Anda di halaman 1dari 7

JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 20-26 ISSN 2303-1077

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK DAUN SAGA POHON (Adenanthera


Pavonina L.) TERHADAP JAMUR Candida albicans

Ferny Indrayati, M. Agus Wibowo, Nora Idiawati


Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
email: fernyindrayati@yahoo.com

ABSTRAK
Masyarakat Indonesia khususnya Kalimantan Barat telah sejak dulu mengenal berbagai tanaman
berkhasiat yang digunakan sebagai obat tradisional untuk penanggulangan terhadap masalah
kesehatan. Salah satu jenis tanaman obat yang digunakan adalah tanaman saga rambat (Abrus
precatorius L.). Saga rambat digunakan secara tradisonal sebagai obat batuk, epilepsi dan
sariawan. Jenis tanaman ini termasuk kedalam famili fabaceae. Tanaman lain yang memiliki
kesamaan famili dengan saga rambat yaitu tanaman saga pohon (Adenanthera pavonina L.).
Tanaman saga pohon memiliki potensi sebagai antijamur yang menginfeksi sariawan. Oleh karena
itu dilakukannya penelitian ini, untuk menentukan golongan senyawa metabolit sekunder yang
terdapat dalam daun saga pohon serta mengetahui aktivitas antijamur daun saga pohon terhadap
jamur candida albicans. Penelitian ini dilakukan tiga tahapan yaitu ekstraksi dan fraksinasi,
penentuan aktivitas antijamur terhadap candida albicans, serta KHM dan KBM. Ekstrak kasar
mengandung senyawa metabolit sekunder berupa steroid, alkaloid, saponin dan polifenol. Fraksi
metanol mengandung steroid, alkaloid dan polifenol. Sedangkan fraksi etil asetat dan n-heksana
mengandung steroid dan polifenol. Fraksi yang memiliki aktivitas antijamur paling baik yaitu fraksi
metanol dengan zona bening sebesar 16,725 mm pada kosentrasi 2000 ppm. KHM fraksi metanol
yakni pada kosentrasi 125 ppm, dan memiliki sifat fungistatik, sehingga dapat disimpulkan bahwa
ekstrak daun saga pohon dapat digunakan sebagai antijamur.

Kata Kunci: Antijamur, Candida albicans, Adenanthera pavonina L., KBM, KHM

PENDAHULUAN yang dilakukan Nugraha dan Seta (2009)


Saga rambat (Abrus precatorius L.) menunjukkan bahwa kandungan protein pada
merupakan tanaman yang banyak biji saga sekitar 48,2 %, kandungan ini lebih
digunakan secara tradisional sebagai obat tinggi dibandingkan biji-bijian lain seperti
di berbagai negara, diantaranya untuk kedelai, kacang hijau, dan kacang tanah.
mengobati epilepsi, batuk dan sariawan. Menurut Nainggolan (2011) yang melakukan
Menurut Juniarti, dkk. (2009) yang penelitian pada genus adenanthera
melakukan uji sitotoksik terhadap ekstrak menyatakan bahwa ekstrak etanol dan fraksi-
daun saga menggunakan metode BSLT fraksi dari daun saga (Adenanthera bicolor
mengetahui bahwa fraksi metanol dari Moon.) mempunyai aktivitas antioksidan karena
tanaman ini bersifat toksik. Tanaman ini memiliki kandungan flavonoid, tanin,
mengandung senyawa flavonoid dan steroid triterpenoid dan steroid. Tanaman saga pohon
pada bagian daun. Saga rambat termasuk memiliki kesamaan famili dengan saga rambat,
kedalam ordo fabales dan famili fabaceae. oleh karena itu diharapkan daun saga pohon ini
Jenis tanaman lain yang termasuk kedalam dapat digunakan untuk mengobati sariawan.
ordo fabales dan famili fabacea adalah saga Sariawan merupakan suatu penyakit yang
pohon. sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Saga pohon (Adenanthera pavonina L.) Penyebab umum terjadinya sariawan adalah
merupakan tanaman yang semua bagian kekurangan vitamin C, tergigit, atau karena
tanamannya dapat dimanfaatkan mulai dari adanya infeksi dari bakteri dan jamur. Jenis
biji, kayu, kulit batang dan daunnya. Bagian jamur yang dapat menginfeksi dan
dari tanaman saga pohon yang paling menyebabkan sariawan ini adalah Candida
sering dimanfaatkan yaitu biji. Penelitian albicans. Candida albicans merupakan salah

20
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 20-26 ISSN 2303-1077

satu organisme komensal yang bertindak Ekstraksi dan Partisi


sebagai flora normal pada tubuh manusia Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi yang
dan tidak berbahaya dalam jumlah yang dimulai dengan merendam 500 gram serbuk
normal. C. albicans dapat menginfeksi pada kering daun saga menggunakan metanol
saat keadaan sistem kekebalan tubuh selama 24 jam pada suhu kamar. Kemudian
menurun. Ketika sistem kekebalan tubuh dilakukan secara berulang hingga filtrat
menurun dan terdapat luka pada bagian berwarna pucat. Maserat yang didapat
mulut, maka jamur ini dapat menginfeksi dipekatkan dengan rotary evaporator. Ekstrak
dengan mudah dan mengakibatkan luka kasar yang diperoleh kemudian dipartisi dengan
terasa nyeri dan sulit untuk sembuh pelarut etil asetat dan n-heksana menggunakan
sehingga dapat mengganggu aktivitas corong pisah (Juniarti, 2009). Filtrat dari
manusia (Jawetz et al., 2005). masing – msing fraksi kemudian dipekatkan
Berdasarkan uraian diatas dengan rotary evaporator dan dihitung
menunjukkan bahwa jamur C. albicans randemennya menggunakan rumus:
dapat merugikan manusia sehingga
diperlukan tanaman yang dapat mencegah Rendemen =
aktivitas jamur tersebut. Sehingga penelitian
mengenai uji aktivitas antijamur ekstrak Skrining Fitokimia
daun saga pohon (Adenanthera Pavonina Skrining fitokimia dilakukan untuk
L.) terhadap Candida Albicans penting dan mengidentifikasi golongan senyawa alkaloid,
perlu untuk dilakukan. triterpenoid/ steroid, polifenol/ tannin, flavonoid
dan saponin. Berikut adalah metode yang
METODE PENELITIAN digunakan (Harborne, 1987):
Alat dan Bahan Uji Alkaloid. Uji ini dilakukan dengan terlebih
Alat-alat yang akan digunakan dalam dahulu menambahkan H2SO4 2 N ke dalam
penelitian ini adalah autoklaf, blender, botol ekstrak dan dipanaskan Selanjutnya diuji
vial, hot plate, inkubator, jangka sorong, dengan reagen Dragendroff, Mayer dan
laminary flow cabinet, magnetic stirer, Wagner. Hasil uji positif diperoleh bila terbentuk
mikropipet, neraca analitik, oven, penggaris, endapan merah hingga jingga pada
rotary evaporator, sentrifuse, seperangkat penambahan reagen Dragendroff dan endapan
alat gelas, spektrofotometri UV-Vis dan putih kekuningan pada penambahan reagen
vortex. Mayer. Serta terbentuk endapan kecoklatan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pada penambahan reagen Wagner.
penelitian ini adalah akuades, alkohol 70%, Uji Triterpenoid/ Steroid. Sebanyak 1 mL
aluminium foil, asam klorida, daun saga larutan ekstrak ditambah dengan pereaksi
pohon, Candida albicans, DMSO, etil Liebermann-Burchard. Adanya senyawa steroid
asetat, FeCl3 1%, logam Mg, kapas, kertas ditandai timbulnya warna hijau dan triterpenoid
tissue, media SDA, dan media cair SDB, timbulnya warna merah.
metanol, n-heksana, natrium klorida, Uji Polifenol/Tanin. Larutan ekstrak
pereaksi Wagner, pereaksi Mayer, pereaksi dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
Dragendroff, pereaksi Liebermann-Burchard ditambahkan 2 tetes pereaksi FeCl3 1%.
dan plastik wrapping. Senyawa fenol akan menghasilkan warna hijau
Preparasi Sampel atau biru.
Uji Flavonoid. Larutan ekstrak sebanyak 2 mL
Sampel yang akan digunakan untuk
ditambah dengan sedikit serbuk Mg dan 2 mL
diekstrak adalah daun saga pohon
HCl 2N. Senyawa flavonoid akan menimbulkan
(Adenanthera Pavonina L.) yang diperoleh
warna jingga sampai merah.
dari kawasan Arborethum Universitas
Uji Saponin. Larutan ekstrak ditambahkan
Tanjungpura Pontianak. Daun saga pohon
akuades, kemudian dikocok kuat-kuat.
diambil dari pohonnya yang kemudian
Terbentuknya busa 1-10 cm yang stabil dan
dipisahkan dari batangya dan dikering-
tidak kurang dari 10 menit menunjukkan adanya
anginkan hingga kering. Selanjutnya,
saponin.
sampel tersebut dihaluskan menggunakan
Uji Aktivitas Antijamur
blender sampai halus sehingga membentuk
Pengujian aktivitas antijamur ekstrak
serbuk (Harborne, 1987).
sampel dilakukan menggunakan metode difusi

21
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 20-26 ISSN 2303-1077

agar. Media SDA steril sebanyak 20 mL metabolit sekunder dari sampel daun saga
dimasukkan dalam petridish steril hingga pohon dapat terekstrak secara maksimal
memadat. Suspensi jamur uji 50 µL disebar (Marselia, 2015). Apabila serbuk terlalu kasar,
di permukaan agar dan diratakan maka jarak yang ditempuh pelarut untuk masuk
menggunakan cutton bath. Kemudian dibuat ke dalam sel akan semakin panjang, sehingga
sumur dengan diameter 6 mm, masing- jumlah metabolit sekunder yang tertinggal di
masing diisi dengan 35 µL larutan sampel dalam sampel masih banyak. Selain itu,
dengan konsentrasi 2000 ppm (ekstrak penghalusan ini juga dapat mempermudah
metanol, fraksi metanol, fraksi etil asetat, proses difusi pelarut untuk masuk ke dalam sel,
dan fraksi n-heksana) ke dalam sumur pada sehingga metabolit sekunder di dalam sampel
masing-masing cawan petri yang telah terekstrak secara keseluruhan.
diinokulasikan jamur C. albicans. Lalu,
diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang. Ekstraksi dan Partisi
Kemudian diukur diameter zona hambat Ekstraksi merupakan suatu teknik
pada daerah bening lubang dengan pemisahan suatu zat-zat terlarut yang tidak
menggunakan jangka sorong. Kontrol saling campur atau memiliki perbedaan
negatif yang digunakan yaitu DMSO 10% kepolaran. Pemisahan terjadi karena adanya
dan ketokonazol 2% sebagai kontrol positif perbedaan distribusi zat terlarut diantara dua
(Firdaus, 2015). pelarut yang tidak saling campur (Sudjadi,
1986). Penelitian ini menggunakan metode
Uji Kadar Hambat Minimum dan Kadar
ekstraksi dingin berupa maserasi yaitu proses
Bunuh Minimum
pengekstrakan simplisa menggunakan pelarut
Hasil yang menunjukkan zona bening
dengan beberapa kali pengocokan atau
paling baik dari uji aktivitas antijamur
pengadukan pada suhu kamar. Metode ini
dilanjutkan untuk diukur kadar hambat
memiliki keuntungan yaitu selama proses
minimumnya. Uji kadar hambat minimum
perendaman dengan pelarut yang digunakan,
dilakukan pada konsentrasi 2000, 1000,
pelarut akan masuk ke dalam sel tumbuhan dan
500, 250, 125, 100, 75, dan 50 ppm. Uji
terjadi suatu pemecahan dinding sel sehingga
dilakukan dengan metode difusi agar sama
senyawa kimia yang terkandung dalam sel
seperti uji aktivitas antijamur. Hasil zona
dapat terekstrak (Nurdiansyah dan Redha,
bening yang terbentuk kemudian ditentukan
2011). Pelarut yang digunakan pada penelitian
kadar bunuh minimumnya dengan cara
ini adalah metanol. Menurut Darwis (2000),
menggoreskan zona bening yang terbentuk
metanol merupakan pelarut yang bersifat polar
dari masing - masing konsentrasi kedalam
dan sangat baik untuk melarutkan metabolit
media agar dan di inkubasi selama 24 jam.
didalam sampel. Selain itu metanol juga
Analisis Data memiliki titik didih yang relatif rendah yaitu
Data hasil penelitian berupa diameter sekitar 64,7oC sehingga senyawa yang
zona hambat dianalisis dengan uji ANOVA terkandung didalam sampel tidak rusak.
one way yang diolah dengan program Maserasi dengan pelarut metanol dilakukan
SPSS (Statistical Product and service sebanyak tiga kali pengulangan dalam rentang
Solution) 15,00 for windows (Rahayu, waktu masing – masing perendaman 1 x 24
2013). jam. Hal tersebut bertujuan untuk
memaksimalkan proses pemisahan golongan
senyawa meabolit yang terdapat didalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
sampel. Maserat yang dihasilkan dari proses
Preparasi Sampel perendaman berwarna hijau pekat, maserat
Sampel daun saga pohon yang tersebut dipekatkan dengan rotary evaporator
digunakan sebanyak ± 5 kg dan diperoleh pada suhu 30 - 40oC agar senyawa metabolit
sampel kering sebanyak 500 gram. yang terkandung didalam sampel tidak rusak
Kemudian sampel kering dihaluskan karena suhu terlalu panas (Harborne, 1987).
menggunakan blender untuk menghasilkan Ekstrak pekat sampel daun saga pohon yang
serbuk. Penghalusan ini dilakukan untuk diperoleh sebanyak 46,9542 gram yang
memperluas permukaan kontak antara berwarna hijau kehitaman dengan randemen
sampel dengan pelarut selama proses sebesar 9,39084 %.
ekstraksi, sehingga golongan senyawa

22
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 20-26 ISSN 2303-1077

Tahap selanjutnya yaitu partisi dengan Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Daun Saga
metode cair – cair. Partisi merupakan Pohon
proses pemisahan golongan senyawa Golongan Hasil Pengamatan
metabolit sekunder yang terdapat didalam Senyawa Ekstak Fraksi Fraksi Fraksi
Kasar Metanol Etil n-
ekstrak pekat sampel berdasarkan Asetat heksana
kepolarannya. Pada penelitian ini dilakukan Alkaloid + + - -
partisi bertingkat dengan menggunakan tiga Steroid + + + +
pelarut yang memiliki perbedaan kepolaran Triterpenoid - - - -
Saponin - + - -
yaitu metanol (polar), etil asetat (semi Flavonoid - - - -
polar), dan n-heksana (non polar). Partisi Polifenol + + + +
dilakukan dengan bantuan alat berupa
corong pisah. Hasil randemen tiap ekstrak
Keterangan : + = Teridentifikasi
dapat dilihat pada Tabel 1.
- = Tidak Teridentifikasi
Tabel 1. Hasil Partisi Ekstrak Daun Saga
Pohon Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat golongan
senyawa metabolit sekunder yang terdapat
Berat Persen
Fraksi Ekstrak Randemen Keterangan
dalam ekstrak daun saga pohon (Adenanthera
(gram) (%) pavonina l.) adalah alkaloid, steroid, saponin
dan polifenol. Hasil yang diperoleh memiliki
Gel hijau
kecoklatan kesamaan dengan hasil dari penelitian yang
dan terdapat dilakukan oleh Nainggolan pada genus yang
Metanol 10, 8054 36, 018 minyak sama yaitu Adenanthera bicolor Moon yang
berwarna memiliki kandungan steroid / triterpenoid.
coklat

Gel padat Uji Aktivitas Antijamur


Etil
7, 8090 26, 030
berwarna Uji aktivitas antijamur pada ekstrak daun
Asetat hijau pekat saga pohon dilakukan dengan metode difusi
agar menggunakan sumur. Uji ini bertujuan
Gel yang
sedikit untuk menentukan kemampuan dari ekstrak
N- berminyak daun saga pohon untuk menghambat
4, 4565 14, 855
heksana berwarna pertumbuhan jamur (Firdaus,dkk., 2015). Jamur
hijau yang digunakan pada penelitian ini adalah
kecoklatan
Candida albicans (C. albicans) yang berwarna
Keterangan : ekstrak pekat yang digunakan
putih kekuningan. Jamur ini biasanya hidup
dalam partisi adalah 30 gram.
pada tubuh manusia khususnya pada daerah
lembab seperti mulut dan vagina. Apabila dalam
Analisis Fitokimia
jumlah yang berlebihan jamur ini sangat
Uji fitokimia dilakukan untuk
merugikan kehidupan manusia karena dapat
mengetahui golongan senyawa metabolit
memperparah luka seperti sariawan.
sekunder yang terdapat dalam ekstrak daun
Uji aktivitas anti jamur diawali dengan
saga pohon pada masing - masing fraksi.
pembuatan suspensi cair berupa Sabouraud
Metabolit sekunder merupakan senyawa
Dexstrose Broth (SDB). Suspensi cair ini dibuat
metabolit yang esensial bagi pertumbuhan
dengan mengambil 1 ose jamur C. albicans dan
organisme dan ditemukan dalam bentuk
dimasukkan kedalam SDB yang kemudian
yang berbeda-beda antara spesies yang
diinkubasi selama 18 – 24 jam pada suhu 37oC
satu dengan yang lainya (Verpoorte dan
yang digunakan untuk uji aktivitas dari ekstrak
Alfermann, 2000). Uji fitokimia yang
daun saga. Hasil uji yang diperoleh pada
dilakukan meliputi uji golongan senyawa
konsentrasi 2000 ppm dapat dilihat pada
alkaloid, steroid/triterpenoid, flavonoid, fenol
Gambar 1. Berdasarkan hasil tersebut
dan saponin. Hasil pengujian secara
ditentukan ukuran zona beningnya dengan alat
fitokimia dapat dilihat pada Tabel 2.
ukur berupa jangka sorong, sehingga
didapatkan hasil seperti yang tertera pada
Tabel 3.

23
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 20-26 ISSN 2303-1077

menurunkan tegangan permukaan membran


sterol dari dinding jamur C. albicans, sehingga
permeabilitasnya meningkat yang
menyebabkan enzim protein dalam sel jamur
keluar dan jamur mengalami kematian
Keterangan: a : ekstrak kasar d : fraksi n – heksana (Hardiningtyas, 2009). Steroid, alkaloid dan
b : fraksi metanol e : kontrol positif saponin diduga memiliki peran sebagai
c : fraksi etil asetat f : kontrol negatif
senyawa metabolit sekunder yang membantu
Gambar 1. Hasil uji aktivitas antijamur
dalam menghambat pertumbuhan mikroba.
terhadap jamur C. albicans
Hasil analisis statistik menggunakan uji
Tabel 3. Diameter Zona Bening Aktifitas One way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat
Antijamur terhadap Jamur C. perbedaan yang signifikan dari zona bening
albicans yang terbentuk dari tiap fraksi. Dapat dilihat
bahwa sampel yang memiliki kemampuan
Diameter zona bening (mm)
Sampel Uji
sebagai antijamur yang paling baik adalah pada
Rata – fraksi metanol dengan ukuran diameter
Sumur 1 Sumur 2
rata
15,963 mm. Fraksi metanol merupakan fraksi
Ekstrak kasar 7,325 5,500 6,413 polar yang memiliki kandungan senyawa
Fraksi metanol 18,550 14,900 16,725 metabolit sekunder lebih kompleks
Fraksi etil asetat 0 0 0 dibandingkan dengan fraksi yang lain. Oleh
Fraksi karena itu, pengujian pada fraksi metanol
0 0 0
n-heksana dilanjutkan untuk mengukur kadar hambat
Kontrol positif minimumnya (KHM). Zona bening yang
32,225 32,200 32,213
(Ketoconazol)
terbentuk pada fraksi metanol menghasilkan
Kontrol negatif 0 0 0 ukuran yang berbeda dengan zona bening dari
kontrol positif yaitu hampir setengah dari zona
Zona bening yang terbentuk bening kontrol positif.
menunjukkan bahwa dari empat sampel uji
dari masing-masing fraksi terdapat dua Penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM)
sampel uji yang menunjukkan potensi dan Kadar Bunuh Minimum (KBM)
sebagai antijamur yaitu ekstrak kasar dan Penentuan kadar hambat minimum (KHM)
fraksi metanol. Sedangkan fraksi etil asetat dilakukan untuk menentukan daya hambat
dan fraksi n-heksana tidak memiliki dengan konsentrasi terkecil dari ekstrak uji.
kemampuan sebagai antijamur. Apabila Berdasarkan hasil yang didapat dari uji aktivitas
hasil pengukuran tersebut dibandingkan antijamur didapatkan fraksi yang paling baik
maka terlihat bahwa ekstrak kasar dan sebagai antijamur adalah fraksi metanol.
fraksi metanol memiliki kesamaan Selanjutnya, dibuat variasi konsentrasi dari
kandungan yaitu mengandung senyawa fraksi metanol yaitu 2000, 1000, 500, 250, 125,
alkaloid, steroid dan polifenol. Namun, fraksi 100, 75 dan 50 ppm. Uji dilakukan dengan
metanol memiliki aktifitas yang lebih baik metode difusi agar dengan cara yang sama
karena fraksi metanol juga memiliki seperti pada penentuan aktivitas antijamur. Dan
kandungan saponin yang tidak terdapat didapatkan hasil seperti pada Gambar 2.
pada ekstrak kasar. Menurut Gunawan
(2007) menyatakan bahwa senyawa
metabolit sekunder berguna sebagai
antimikroba khususnya senyawa
triterpenoid, steroid dan saponin. Steroid Keterangan:a : konsentrasi 2000 ppm f : kontrol positif
adalah golongan senyawa triterpenoid yang b : konsentrasi 1000 ppm g : kontrol negatif
kerangka dasarnya cincin siklopentana c : konsentrasi 500 ppm h : konsentrasi 100 ppm
d : konsentrasi 250 ppm i : konsentrasi 75 ppm
perhidrofenantren. Sedangkan saponin e : konsentrasi 125 ppm j : konsentrasi 50 ppm
merupakan Saponin merupakan golongan Gambar 2. Hasil KHM Fraksi Metanol Ekstrak
triterpenoid yang mempunyai kerangka Daun Saga Pohon
karbon berdasarkan isoprena.saponin dapat
menghambat jamur dengan cara

24
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 20-26 ISSN 2303-1077

Zona bening yang terbentuk dari masing-


masing konsentrasi kemudian diukur zona
beningnya dengan menggunakan jangka
sorong seperti saat mengukur zona bening
pada uji aktivitas antijamur. Respon
hambatan pertumbuhan dari mikroba dapat Gambar 3. Uji Kadar Bunuh Minimum (KBM)
dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dari fraksi metanol
maka zona bening yang terbentuk dari KHM
dapat dikelompokkan dan dilihat pada Tabel Berdasarkan hasil uji kadar bunuh
5. minimum (KBM) tersebut maka dapat
ditentukan sifat aktivitas antijamur dari masing –
Tabel 4. Klasifikasi Respon Hambatan masing konsentrasi termasuk kedalam
Pertumbuhan Mikroba fungistatik atau fungisidal. Hasil tersebut dapat
(Greenwood, 1995) dilihat pada Tabel 6.
Respon Hambatan
Diameter Zona Tabel 6. Penggolongan Sifat Fungistatik dan
Pertumbuhan
Bening (mm)
Mikroba Fungisidal dari Masing – Masing
>20 Kuat Konsentrasi pada Fraksi Metanol
16 – 20 Sedang
10 – 15 Lemah
<10 Kurang Efektif Pertumbuha
Konsentrasi Penggolongan
Jamur C.
(ppm) Sifat Antijamur
albicans

Tabel 5. Pengelompokkan Respon 2000 Tumbuh Fungistatik


Hambatan Pertumbuhan 1000 Tumbuh Fungistatik
Mikroba pada Fraksi Metanol 500 Tumbuh Fungistatik
250 Tumbuh Fungistatik
Daun Saga Pohon 125 Tumbuh Fungistatik
Respon Hambatan 100 Tumbuh Fungistatik
Konsentrasi Diameter Zona
Pertumbuahan
(ppm) Bening (mm) 75 Tumbuh Fungistatik
Mikroba
50 Tumbuh Fungistatik
2000 16, 725 Sedang
1000 15, 450 Lemah
500 14,700 Lemah Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa
250 14, 687 Lemah semua konsentrasi dari fraksi metanol memiliki
125 14, 212 Lemah
sifat fungistatik yaitu kemampuan untuk
100 0 Tidak menghambat
menghambat pertumbuhan jamur. Hal tersebut
75 0 Tidak menghambat
50 0 Tidak menghambat
dapat dihubungkan dengan respon hambatan
dari masing – masing konsentrasi yang
Data yang terdapat pada tabel 5 tegolong kedalam respon lemah hingga sedang
menunjukkan bahwa variasi konsentrasi sehingga jamur uji yang terdapat pada zona
dari fraksi metanol yang dapat menghambat bening hanya dapat dapat dihambat dan tidak
pertumbuhan jamur adalah pada apat dibunuh. Kemampuan antijamur
konsentrasi 2000, 1000, 500, 250, dan 125 merupakan indikator yang sangat penting dalam
ppm. Sedangkan pada variasi konsentrasi kaitannya dengan aktivitas biologi. Kemampuan
dibawah 100 ppm tidak dapat menghambat antijamur memberikan arah yang penting
pertumbuhan jamur. terhadap adanya metabolit secara farmakologi
Berdasarkan hasil tersebut maka kadar dan antimikroba.
hambat minimum (KHM) dari fraksi metanol
berada pada konsentrasi 125 ppm. KESIMPULAN
Selanjutnya dilakukan uji One Way ANOVA Berdasarkan hasil penelitian yang telah
yang menunjukkan perbedaan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
signifikan antara zona benig dari masing – 1. Golongan senyawa yang terdapat pada
masing konsentrasi yang terbentuk. Setelah ekstrak daun saga pohon (Adenanthera
itu dilakukan uji kadar bunuh minimum Pavonina L.) adalah alkaloid , steroid,
(KBM) dari ekstrak uji. Hasil uji KBM dapat saponin, dan polifenol.
dilihat pada Gambar 3.

25
JKK, Tahun 2016, Vol 5(2), halaman 20-26 ISSN 2303-1077

2. Fraksi yang dapat menghambat Institut Pertanian Bogor, Bogor, [Skripsi].


pertumbuhan jamur C. albicans adalah Jawetz, Melnick, Adelberg, 2005, Mikrobiologi
ekstrak kasar dan fraksi metanol. Pada medis, Edisi 23, Alih Bahasa: Huriwati
konsentrasi 2000 ppm diameter zona Hartanto, Penerbit Buku Kedokteran
bening pada ekstrak kasar dan fraksi ECG, Jakarta.
metanol berturut – turut adalah 6,413 Jawetz, E., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A.
mm dan 16,725 mm 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Alih
3. Hasil uji kadar hambat minimum pada Bahasa: Huriwati Hartanto, Penerbit
fraksi metanol menunjukkan bahwa fraksi Buku Kedokteran ECG, ,Jakarta.
metanol dapat menghambat hingga Juniarti, Osmeli, D., dan Yuhernita, 2009,
konsentrasi 125 ppm dan memiliki sifat Kandungan Senyawa Kimia, Uji
fungistatik. Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test)
dan Antioksidan (1,1-diphenyl-2-
DAFTAR PUSTAKA pikrilhydrazyl) dari Ekstrak Daun Saga
Darwis, D, 2000, Uji Kandungan Fitokimia (Abrus precatorius L.), Universitas
Metaboli Sekunder : Metode YARSI, Jakarta, [Skripsi].
Lapangan dan Laboratorium, Marselia, S., 2015, Penentuan Aktivitas
Workshop Pengembangan Sumber Antibakteri Ekstrak Daun Soma
Daya Manusia dalam Bidang Kimia (Ploiarium alternifolium Melch) terhadap
Organik Alam Hayati, Dirjen DIKTI Bakteri Propionibacterium acnes dan
DEPDIKNAS. Padang. Staphylococcus epidermidis, FMIPA
Firdaus, R., Arreneuz, S., dan Ardiningsih, Universitas Tanjungpura, Pontianak,
P., 2015, Aktivitas Antijamur Ekstrak [Skripsi].
Teripang Butoh Keling (Holothuria Nainggolan, M., 2011, Kandungan Kimia dan
leucospilota) dari Pulau Lemukutan Aktivasi Antioksidan Ekstrak dan Fraksi
Terhadap Candida albicans, FMIPA Daun Saga (Adenanthera Bicolor Moon),
Universitas Tanjungpura, Pontianak, Fakultas Famarsi, Universitas Sumatra
[Skripsi]. Utara, [Prosiding].
Greenwood, 1995, Antibiotics, Susceptibility Nugraha, A.Y.W., dan Seta, F.T., 2009,
(Sensitivity) Test Antimicrobial And Pembuatan Susu dari Biji Buah Saga
Chemoterapy, Mc. Graw Hill (Adenanthera Pavonina) sebagai
Company, USA. Alternatif Pengganti Nutrisi Protein Susu
Gunawan, I., 2007, Penapisan Awal Sapi dan Susu Kedelai, Universitas
Ekstraksi Senyawa Bioaktif sebagai Diponogoro, Semarang, [Makalah
Antibakteri serta Uji Toksisitas dan Penelitian].
Uji Minimum Inhibitory Concentration Nurdiansyah dan A. Redha, 2011, Efek Lama
(MIC) dari Karang Lunak Asal Maserasi Bubuk Kopra Terhadap
Perairan Pulau Panggang, Rendemen, Densitas, dan Bilangan
Kepulauan Seribu, F. Perikanan dan Asam Biodiesel yang Dihasilkan dengan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Metode Transesterifikasi In Situ, Jurnal
Bogor, [Skripsi]. Belian Vol. 10 No. 2 Sep. 2011: 218 –
Harborne J.B., 1987, Metode Fitokimia: 224.
Penuntun Cara Modern Sudjadi, 1986, Metode Pemisahan, UGM Press,
Menganalisis Tumbuhan, Edisis ke- Yogyakarta.
2, Penerjemah: Kosasih Suita, E., 2013, Seri Teknologi Pembenihan
Padmawinata dan Iwang Soediro, Tanaman Hutan Saga Pohon
ITB, Bandung. (Adenanthera Pavonina L.), Balai
Hardiningtyas, S.D., 2009, Aktivitas Teknologi Pembenihan Tanaman Hutan,
Antibakteri Ekstrak Karang Lunak Bogor.
Sarcophyton sp. yang Difragmentasi Verpoorte, R and A.W. Alfermann, 2000,
dan Tidak Difragmentasi di Perairan Metabolic engineering of plant
Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, secondary metabolism, Springer,
Finlandia.

26

Anda mungkin juga menyukai