Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pengertian Infertilitas.............................................................................................................5
B. Penekanan penatalaksanaan pasangan infertil....................................................................5
C. Pemeriksaan pasangan mandul.............................................................................................5
D. Faktor infertilitas pada suami-istri.......................................................................................5
E. Pemeriksaan Dalam................................................................................................................8
F. Pemeriksaan Terhadap Ovulasi.............................................................................................8
G. Pemeriksaan untuk membuktikan ovulasi............................................................................8
H. Pemeriksaan terhadap saluran telur.....................................................................................8
I. Pemeriksaan khusus...............................................................................................................9
J. Penatalaksanaan pasangan mandul....................................................................................10
BAB III...............................................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................................12
A. Kesimpulan............................................................................................................................12
B. Saran......................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat-Nya makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu dan berjalan dengan baik.  Makalah  ini berupa pengumpulan data
dan referensi sehingga dapa tterkumpul dan tersusun dengan baik dan bermakna.

Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua,


serta teman-teman yang atas dukungannya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
lancar dan tepat waktu. 

Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat sangat bermanfaat bagi para pembaca,
terutama bagi mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta sehingga dapat mengerti
dan memahami tentang Asuhan, Pengkajian, dan Penatalaksanaan Infertilitas.

Senin, 26 Agustus 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infertilitas atau kemandulan merupakan salah satu masalah kesehatan
reproduksi yang sering berkembang menjadi masalah sosial karena pihak istri selalu
dianggap sebagai penyebabnya. Akibatnya wanita sering terpojok dan mengalami
kekerasan, terabaikan kesehatannya, serta diberi label sebagai wanita mandul sebagai
masalah hidupnya (Aprillia, 2010).
Infertilitas disebut juga subfertilitas dan dapat didefinisikan sebagai ketidak
mampuan pasangan untuk mengandung secara spontan. Lama waktu pasangan untuk
mencoba mendapat kehamilan sangat penting, dan biasanya dianggap sebagai masalah
jika mereka belum mendapat kehamilan setelah mereka melakukan hubungan seksual,
tanpa pelindung selama satu tahun (Brooker, 2008). Infertilitas primer adalah keadaan
di mana seorang istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan
kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan (Prawirohardjo, 1999).
Banyak faktor yang menyebabkan pasutri sulit untuk hamil setelah kehidupan
seksual normal yang cukup lama. Banyak pasutri yang memilih bercerai karena salah
satu dari mereka tidak dapat memberi keturunan. Ancaman terjadinya perceraian ini
mencapai 43% dari masalah dalam sebuah pernikahan yang ada. Mereka beranggapan
bahwa peran mereka sebagai orang tua tidak sempurna tanpa kehadiran seorang anak
dalam kehidupan perkawinannya. Pada umumnya faktor-faktor organik Universitas
Sumatera Utara atau fisiologik yang menjadi sebab. Akan tetapi, sekarang telah
menjadi pendapat umum bahwa ketidakseimbangan jiwa dan ketakutan yang
berlebihan (emotional stress) dapat pula menurunkan kesuburan wanita
(Prawirohardjo, 2005)
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja, seperti
dikemukakan bahwa suami sebaiknya diperiksa lebih dahulu dan dinyatakan sehat
jasmani dan rohani, karena kehamilan dapat terjadi apabila suami benar-benar sehat
dan kemampuan menunaikan tugas dengan baik, suami menyumbang 40% dari angka
kejadian infertil, sedangkan sisanya ada pada istri. Pada wanita dikemukakan
beberapa sebab infertilitas idiopatik, artinya semua keadaan fisik dan reproduksinya
baik tetapi pasangan tersebut belum dapat hamil (Manuaba, 1999). Pendidikan agama
yang terlampau kolot, yang menganggap segala yang berhubungan dengan seks itu
tabu dan prifasi sehingga tidak layak untuk dibicarakan (Prawirohardjo, 2005).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Infertilitas ?
2. Bagaimana penekanan pelatalaksanaan pasangan infertil ?
3. Apa faktor penyebab infertilitas pada suami maupun istri ?
4. Bagaimanakah metode pemeriksaan terhadap pasangan infertil ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada pasangan infertil ?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan
Reproduksi, dan juga sebagai bahan belajar bagi masyarakat khususnya
mahasiswa Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta tentang Infertilitas.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu Infertilitas.
2. Untuk mengetahui dan memahami penekanan penatalaksanaan pasangan
infertil.
3. Untuk mengetahui dan memahami factor penyebab infertilitas suami – istri.
4. Untuk mengetahui dan memahami metode pemeriksaan pasangan infertile.
5. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada pasangan infertil,
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Infertilitas

Pasangan mandul (infertil) adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta
telah berhubungan seks selama satu tahun tetapi belum terjadi kehamilan. Menurut
statistik kehamilan terjadi sekitar 80% pada tahun pertama, 75% pada tahun kedua, 50 –
60 % pada tahun ketiga, pada tahun keempat turun menjadi sekitar 40 – 50 % sedangkan
pada tahun kelima lebih kecil, antara 25 – 30 %.

B. Penekanan Penatalaksanaan Pasangan Infertil

1. Pasangan suami-istri harus dipandang sebagai satu kesatuan biologis.


2. Kekurangan slaah satu dari mereka akan dapat diatasi oleh yang lainnya sehingga
kehamilan dapat berlangsung
3. Pemeriksaan terhadap penyebabnya harus diketahui, diselesaikan selama tiga siklus
(tiga bulan)
4. Pasangan infertil sebaiknya dapat mengikuti pemeriksaan yang telah dijadwalkan
5. Pemeriksaan terhadap suami meliputi pemeriksaan fisik umum, fisik khusus, dan
pemeriksaan analisis sperma

C. Faktor Penyebab Infertilitas pada Suami – Istri

Faktor suami sebagai penyebab infertilitas mencakup beberapa faktor sebagai berikut.

Faktor kelainan alat kelamin:

a. Hipospadia (muara saluran kemih terletak di permukaan bawah zakar)

Standar analisis air mani (semen)*

Parameter Nilai rata-rata


Konsistensin (kekentalan) Cair (setelah pengenceran)
Warna Buram
Waktu pengenceran Lebih dari sama dengan 20 menit
pH 7,2-7,8
Volume 2-6 mL
Motilitas/gerakan (rentang 0-4) Lebih kecil sama dengan 50%
Jumlah (juta/mL) 20-100
Viabilitas (eosin) Lebih kecil sama dengan 50%
Morfologi (sitologi) tipe sel Lebih besar sama dengan 60% oval
normal
Sel-sel (sel darah putih, lain-lain) Tidak ada sampai kadang-kadang
Aglutinasi (penggumpalan) Tidak ada
Pemeriksaan biokimia Bila diinginkan
(mis. Fruktosa, prostaglandin, zink)

*Diambil dari: Scott, Jamer R.et al.Danforth’ Handbook of Obstetric and Gynecology.
Lippincon Raven, 1996.

b. Ejakulasi retrogad (ketika ejakulasi air mani masuk ke dalam kandung kemih)

c. Terdapat verikokel (pelebaran pembuluh darah tali mani)

c. Buah zakar mengecil (atrofi)

d. Buah zakar yang tidak turun

Faktor fungsional:

a. Kemampuan ereksi kurang


b. Kelainan pada pembentukan spermatozoa
c. Gangguan pada sperma dan spermatozoa

Oleh karena itu, suami sebaiknya menjalani pemeriksaan dan pengobatannya secara
tuntas dengan melakukan konsultasi pada ahli ginjal dan perkemihan (urolog), konsultasi
pada ahli andrologi (ahli fungsi alat kelamin pria), pemeriksaan khusus pada testis buah
zakar (kalau perlu), dan pemeriksaan hormonal. Salah satu penyakit anak-anak yang
dianggap enteng adalah parotitis epidernika (gondongan atau pembengkakan kelenjar alir
liur) yang disebabkan oleh virus yang dapat menyerang buah zakar sehingga tidak mampu
membentuk sprematozoa. Bila air mani atau spermatozoa normal, dilanjutkan dengan
pemeriksaan pada istri. Sering dalam praktik sehari-hari timbul keenganan suami
mengikuti nasehat dokter urologi untuk menjalani operasi, karena merasa mampu
melakukan hubungan seksual, tetapi masalah sebenarnya adalah jumlah dan kualotas
sprematozoanya rendah. Operasi varikokel dapat menyelesaikan masalah kelaiann pada
sprematozoa.

Infertilitas pada istri sekitar 60-70% yang disebabkan oleh subfaktor sebagai berikut.
Subfaktor anatomis (kelainan alat kelamin) :

a. Liang senggama (vagina) 5%


b. Mulut rahim (serviks) 5%
c. Rahim sendiri 5%
d. Saluran telur (tuba fallopi) 50-65%
e. Indung telur 10-15%
f. Faktor lapisan dalam abdomen (peritoneum) 5%

Subfaktor fungsional :

Kelainan hormonal berupa gangguan sistem hormonal wanita dan dapat disertai
kelaiann bawaan, gangguan pada pelepasan telur (ovulasi), gangguan pada korpus luteum
(defisiensi korpus luteum), atau gangguan implantasi hasil konsepsi dalam rahim.

Jika kemungkinan penyebab pasangan infertil pada wanita, rancangan pemeriksaan


yang dilakukan adalah sebagai berikut

D. Pemeriksaan Pasangan Infertil

Langkah pemeriksaan pasangan infertil dirancang dengan urutan seperti di bawah ini :
a. Anamnesis
Pada pengumpulan data dengan anamnesis (tanya jawab) akan diketahui tentang
keharmonisan hubungan keluarga, lamanya kawin, hubungan seksual yang dilakukan
(frekuensi dalam seminggu, tingkat kepuasan yang dicapai, teknik hubungan seksual).
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umum untuk pasangan infertil meliputi pemeriksaan tekanan
darah, nadi, suhu tubuh, dan pernapasan. Juga dilakukan foto toraks pada kedua pihak.
c. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin (darah, urine lengkap, fungsi
hepar dan ginjal, gula darah). Pemeriksaan laboratorium khusus terhadap suami
meliputi pemeriksaan dan analisis sperma. Untuk pemeriksaan ini diperlukan syarat
yaitu tidsk boleh berhubungan seks selama 3-5 hari, ditampung dalam gelas, modifikasi
dengan bersenggama memakai kondom yang telah dicuci bersih, dan bahan yang
ditampung harus mencapai laboratorium dalam waktu ½ sampai 1 jam, pemeriksaan
setelah ejakulasi dalam waktu 2 jam di laboratorium. Jumlah spermatozoa diharapkan
minimal 20 juta/ml. Pemeriksaan sperma untuk mengetahui jumlah, volume, viskositas,
bau, rupanya, fruktosa, kemampuan menggumpal dan mencair kembali. Pemeriksaan
yang masih perlu dilakukan diantaranya uji kontak sperma, uji pasca-sanggama. Bila
jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa mengalami gangguan maka konsultasi
suami dilakukan pada ahli urologi (ginjal dan perkemihan). Bila kemampuan
melakukan tugasnya mengalami gangguan dapat berkonsultasi dengan ahli andrologi.
Penyakit varikokel pada suami, sering menyebabkan gangguan spermatozoa
sehingga perlu pembedahan operasi. Perlu diingat bahwa buah zakar terletak di luar
tubuh, oleh karena itu spermatozoa tidak tahan panas dan tidak tahan telalu dingin.
Kulit buah zakar mengatur suhu pada buah zakar sehingga relatif tetap, dengan
demikian hidup spermatozoa stabil. Varikokel adalah keadaan pembuluh darah menuju
buah zakar terlalu besar, sehingga jumlah dan kemmpuan gerak spermatozoa berkurang
yang berarti, mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan. Sebelum
melanjutkan pemeriksaan terhadap istri, faktor suami yang menyebabkan infertilitas
(sekitar 40%) harus diobati terlebih dahulu.
E. Pemeriksaan Dalam

Dengan pemeriksaan dalamn diperoleh gambaran umum tentang alat kelamin wanita
yakni liang senggama, kelainan mulut rahim (serviks uteri), kelainan pada rahim,
kemungkinan kelainan pada saluran telur (tuba fallopi) atau indung telur (ovarium).
Sedangkan dengan pemeriksaan sonde (memasukkan alat duga pada rahim) dapat
diketahui dalamnya rahim dan kedudukan serta arah rahim, kelaiann fungsi alat kelamin
secara kasar, adanya perlekatan dengan organ sekitarnya, (tumor terutama pada indung
telur) atau arah mulut rahim.

F. Pemeriksaan Terhadap Ovulasi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk membuktikan ovulasi (pelepasan telur). Tindakan ini
dilakukan dengan anggapan bahwa pada pemeriksaan dalam tidak dijumpai kelaianan alat
kelamin wanita. Untuk membuktikan terjadi ovulasi (pelepasan telur), dilakukan
pemeriksaan suhu basal badan. Progesteron yang dikeluarkan oleh korpus luteum dapat
meningkatkan suhu basal badan, yang diukur segera setelah bangun tidur. Kapan
sebenarnya terjadi ovulasi, apakah saat suhu basal badan rendah atau meningkat, masih
belum jelas. Dengan terjadinya pelepasan telur (ovulasi) suhu basal badan menjadi bifasik.
Waktu perubahan tersebut dianggap terjadi ovulasi, sehingga ahrus dimanfaatkan untuk
melakukan hubungan seksual dengan kemungkinan hamil yang lebih besar. Rasa nyeri
saat pertengahan siklus mentruasi karena ovulasi disebut “mittle sehmer”. Uji lendir
serviks dan sitologi vagina dilakuakn untuk mempelajari pengaruh hormon estrogen dan
progesteron pada lendir serviks dan sel vagina. Lendir serviks menjelang ovuilasi lebih
jernih, daya membenang bertambah, kondisi ini memberi kesempatan spermatozoa untuk
“menyerbu” masuk ke dalam rahim dan selanjutnya menuju saluran telur (tuba).
Perubahan lendir serviks dan sitologi vagina, secara langsung dapat diketahuin apakah
telah terjadi ovulasi (pelepasan telur). Bila terjadi konsepsi (pertemuan antara ovum dan
spermatozoa), zigot

G. Pemeriksaan untuk Membuktikan Ovulasi


a. Pemeriksaan suhu basal
b. Uji lendir leher rahim (serviks) dan sitologi vagina
c. Biopsi lapisan dalam rahim

Menjadi “desidua” yang lebih gembur dan siap menerima nidasi (implementasi yaitu
tertanamnya hasil konsepsi dalam rahim.

H. Pemeriksaan Terhadap Saluran Telur

Saluran telur (tuba faloppi) mempunyai fungsi yang sngat vital dalam proses
kehamilan yaitu terdapat saluran spermatozoa dan ovum, tempat terjadinya konsepsi
(pertemuan sel telur dan spermatozoa), tempat tumbuh dan berkembangnya hasil konsepsi,
tempat saluran hasil konsepsi menuju rahim, untuk dapat bernidasi (menanamkan diri).
Saluran telur mempunyai ukuran sangat kecil sehingga sedikit saja terjadi gangguan
karena infeksi atau desakan pertumbuhan keadaan patologis, dapat menghalangi
fungsinya. Gangguan fungsi saluran telur menyebabkan infertilitas, gangguan perjalanan
hasil konsepsi menimbulkan kehamilan diluar kandungan (ektopik) utuh atau terganggu
(pecah). Pemeriksaan untuk menentukan potensi tuba dilakukan dengan paturbasi yaitu
pemeriksaan dengan memasukkan gas CO2 ke dalam mulut rahim, rahim, dan slanjutnya
kesaluran tuba. Melalui alat ukur tertentu dapat diperkirakan keberadaan saluran tuba
tanpa tersumbat, tersumbat sebagian atau terseumbat total. Cara lain adalah hidrotubasi,
dengan memasukkan cairan kombinasi antibiotiak, preparat kortison, dan aqua steril dalam
jumlah 15-20 cc melalui mulut rahim,menuju rahim, dan selanjutnya tuba fallopii.

Gangguan saluran tuba dapat ditandai dengan keluarnya cairan tersebut kembali ke
liang senggama. Dan pemeriksaan histerosalpingografi, adalah pemeriksaan dengan
memasukkan bahan kontras ke dalam mulut rahim dan selanjutnya ke saluran tuba dan
diikuti dengan foto ronsen. Melalui seri foto ini dapat dibuktikan dengan jelas tentang
kelainan yang terdapat pada mulut rahim (apakah terdapat penyimpanan bentuk normal,
terdapat polip, atau mioma uteri), kelainan pada saluran telur (terjadi penyempitan,
kebuntuan, kelainan anatomis [hidrosalping, pimosis,dsb]) kebocoran kontras
menunjukkan saluran selanjutnya potensi yang baik.

I. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk dapat menetapkan kelaianan pada pasangan
infertil meliputi hal berikut :

a. Hiteroskopi
Pemeriksaan hiteri=oskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik ke
dalam rahim untuk mendapatkan keterangan tentang mulut saluran telur dalam rahim
(normal, edema, tersumbat oleh kelainan dalam rahim), lapisan dalam rahim (situasi
umum lapisan dalam rahim karena pengaruh hormon, polip atau mioma dalam rahim),
dan keterangan lain yang diperlukan.
b. Laparaskopi
Pemeriksaan laparaskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik kedalam
ruang abdomen (perut) untuk mendapatkan keterangan tentang keadaan indung telur
yang meliputi ukuran dan situasi permukaannnya, adanya Graaf folikel, korpus luteum
atau korpus albikantes, abnormalitas bentuk keadaan tuba fallopii (yang meliputi,
kelainan anatomi atau terdapat perlekatan); keadaan peritonium rahim, dan sekitarnya
(kemungkinan endometritis dan bekas infeksi). Pengambilan cairan pada peritoneum
untuk pemeriksaan sitologi pewarnaan dan pembiakan.
c. Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sangat penting pada pasangan infertil terutama
ultrasonografi vaginal yang betujuan mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang
anatomi alat kelamin bagian dalam, mengikuti tumbh kembang folikel Graaf yang
matang sebagai penuntun aspirasi (pengambilan) telur (ovum) pada folikel Graaf untuk
pembiakan bayi tabung. Ultrasonografi vaginal dilakukan pada sekitar waktu ovulasi
dan didahului dengan pemberian pengobatan dengan klimofen sitrat atau obat
perangsang indung telur lainnya.
d. Uji pasca senggama
Pemeriksaan uji pasca-senggama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan tembus
spermatozoa dalam lendir serviks. Pasangan dianjurkan melakukan hubungan seks
dirumah dan setelah dua jam datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Lendir serviks
diambil dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan jumlah spermatozoa yang dijumpai
dalam lendir tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu
hari ke 12, 13, dan 14, dengan perhitungan menstruasi hari pertama dianggap ke – 1.
Namun hasilnya masih belum mendapat kesepakatan ahli.
e. Pemeriksaan hormonal
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat dipastikan penyebab
infertilitas, dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengtetahui hubungan aksis
hipotalamus, hipofise, dan ovarium. Hormon yang diperiksa adalah gonadotropin
(folicle stimulation hormone [FSH], hormon luteinisasi [LH] dan hormon estrogen,
progesteron dan prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini dapat menetapkan kemungkinan
infertilitas dari kegagalannya melepaskan telur (ovulasi). Aemua pemeriksaan haru
sselesai dalam waktu tiga siklus menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat
dilakukan. Oleh karena itu pasangan infertilitas diharapkan mengikuti rancangan
pemeriksaan sehingga kepastian penyebabnya dpat ditegakkan sebagi titik awal
pengobatan selanjutnya.

J. Penatalaksanaan Pasangan Infertil


Suami sebaiknya diperiksa terlebih dahulu dan dinyatakan sehat rohani dan jasmani.
Penyebab infertilitas pada suami sekitar 40% sedangkan sisanya ada pada istri. Penyebab
infertilitas yaitu pasangan infertil idiopatik artinya keduanya baik, tetapi belum juga
terjadi kehamilan, faktor alergi yang menybabkan ketidakmampuan pasangan, menjadi
hamil. Faktor lain adalah faktor hormonal yang meliputi gangguan pelepasan telur
(ovulasi), gangguan kesuburan lapisan dalam rahim yang menyebabkan kurang mampu
menerima nidasi, defisiensi fase luteal, atau hormon prolaktin yang terlalu tinggi sehingga
menghalangi proses ovulasi. Sedangkan kelainan faktor tuba yang terbanyak adalah karena
kebuntuan tuba dan terjadi keadaan patologis (abnormal) seperti hidrosalping, fimosis
ujung tuba, dan tuba telalu panjang. Sebagian sbesar faktor tuba dosebabkan kerusakan
tuba.

Setelah mengtahui faktor penyebab pasangan infertil pada pihak wanita dapat
dilakukan pengobatan berdasarkan penyebabnya.

a. Penyebab ideopatik
Sulit dipecahkan dengan memuaskan karena masalah alergi yang komples. Sebagi bukti
sering pasangan berpisah dan masing – masing menikah dengan pasnagan baru,
ternyata memperoleh kehailan. Dalam situasi ini keyakinan terhadap kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa, sangat terasa sehingga ada baiknya selain berobat disertai dengan doa
yang tulus dengan permohonan agar diberikan kesempatan untuk memelihara bayi.
b. Penyebab gangguan hormon
Pengobatan gangguan hormonal bervariasi bergantungan pada letak gangguan
hormonnya. Bila gangguan pada proses ovulasi maka pengobatannya dengan induksi
ovulasi atau klinofen sitrat atau lainnya. Faktor tingginya prolaktin diobati dengan
bromokriptin atau parlodel. Gangguan atau kurangnya progesteron dapat diobati
dengan menambah progesteron atau sejenisnya.

c. Kelainan pada tuba


Kelainan tuba kareba infeksi sehingga menimbulkan gangguan fungsi dapat diatasi
dengan bedah rekonstruksi tuba. Kegagalan fungsi tuba dapat diatasi dengan rekayasa
canggih assisted fertilization invitro (bayi tabung).
Bayi tabung pertama didunia lahir di inggris (1978) dan bayi tabung di Indonesia lahir
di Jakarta dan kembar tiga (1998). Kini pusat pelayanan dan penelitian bayi tabung di
Indonesia terdapat di Jakarta (RS Harapan Kita, RS Cokroaminoto dan Surabaya RSUD
dr. Soetomo). Biaya untuk pelayanan hanya pasangan yang mampu saja dapat
melaksanakannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pasangan mandul (infertil) adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis
serta telah berhubungan seks selama satu tahun tetapi belum terjadi
kehamilan.Infertilitas disebabkan oleh abnormalitas anatomi atau fisiologi sistem
reproduksi wanita maupun pada sistem reproduksi pria  yang dipengaruhi oleh 
banyak  faktor,  contohnya  karena  kebiasaan hidup yang kurang sehat, faktor
lingkungan, dan faktor bawaan dari lahir. Infertilitas dapat dicegah dengan cara
menerapkan hidup sehat seperti tidak merokok, tidak  mengonsumsi  minuman 
beralkohol,  dan  sebagainya.  Pengobatan  infertilitas  dapat diakukan  dengan  terapi 
obat  maupun operasi, sesuai dengan  jenis  kelainan  yang dimiliki oleh masing-
masing pasangan suami istri. Apabila penyebab infertilitas tersebut tidak dapat
disembuhkan, maka dapat menanganinya dengan mengikuti program bantuan dari
teknologi kedokteran, seperti inseminasi buatan, FIV, dan sebagainya.

B. Saran
Demikian  yang  dapat  penyusun  paparkan  mengenai  materi  yang  menjadi 
pokok pembahasan  dalam  makalah  ini.  Tentunya  masih  banyak  kekurangan  dan 
kelemahannya, dikarenakan  terbatasnya  pengetahuan  dan  kurangnya  rujukan  atau 
referensi  yang  ada hubungannya  dengan  judul  makalah  ini.  Oleh  karena  itu, 
segala  kritik  dan  saran  yang bersifat membangun akan penyusun terima dengan
baik demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan
berikutnya.Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Ida Chandranita Manuaba, dkk. (2006). Kesehatan Reproduksi Wanita edisi 2. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

Baradero, M., dkk. (2006). Klien Gangguan Sistem Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC
Djuwantono,  T.,  dkk.  (2008).  Hanya  7  hari  Memahami  Infertilitas.  Bandung:  PT 

Refika Aditama Reeder, dkk. (2012). Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC Widyastuti, Y.,
dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai