Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN LITERASI INTERNET DAN HASIL BELAJAR


MATAPELAJARAN TIK MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY
LEARNING SISWA KELAS VII-A SMP SUNAN AMPEL PORONG
KABUPATEN SIDOARJO

Oleh :
MOCH. FARID KHOBIR
NIM : 183153672558

PROGRAM PENDIDIKAN GURU (PPG)


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Berdasarkan hasil survei ECAR Student Study – Mobil TIK di tahun 2010,
pencarian informasi dalam penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) yang dilakukan oleh siswa menempati posisi teratas. Posisi kedua ditempati
pada penggunaan TIK untuk mengakses jejaring sosial, disusul mengakses E-
Mail, Maps, akses musik, dan lainnya. Dengan akses terhadap informasi yang
dilakukan siswa, tentu saja proses pembelajaran TIK di abad 21 ini merupakan
suatu keharusan. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menjadi landasan
kehidupan di abad ke 21. Peran TIK menjadi sangat penting bagi guru dan siswa
dalam mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, menyebarkan data dan
informasi dalam rangka untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran.
Selain itu, untuk mewujudkan suasana pembelajaran dan proses pembelajaran
aktif, diharapkan siswa memanfaatkan berbagai sumber belajar agar potensi siswa
dapat dikembangkan secara maksimal untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Dalam rangka untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang mendukung potensi
siswa dalam pelaksanaan kurikulum, pembelajaran di sekolah perlu didukung
dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang dapat
mengekplorasi sumber belajar secara efektif dan efisien.
Perkembangan teknologi dan informasi telah membawa generasi sekarang
memasuki dunia literasi digital. Literasi digital sudah menjadi hal yang tidak asing
lagi, baik di bidang akademik maupun nonakademik. Salah satu aspek literasi
digital adalah literasi tentang pemanfaatan internet (Literasi Internet). Menurut
survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia
(APJJI) pada tahun 2016 ditemukan bahwa 132,7 juta penduduk Indonesia telah
terhubung ke internet dari total 256,2 juta penduduk Indonesia (Kompas, 2016).
Era digital yang berkembang saat ini diharapkan mampu memacu siswa
memanfaatkan literasi internet dalam bidang akademik. Keuntungan yang dapat
diambil dari era digital ini salah satunya ialah siswa dapat mengakses informasi
edukatif yang up to date. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan
media digital, seperti komputer, laptop, atau smartphone yang terhubung ke
jaringan internet yang dapat dengan mudah diakses oleh siswa.
Akan tetapi yang terjadi di SMP Sunan Ampel Porong Kabupaten Sidoarjo
dalam matapelajaran TIK berdasarkan hasil observasi pada siswa kelas VII-A
yang peneliti lakukan diketahui banyak siswa yang belum memiliki keterampilan
menggunakan akses internet sebagai sumber belajar. Dari jumlah siswa sebanyak
28 siswa hanya ada 5 siswa yang memiliki kemampuan dan keterampilan
menggunakan akses internet sebagai sumber belajar. Hal ini juga diperkuat
dengan banyaknya siswa yang nilai pengetahuannya di bawah kriteria ketuntasan
minimal (KKM) setelah diadakan penilaian ulangan harian dengan Kompetensi
Dasar (KD) pemanfaatan akses internet. Data menunjukan dari 28 siswa ada 8
siswa yang nilai ulangan hariannya mencapai KKM dan sisanya mendapat nilai
antara 50 s/d 60 padahal KKM matapelajaran TIK adalah 70.
Selain itu, pemilihan metode pembelajaran dirasa kurang dalam melibatkan
siswa secara aktif. Pada prosesnya, pembelajaran macam ini kurang membentuk
sikap antusias pada diri siswa. Hal ini menyebabkan kurangnya pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran TIK. Dengan kurangnya pemahaman peserta didik
terhadap materi pembelajaran menyebabkan hasil belajar peserta didik tidak
maksimal dan tidak mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu
diperlukan suatu strategi lain untuk meningkatkan literasi internat dan hasil
belajar siswa. Salah satu caranya dengan menerapkan model pembelajaran
Discovery Learning. Dengan model ini diharapkan dapat meningkatkan literasi
internet meliputi penggunaan search engine yang tepat, pembuatan akun email,
akses E-book dan lain sebagainya. Dengan penggunaan internet yang lebih
terampil diharapkan siswa lebih antusias dengan materi pelajaran TIK dan pada
akhirnya hasil belajar akan meningkat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan kondisi yang diuraikan ada beberapa masalah yang dapat


diidentifikasikan sebagai berikut :

(1) sebagian besar siswa kelas VII-A belum memiliki literasi yang baik dalam akses
internet (sebanyak 23 dari 28 siswa)
(2) siswa merasa kesulitan mencari informasi di internet secara efektif dan efisien

(3) hasil belajar masih belum optimal (20 dari 28 siswa yang belum KKM), dan

(4) guru cenderung belum menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan


saintifik.

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka


penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Peningkatan Literasi Internet Dan
Hasil Belajar Dalam MataPelajaran TIK Menggunakan Model Discovery
Learning Pada Siswa Kelas VII-A SMP Sunan Ampel Porong Kabupaten
Sidoarjo”.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana meningkatkan literasi internet dalam matapelajaran TIK
menggunakan model Discovery Learning pada siswa kelas VII-A SMP Sunan
Ampel Porong Kabupaten Sidoarjo?.
2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar dalam matapelajaran TIK menggunakan
model Discovery Learning pada siswa kelas VII-A SMP Sunan Ampel Porong
Kabupaten Sidoarjo?.

D. Pemecahan Masalah

Permasalahan tentang meningkatkan literasi internet dan hasil belajar siswa


dalam matapelajaran TIK akan dipecahkan dengan serangkaian pembelajaran
reflektif yang dikemas dalam suatu kegiatan penelitian tindakan kelas.
Dipilihnya penggunaan model pembelajaran Discovery Learning ini karena
model pembelajaran ini akan membuat siswa termotivasi untuk belajar sendiri
melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru
mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen
dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep
bagi diri mereka sendiri. Oleh karena itu diharapkan kemampuan guru secara
professional dalam merancang strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan
materi yang diajarkan sehigga siswa lebih memahami dan meningkatkan
kemampuannya dalam literasi internet positif.
Indikator keberhasilan penggunaan model pembelajaran Discovery Learning
sebagai solusi untuk meningkatkan literasi internet dan hasil belajar matapelajaran
TIK ditandai dengan :
1. Mayoritas siswa mampu dan terampil menggunakan akses internet sebagai
sumber belajar. Angka peningkatan ditargetkan mencapai 100 % (28 siswa)
2. Seluruh siswa mencapai KKM dalam nilai ulangan, UTS, dan UAS

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian sebagai
berikut :
1. Upaya Meningkatan literasi internet dalam matapelajaran TIK menggunakan
model Discovery Learning pada siswa kelas VII-A SMP Sunan Ampel Porong
Kabupaten Sidoarjo?.
2. Upaya meningkatan hasil belajar dalam matapelajaran TIK menggunakan
model Discovery Learning pada siswa kelas VII-A SMP Sunan Ampel Porong
Kabupaten Sidoarjo?.

F. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, rencana pemecahan masalah dan kajian teori,
maka hipotesis tindakan secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut adalah :
1. Jika model pembelajaran Discovery Learning diterapkan dalam matapelajaran
TIK pada siswa kelas VII-A SMP Sunan Ampel Porong Kabupaten Sidoarjo
maka akan meningkatkan literasi internet.
2. Jika model pembelajaran Discovery Learning diterapkan dalam matapelajaran
TIK pada siswa kelas VII-A SMP Sunan Ampel Porong Kabupaten Sidoarjo
maka akan meningkatkan hasil belajar.
G. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan oleh peneliti sebagai berikut :
1. Bagi penulis, PTK ini menambah wawasan dan pemahaman tentang penerapan
pembelajaran yang tepat yang dapat dijadikan bekal untuk menjadi guru yang
professional dan berkualitas serta berguna untuk menambah pengalaman dan
melatih keterampilan dalam melakukan penelitian
2. Bagi Guru, PTK ini diharapkan menambah alternatif dalam memilih dan
menggunakan model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa
3. Bagi Sekolah, PTK ini diharapkan memberi sumbangan yang baik dalam
penerapan model pembelajaran yang menyenangkan sehingga diharapkan
mampu meningkatkan kualitas siswa serta memberikan sumbangan pemikiran
dalam rangka pengembangan sistem pendidikan dan pengajaran di sekolah
sehingga mempengaruhi keberhasilan belajar siswa dan meningkatkan kualitas
sekolah

H. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah


Ruang lingkup dan batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model Discovery Learning
2. Aspek yang diamati adalah aktivitas siswa dan hasil belajar siswa
3. Penelitian ini memfokuskan pada kegiatan pembelajaran matapelajaran TIK
pada kompetensi dasar (KD) pemanfaatan internet
4. Peneliti mengambil subjek penelitian pada siswa kelas VII-A SMP Sunan
Ampel Porong Kabupaten Sidoarjo
5. Literasi internet yang dimaksud adalah penggunaan internet sebagai sumber
belajar

G. Definisi Operasional
1. Hasil belajar merupakan capaian nilai siswa yang diatas nilai KKM
2. Model Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang
mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang
belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri.
3. literasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis.
Literasi internet
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan puncak kita melakukan proses belajar mengajar,
sebab dengan hasil belajar maka guru dapat menyimpulkan berhasil tidaknya
pencapaian tujuan yang diinginkan oleh seorang guru.
Gane dalam Suwati (2010: 8) mengungkapkan hasil belajar dapat
dikategorikan menjadi lima yakni: keterampilan intelektual (intelectual skills),
informasi verbal (verbal information,), strategi kognetik (Cognetive strateges),
ketrampilan motorik (motor skills) dan sikap (attitudes).
Senada dengan hal tersebut Romiszowski dalam Uno, H.B (2007: 210)
mengemukakan bahwa asil belajar diktegorikan menjadi empat macam yakni:
keterampilan kognitif, keterampilan afektif, keterampilan psikomotor, dan
keterampilan interaktif.
Syaiful Bahri (2006:105) mengemukakan bahwa faktor–faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tujuan
Perumusan tujuan akan berpengaruh besar terhadap proses belajar mengajar.
Kepastian perjalanan proses belajar mengajar berpangkal pada jelas tidaknya
perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan
pengajaran.
b. Guru
Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar adalah dua aspek yang
mempengaruhi kompetensi guru. Hal ini membuktikan bahwa guru mempunyai
pengaruh terhadap keberhasilan belajar, dengan pengalaman dan latar belakang
akan mempunyai penilaian yang berbeda terhadap masalah di dalam proses
belajar mengajar.
c. Anak didik
Setiap siswa memiliki latar belakang sosial, ekonomi, karakteristik,
kecerdasan, keadaan tubuh atau bentuk tubuh yang berbeda. Berbagai perbedaan
tersebut mempengaruhi hasil belajar terutama aspek individu.
d. Kegiatan pengajaran
Penggunaan berbagai metode maupun model yang bervarisi akan
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar.
e. Bahan dan Alat Evaluasi
Penyusunan bahan dan alat evaluasi yang bagus akan berpengaruh terhadap
hasil pembelajaran. Terutama adalah validitas dan reliabilitas data, bila alat tes itu
tidak valid dan tidak reliabel, maka tidak dapat digunakan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan belajar mengajar.
f. Suasana Evaluasi
Suasana terutama di sini adalah suasana kelas berpengaruh terhadap hasil
belajar. Hal ini disebabkan kondisi ruangan, guru atau pengawas yang berbeda
akan menghasilkan hasil yang berbeda pula.
Sedangkan menurut Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas, peneliti
menggunakan faktor eksternal berupa penggunaan model pembelajaran Discovery
Learning. Pelaksanaan model pembelajaran ini menuntut keterlibatan siswa secara
aktif dalam pembelajaran TIK.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki siswa setelah
melalui kegiatan belajar, berupa dampak pengajaran (kognitif) yang ditunjukkan
dengan nilai tes atau nilai yang diberikan guru dan dampak pengiring (afektif dan
psikomotorik) yang ditunjukkan dengan perubahan tingkah laku atau peningkatan
kemampuan.
C. Model Pembelajaran Discovery Learning
Model Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang
mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum
diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi
sampai dengan jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini
sejalan dengan pendapat Maier (Winddiharto:2004) yang menyatakan bahwa, apa
yang ditemukan, jalan, atau proses semata- mata ditemukan oleh siswa sendiri.
Sintak pembelajaran Discovery Learning meliputi :
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru
dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi
belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi
bahan.
b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-
agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya
dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah).
c. Data collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya 
hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan
(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati
objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah
data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan,
wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada
tingkat kepercayaan tertentu
e. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004 : 244).
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang ia jumpai dalam kehidupannya.
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah,
2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka  dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi.

D. Literasi
Secara sederhana, literasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan
membaca dan menulis. Kita mengenalnya dengan melek aksara atau
keberaksaraan. Namun sekarang ini literasi memiliki arti luas, sehingga
keberaksaraan bukan lagi bermakna tunggal melainkan mengandung beragam
arti (multi literacies). Ada bermacammacam keberaksaraan atau literasi ,
misalnya literasi komputer (computer literacy), literasi media (media literacy),
literasi teknologi (technology literacy), literasi ekonomi (economy literacy),
literasi informasi (information literacy), bahkan ada literasi moral (moral
literacy). Seorang dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena
membaca informasi yang tepat dan melakukan sesuatu
berdasarkan pemahamannya terhadap isi bacaan tersebut. 
Literasi Informasi
Literasi informasi (information literacy) telah menjadi fokus perhatian
utama dunia pendidikan, khususnya perpustakaan Amerika sejak era delapan
puluhan. Menurut American Library Association (ALA), information
literacy merupakan salah satu komponen penting yang harus dimiliki setiap
warga dan berkontribusi dalam mencapai pemelajaran seumur hidup.
Kompetensi dalam information literacy  bukanhanya sekedar pengetahuan di
kelas formal, tetapi juga praktek langsung pada diri sendiri dalam lingkungan
masyarakatnya. Literasi informasi juga sangat diperlukan dalam setiap aspek
kehidupan manusia, dan itu berlangsung seumur hidup. Literasi informasi
menambah kompetensi masyarakat dengan mengevaluasi, mengorganisir dan
menggunakan informasi.
Elemen – Elemen Informasi Literasi
Menggunakan informasi dalam berbagai bentuk untuk “berliterasi” diluar
kemampuan dasar seperti menulis dan membaca. Beberapa jenis berliterasi
yang berperan dalam elemen literacy information :
1. Visual Literacy, yaitu didefinisikan sebagai kemampuan memahami dan
menggunakan gambar termasuk pula kemampuan untuk berfikir, belajar,
serta mengekspresikan gambar tersebut. Visual Literacy dibedakan menjadi
3 yaitu visual learning, visual thinking, dan visual communication.
2. Media Literacy, yaitu kemampuan warga negara untuk mengakses,
menganalisa, dan memproduksi informasi untuk hasil yang spesifik menurut
National Leadership Conference on Media Literacy.
3. Computer Literacy, yaitu kemampuan untuk menciptakan dan memanipulasi
dokumen dan data menggunakan perangkat lunak pengolah kata, pangkalan
data dan sebagainya.
4. Digital Literacy, yaitu keahlian yang berkaitan dengan penguasaan sumber
dan perangkat digital. Mereka yang mamapu mengejar dan menguasai
perangkat – perangkat digital mutakhir dicitrakan sebagai penggenggam
masa depan, dan sebaliknya yang tertinggal akan semakin sempit
kesempatannya untuk meraih kemajuan
5. Network Literasi, yaitu satu istilah yang masih berkembang (evolving).
Untuk dapat mengakses, menempatkan, dan menggunakan informasi dalam
dunia berjejaring misalnya internet, dalam berinternet pengguna harus
menguasai keahlian ini. Menurut Eisenberg (2004), karakteristik orang yang
memahami jaringan adalah :
 Memiliki kesadaran akan luasnya penggunaan jasa dan sumber informasi
berjejaring
 Memiliki pemahaman bagaimana sistem informasi berjejaring diciptakan
dan dikelola.
 Dapat melakukan temu balik informasi tertentu dari jaringan dengan
menggunakan serangkaian alat temu balik informasi.
 Dapat memanipulasi informasi berjejaring dengan memadukannya dengan
sumber lain dan meningkatkan nilai informasinya untuk kepentingan
tertentu.
 Dapat menggunakan informasi berjejaring untuk menganalisis dan
memecahkan masalah yang terkait dengan pengambilan keputusan, baik
untuk kepentingan tugas maupun pribadi, serta menghasilkan layanan yang
mampu meningkatkan kualitas hidup.
 Memiliki pemahaman akan peran dan penggunaan informasi berjejaring
untuk memecahkan masalah dan memperingan kegiatan dasar hidup.

E. Kurikulum, Silabus, dan RPP


1. Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, kurikulum meliputi dua dimensi,
yang pertama rencana dan pengaturan  tujuan, isi, dan bahan pelajaran,
kedua adalah cara yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Muatan kurikulum sesungguhnya merupakan materi yang dirumuskan
untuk menunjang terwujudnya manusia yang memiliki kepribadian,
kecerdasan, kehandalan dalam bekerja, serta keterampilan yang dibutuhkan
siswa untuk meraih kemuliaan hidup. Dengan demikian pengembangan
mutu sumber daya manusia meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
sebagai kompetensi yang harus siswa miliki.

2. Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap
bahan kajian matapelajaran. Silabus paling sedikit memuat :
a. Identitas matapelajaran (khusus SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan);
b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
c. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
harus dipelajari siswa untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan
matapelajaran;
d. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau
matapelajaran;
e. Tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A);
f. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi;
g. pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan siswa
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
h. penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa;
i. alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur
kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan
j. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola
pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai
acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


a. Komponen RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP
dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran
siswa dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik
pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan
sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis siswa. RPP disusun berdasarkan KD
yang dilaksanakan satu kali pertemuan atau lebih. Komponen RPP terdiri
atas :
a. identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
b. identitas matapelajaran atau tema/subtema;
c. kelas/semester;
d. materi pokok;
e. alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian
KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam
pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;
f. tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur,
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
g. kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
h. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator ketercapaian kompetensi;
i. metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa mencapai KD
yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan KD yang akan
dicapai;
j. media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran;
k. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam
sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;
l. langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan
pendahuluan, inti, dan penutup; dan
m. penilaian hasil pembelajaran.
b. Prinsip Penyusunan RPP
Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. Perbedaan individual siswa antara lain kemampuan awal, tingkat
intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial,
emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar
belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan siswa.
b. Partisipasi aktif siswa.
c. Berpusat pada siswa untuk mendorong semangat belajar, motivasi,
minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian.
d. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan,
dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan
program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan
remedi.
f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian
kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar.
g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas
matapelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

F. Materi Ajar
Materi ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik
tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang
memungkinkan siswauntuk belajar. Tanpa adanya bahan ajar dalam suatu
kegiatan belajar mengajar akan berakibat tidak terciptanya kondisi kelas yang
kondusif serta hal yang paling utama adalah tujuan pembelajaran yang sulit
untuk dicapai. Dengan kata lain materi ajar merupakan komponen penting
dalam belajar mengajar. Bentuk materi ajar ada beberapa bentuk atau model
antara lain : 
1. Bahan cetak seperti : hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,
leaflet, wallchart 
2. Audio visual seperti : video/film,VCD
3. Audio seperti : radio, kaset, CD audio, PH
4. Visual seperti : foto, gambar, model/maket
5. Multimedia seperti : CD interaktif, computer based, internet
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan tindakan kelas (Classroom Action Research),
bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di
kelas.

B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas VII-A SMP Sunan Ampel Porong
Kabupaten Sidoarjo dengan jumlah 28 siswa dan guru yang mengampu
matapelajaran TIK tersebut. Setiap siswa memiliki karakteristik berbeda baik
kemampuan literasi TIK dan hasil belajar.

C. Kehadiran dan Peran Peneliti di Lapangan


Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam PTK menuntut peneliti untuk
selalu dekat dengan subyek penelitian. Sugiyono (2013:18) menjelaskan
bahwa dalam penelitian kualitatif peneliti lebih banyak berinteraksi dengan
sumber data. Oleh sebab itu, peneliti dalam penelitian bertindak sebagai
perencana, pengajar, pengemat, pelaksana, pengumpul data, penganalisis
data, pembahas data, dan akhirnya pembuat laporan penelitian.

D. Kancah Penelitian
Penelitian dilaksanan di kelas VII-A semester ganjil tahun pelajaran
2018/2019 yang berlokasi di Jl. Waktu pelaksanaan pada bulan Oktober 2018
mulai tanggal 1 s.d 30 Oktober 2018

E. Data & Sumber Data


Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini mulai dari proses
pembelajaran, termasuk interaksi guru-siswa dan siswa-siswa. Sumber data
juga perlu diidentifikasi dengan jelas. Sumber data utama biasanya adalah
siswa sebagai kumpulan individu atau kelompok karena merekalah yang
secara logis dan tradisional akan menampilkan perubahan yang terjadi karena
penerapan tindakan.

Sumber data yang lain adalah guru dan di dalam hal tertentu juga
kepala sekolah dan staf sekolah yang lain. Perlu diingat dan diperhatikan
bahwa guru bukanlah objek penelitian. Sebagai sumber data, informasi dari
guru yang paling diperlukan adalah persepsinya terhadap dampak tindakan
yang dirasakan di dalam konteks pelaksanaan tugasnya sebagai guru. Di sisi
lain harus tetap diingat guru adalah juga peneliti: peneliti utama atau peneliti
mitra.

Selain sumber data aktif yang terdiri dari guru, siswa dan personel
lain, konteks dan situasi lingkungan perlu dilukiskan dengan cukup jelas agar
dari data yang diperoleh dapat dikembangkan simpulan-simpulan yang
bermakna

F. Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi
observasi, kajian dokumen, dan tes yang masing-masing secara singkat
diuraikan berikut ini:
1. Observasi

Teknik ini digunakan untuk mengamati pelaksanaan dan


perkembangan pembelajaran TIK yang dilakukan guru dan siswa pada
kompetensi akses internet. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi sistematis. Menurut Suharsimi Arikunto (1996:146)
dalam observasi sistematis pengamat menggunakan pedoman sebagai
instrumen pengamatan.

2. Dokumentasi

Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data dari seluruh


dokumen yang ada. Suharsimi Arikunto (1996:234-235) juga menyatakan
bahwa metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda
mati berupa catatan, buku, dan sebagainya. Data dokumentasi penelitian
ini adalah foto-foto kegiatan pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar
observasi guru dan siswa.

3. Tes

Pemberian tes ditujukan untuk mengetahui sejauh mana


perkembangan dari setiap siklus. Menurut Suharsimi Arikunto (1996:138)
“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.
Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes subjektif yang
mempertimbangkan cara menyusun kerangka karangan serta
pengembangan paragraf karangan dengan penerapan kaidah tulis-menulis
yang benar.

G. Analisa Data
Data penelitian dikumpulkan melalui :
1. Pengamatan pembelajaran sebelum penelitian, dilihat dari hasil
belajar bias berupa nilaia tugas guru, nilai ulangan harian, maupun
nilai yang lain.
2. Pengisian angket oleh siswa sebelum dan sesudah penelitian
dilakukan.
3. Pengisian lembar pengamatan proses pembelajaran selama penelitian
oleh kolaborator dan peneliti sendiri.
4. Melalui tes (pretes dan postes) materi penelitian sebelum dan sesudah
tindakan dilakukan.

H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan tiga siklus yang masing – masing siklus
terdiri dari 4 tahap yaitu : Perencanaan, Implementasi, pengamatan dan
evaluasi serta refleksi.

a. Siklus 1
Siklus direncanakan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45
menit ( 2 jam pelajaran ). Adapun tahapan pada siklus 1 adalah sebagai
berikut :

1. Perencanaan
Dalam tahap ini direncanakan kegiatan – kegiatan sebagai berikut :

(a). Menyusun rencana pembelajaran untuk matapelajaran TIK


(b). Membentuk kelompok pembelajaran yang didasarkan pada rencana
pembelajaran
- Menyusun daftar nama berdasarkan kemampuan akademik.
Kemampuan akademik yang digunakan adalah nilai ulangan harian
pertama
- Menentukan jumlah anggota setiap kelompok sebanyak 5 orang
sehingga dapat 7 kelompok belajar.
- Memberikan video tutorial dan tugas proyek kepada masing-
masing kelompok untuk dikerjakan dengan jangka waktu tertentu.
(c). Membuat skenario pembelajaran Project Base Learning.
(d). Menyusun lembar pengamatan pembelajaran Project Base Learning.
(e). Memberikan penjelasan pada siswa tentang pembelajaran Project Base
Learning.
2. Implementasi
Dalam tahap ini yang telah direncanakan pada tahap perencanaan
dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang disusun. Pelaksanaan tidak
mengganggu kegiatan di sekolah, karena urutan materi berjalan sesuai
dengan kurikulum. Pada tahap ini model Project Base Learning
dilaksanakan.

3. Pengamatan dan Evaluasi


Pengamatan terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat
implementasi untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada
akhir siklus 1 dilakukan tes. Berdasarkan hasil pengamatan tes/ evaluasi,
maka tahap berikutnya dapat dilaksanakan.

4. Refleksi
Setelah hasil pengamatan, dan hasil evaluasi dianalisis secara
kolaboratif, maka penelitian diputuskan untuk dilanjutkan pada siklus
kedua.

b. Siklus 2
Siklus 2 dilakukan untuk memperbaiki segala sesuatu yang belum baik dan
berakhir pada siklus 1. Adapun tahapan pada siklus 2 juga sama dengan
tahapan yang ada pada siklus 1.

Perbaikan dilakukan berdasarkan hasil pada siklus 1

1. Perencanaan.
(a). Menyusun rencana pembelajaran untuk materi TIK.
(b). Memperbaiki bentuk kelompok siswa
(c). Memperbaiki bentuk soal proyek masalah yang terkait dengan
kehidupan sehari – hari.
(d). Memperbaiki lembar pengamatan
(e). Memperbaiki isntrumen penelitian yang berupa tes, pedoman
observasi untuk siswa, dan pedoman observasi untuk guru.
2. Implementasi
Dalam tahap ini apa yang telah direncanakan pada tahap
perencanaan akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang dibuat.
Pelaksanaan tidak mengganggu kegiatan sekolah, karena urutan materi
berjalan sesuai dengan kurikulum yang sudah ada di sekolah. Pelaksanaan
pembelajaran diadakan perbaikan sesuai dengan hasil pada siklus
sebelumnya.

3. Pengamatan dan Evaluasi


Pengamatan terhadap kegiata belajar dilakukan pada saat
implementasi untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir
siklus 2 diakhiri dengan tes. Berdasarkan hasil pengamatan, dan hasil tes
maka tahap berikutnya dapat dilaksanakan.

4. Refleksi
Setelah hasil pengamatan dan hasil evaluasi dianalisis secara
kolaboratif, maka langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi apakah
pembelajaran berhasil. Apabila belum berhasil maka penelitian diputuskan
untuk dilanjutkan pada siklus ke 3. Dan apabila sudah berhasil maka sudah
cukup.

Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat


pada gambar berikut.
PENGAMATAN
PENGAMATAN

PENGAMATAN
PENGAMATAN

Anda mungkin juga menyukai