Oleh :
KELAS 4D
Aplikasi ABM dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu ABM Operasional
dan ABM strategis. ABM operasional mengarah pada efesiensi operasi, utilisasi aset,
dan penggunaan biaya yang lebih rendah. Fokusnya adalah mengerjakan sesuatu
dengan benar dan melakukan aktivitas dengan cara yang lebih efisien. Aplikasi ABM
menggunakan teknik – teknik maanajemen seperti manajemen aktivitas, perekayasaan
proses bisnis,TQM,dan pengukuran kinerja.
ABC merupakan bagian ABM yang digunakan untuk hal – hal berikut ini :
Manajer harus menyadari bahwa ABC hanyalah sebuah metode perhitungan biaya
sehingga ia dapat menggunakan ABC seperti yang telah disebutkan.
Penggunaan ABC dalam ABM akan memberikan arah yang tepat dalam
perhitungan biaya produk dan analisis proses. Model ABM memiliki dua dimensi,
yaitu dimensi biaya dan dimensi proses.. dimensi biaya memberikan informasi
mengenai sumber daya, aktivitas, produk konsumen, dan objek biaya lain yang
menjadi perhatian. Dalam model ini, biaya sumber daya ditelusuri kembali pada
aktivitas. Kemudian, biaya aktivitas tersebut dibebankan pada produk dan konsumen.
Dimensi proses memberi informasi tentang aktivitas yang dikerjakan, tujuan
dilakukannya aktivitas, dan seberapa baik aktivitas itu dilakukan. Dimensi ini
memberi kemampuan untuk melakukan dan mengukur perbaikan yang berkelanjutan,
manajer perlu memahami analisis nilai proses.
Analisis nilai proses merupakan dasar dalam ABM. Analisis ini lebih fokus
pada pertanggung jawaban aktivitas dan cara memaksimalkan kinerja sistem secara
luas daripada hal – hal yang berhubungan dengan biaya dan kinerja individu. Analisis
nilai proses membantu mewujudkan ABM menjadi basis operasional. Awalnya ABM
hanyalah sebuah basis konsep.
Pengukuran sebuah output akan efektif apabila yang diukur adalah pemicu
aktivitas. Pemicu aktivitas adalah penyebab timbulnya permintaan sebuah aktivitas.
Jika permintaan atas aktivitas berubah maka biaya aktivitas juga akan berubah.
Namun demikian, ukuran output (jumlah meja) mungkin tidak berkaitan secara
langsung dengan akar penyebab biaya aktivitas. Tenaga kerja, kayu, paku, dan cat
hanyalah konsekuensi yang muncul karena dilakukannya sebuah aktivitas. Tujuan
analisi pemicu adalah untuk mengetahui akar penyebab munculnya suatu aktivitas.
Analisis pemicu sendiri diartikan sebagai sebuah usaha untuk memperluas identifikasi
faktor – faktor yang menjadi akar penyebab biaya aktivitas.
Akar penyebab biaya aktivitas tertentu sering kali menjadi akar penyebab
biaya aktivitas lain yang berkaitan. Misalnya, biaya aktivitas untuk inspeksi bahan
baku yang dibeli dan pemesanan ulang. Akar penyebab munculnya biaya kedua
aktivitas tersebut mungkin sama, yaitu rendahnya kualitas pemasok.
Poin pertama sampai tiga penting dalam penentuan biaya. Sedangkan poin keempat
lebih fokus dalam pengurangan biaya daripada pembebanan biaya. Pada tahap inilah
aktivitas dapat dikategorikan sebagai aktivitas bernilai tambah atau tidak bernilai
tambah.
Aktivitas tidak bernilai tambah adalah suatu aktivitas yang mengonsumsi waktu,
sumber daya, atau tempat tetapi hanya membberikan sedikit nilai tambah bagi
kepuasan konsumen atau bahkan sama sekali tidak memberi nilai tambah. Jika
aktivitas ini dihilangkan, nilai atau kepuasan konsumen tidak akan berkurang, tetapi
konsumen tidak akan menyadarinya. Aktivitas tidak bernilai tambah adalah aktivitas
yang memiliki ciri – ciri seperti berikut ini.
Perusahaan harus terus melakukan perbaikan berkelanjutan agar dapat bersaing dan
unggul di pasar. Berdasarkan hal tersebut, perusahaan harus terus berupaya untuk
melakukan perbaikan biaya. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah
penentuan biaya kaizen. Kaizen adalah istilah jepang yang artinya perbikan
berkelanjutan. Karakteristik umum kaizen adalah sebagai berikut.
Analisis aktivitas menjadi elemen kunci dalam metode kaizen. Analisis aktivitas
dapat mengurangi biaya dengan empat cara berikut.
Benchmarking
Benchmarking adalah suatu metode analisis yang dilakukan dengan cara
melakukan perbandingan suatu ukuran unit-unit yang berbeda dalam organisasi yang
melakukan aktivitas sama. Tujuan pendekatan ini adalah menjadi yang terbaik dalam
melakukan aktivitas dan proses. Dalam benchmarking, digunakan praktik terbaik (
best practices ) sebagai standar evaluasi kinerja. Unit dengan kinerja aktivitas terbaik
digunakan sebagai standar bagi unit lain. Unit tersebut kemudian membagi informasi
pada unit lain, bagaimana mereka mencapai hasil terbaik tersebut.
Pengukuran Efisiensi
Kinerja efisiensi diukur dengan membandingkan antara output yang dihasilkan
dengan input yang dipergunakan. Pada pengukuran kinerja operasional, lazimnya
output untuk proses produksi diukur dalam satuan unit produksi. Tujuan
pengukurannya adalah untuk meningkatkan produktivitas aktivitas penerimaan.
Pengukuran Kualitas
Kualitas produk atau jasa secara operasional dapat didefinisikan sebagai
pemenuhan harapan atau bahkan melebihi harapan konsumen. Ukuran operasional
kualitas sangat ditentukan oleh jenis aktivitas atau proses dan input yang digunakan.
Pada proses produksi dengan produk barang jadi atau komponen, ukuran operasional
yang dapat digunakan misalnya jumlah unit cacat.
Pengukuran kinerja kualitas dimaksudkan untuk mendapatkan informasi guna
mencapai kualitas total, yaitu cacat nol ( zero defect ). Cacat nol adalah kinerja
aktivitas tanpa kesalahan. Tujuan pengukuran ini adalah untuk mengetahui
perkembangan kualitas yang dicapai perusahaan dan memberikan motivasi kepada
para pekerjanya.
Pengukuran Waktu
Terdapat dua karakteristik yang berkaitan dengan kinerja waktu, yaitu keandalan
(reliability) dan daya tanggap ( responsiveness ). Keandalan berarti ketepatan waktu
output dari aktivitas dapat disampaikan pada konsumennya. Dan, daya tanggap
mereflesikan kemampuan perusahaan merespons permintaan konsumen. Terdapat dua
ukuran operasional untuk mengukur daya tanggap, yaitu waktu siklus ( cycle time )
dan kecepatan. Waktu siklus adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan satu unit output dari aktivitas. Kecepatan adalah jumlah unit yang
dapat dihasilkan dalam satu periode waktu yang ditentukan.
Untuk merangsang manajer operasional dalam mengurangi waktu siklus dan
meningkatkan kecepatan sering kali digunakan pemberian insentif. Salah satu cara
untuk mencapai tujuan ini adalah dengan mengaitkan waktu siklus produksi dengan
biaya produksi dan memberikan penghargaan kepada manajer operasional yang
berhasil mengurangi biaya. Dengan menggunakan waktu produktif teoretis yang
tersedia dalam satu kurun waktu ( dalam menit ), sebuah standar biaya bernilai
tambah dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
biaya konversi pada sel
Biaya standar per menit =
jumlah menit tersedia
Biaya konversi dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.
Biaya konversi per unit = biaya standar per menit × waktu siklus sesungguhnya
untuk menghasilkan unit dalam satu kurun waktu tertentu.
Pengukuran operasional berbasis waktu lain yang dapat digunakan manajer adalah
menghitung keefektifan siklus produksi atau dikenal sebagai manufacturing cycle
efficiency ( MCE ) yang diformulasi sebagai berikut.
waktu bernilai tambah
MCE ¿
waktu bernilai tambah+ waktu tidak bernilaitambah
Waktu bernilai tambah adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah bahan baku
menjadi barang jadi. Waktu untuk aktivitas lain sebenarnya merupakan waktu untuk
melakukan semua aktivitas tidak bernilai tambah ( seperti pemindahan bahan,
inspeksi, dan waktu tunggu ).
DAFTAR PUSTAKA