan,
konversi ransum, retemsi protein kasar dan retensi serat kasar. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tepung silase limbah udang hasil fermentasi dengan asam formiat (asam cuka) dapat
meningkatkan kandungan protein kasar dan menurunkan kandungan kandungan serat kasar
dan lemak kasar. Penggunaan tepung silase limbah udang memberikan pengaruh yang nyata
(P<0,05) terhadap konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan, namun tidak nyata
(P>0,05) terhadap konversi ransum. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
bahwa limbah udang dapat ditingkatkan nilai nutrisinya melalui pembutan silase limbah
udang dengan menggunakan asam formiat (asam cuka). Tepung silase limbah udang dapat
digunakan sampai taraf 2,5% dalam ransum ayam pedaging.

Kata Kunci : Tepung Silase Limbah Udang, Asam Formiat (Cuka Getah),
Ayam Pedaging.

1 Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang

134 Performans Ayam Pedaging yang Diberi Ransum Mengandung Silase Limbah Udang sebagai
Pengganti Tepung Ikan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu PeternakanAgustus, 2008, Vol. XI. No.3.

Pendahuluan yang terdiri dari kepala, ekor, kulit, serta


Ayam pedaging merupakan salah udang kecil-kecil yang rusak pada proses
satu komoditi ternak unggas yang dapat produksinya. Adapun berat limbah ini
diandalkan untuk memenuhi kebutuhan diperkirakan mencapai 30-40% dari berat
protein hewani masyarakat. Ternak ini udang segar (Cruzt, 1970;
mempunyai potensi untuk dikembang- Atmosumarsono, 1975; Wanasurya, 1990
kan sebagai penghasil daging, karena dan Widjaja 1993).
perkembangannya yang cepat dan Pemanfaatan limbah udang sebagai
harganya yang murah sehingga ter- bahan ransum ternak didasar beberapa
jangkau daya beli masyarakat. Adapun keunggulan diantaranya produksinya
keunggulan ternak ini adalah bentuk cukup besar dan kandungan nutrisinya
badan yang besar, kuat dan berdaging tidak berbeda jauh dengan tepung ikan.
serta mempunyai temperamen yang Data Badan Pusat Statistik (BPS, 1992),
tenang dan kemampuan bertelur yang produksi limbah udang adalah sekitar
rendah, sehingga efisien dipelihara untuk 44,2 ribu ton setiap tahun. Data Badan
menghasilkan daging dalam wakyu yang Pusat Statistik Kabupaten Tanjung
singkat. Jabung Barat (BPS 2006), untuk udang
Ternak yang mempunyai potensi galah Kecamatan Tungkal Ilir 18,6
produksi yang tinggi tidak akan ton/tahun, Kecamatan Betara 35,6
menghasilkan produksi yang sesuai ton/tahun, Kecamatan Pengabuan 10,9
dengan kemampuannya apabila tidak ton/tahun, Kecamatan Tungkal Ulu 22,3
didukung oleh ketersediaan pakan dalam ton/tahun, Kecamatan Merlung 10,0
jumlah yang cukup, baik dari segi ton/tahun, Total seluruhnya 97,4
kualitas maupun kuantitasnya. Penyedia- ton/tahun. Untuk jenis udang lainnya
an bahan pakan sering mengalami (udang putih,udang dogol, udang ketak)
kendala yaitu mahalnya harga pakan Kecamatan Tungkal Ilir 29,4 ton/tahun,
akibat sebagian bahan pakan tersebut Kecamatan Betara 11,9 ton/tahun,
masih didatangkan dari luar negeri Kecamatan Pengabuan 11,8 ton/tahun,
seperti tepung ikan, jagung dan bungkil Kec. Tungkal Ulu 11,0 ton/tahun,
kedele, sehingga akhirnya akan Kecamatan Merlung 4,6 ton/tahun, Total
meningkatkan biaya produksi. seluruhnya 68,7 ton/tahun.
Tepung ikan merupakan salah satu Volumenya terus menigkat lebih
bahan pakan sumber protein dalam kurang 14% pertahun sejalan dengan
ransum unggas dan hampir semua meningkatnya produksi udang dan
formula ransum pakan menggunakan ekspor udang beku olahan. Jika dilihat
tepung ikan sebagai sumber protein. dari segi nutrisinya, ternyata kandungan
Tepung ikan sementara harganya terus nutrisi limbah udang hampir menyamai
meningkat, kualitas tidak menentu dan tepung ikan sehingga limbah ini
ketersediaannya kadang kala terbatas, mempunyai potensi untuk dimanfaatkan
sehingga mempengaruhi harga dan sebagai bahan penyusun ransum unggas
kualitas ransum. Usaha untuk meng- sebagai pengganti tepung ikan. Erwan
atasinya adalah dengan mencari bahan dan Resmi (2004) melaporkan bahwa
ransum alternatif yang kualitasnya limbah udang mempunyai kandungan
hampir sama dengan tepung ikan salah nutrisi yang cukup tinggi dan hampir
satunya limbah udang. menyamai kandungan nutrisi tepung
Limbah udang merupakan limbah ikan yaitu dengan kandungan protein
dari industri pengolahan udang beku kasar 46,20%, lemak kasar 4,20% , serat

135 Performans Ayam Pedaging yang Diberi Ransum Mengandung Silase Limbah Udang sebagai
Pengganti Tepung Ikan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu PeternakanAgustus, 2008, Vol. XI. No.3.

kasar 16,85%, kalsium 5,72%, phospor acetylated-glucosamin polysakarida yang


1,77% dan ME 2397 Kkal/Kg. Adapun berikatan erat dengan khitin dan kalsium
kandungan protein kasar 41,56%, serat karbonat sehingga daya cernanya akan
kasar 10,75% dan Ca 10,82% (Mirzah, meningkat.
1990), sedangkan tepung ikan terdiri dari Silase merupakan suatu proses
protein kasar 53,40%, serat kasar 3,57%, fermentasi yang menghidrolisa protein
dan Ca 9,40% (Ismatati, 1998). beserta komponen lain dari bahan pakan
Kandungan zat makanannya, terutama dalam suasana asam sehingga bakteri
protein kasar tepung limbah udang pembusuk tidak dapat hidup dan bahan
sedikit dibawah tepung ikan, tetapi pakan akan dapat bertahan dalam waktu
kualitas, terutama daya cernanya jauh yang cukup lama. Silase ini merupakan
lebih rendah yaitu 52% (Raharjo, 1985). cara terbaik yang dapat ditempuh apabila
Pemanfaatan limbah udang dalam pada suatu saat produksi limbah udang
ransum harus dibatasi di samping daya melimpah sehingga akan dapat
cerna rendah juga terdapat faktor mengatasi masalah lingkungan. Selain
pembatas dengan adanya khitin. Khitin dapat menghambat pertumbuhan
merupakan suatu polisakarida sruktural mikroorganisme yang tidak diinginkan,
yang mengandung nitrogen dan silase juga dapat mempertahankan dan
bergabung dengan protein dan kalsium memperbaiki nilai gizi produk dengan
sebagai bahan dasar pembentukan mengurangi faktor pembatasnya
kerangka luar hewan invertebrata seperti (Taterson dkk., 1974 dan Yatno, 1999).
udang (Walton and Blackwell 1973). Metode pembuatan silase secara
Protein yang terdapat pada limbah udang kimiawi yaitu dengan menambahkan
sebagian nitrogennya adalah dari asam anorganik seperti asam sulfat dan
nitrogen khitin, yaitu senyawa N- asam klorida maupun asam-asam organic
acetylated-glucosamin polysacharida seperti asam formiat dan asam profionat.
yang berikatan erat dengan khitin dan Apemilihan asam-asam tersebut
kalsium karbonat pada kulit. Eratnya ditentukan oleh efektifitas, harga dab
ikatan tersebut menyebabkan daya mudah sukarnya bahan tersebut didapat
cernannya lebih rendah (Parakkasi, 1983). (Kompiang dan Ilyas, 1981; Djzuli dkk.,
Salah satu upaya yang dapat 1998 dan Darmayani, 2002). Asam formiat
dilakukan untuk mengurangi atau adalah termasuk kedalam kelompok
menghilangkan faktor pembatas pada asam organik yang lebih dikenal dengan
limbah udang tersebut adalah dengan nama asam semut atau cuka getah. Asam
mengolahnya menjadi silase limbah formiat sering digunakan oleh petani
udang secara kimiawi dengan untuk pengolahan karet. Penggunaan
menggunakan asam formiat. Menurut asam formiat dalam pembuatan silase
Pattuan dkk.., (1984) bahwa senyawa limbah udang akan lebih mengutungkan
khitin yang terdapat pada limbah udang karena selain harganya yang murah dan
dapat dikurangi dengan memberikan mudah didapat, asam formiat akan dapat
perlakuan secara kimiawi dengan merenggangkan ikatan khitin dengan
menggunakan asam kuat atau basa kuat protein dan kalsium karbonat sehingga
seperti asam formiat, HCL, KCL, dan daya cerna zat makanan juga akan
NaOH. Sedangkan Whitternbury dkk. meningkat. Disamping itu, asam formiat
(1967) menyatakan bahwa bahan kimia juga mampu mempertahankan kondisi
dan panas dapat merenggangkan ikatan asam sehingga produk silase dapat
protein yang terdapat pada limbah udang disimpan dalam jangka waktu yang lama.
berupa nitrogen khitin yaitu senyawa N-

136 Performans Ayam Pedaging yang Diberi Ransum Mengandung Silase Limbah Udang sebagai
Pengganti Tepung Ikan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu PeternakanAgustus, 2008, Vol. XI. No.3.

Yeoh (1999) melaporkan bahwa Penelitian tahap pertama ini


penambahan 3% asam formiat 85% dalam dilaksanakan di laboratorium. Makanan
pembuatan silase ikan ternyata mampu Ternak Fakultas Peternakan Universitas
menurunkan pH dari 6,5 menjadi 3,8 dan Jambi. Penelitian tahap pertama ini
relative stabil pada pH 4,4. Sedangkan meliputi peroses pembuatan silase limbah
penambahan 3% asam pormiat 98% udang secara kimiawi dengan
menyebab pH tidak stabil yaitu selama menggunakan asam formiat serta melihat
terjadinya fermentasi 2 minggu pH turun perubahan analisis bahan dengan analisis
menjadi 4,9% setelah itu naik menjadi proksimat.
5,4%. Sedangkan penambahan asam- Bahan yang digunakan adalah
asam anorganik seperti penambahan 25 – limbah udang dan asam formiat 85%.
30% asam sulfat mampu menstabilkan Limbah udang yang digunakan dalam
pH, tetapi beberapa asam amino akan penelitian ini adalah limbah udang yang
rusak sehingga kualitas protein akan diambil dari pabrik pengolahan udang
menurun. Hal ini sama dengan yang yang berada di Kuala Tungkal Kabupaten
dilaporkan oleh Mairizal (2005) bahwa Tanjung Jabung Barat. Adapun prosedur
pembuatan silase jeroan ikan dengan pembuatan silase limbah udang
menggunakan 3% asan formiat 85% berdasarkan petunjuk Yeoh (1999) dan
mampu menurunkan pH dari 6,4 menjadi Jatmiko (2002) sebagai berikut: limbah
3,6 dan stabil pada pH 4. Produk silase udang yang sudah terkumpul selanjutnya
yang menggunakan asam organic, dicuci berulang-ulang sampai 3 kali
sebelum diberikan ternak tidak perlu pencucian dengan air bersih. Selanjutnya
dinetralkan dahulu, sedangkan limbah udang tersebut dicincang atau
penggunaan asam –asam anorganik harus dipotong-potong menjadi ukuran sekecil
dinetralkan dahulu sehingga reaksi asam mungkin. Kemudian campurkan asam
yang terbentuk tidak merusak saluran formiat 85% sebanyak 3% untuk setiap
pencernaan unggas. kilogram cacahan limbah udang atau 3
Berdasarkan hal diatas, telah liter asam formiat untuk 100 kg cacahan
dilakukan suatu penelitian untuk melihat limbah udang. Selanjutnya ditempatkan
pengaruh penambahan asam formiat dalam suatu wadah dan selama proses
dalam pembuatan silase limbah udang berlangsung, dilakukan pengadukan 1
terhadap kualitas silase yang dihasilkan sampai 2 kali setiap hari selama 3 atau 4
serta melihat penggunaan silase tersebut hari pertama hingga merata dan
terhadap pertanbahan bobot badan ayam umumnya pada hari ke 5 produk sudah
broiler. mulai menjadi bubur atau silase.
Selanjutnya silase dikeringkan sampai
Materi dan Metoda kadar air berkisar 10 - 12% dan siap
Materi untuk digunakan sebagai campuran
Penelitian dilaksanakan dalam 2 ransum unggas. Apabila akan digunakan
(dua) tahap yaitu tahap pertama dalam jangka waktu yang lama maka
merupakan pengujian di laboratorium produk silase dapat disimpan dalam
untuk mengetahui kualitas silase limbah stoples atau wadah tertutup dan produk
udang secara kimiawi dengan dapat dibongkar sesuai dengan waktu
menggunakan asam formiat (cuka getah) kebutuhan. Silaseakan dapat bertahan
dan tahap kedua merupakan pengujian sampai 3 bulan akan tetapi diatas 3 bulan
feeding trial penggunaan tepung silase kualitas silase akan menurun terutama
limbah udang dalam ransum ayam rusaknya beberapa asam amino sehingga
broiler. kualitas protein berkurang. Peubah yang

137 Performans Ayam Pedaging yang Diberi Ransum Mengandung Silase Limbah Udang sebagai
Pengganti Tepung Ikan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu PeternakanAgustus, 2008, Vol. XI. No.3.

diamati pada percobaan ini adalah


kandungan zat makanan limbah udang
sebelum dan sesudah dijadikan silase. Metode
Pada penelitian tahap kedua Pelitian menggunakan rancangan
dilakukan feeding trial pada ayam broiler acak lengkap (RAL) dengan 5 macam
selama 5 minggu dengan menggunakan ransum perlakuan dan 4 kali ulangan.
tepung silase limbah udang (TSLU). Adapun ransum perlakuan tersebut
Ransum yang digunakan adalah ransum adalah sebagai berikut
yang diaduk sendiri yang terdiri dari RO : Ransum dasar + 10% tepung ikan.
jagung, dedak halus, bungkil kedele, R1 : Ransum dasar + 7,5% tepung ikan +
premix, minyak kelapa, bungkil kelapa, 2,5% tepung silase limbah udang.
tepung ikan, dan TSLU. R2 : Ransum dasar + 5% tepung ikan +
Penelitian ini menggunakan 5% tepung silase limbah udang.
sebanyak 100 ekor D.O.C umur 2 hari R3 : Ransum dasar + 2,5% tepung ikan +
yang ditempatkan secara acak kedalam 7,5% tepung silase limbah udang.
unit kandang unit kandang , dan setiap R4 : Ransum dasar + 10% tepung silase
unit kandang ditempatkan 5 ekor ayam. limbah udang.
Ransum disusun berdasarkan kebutuhan Komposisi ransum perlakuan dapat
ayam boiler yang telah direkomendasikan dilihat pada Tabel 1 dan kandungan Zat-
oleh National Research Council (1994). zat Makanan Ransum Perlakuan pada
Tabel 2 .:
Tabel 1. Komposisi Ransum Perlakuan
Bahan Makanan Ransum Perlakuan (%)
R0 R1 R2 R3 R4
Jagung 54 54 54 54 54
Dedak halus 5 5 5 5 5
Bk. Kedele 25.5 25,5 25.5 25.5 25.5
Minyak kelapa 1 1 1 1 1
Premix 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Bungkil kelapa 4 4 4 4 4
Tepung ikan 10 7,5 5 2,5 0
TSLU 0 2,5 5 7,5 10
Total 100 100 100 100 100
Keterangan : TSLU = Tepung silase limbah udang.

Tabel 2. Kandungan Zat-zat Ransum Perlakuan


Bahan Makanan Ransum Perlakuan (%)
dan ME R0 R1 R2 R3 R4
Protein (%) 22,99 21,80 21,22 20,68 20,44
Lemak kasar (%) 3,81 3,68 3,58 3,43 3,30
Serat kasar (%) 3,7 3,89 4,10 4,67 4,99
Kalsium (%)* 0,88 1,04 1,20 1,35 1,51
Fospor (%)* 0,57 0,62 0,66 0,62 0,64
Khitin (%)** - 1,23 1,93 2,35 2,89
ME (Kkal/kg) 3193,5 3193 3192,5 3103,0 3191,5
Keterangan : Hasil Analisis Lab. Makanan Ternak Fakultas Peternakan IPB Bogor (2007)
* Hasil Perhitungan.

138 Performans Ayam Pedaging yang Diberi Ransum Mengandung Silase Limbah Udang sebagai
Pengganti Tepung Ikan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu PeternakanAgustus, 2008, Vol. XI. No.3.

** Dianalisis berdasarkan Metode Hong dkk., (1988) di Lab. Makanan Ternak Fakultas
Peternakan IPB Bogor (2007)

Peubah yang Diamati Yij = Nilai pengamatan dengan


Penelitian pada tahap kedua perlakuan ke-i
dilaksanakan selama 5 minggu µ = Pengaruh rata-rata dari peubah
pemeliharaan. Adapun peubah yang yang diamati
diamati adalah. δi = Pengaruh perlakuan ke-i
1. Konsumsi ransum yang diukur setiap Σij = Perlakuan acak dengan perlakuan
minggu dengan cara mengurangi ke-i
jumlah ransum yang diberikan i = 1,2,3,4, dan 5 (banyaknya per-
dengan jumlah ransum yang tidak lakuan)
dikonsumsi dalam satuan gram/ekor. j = 1,2,3 dan 4 (banyaknya ulangan)
2. Pertambahan bobot badan (gram) Apabila terdapat pengaruh yang
yaitu bobot badan akhir setiap nyata antar perlakuan maka dilanjutkan
minggu penelitian dikurangi bobot dengan uji jarak berganda Duncan (Steel
badan awal. dan Torrie, 1989).
3. Konversi ransum yaitu perbandingan
yaitu jumlah ransum yang Hasil dan Pembahasan
dikonsumsi setiap minggu dengan Kandungan Zat-zat Makanan Silase
pertambahan bobot badan yang Limbah Udang
dihasilkan setiap minggunya. Kandungan zat makanan limbah
Data yang diperoleh dianalisis udang dan silase limbah udang dapat
ragam, persamaannya sebagai berikut: dilihat pada Tabel 3.
Yij = µ + δi + Σij

Tabel 3. Kandungan Zat Makanan dan KhitinLimbah Udang dan Silase Limbah
Udang
Zat Makanan Limbah Udang Silase Limbah Udang
Protein Kasar (%) 20,76 34,34
Lemak Kasar (%) 6,03 2,40
Serat Kasar (%) 20,56 14,93
Khitin (%)* 34,06 24,61
Keterangan : Hasil Analisis Lab. Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Jambi (2007)
* Dianalisis berdasarkan Metode Hong dkk., (1988) di Lab. Makanan Ternak Fakultas
Peternakan IPB Bogor (2007)

Data pada Tabel 3, menunjukkan penurunan serat kasar 27,33%,


bahwa setelah perlakuan dengan penurunan lemak kasar 60,20% dan
menggunakan asam formiat (asam penurunan kandungan khitin 27,75%.
semut/cuka getah) dapat mengakibatkan Hasil penelitian ini sejalan dengan yang
terjadinya perubahan komposisi zat dilaporkan Mirzah (1990), bahan kimia
makanan pada silase limbah udang. dan panas dapat menguraikan atau
Hasil penelitian ini menunjukkan merenggangkan ikatan protein dengan
pembuatan silase limbah udang dengan khitin dan kalsium karbonat pada kulit
mengunakan asam formiat dapat udang tersebut yang akan mudah
meningkatkan protein kasar 39,55%, terdegredasi, sehingga akan meningkat-

139 Performans Ayam Pedaging yang Diberi Ransum Mengandung Silase Limbah Udang sebagai
Pengganti Tepung Ikan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu PeternakanAgustus, 2008, Vol. XI. No.3.

kan daya cerna zat-zat makanannnya. menurunkan serat kasar, lemak kasar dan
Sedangkan menurut BPKS (1978), kandungtan khitin.
perendaman limbah udang dengan etanol Pengaruh Penggunaan Silase Limbah
dapat merengkan ikatan pada khitin Udang terhadap Konsumsi Ransum,
sehingga menjadi khitosan, dan khitosan Pertambahan Bobot Badan dan Konversi
inilah yang dapat dimanfaatkan ternak, Ransum.
alat kosmetik dan sebagai bahan untuk Penelitian ini merupakan aplikasi
menjernihkan air. dari penggunaan silase limbah udang
Hasil penelitian ini terlihat dalam ransum yang diberikan pada ayam
pembuatan silase limbah udang dengan broiler umur 2 hari selama 5 minggu.
menggunakan asam formiat memiliki Data rataan konsumsi ransum,
peranan yang sangat berarti untuk pertambahan bobot badan (PBB) dan
meningkatkan kandungan kualitas konversi ransum dapat dilihat pada Tabel
limbah udang, terutama untuk 4.
meningkatkan protein kasar, serta

Tabel 4. Rataan Konsumsi Ransum, Pertambahan Bobot Badan (PBB) dan


Konversi Ransum.
Konsumsi ransum PBB
Perlakuan Konversi ransum
(gram/ekor/mgg) (gram/ekor/mgg)
R0 390.04 159,78 2,41
R1 367,75 152,62 2,42
R2 355,60 148,87 2,41
R3 326,46 136,71 2,39
R4 301,24 113,02 2,73

Hasil analisis statistik menunjuk- bahwa penggunaan lepung limbah udang


kan bahwa penggunaan silase limbah dalam ransum ayam pedaging hanya
udang memberikan pengaruh yang nyata dapat diberikan 5 – 8%, sedangkan ayam
(P<0,05) menurunkan konsumsi ransum petelur 5 – 10%. Selanjutnya dijelaskan
dan pertambahan bobot badan, namun oleh Mirzah (1990), kandungan khitin
tidak memberikan pengaruh yang nyata limbah udang sangatlah bervariasi,
terhadap konversi ransum (P>0,05). tergantung bagian mana yang diambil
Taraf penggunaan silase limbah yang tidak ikut dalam produki udang,
udang memberikan pengaruh yang nyata selanjutnya dijelaskan dalam ransum
(P<0,05) menurunkan konsumsi ransum kandungan khitin bukan saja berasal dari
dan pertambahan bobot badan. limbah udang, namun bisa juga
Penurunan konsumsi ransum disebabkan sumbangan dari bahan pakan yang lain
oleh tingginya kandungan khitin didalam seperti tepung ikan, pemberiannya pada
ransum. Menurut Radzan dan Patterson ternak tergantung jenis ternak dan
(1997), kadar khitin khitin sebesar 3% toleransi setiap ternak juga barvariasi.
dalam ransum ayam broiler akan Penurunan bobot badan erat kaitannya
menekan konsumsi ransum dan per- dengan konsumsi ransum, karena kon-
tumbuhan. Sedangkan menurut Reddy sumsi ransum untuk hidup pokok dan
dkk., (1996), pertumbuhan ayam akan produksi daging. Tidak berpengaruhnya
terganggu bila kadar khitin dalam konversi ransum disebabkan oleh
ransum lebih dari 2,32%. Waskito (1975) penurunan konsumsi ransum yang

140 Performans Ayam Pedaging yang Diberi Ransum Mengandung Silase Limbah Udang sebagai
Pengganti Tepung Ikan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu PeternakanAgustus, 2008, Vol. XI. No.3.

diikuti dengan penurunan pertambahan Borgstrom, G. 1969. Princple of Food


bobot badan. Science. Vol II. Food Microbiology
and Biochemistry. The Mc Millan
Co. Collier. Mc Millan Ltd. London.
Kesimpulan Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanjung
Berdasarkan hasil penelitian ini Jabung Barat. 2006. BPS. Tanjabbar.
dapat disimpulkan bahwa: Biro Pusat Statistik. 1992. Statistik
1. Limbah udang dapat ditingkatkan Perdagangan Luar Negeri
nilai nutrisinya dengan pengolahan Indonesia Ekspor Biro Pusat
dengan asam formiat (cuka getah) Statistik. Jakarta.
menjadi silase limbah udang. Dengan Chewan C.B. and R.W. Gerry. 1974.
menggunakan asam formiat dapat Shrimp waste as a pigment source
meningkatkan protein kasar 39,55%, in broiler diet. Poultry Sci. 53;671-
dan menurunkan lemak kasar 60,20%, 676.
menurunkan serat kasar 27,33% serta Church, D.C. 1990. Livestock Feed and
menurunkan kandungan khitin Feeding. Third Edition Prentice-
27,75%. Hall International. USA. Page 150.
2. Silase limbah udang dapat digunakan Cruz J,F. 1970. Shrimp meal as animal
dalam ransum ayam pedaging sampai protein source for broiler chick.
taraf 2,5%. Thesis. College af Agriculture.
Uviversity of the Philippiones,
Daftar Pustaka Phillipines.
Andarias, MP. Iskandar, L.D. Berta, D. Darmayani, W. 2002. Memanfaatkan
Rehana dan Syaifuddin. 1994. limbah perikanan sebagai pakan
Pengembangan Pemanfaatan ternak. Majalah Trobos No. 28 Edisi
Limbah Udang Beku Untuk Januari 2002.
Makanan Ternak Djazuli. N. 1998. Perekayasaan teknologi
Komunikasi No. 88 Badan dan pengolahan limbah. BPPMHP
Pengembangan Industri, Ujung Jakarta.
Pandang. Ensmingger, M.E., J.E. Oldfield and
Anggorodi, 1994. Ilmu Makanan Ternak W.W. Heinemann. 1990. Feed and
Umum. PT. Gramedia Pustaka Nutrition. Second edition. The
Utama, Jakarta. Ensmingger Publishing Co.
Atmosumarsono, N. 1974. Pengaruh California, USA. P;416-436.
penggunaan tepung sisa ikan Erwan E dan Resmi. 2004. Performans
dalam ransum ayam broiler ayam lurik yang diberi tepung
periode starter. Karya Ilmiah. limbah udang olahan sebagai
Fakultas Peternakan Universitas pengganti tepung ikan dalam
Diponegoro. Semarang. ransom. Jurnal Ilmu-ilmu
Austin,P. R,. C. J. brine, S. E. Castle dan J. Peternakan. Vol. II No. 1 Edisi
P. Zekakis. 1981. Chitin : New Facet Februari 2004. Fakultas Peternakan
of Research. Science 212 : 794. Universitas Jambi.
Buckle, K.A., R.A. Edwards., G.H. Fleet Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan.
and M. Wooton. 1978. Food Science Fakultas Teknologi Pertanian.
A Course Manual in Food Science. Institut Pertanian Bobor.
Australian Vice-Chancellors Filawati, 2003. Pengaruh pengolahan
Committee. Brisbane. limbah udang secara fisikokimia
terhadap kandungan gizi tepung

141 Performans Ayam Pedaging yang Diberi Ransum Mengandung Silase Limbah Udang sebagai
Pengganti Tepung Ikan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu PeternakanAgustus, 2008, Vol. XI. No.3.

limbah udang olahan. Tesis Pada Mulyanto. 1989. Pemanfaatan Limbah


Program Pasca Sarjana Fakultas Perikanan. LPTP Jakarta.
Peternakan Universitas Andalas. National Research Council. 1994. Nutrient
Padang. Requirements of Poultry Ninth
Hartadi, H. Reksohadiprodjo dan A.D. Revised Edition National Academy
Tillman. 1990. Tabel Komposisi Press. Washington DC.
Pakan untuk Indonesia. Cetakan North, 1984. Commercila Chickens
Ketiga. Gadjah Mada University Produktion Manual Science (Text
Press. Yogyakarta. Book) Series. 3 and Edition. The Avi
Jatmiko, B. 2002. Teknologi dan aplikasi Publishing Company Connecticut.
tepung silase ikan. Thesis. Program Parakkasi, A. 1983. llmu Gizi dan
Pascasarjana Institut Pertanian Makanan Ternak Monogastrik.
Bogor. Cetakan Pertama Penerbit Angkasa,
Kompiang, I.P. 1981. Pengaruh Bandung.
penyimpanan terhadap nilai gizi Raharjo, Y.C. 1985. Nilai gizi cangkang
silase ikan. Proseding Seminar udang dan pemanfatan untuk
Penelitian Balai Penelitian Ternak ternak itik. seminar nasional
Ciawi Bogor. peternakan unggas. Balai Penelitian
Kompiang, I.P dan Ilyas, S. 1981. Silase Ternak Ciawi. Bogor. 96 –
ikan, pengolahan, penggunaan dan 120.Rasyaf, M. 1994. Beternak
prospeknya di Indonesia. Ayam Pedaging. PT. Penebar
Proseding Seminar Penelitian Balai Swadaya. Jakarta.
Penelitian Ternak Ciawi Bogor. Razdan dan Patterson. 1994. Effect of
Lehninger, A. 1990. Dasar-dasar Biokimia chitin and chitosan on nutrient
Jilid I. Diterjemahkan oleh Maggy digestibility and plasma lipid
Thenawijaja. Cetakan I. Penerbit concerntation in broiler chickens.
Erlangga Jakarta. British Journal of Nutrition. 72 : 277
Lubis, D.A. 1963. Ilmu Makanan Ternak. – 288.
Cetakan kedua. PT Pembangunan. Reddy, V.R., V.R. Reddy and S
Jakarta. Qudratullah. 1996. Squilla a level
Mairizal. 2005. Teknologi sikase Jeroan animal protein: can it be used a
Ikan dan Aplikasinya dalam complete substitute for fish an
Ransum Ayam Pedaging. Laporan poultry ration. Feed International
Penelitian. Fakultas Peternakan. No. 3 Vol. 17;18-20.
Universitas Jambi. Resmi, 2002. Pengaruh pemanfaatan
Mahardika, I.G. Proses Pembutan Silase tepung limbah udang olahan dalam
Ikan Secara Kimiawi dan Biologi. ransum ayam petelur terhadap
Thesis. Progran Pascasarjana penampilan produksi. Tesis Pasca
Institut Pertanian Bogor. Sarjana Universitas Andalas.
Mirzah, 1990. Pengaruh tingkat Padang.
penggunaan tepung limbah udang Suriawiria, U. 1981. Pengawetan Ikan
yang diolah dalam ransum secara biologis dan peranan bakteri
terhadap pengaruh tingkat asam laktat didalamnya. Proseding
penggunaan tepung limbah udang Seminar Hasil Penelitian Hasil
yang diolah dalam ransum Perikanan. Institut Tekhnologi
terhadap performans ayam Bandung. Bandung.
Pedaging. Tesis Pasca Sarjana Scott, ML. MC. Nesheen and RJ. Young.
Universitas Padjajaran, Bandung. 1982. Nutrition of The Chicken 3rd

142 Performans Ayam Pedaging yang Diberi Ransum Mengandung Silase Limbah Udang sebagai
Pengganti Tepung Ikan
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu PeternakanAgustus, 2008, Vol. XI. No.3.

Ed. ML. Scoot and Associated. Waskito, WH. 1975. A study of prawmeal
Ithaca, New York. as ingeredient for poultryration in
Sheehy, E. J. 1983. Animal Nutrition. Mac tropical areas. Master Veteriner
Millan Co. London. Science Thesis. University of
Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1989. Prinsip Quesland.
dan Rosedur Statistik. PT. Watkins, B.E. J. Adair and J.E. Oldfield.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1982. Evaluation of shrimp and
Sudono, A. 1985. Kamus Istilah king crab processing by product as
Peternakan. Pusat Pembinaan dan feed suplementfor. J. Anim. Sci. 55
Pengembangan Bahas. Depertemen (3):578-580.
Pendidikan dan Kebudayaan. Whiitenburry, R.P., P. Mc Donald and
Jakarta. D.G.B. Jones. 1967. A short review
Tatterson, I.N. dan M.I. Windsor. 1974. of some biochemistry an
Fish silage. J. Sci. Foog Agric. microbiological aspect ensilage.
25:369. J.Sci. Ed. Agr. 13:441.
Tillman, A.D. H. Hartadi, S. Whistler. D. L. 1973. Industrial Gums.
Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo Academic Press Inc. New York. P :
dan S Lebdiosoekokjo. 1984. Ilmu 465 – 467.
Makanan Ternak Dasar. Gadjah Yatno. 1999. Penapisan bakteri asam
Mada University. laktat lokal untuk inokulum silase.
Walton, A.C. and Blackwell. 1973. Thesis. Program Pascasarjana IPB
Biopolymers. First Edition. Bogor.
Academic Press, New York, Yeoh, Q.I. 1999. Fermentation methode
London. for the Preservation of Fish and
Wahju, J. 1988. Cara Pemberian dan Fish Trash. Ph. D. Disertation
Penyusunan Ransum Unggas University of Malaya.
Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Kualalumpur. Malaysia.
________. 1989. Ilmu Nutrisi Unggas.
UGM- Press- Yogyakarta.
Wanasuria, S. 1990. Tepung kepala udang
dalam pakan broiler. Poultri
Indonesia. No. 22 : 19 – 21.

143 Performans Ayam Pedaging yang Diberi Ransum Mengandung Silase Limbah Udang sebagai
Pengganti Tepung Ikan

Anda mungkin juga menyukai