Anda di halaman 1dari 2

Kisah Umar bin Khattab dalam menghadapi musibah wabah Tho’un Amawas

Bermula di Amawas, Kota sebelah barat Yerusalem Palestina, maka wabah ini
dinamakan amawas, banyak masyarakat, tokoh sipil dan militer yang meninggal akibat
wabah ini. Wabah menjalar hingga suriah dan irak, siapapun yang tertular tidak akan lama
meninggal dunia.
Dikisahkan Sayyidina Umar bin Khattab dan rombongan akan mengadakan
kunjungan ke negeri Syam, sesampai di Syaraq pemimpin pasukan datang menyambutnya
yaitu Abu Ubaidah bin Jarrah dan pemimpin lainnya, mereka mengabarkan bahwa wabah
sedang menjangkit negeri Syam. Mendengar berita ini Umar bin Khattab mengadakan
musyawarah dengan kaum muhajirin, kaum anshar dan pimpinan quraisy yang telah hijrah
sebelum penaklukan makkah, ketika bermusyawarah dengan kaum muhajirin dan kaum
anshar ada perbedaan pendapat, ada yang tetap ingin melanjutkan ke Syam dan ada yang
memilih untuk kembali pulang, ketika bermusyawarah dengan pimpinan Quraisy yang telah
hijrah, mereka semua sepakat untuk tidak melanjutkan perjalanan.
Setelah selesai sholat subuh Umar bin Khattab mengumumkan kepada rombongan
bahwa kunjungan ke Syam dibatalkan, keputusan itu didebat oleh Abu Ubaidah bin Jarrah.
“wahai Umar kita akan lari dari takdir Allah” kata Abu Ubaidah
“Ya” lari dari takdir Allah menuju takdir Allah juga” jawab Umar bin Khattab,“
Umar kemudian memberi penjelasan dengan analogi menggembalakan unta di tempat yang
tandus dan subur.
“bagaimana pendapatmu, seandainya engkau memiliki seekor unta lalu engkau turun ke
lembah yang mempunyai dua sisi, yang satu subur dan yang lain tandus?
Bukankan jika engkau menggembalakan di tempat yang subur, engkau menggembala dengan
takdir Allah dan jika engkau menggembala di tempat yang tandus juga dengan takdir Allah?
Tanya Umar kepada Abu Ubaidah
Bukan kan jika engkau menggembalakan unta ditempat yang tandus dengan meninggalkan
tempat yang subur berarti engkau telah membuatnya lemah?

Kemudian datanglah Abdurahman bin Auf dan menyampaikan hadis Rosulullah SAW
mengenai hal ini “Apabila engkau mendengar wabah terjangkit disuatu negeri. Janganlah
kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu terjangkit di negeri tempat kamu berada,
maka janganlah keluar dari negeri itu, karena hendak melarikan diri.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Sesampainya kembali di Madinah, Umar bin Khattab memikirkan masyarakat Syam
dan Abu Ubaidah, beliau mengirimkan surat ke Abu Ubaidah agar menemui Umar bin
Khattab di Madinah, niat ini tak lain untuk menyelamatkan Abu Ubaidah dari wabah yang
melanda, namun Abu Ubaidah tetap pada pendiriannya mendampingi kaum muslimin di
Syam. Kemuditan Umar bin Khattab mengirim surat lagi yang isinya agar memimpin rakyat
Syam untuk pindah ke tempat yang tandus dan lebih tinggi, namun isntruksi tersebut belum
dilaksanakan, Abu Ubaidah meninggal dunia karena wabah itu. Muaz bin Jabal pun
menggantikan Abu Ubaidah, namun meninggal dunia juga karena wabah telah
menjangkitnya. Akhirnya instruksi Umar bin Khattab dilaksanakan oleh Amr bin Ash, beliau
berseru kepada orang banyak “wahai manusia, sesungguhnya penyakit ini apabila menimpa
maka ia akan bekerja bagaikan bara api, maka bentengilah dari penyakit ini dengan berlari
ke gunung-gunung.” (diriwayatkan Imam Ibn Hajar Al-Asqalani)
Masyarakatpun mengikuti anjuran ini dan bertahan di dataran tinggi hingga wabah ini mereda
dan akhirnya hilang.
Dari Abu Hurairah Nabi SAW bersabda “Janganlah yang sakit dicampurbaurkan dengan
yang sehat.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Dari kisah diatas dapat di ambil hikmah bahwasanya takdir Allah berlaku bagi
siapapun dengan pilihannya masing-masing, tetapi manusia wajib ber ikhtiar agar terhindar
dari musibah berupa wabah yang melanda, dengan cara tidak masuk ke daerah yang sedang
terjangkit wabah.

Anda mungkin juga menyukai