Anda di halaman 1dari 3

NAMA : KHAIRULLAH ZIKRI WISNA

NIM : D1A018055

INTENSIFIKASI, DIVERSIFIKASI, DAN EKSTENSIFIKASI

1. Intensifikasi
Intensifikasi adalah usaha peningkatan produksi per satuan luas tertentu. Peningkatan
produksi hanya dapat dicapai apabila diterapkan teknologi yang telah diuji keuntungannya.
Untuk menginovasi teknologi ke tingkat petani dan petani bersedia menggunakannya,
bukanlah suatu pekerjaan yang ringan, banyak faktor yang menjadi penghambat, misalnya
pendidikan, ekonomi, kebudayaan dan lain-lain. Dalam usaha mensukseskan intensifikasi
perlu di tata suatu pola intensifikasi.
Intensifikasi pertanian dapat diartikan sebagai upaya pengembangan ilmu dan teknologi
pertanian di dalam penyelenggaraan usaha tani, untuk meningkatkan produktivitas lahan
usaha tani dengan memperhatikan kelestarian sumberdaya alam.
Langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produktivitas usahatani adalah
dengan penerapan sapta usahatani. Usaha tersebut adalah penggunaan sarana produksi
(seperti benih atau bibit unggul, pemupukan yang berimbang), perbaikan cara melakukan
usahatani (pelaksanaan pengolahan tanah), pengendalian jasad pengganggu, penyediaan dan
pengaturan air, perlakuan pascapanen dan pemasaran hasil.
Tujuan dilaksanakan intensifikasi pertanian adalah untuk meningkat produktifitas lahan
usaha tani, meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan kesempatan kerja.
Pelaksanaan intensifkasi dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan komoditas,
pendekatan wilayah, dan pendekatan usahatani.
Pendekatan komoditas, dikelola melalui bimbingan intensifikasiseperti jagung,
kacangtanah dan kedelai. Pendekatan wilayah, dilakukan untuk memanfaatkan secara
optimal sumberdaya alam suatu wilayah yang belum terjangkau program intensifikasi untuk
mengembangkan usahatani yang cocok. Pendekatan usahatani dilakukan dengan
memanfaatkan secara optimal sumberdaya tenaga dari keluarga tani dalam mengusahakan
usaha tani terpadu.

2. Diversifikasi
Diversifikasi adalah upaya mengoptimalkann sumberdaya lahan dan tenaga dalam suatu
lahan usahatani melalui penerapan teknologi hemat lahan untuk mencapai produktifitas tinggi
dan meningkatkan pendapatn petani. Dalam teknologi ini dikembangkan keanekaragaman
tanaman budidaya khususnya tanaman pangan dan hortikultura. Disamping mempertahankan
produksi beras sebagai pangan pokok, peningkatan produksi sumber karbohidrat lainnya
(jagung dan umbi-umbian), dan sumber protein nabati (kacang-kacangan) perlu diperhatikan.
Dibeberapa daerah di Indonesia telah mempunyai pangan pokok bukan beras seperti sagu di
Maluku, ketela rambat di Irian Jaya, Jagung di Madura. Untuk mengurangi konsumsi beras
dan sekaligus tetap menjaga swasembada beras, pengaenekaragaman pangan pokok di
Indonesia telah diprogramkan oleh pemerintah.
Pola tanam beragam (diversifikasi) adalah pada lahan yang sama ditanam beberapa jenis
tanaman penghasil karbohidrat (padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat), penghasil protein
(kedele), penghasil lemak (kacang tanah), penghasil vitamin dan mineral (tanaman buahan,
tanaman sayuran, kacang hijau), penghasil pendapatan lain (kelapa, sawit).
Diversifikasi pertanian ini dapat menghindarkan petani dari kemungkinan kelebihan
produksi bila hanya bertanam secara monokultur. Kelebihan produksi dapat mengakibatkan
masalah dalam pasca panen dan pemasaran yang akhirnya akan menurunkan harga jual
komoditas tersebut.
Keragaman tanaman yang dibudidayakan tergantung kepada ekosistem, usahatani,
teknologi, dan pengetahuan petani. Ekosistem di Indonesia sangat beragam, sehingga usaha
budidaya juga beragam. Selain padi, berbagai tanaman dapat menjadi tanaman pokok antara
lain tanaman biji-bijian (jagung, kekacangan), tanaman sayuran (tomat, kubis, kacang
panjang), ubi-ubian (ketela pohon, ketela rambat, keladi), tanaman bukan pangan (tembakau,
kapas), gunanya untuk meningkatkan gizi dan pendapatan. Perpaduan tanaman tahunan dan
tanaman semusim juga dapat dilakukan seperti karet, kopi, cacao, dan kelapa yang dipadukan
dengan tanaman yang tahan naungan seperti keladi.

3. Ekstensifikasi
Ekstensifikasi adalah kegiatan memperluas lahan usahatani ke daerah usahatani baru
dengan membuka areal potensial terutama di luar pulau Jawa. Kegiatan ekstensifikasi pada
umumnya dikaitkan dengan usaha transmigrasi. Usaha peningkatan produksi pertanian
melalui perluasan areal tanam dapat dilaksanakan baik di lahan kering maupun di lahan
basah. Pembukaan lahan basah misalnya melalui pencetakan sawah baru, yaitu lahan basah
yang secara potensial dapat dijadikan sawah (lahan pasang surut dan lahan lebak).
Pembukaan lahan kering adalah pemanfaatan lahan kering yang potensial untuk
dijadikan sawah pengairan, sawah tadah hujan, usaha perkebunan untuk tanaman industri dan
tanaman buahan. Pada tanaman pangan, peningkatan produksi melalui perluasan areal tanam
dengan arti sempit dengan memperehatikan intensitas tanam dari lahan yang ada, baik lahan
sawah maupun lahan kering. Lahan kering di luar Jawa pada umumnya ditempati oleh jenis
tanah PMK (podzolik merah kuning), untuk pengembangan diperlukan teknologi yang besar.
Usaha pengembangan terutama diarahkan untuk perluasan areal tanaman perkebunan, seperti
karet, kelapa sawit, dan lain-lain.
Tujuan ekstensifikasi adalah meningkatkan produksi secara makro, memanfatkan lahan
yang berpotensi untuk pertanian, menyerap tenaga kerja dan penyebaran penduduk. Contoh-
contoh ekstensifikasi adalah pembukaan areal transmigrasi, perluasan perkebunan karet dan
kelapa sawit melalui usaha perkebunan inti rakyat (PIR).

Anda mungkin juga menyukai