Anda di halaman 1dari 31

Critical Book Report

ASTROFISIKA MENGENAL BINTANG

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK IX
RANI DHEA SYAHPUTRI 4151121054
SAHIRA AWANIS 4151121062
TRIA GAYATRI 4152121044

KELAS : FISIKA DIK D 2015

MATA KULIAH : ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Astrofisika Mengenal Bintang

Penulis : Winardi Sutantyo

Penerbit : ITB

Kota Terbit : Bandung

Tahun Terbit : 1984

Jumlah Halama : 11a+244 halaman


BAB 1

MENGAMATI BINTANG

1.1. Cahaya Bintang

Tanpa menggunakan teleskop, bintang yang dapat kita lihat berjumlah sekitar
5000. Dengan menggunakan teleskop bergaris tengah 10cm jumlah itu bisa bertambah
menjadi dua juta. Apabila digunakan teleskop raksasa bergaris tengah 5m seperti terdapat
di Mount Palomar , jumlah bintang yang bisa dilihat ditaksir lebih dari semilyar. Dengan
cara fotografi bintang yang dapat diamati menjadi jauh lebih banyak lagi.

Bintang dan benda langit lainnya nampak seolah-olah menempel pada bola langit
itu. Orang Yunani kuno membagi bola langit dalam beberapa daerah yang disebut rasi
dan konstelasi. Nama rasi dihubungkan dengan tokoh dan makhluk dalam mitologi.
Misalnya : Centaurus ialah makhluk setengah kuda setengah manusia ; Orlon atau si
pemburu ; Scorpio atau Kalajengking ; Gemini atau si anak Kembar ; Hercules , orang
kuat dalam dongeng Yunani Kuno (putera Zeus dan Alcmene); Andromeda yaitu puteri
Cepheus raja Ethiopia dalam dongeng Yunani. Orang Yunani kuno mengenal 48 rasi.
Jumlah rasi bertambah oleh khayalan banyak orang yaitu dengan mengisi bagian langit
yang masih kososng, terutama setelah langit dibagian selatan dipeakan orang. Pada peta
bintang kuno sering dibubuhkan gambar tokoh maupun hakluk pada setiap rasi , sesuai
dengan nama rasi itu

Bintang terang di rasi Centaurus adalah bintang Alfa Centauri (α Centuri).


Bintang ini merupakan sistem bintang ganda (dengan teleskop yang kecil sekalipun
mudah dilihat adaa dua bintang di situ). Alfa Centauri adalah bintang terang terdekat
degan bumi setelah matahari, jaraknya 4,4 tahun cahaya. Disebalah timut kita lihat rasi
Scorpius. Bintang yang paling terang di rasi Scorpius adalah Antares , yaitu bintang
raksasa merah yang jejarinya lebih dari 600 kali jejari matahari dan jaraknya 500 tahun
cahaya. Bintang ini tampak mirip planet Mars dalam hal yang membentang di antara
bintang – bintang , dan kita sebut Bima Sakti atau Milky Way. Jaur ini yang tampak
seperti kabut sebenarnya merupakan kumpulan bermilyar – milyar bintang dan kabut
antara bintang didalam susunan galaksi kita

Pada musim hujanbulan Februari sekitar jam 8.00 (Gambar 1.3). Rasi Orion dapat
kita lihat agak di atas kepala. Bintang terterang di rasi Orion adalah Rigel atau Bela
Orionis. Warnanya biru , temperatur permukaan sekitar 13.000°. Bintang ini setiap
detiknya memancarkan energi 23.000 kali lebih besar daripada matahari. Garis tengah
Rigel 33 kali garis tengah matahari. Yang kedua paling terang adalah Betelgeuse yang
bewarna merah, dan merupakan bintang maharaksasa yang jejarinya berubah – rubah
antara 500 dan 750 kali jejari matahari. Seandainya matahari sebesar itu , Planet
Merkurius , Venus, Bumi, dan Mars akan habis di telan olehnya. Di sebelah selatan rasi
Orion kita lihat rasi Carius Major . Bintang yang paling terang di rasi ini adalah Sirius
dan merupakan bintang paling terang yang tampak dilangit malam. Jarak Sirius 9 tahun
cahaya. Sirius mmerupakan sistem bintang ganda yang mempunyai pasangan aneh.
Pasangannya yang disebut Sirius B adalah bintang yang sangat lemah cahayanya.
Ternyata bintang pasangan ini kecil dan mempat yang apabila di timbang di bumi setiap
cm3 materinya mempunyai berat rata – rata 100 kilogram.

Untuk menyatakan letak suatu bintang atau benda langit lainnya di bola langit
digunakan sistem koordinat ekuator. Koordinat temapat di bumi dinyatakan dengan bujur
dan lintang. Bujur dihitung sepanjang lingkaran sejajar ekuator bumi mulai dari
Greenwich ke arah barat atau timur (maka ada bujur barat dan bujur timur) sedangkan
lintang dihitung dari ekuator ke arah kutub utara atau selatan (maka ada lintang utara dan
lintang selatan).. Ekuator langit tak lain adalah perpotongan perpanjangan bidang ekuator
bumi pada bola langit. Sedangkan kutub langit adalah perpanjangan poros rotasi bumi
pada bola langit. Letak suatu bintang di bola langit dinyatakan dengan asensioi rekta dan
deklinasi

Seperti halnya bujur , asensio rekta di hitung sepanjang lingkaran yang sejajar
ekuator. Asensio rekta dihitung ke arah timur mulai dari titik Vernal Eknok (tanda ϓ pada
gambar) yaitu titik di ekuator tempat matahari berada pada tanggal 21 maret. Seperti
halnya lintang , deklinasi diukur dari ekuator ke arah kutub. Deklinasi positif bila bintang
berada di belahan langit utara dan negatif bila berada di belahan langit selatan. Asensio
rekta dituliskan dengan α dan deklinasi dengan δ. Asensio rekta dinyatakan dalam satuan
sudut (jam, menit, detik) dengan catatan 1 jam 15° ; sedangkan delklinasi dinyatakan
dalam satuan sudut (derajat, menit, detik)

Kebanyakan bintang yang terang mempunyai nama khusus seperti Antares, Rigel,
Deneb, Sirius, dan Betelgeuse. Pada tahun 1603 J. Bayer mengusulkan pemberian nama
dengan menggunakan abjad Yunani (alfa, beta, gama, dst) sesuai dengan urutan terangnya
bintang dalam dalam suatu rasi bila dilihat mata bugil. Misalkan bintang yang paling
terang di rasi Scorpius , yaitu Antares dinamakan Alfa Scorpii (αScorpii) atau disingkat
αSco.

Bintang yang lebih lemah diberi nama dengan angka , dan angka menaik dengan
urutan asensio rekta-nya. Contohnya : bintang 61 Cygni dan 40 Eridani.

Matahari adalah sebuah bintang , sama seperti bintang lain yang kita lihat pada
malam hari. Matahri tampak jauh lebih terang dari bintang lainnya karena letaknya yang
nisbi dekat dengan kita yaitu 150 juta kilometer atau 8,3 menit cahaya.

Jumlah bintang dalam galaksi kita ditaksir 200 milyar. Galaksi kita berbentuk
cakram yang bergaris tengah 100.000 tahun cahaya. Galaksi kita bukan satu – satunya
dalam alam semest. Bermilyar galaksi lain ada dalam jagat raya. Bila setiap galaksi
mengandung jutaan atau milyaran bintang, dapat dibayangkan betapa besar jumlah
bintang dalam alam semesta ini.

Gerombolan bintang disebut gugus bintang. Anggotanya bisa hanya beberapa


ratus tetapi ada yang sampai ratusan ribu bintang. Ada dua macam gugus bintang yaitu
gugus galaktik dan gugus bola. Gugus galaktik umumnya dihuni bintang muda sedang
gugus bola dihuni bintang tua.

Ruang diantara bintang tidak kosong tetapi terisi oleh gas dan debu antar bintang.
Di beberapa tempat gas dan debu itu dapat dilihat sebagai awan antar bintang atau nebula.
Sebenarnya bintang terbentuk dari gas dan debu antar bintang yang mengelompok dan
kemudian mengerut akibat gaya gravitasinya.

Bintang yang bermasa terlalu besar mengakhiri riwawatnya dengan meledak.


Peristriwa ledakan bintang disebut supernova

Cahaya yang kasatmata (tampak oleh mata) sebenarnya hanya merupakan


sebagian kecil gelombang elekromagnet.

Pancaran elektromagnet dapat kita bagi dalam beberapa jenis , tergantung pada
panjang gelombang yaitu :

1. Pancaran radio, dengan λ (panjang gelombang) antatra beberapa milimeter hingga


sekita 20 meter ;
2. Pancaran Inframerah dengan λ sekitar 7500 Å (1Å = 1 Angstrom = 10-8 cm) hingga
sekitar 1 mm;
3. Pancaran optik atau pancaran kasatmata dengan λ sekitar 3800 hingga 7500Å;
Pancaran ini terbagi atas aneka warna :
Merah λ : 6300 - 7500Å
Merah orange λ : 6000 - 6300Å
Orange λ : 5900 - 6000Å
Kuning λ : 5700 - 5900Å
Kuning hijau λ : 5500 - 5700Å
Hijau λ : 5100 - 5500Å
Hijau biru λ : 4800 - 5100Å
Biru λ : 4500 - 4800Å
Biru ungu λ : 4200 - 4500Å
Ungu λ : 3800 - 4200Å
Ultraungu λ : 3000 - 3800Å
4. Pancaran ultraungu , sinar X dan sinar γ mempunyai λ < 3000Å

Dapat kita lihat pancaran dapat menembus atmosfer bumi di dua daerah panjang
gelombang yaitu : daerah gelombang kasatmata yang disebut jendela optik, dan daerah
gelombang radio yang disebut jendela radio.

Untuk mengamati cahaya kasatmata , para astronom menggunakan teleskop optik.


Untuk mengamati pancaran radio kosmik orang yang menggunakan teleskop radio
1.2. Teleskop Optik

Bagian terpenting sebuah teleskop optik adalah obyektifnya yang dapat berupa
lensa cembung atau cermin cekung. Obyektif digunakan untuk mengumpulkan atau
memusatkan cahaya bintang atau benda langit lainnya pada fokus teleskop

Bila benda terletak pada jarak jauh sekali , bayangan akan terletak pada fokus
teleskop. Bila sudut α kecil (sebagai contoh besar sudut bulan hanya 0,5°), maka

l
α= (1.2.1)
f

l adalah bayangan dan f panjang fokus, sudut α dinyatakan dalam radian.

Dari persamaan 1.2.1 kita dapat menentukan bahwa panjang bayangan yang besar
sudut 1° adalah

l = 0,01745 f. (1.2.2)

Sebagai contoh, panjang fokus refraktor Zeiss di lembang 1100 cm, maka benda
yang besar sudutnya 1° bila dipotret melalui teropong tersebut akan mempunyai besar
bayangan l = 19,2 cm . dengan kata lain, setiap cm batang bayangan menggambarkan
besar sudut sebesar (1/19,2)° atau 0,052° atau 187,2”.

Skala bayangan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Skala bayanagan (“/mm) = 20626,5/ f (cm). (1.2.3)

Jumlah energi cahaya yang dipusatkan pada satuan luas bayangan , katakan pada
satuan luas bayangan , katakan pada luas 1mm2 , disebut kecerahan bayangan. Jumlah
energi yang membentuk bayangan sebanding dengan luas obyektif atau sebanding dengan
D2, bila D garis tengah obyektif

B = tetapan x (D/f)2 (1.2.4)

Bila sumber cahaya bukan merupakan benda yang “membentang” melainkan


berupa titik cahaya , bayangan juga akan berupa titik cahaya.

B = tetapan x D2 (1.2.5)

Dua sumber titik akan terlihat terpisah bila bayangan benda yang satu letaknya
paling sedikit pada lingkatan difraksi pertama bayangan benda lainnya.

α = 2,52 x 105 (λ/D) (1.2.6)

Cahaya kasatmata mempunyai panjang gelombang efektif 5500Å , maka daya


pisah teleskop untuk cahaya ini adalah

α = 14,1/D (1.2.7)
Sebagai contoh : refraktor Zeiss di lembang bergaris tengah 60cm. Dengan
persamaan 1.2.7 dapat kita dihitung daya pisah teleskop tersebut secara teori 0”,24.

Besar sudut benda bila dilihat tanpa teleskop adalah α, dan bila dilihat dengan
teleskop adalah β. Misalkan panjang fokus lensa obyektif adalah f1 dan panjang fokus
lensa okuler adalah f2 , maka daya perbesaran teleskop adalahh

M = β/α = f1/f2 (1.2.8)

Daya perbesaran terbesar yang bisa kita gunakan adalah bila detail – detail
terlembut yang masih terpisah dapat terlihat jelas. Bayangan yang terbentuk oleh suatu
cermin atau lensa tidak pernah sempurna tetapi selalu mengandung beberapa cacat yang
disebut aberasi. Aberasi ini disebabkan oleh dispersi, yaitu cahaya dengan panjang
gelombang berbeda akan dipusatkan oleh sebuah lensa pada titik fokus yang berbeda.

Cahaya benda langit umumnya sangat lemah sehingga walaupun sudah dibantu
dengan teleskop mata kita masih belum mampu melihatnya. Dengan melakukan
pengamatan secara fotografi orang dapat memperpanjang waktu pemotretan hingga
cahaya yang sedikit itu lambat laun terhimpun dan dapat mengahsilkan bayangan

1.3. Astronomi Radio dan Astronomi Antariksa

Gelombang radio dipantukan oleh suatu permukaan konduktor berbentuk


paraboloida. Permukaan pemantulan itu dapat berupa logam utuh atau jaring – jaring
kawat yang disebut pinggan. Pinggan radio umumnya di pasang pada dua poros hingga
dapat diarahkan ke segala penjuru langit

Gelombang radio yang jatuh pada pinggang dipusatkan ke sebuah antena, disitu
getaran medan listrik gelombang radio menimbulkan arus bolak balik yang daoat
dipaerkuat dan dicatat. Dibandingkan dengan pancaran kasat mata , pancaran radio
kosmik sangat kecil sehingga dibutuhkan pingagn besar untuk mengumpulkannya.

Seperti halnya teleskop optik, daya ppisah suatu teleskop radio bergantung pada
garis tengahnya. Pada pengamatan radio panjang gelombang kasatmata sehingga untuk
memperoleh daya pisah yang tinggi diperlukan teleskop yang garis tengahnya sangat
besar.

Pengamatan melalui jendela optik dan jendela radio atmosfer bumi telah
memberikan informasi yang tak ternilai banyaknya tentang alam semesta di luar bumi
kita. Tetapi pengamatan hanya melalui kedua selang daerah panjang gelombang itu saja
belumlah mencukupi . sebagai contoh , bintang yang panas memancarkan sebagian besar
energinya di daerah ultraungu yang tak dapat menembus atmosfer bumi.

Pengetahuan tentang sumber X di dalam dan luar galaksi kita berlipat ganda
setelah diluncurkannya satelit Uhuru. Uhuru adalah satelit pertama yang khusus untuk
pengamatan astronomi sinar X. Sukses besar Uhuru adalah ditemukannya bintang ganda
pemancar sinar X, yaitu bintang ganda yang salah satu komponennya adalah bintang
kompak. Telaah berikutnya dengan satelit SAS-2 , SAS-3, OSO-8 , Copernicus, NAS ,
Ariel-5, COS B dan satelit astronomi energi tinggi lainnya telah memperluas spektrum
daerah pengamatan dari 0,15 keV (atau 83Å) higga 106 (atau 0,000012Å).

Riview Buku

 KEKURANGAN
1. Penulisan pada buku masih banyak yang tidak sesuai dengan EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan)
2. Gambar yang ada pada buku masih Hitam Putih sehingga gambar yang
dipaparkan kurang jelas
3. Terdapat kata – kata yang tidak layak pada buku, contoh “dengan mata bugil”
seharusnya kata – kata itu adalah “dengan kasat mata”
 KELEBIHAN
1. Materi yang dipaparan buku cukup lengkap
2. Penulis juga memaparkan gambar yang dapat menambah pemahaman pembaca
3. Materi yang disampaikan juga menarik dan tidak membuat pembaca bosan
4. Penulis memaparkan rumus dan meberi keterangan pada setiap rumus sehingga
dapat menambah pemahaman pembaca.
BAB 2

HUKUM DASAR DAN BESARAN MENDASAR

2.1. Hukum Gravitasi

Issac Newton (1643 – 1727) mengemukakan hukum gravitasinya sebagai berikut.


Antara dua benda yang massanya masing – masing m 1 dan m2 dan jarak antara keduanya
terjadi gaya rarik gravitasi yang besarnya adalah

F = -G m1 m2 /d2 (2.1.1)

G adalah tetapan yang disebut tetapan gavitasi. Tanda – tanda gaya ini bersiat
tarik menarik. Harga G dapat diukur dalam laboratorium dan harganya dalam satuan
c.g.s adalah

G = 6,67 x 10-8 dyne cm2/g2 (2.1.2)

Hukum ini dapat kita gunakan untuk menentukan masa bumi. Semua benda yang
kita jatuhkan dekat permukaan bumi akan bergerak dengan percepatan g = 980,6 cm/s 2.
Jadi pada benda bekerja gaya F = -mg dengan F adalah gaya gavitasi antara benda dan
bumi. Jadi terdapat hubungan

g = G Mo/Ro (2.1.3)

Kita lihat bumi tidak terbentuk bola sempurna melainkan agak pipih di kutub.
Kita dapat mendefenisikan jejari rata – rata bumi sebagai jejari sebuah bola yang
bolumenya sama dengan volume bumi sebenarnya, yaitu (a2b)1/3. Dapat dihitung jejari
rata-rata bumi adalah

Ro = 6371 km

= 6,37 x 108 cm (2.1.4)

Untuk menghitung harga pendekatan Mo pada persamaan 2.1.3 kita gunakan


harrga Ro pada persamaan 2.1.4. Hasilnya adalah

Mo = 5,98 x 10-27 gram (2.1.5)

Bulan tidak bergerak lurus melainkan bergerak mengitari bumi , berarti pada
bulan harus bekerja suatu gaya yang tak lain adalah gaya tarik gravitasi bumi. Bila kita
mengabaikan gaya gravitasi bulan terhadap bumi (karena masa bulan hampir 100 kali
lebih kecil dari massa bumi) maka percepatan bulan terhadap bumi akibat gaya gravitasi
tersebut adalah

a = G Mo/d2 (2.1.6)

Benda yang bergerak melingkar dengan kecepatan tetap tejadi percepatan ke arah
pusat , yang disebut percepatan sentripental dan besarnya adalah
a = v2/d (2.1.7)

Dalam hal bulan percepatan ini disebabkan oleh gaya gravitasi bumi , yaitu yang
diberikan oleh persamaan 2.1.6. Jadi,

v2/d = GMo/d2 (2.1.8)

Bila kala edar atau periode orbit bulan , yaitu waktu yang diperlukan bulan untuk
sekali menempuh orbitnya adalah P, maka v = 2πd/P. Dengan demikian kita dapat
menuliskan persamaan 2.18 dalam bentuk

d3/p2 = (GMo)/4π 2 (2.1.9)

Dari pengamatan diketahui kala edar bulan 27,3 hari atau 2.358.780 sekon, dan
jarak bumi bulan 384.000 km atau 3,84 x 10-10 cm. Dengan memasukkan angka tersebut
ke persamaan 2.1.9 kita peroleh masa bumi

Mo ≈ 6,02 x 1027 gram

Johannes Kepler (1571 – 1630) menemukan bahwa orbit planet tidak berbentuk
lingkaran tetapi berbentuk elips dengan matahari di titik fokus elips. Ini disebut Hukum
Kepler Pertama. Selain itu Kepler juga menunjukkan vektor radius (garis hubung
matahari dan planet) dalam selang waktu yang sama menyapu luas daerah yang sama.
Akibatnya , planet bergerak cepat pada saat jaraknya dekat dengan matahari dan lambat
bila berada jauh dari matahari. Fakta ini disebut Hukum Luas atau Hukum Kepler Kedua.
Kepler juga mengemukakan : kuadrat kala edar planet mengitari matahri sebanding
dengan pangkat tiga setengah sumbu besar elips (Hukum Kepler Ketiga)

2.2. Hukum Pancaran

Bila kita menyinari suatu benda dengan radiasi elektromagnet, benda tadi akan
menyera, setidaknya sebagian energi radiasi itu. Akibat penyerapan energi ini temperatur
benda akan naik. Andaikan benda hanya menyerap energi tanpa memancarkan kembali,
tempertatur benda akan naik terus meneru. Namun bukan itu yang terjadi, sebagian
energi yang diserap akan dipancarkan kembali oleh benda. Temperatur masih akan naik
bilamana laju penyerapan energi lebih besar daripada laju pancarannya. Tetapi akhirya
benda akan mencapai temperatur keseimbangan dimana laju penyerapan energi sama
dengan laju pemancarannya. Keadaan ini disebut keadaan setimbang atau keadaan
setimbang termodinamik

Untuk dapat memahami sifat pancaran benda, orang membayangkan atau


menghipotesiskan suatu pemancar sempurna yang disebut benda hitam. Sebuah benda
hitam menyerapseluruh energi yang datang padanya. Pada keadaan setimbang termal ,
temperatur benda hanya ditentukan oleh jumlah energi yang diserapnya perdetik

Istilah hitam disini mempunyai arti bahwa benda hitam menyerap seluruh energi
yang datang padanya, tetapi warna sesungguhnya tidak perlu hitam. Sebuah benda hitam
yang suhunya beberapa ribu derajat akan tampak bewarna merah atau kuning, dan yang
suhunya beberapa puluh ribu derjat tampak bewarna biru

Sebuah benda hitam tidak memancarkan seluruhh gelombang elektromagenet


secara merata. Benda hitam bisa memancarkan cahaya biru lebih banyak dibandingkan
dengan cahaya merah, atau sebaliknya , bergantung pada suhunya.

Sifat pancaran benda hitam dipelajari secara eksperimen pada akhir abad yang
lalu, tetapi baru pada awal abad ini Max Planck (1858 – 1947) berhasil memperoleh
penafsirannya secara fisis

Planck membayangkan dinding suatu kotak isotermal terdiri atas banyak


dwikutub listrik (electric dipole) yang berlaku sebagai penggetar selaras (harmonic
oscillators). Jadi berkas pancaran termal suatu pemancar sempurna mengandung
gelombang elektromagenet yang dipancarkan oleh penggetar seperti itu. Oleh Planck
dikemukakan bahwa energi penggetar itu hanya bisa mempunyai harga kelipatan tertentu
yaitu n ∈0 dengan n = 0,1,2,3... dst, sedangkan ∈0 disebut kuantum energi yang besarnya
adalah hv;v adalah frekuensi penggetar dan h sebuah tetapan yang disebut tetapan
Planck.

Semakin tinggi temperatur benda hitam , makin tinggi pula intenstitas


spesifikasinya dan jumlah energi yang terbesar dipancarkan pada panjang gelombang
yang lebih pendek. Peristiwa tersebut sudah diamati sebelum planck merumuskan
hukumnya dan dikenal sebagai Hukum Stefan – Boltzman dan Hukum Wien

Hukum Wien menyatakan bahwa makin tinggi tempetature suatu benda hitam
makin pendek panjang gelombang tempat pancaran maksimum itu terjadi

2.3. Besaran Mendasar dalam Astrofisika

Matahari adalah bintang yang terdekat dengan kita , karena itu besaran fisis
matahari seperti jarak, jejari dan massa dapat kita tentukan jauh teliti daripada bintang
lainnya. Dalam astrofisika sering besaran tersebut digunakan sebagai satuan. Misalnya
untuk menyatukan jarak dua bintang dalam sebuah sistem bintang ganda sering
digunakan satuan astronomi atau astronomical unit, disingkat AU. Satu AU adalah
panjang setengah sumbu besar orbit mengitari matahari yaitu, 1,4496 x 10 13 cm (untuk
perhitungan kasar dan untuk mudah diingat sering dibulatkan menjadi 150 juta
kilometer)

Dalam keadaan sebenarnya, orbit Bumi dan Venus tidak berbentuk lingkaran
melainkan elips, selain itu bidang orbit Bumi dan Venus tidak sebidang (membentuk
sudut 3°23’). Namun uraian di atas diharapkan dapat meberikan gambaran yang jelas
karena anggapan di atas pada kenyataanya tidak berbeda jauh dari keadaan sengguhnya.

Penggunaan radar untuk menentukan satuan astronomi memerlukan pengerahuan


yang cermat tentang cahaya c. Jet Propulsion Laboratory mendapatkan bahwa 1 AU
=(499,004 788 s) x c. Dengan c = 299 792,5 km/s diperoleh
1 AU = 149 597 892 km (2.3.5)

Ketika pada tahun 1610 Galileo untuk pertama kali nebgarahkan teleskopnya ke
langit, ia takjub dengan yang dilihatnya. Ia dapat melihat kawah – kawah di permukaan
bulan. Planet jupiter berbentuk bundar dan dikelilingi empat buah bulan. Ia juga dapat
melihat noda – noda hitam dipermukaan matahari. Tetapi ketika ia mengarahkan
teleskopnya ke bintang,ia hanya melihatnya sebagai titik – titik cahaya seperti kalau
dilihat mata bugil. Bedanya, bintang tampak lebih terang bila dilihat dengan teleskop
bahkan ada yang tadinya tak nampak menjadi nampak, tetapi ia tak dapat melihat
bentuknya. Melihat kenyataan ini Galileo berkesimpulan bahwa bintang adalah benda
yang sangat jauh. Tetapi seberap jauhnya, Galilio tak mengtahi. Penentuan jarak bintang
baru berhasil dilakukan pada abad ke 19. Cara yang digunakan adalah Paralaks
Trigonometri

Pada abad ke-18 seorang astronom besar bernama William Herschel


mengemukakan dugaan bahwa sebenarnya bintang adalah benda yang besar dan terang
seperti matahari tetapi tampak berkelip – kelip lemah karena letaknya sangat jauh.
Proxima Centauri adalah bintang yang terdekat dengan bumi setelah matahri. Jarak
bintang lebih mudah kita bayangkan dengan mengecilkan skala. Misalnya jarak Bumi –
Matahari yang 150 juta kilometer itu kita kecilkan menjadi 1 meter, jarak plenet terjauh
yaitu Pluto menjadi 40 meter dari matahari , dan jarak Proxima Centauri 260 Kilometer

Astronom sering menilai terang suatu bintang dalam satuan magnitudo.


Hipparchus pada abad kedua sebelum masehi membagi bintang menurut terangnya
dalam enam kelompok. Bintang yang paling terang tergolong magnitudo kesatu , yang
lebih lemah tergolong magnitudo kedua dan seterusnya hingga yang paling lemah, yang
hampir tak terlihat oleh mata , termasuk magnitudo keenam

John Herchel kemudian mendapatkan bahwa kepekatan mata dalam menilai


terang bintang sebenarnya bersifat logaritmik. Bintang yang magnitudonya satu ternyata
100 kali lebih terang daripada bintang yang magnitudonya enam

Magnitudo yang telah dibicarakan merupakan ukuran terang bintang yang kita
lihat atau terang semu bintang oleh karenanya kita sebut magnitudo semu atau disingkat
magnitudo saja.

Jarak bintang-bumi tidak sama. Andaikan semua bintang berjarak sama dari kita,
magnitudo semu akan merupakan ukuran terang sebenarnya bintang, bintang yang
luminositasnya besar akan bermagnitudo kecil sedang yang luminositasnya kecil
memiliki magnitudo yang besar. Untuk menyatakan luminositas atau kuat cahaya
sebenarnya suatu bintang, kita dapat mendefenisikan besaran magnitudo mutlak , yaitu
magnitudo bintang andaikan diamati dari jarak yang sama, yaitu 10pc
Riview Buku

 KEKURANGAN
1. Penulisan pada buku masih banyak yang tidak sesuai dengan EYD
2. Terdapat kata – kata yang tidak layak di buku. Contohnya : “dengan mata bugil”
yang seharusnya lebih baik “dengan kasat mata”
3. Materi yang dipaparkan penulis tidak terstruktur dengan baik sehingga
membingungkan pembaca
 KELEBIHAN
1. Materi pada buku sudah banyak dan lengkap
2. Penulis banyak memaparkan rumus dan turunan rumus beserta keterangannya
3. Materi yang disampaikan menarik dan tidak membosankan
4. Buku dilengkapi dengan gambar yang dapat menambah pemahaman pembaca
BAB 3

SIFAT FISIS DASAR BINTANG

3.1. Spektroskopi Bintang


3.1.1. Teori Dasar Spektroskopi

Pada tahun 1665 Newton menunjukkan bahwa cahaya matahari yang terlihat
putih itu bila dilakukan suatu gelas prisma akan terurai dalam berbagai warna seperti
pelangi. Uraian cahaya ini disebut spektrum . pada tahun 1802 Wollaston melihat
adanya garis – garis tetap pada spektrum matahari. Fraunhofer melakukan pengamatan
yang cermat pada garis – garis itu dan berhasil mengkataloguskan 600 garis pada tahun
1815. Delapan tahun kemudian Fraunhofer melihat bahwa spektrum bintang juga
mengandung garis – garis gelap serupa yang terdapat pada spektrum matahari. Hal ini
menyokong pendapat bahwa matahari sebenarnya sebuah bintang

Selanjutnya orang mendapatkan bahwa garis – garis semacam itu dapat


dibentuk dalam laboratorium. Pada tahun 1859 Kirchoff mengemukakan tiga hukum
mengenai pembentukan spektrum oleh materi dalam berbagai keadaan fisis

1. Bila suatu benda langit, cair atau gas bertekanan tinggi dipijarkan, benda tadi akan
memancarkan energi dengan spektrum pada semua panjang gelombang. Spektrum
ini disebut spektrum kontinu
2. Gas bertekanan rendah bila dipijarkan akan memancarkan energi hanya pada
warna, atau panjang gelombang tertentu saja. Spektrum yang diperoleh berupa
garis – garis terang yang disebut garis pancaran atau garis emisi. Letak setiap garis
itu atau dengan kata lain panjang gelombangnya, merupakan ciri khas gas yang
memancarkannya. Unsur yang berbeda memancarkan kumpulan garis yang
berlainan pula
3. Bila seberkas cahaya putih dengan spektrum kontinu dilewatkan melalui gas yang
dingin dan renggang (bertekanan rendah) , gas tersebut akan menyerap cahaya tadi
pada warna atau panjang gelombang tertentu. Akibatnya akan diperoleh spektrum
kontinu yang berasal dari cahaya putih yang lewati itu, diselang – seling garis
gelap yang disebut garis serapan atau garus absorpsi. Letak garis serapan itu sama
dengan letak garis pancaran yang dipancarkan gas yang dingin itu andaikan gas
tadi dipijarkan

Ketiga hukum Kirchoff ini merupakan dasar spektroskopi. Cahaya bintang


berlatar beakang spektrum kontinu. Menurut hukum Kirchoff pertama, hal ini
menunjukkan cahaya bintang itu berasal dari gas yang bertekanan tinggi (walaupun
sebenarnya tidak terlalu tinggi).

Seorang ahli fisika Swiss bernama Balmer mendapatkan panjang gelombang


kumpulan garis ini mengikuti hukum

1/λ = R(1/22 – 1/n2) (3.1.1)


λ adalah panjang gelombang , R suatu tetapan dan n adalah bilangan bulat 3,4,5
dan seterusnya. Deretan garis yang dipancarkan hidrogen ini disebut deret Balmer.

Setelah penemuan Balmer itu , ditemukan deretan lain garis spektrum hidrogen.
Di daerah ultraungu diamati adanya garis yang disebut deret Lymann. Di daerah
inframerah juga diamati adanya beberapa deretan garis, antara lain dikenal sebagai
deret Paschen dan deret Bracket.

3.1.2. Spektrum Bintang

Untuk menguraikan cahaya menjadi spektrum pajang gelombangnya dapat


digunakan gelas prisma atau kisi – kisi. Pada suatu prisma uraian terjadi karena indeks
bias untuk panjang gelombang yang berbeda akan berbeda pula. Cahaya dengan
panjang gelombang pendek(bitu) akan dibiaskan lebih banyak daripada cahaya dengan
panjang gelombang (merah)

Cara suatu kisi-kisi menguraikan cahaya berbeda dengan prisma. Kisi – kisi
dapat berupa cermin dengan alur – alur sejajar yang penampang lintangnya. Cahaya
yang datang akan dipantulkan oleh kisi – kisi tersebut. Cahaya yang dipantulkan alur –
alur itu akan saling berinterferensi.pada arah tertentu gelombang yang dipantulkan akan
saling meniadakan kecuali pada suatu panjang gelombang λ yang jatuh dengan sudut
datang i pada kisi – kisi, maka berkas itu akan dipantulkan dengan sudut pantul θ
(gelombang lain yang dipantulkan pada arah itu saling meniadakan). Sudut pantul ini
memenuhi

Sin i + sinθ = mλ/d (3.1.16)

m = ±1,± 2,.... dan d adalah jarak antara alur yang disebut ruang kisi ; m disebut orde
spektrum. Perlu diperhatikan kisi – kisi menghasilkan beberapa spektrum, yaitu
spektrum.

Spektrum bintang juga bisa diperoleh dengan dengan prisma obyektif , yaitu
sebuah prisma yang diletakkan di depan teleskop. Untuk itu digunakan prisma tipis
dengan sudut yang kecil antara keduanya permukaannya. Dispersi atau daya urai
prisma ini kecil, hanya sekitar 1000 hingga 100Å per milimeter

Pola spektrum bintang umumnya berbeda – beda. Pada tahun 1863 seorang
astronom Jesuit bernama Angelo Secchi menegelompokkan spektrum bintang dalam 4
golongan berdasarkan pada kemiripan susunan garis spektrumnya

Pada mulanya perbedaan pola spektrum ini diduga karena perbedaan susunan
kimia afmosfer bintang, tetapi kemudian diketahui penyebab utamanya adalah
perbedaan temperatur permukaan bintang. Sebagai contoh, unsur yang paling banyak
terkandung di dalam kebanyakan bintang adalah hidrogen.

Ciri utama spektrum bintang pada setiap kelas dapat kita baca pada tabel bawah
ini , demikian juga temperatur permukaan dan warnanya
Kelas 0 : Garis ion helium, garis oksigen, nitrogen, karbon, silikon, dan lain – lain yang
terionisasi beberapa kali terlihat. Garis hidrogen lemah. Temperature >
25.000 K. Warna biru

Kelas B : Garis helium netral terlihat , garis hidrogen lebih jelas daripada kelas 0. Juga
terlihat garis ion silikon dan oksigen. Temperatur antara 10.000 – 7500 K.
Warna biru

Kelas A : Garis hidrogen terkuat pada kelas ini. Garis ion Mg, Si, Fe, Ca dan lain – lain
terlihat. Garis logam netral terlihat lemah. Temperatur antara 7500 – 6000 K.
Warnanya biru keputih – putihan

Kelas F : Garis hidrogen lebih lemah dari kelas A tetapi masih jelas. Garis ion Ca, Fe,
Cr masih terlihat. Garis logam metal terlihtat

Kelas G : Garis H lebih lemah dari kelas F. Garis ion logam dan logam metal terlihat.
Temperature antara 6000 – 5000 K. Warna jingga kemerah – merahan

Kelas K : Garis logam netral jelas. Garis H lemash sekali. Pita TiO terlihat.
Temeperature antara 5000 – 3500 K. Warna jingga kemerahan - merahan

Kelas M : Garis logam netral kuat. Pita molekul TiO jelas. Temperature < 3500 K.
Warna merah

Paada tahun 1842 Christian Doppler menunjukkan, bila suatu sumber cahaya
bergerak mendekati kita frekuensinya menjadi lebih tinggi atau panjang gelombangnya
menjadi lebih pendek; sedangkan bila sumber cahaya bergerak menjauhi kita
frekuensinya menjadi lebih rendah atau panjang gelombangnya lebih panjang. Peristiwa
ini disebut Efek Doppler

` Bila kita mengamati sebuah bintang yang berotasi (berpusing) dengan sumbu
rotasinya tidak searah dengan arah ganis pandang, bagian permukaan bintang yang
berbeda akan memiliki kecepatan radial akibat rotasi yang berbeda pulaterhadap
pengamat. Sisi bintang yang geraknya terhadap pengamat mendekat akan memiliki
spektrum dengan panjang gelombang yang bergeser lebih pendek, dan sebaliknya
terjadi pada sisi yang bergerak menjauh. Akibat garis spektrum bintang melebar

Dalam hal bintang, sumber dengan spektrum kontinu adalah fotosfer bintang,
sedangkan gas renggang yang menghasilkanspektrum garis adalah atmosfer atau
selubung gas yang menyelimuti bintang.

Garis spektrum tidak merupakan garis yang tajam tetapi mempunyai lebar
tertentu. Pelebaran garis spektrum disebabkan oleh beberapa hal yang akan kita uraikan
secara ringkas berikut ini.

1. Pelebaran alamiah. Tingkat energi itu sebenarnya tidak tajam. Harga energi yang
kita berikan pada suatu tingkat energi sebenarnya adalah harga yang paling
mungkin untuk tingkat itu
2. Pelebaran Doppler. Akibat efek Doppler, setiap atom akan menyerap foton dengan
panjang gelombang yang berbeda – beda tergantung pada kecepatan radialnya
terhadap pengamat. Hal ini mengakibatkan pelenaran garis spektrum
3. Pelebaran Tumbukan. Tingkat energi suatu atom terganggu oleh adanya atom atau
ion yang lewat didekatnya atau yang menumbuknya, akibatnya tingkat energi akan
berubah sedikit hingga panjang gelombang foton yang dapat diserapnya berbeda –
beda kalau tidak ada gangguan. Dengan demikian atom akan memberikan garis
spektrum yang melebar
4. Efek Zeeman. Medan magnet dapat menyebabkan suatu tingkat energi sebuah atom
terpecah menjadi dua atau lebih. Akhirnya garis spektrum terpecah menajadi dua
garis atau lebih.

Lebar ekivalen suatu garis spektrum bergantung pada jumlah atom penyerap per
satuan luas di fotosfer. Makin banyak atom itu, makin lebar garis spektrum yang
dihasilkannya

3.2. Fotomettri Bintang


3.2.1. Sistem magnitudo

Terang bintang yang kita amati dinyatakan oleh magnitudo semu m;sedang kuat
cahaya sebenarnya bintang dinyatakan oleh magnitudo mutlak M, yaitu magnitudo
bintang andaikan diamati dari jarak 10 pc

Sekarang bandingkan pwngukuran magnitudo visual dan magnitudo visual dan


magnitudo fotografi bintang Rigel dan Betelgeuse. Betelgeuse yang bewarna merah
lebih banyak memancarkan cahaya kuning daripada cahaya biru, maka bintang in iakan
tampak lebih teranag pada pengamatan visual daripada pada pengamatan fotografi.
Sebaliknya rigel bewarna biru bila diamati secara fotografi tampak lebih terang
daripada bila diamati secara visual

Pada tahun 1951, H.L. Johnson dan W.W. Morgan mengajukan sistem
magnitudo yang disebut UBV, yaitu

U = magnitudos semu dalam daerah ultraungu


B = Magnitudo semu daam daerah biru
V = magnitudo semu dala, daerah kuning atau visual

Sistem magnitudo dengan lebar pita (band – witch) yang sempit seperti sistem
uvby dari Stromgren dapat memberikan informai yang lebi cermat, tetapi sistem ini
memerlukan waktu pengamatan yang lebih lama karena dalam suatu selang waktu
jumlah cahaya yang di tangkap detektor lebih sedikit
Pancaran bintang berasal dari pembangkitan energi di pusat bintang. Materi
bintang terdiri atsa opasitasnya terhadap cahaya sangat besar. Pancaran yang
dibangkitkan di pusat bintang sebagian besar diserap oleh lapisan – lapisan dibagian
luarnya. Setiap lapisan memancarkan energi sesuai temperaturenya. Penyerapan dan
pemancaran energi oleh lapisan tersebut seimbang. Karena kekedapan yang cukup
tinggi itu, energi yang di pancarkan keluar oleh bintang dan yang kita amati berasal dari
lapisan tipis yang terluar saja disebut fotosfer

3.2.2. Magnitudo bolometrik dan temeperature efektif

Walaupun berbagai magnitudo tersebutdapat menggambarka sebaran energi


pada spektrum bintang, dengan demikian dapat memberikan petunjuk tentang
temperaturnya , namun belum memberikan informasi tentang seluruh energi yang
dipancarkan bintang. Untuk itu didefenisikan magnitudo bolometrik (mbol) yang
menyatakan magnitudo bintang bila diukur dalam seluruh panjang gelombang
Magnitudo mutlak bolometrik mempunyai arti penting karena kita dapat
memperoleh informasi tentang energi total yang dipancarkan suatu bintang per detik
(luminositas)
Jika temperature efektif suatu bintang dapat ditentukan bila magnitudo
bolometriknya dan garis tengah sudutnya dapat dtentukan. Dengan menggunakan
bintang yang mbol maupun δ-nya dapat ditentukan, kita dapatkan membuat kurva
kalibrasi yangt menyatakan hubungan antara indeks warna dan temperautre aktif

3.3. Jenis Bintang Berdasarkan Spektrum dan Kuat Cahayanya


3.3.1. Diagram Hertzsprung – Russell

Pada tahun 1911 , seorang astronom Denmark bernama Eijnar Hertzsprung


membandingkan hubungan antara magnitudo dan indeks warna bintang dalam gugus
Pleiades dan Hyades. Pada umumnya makin biru warna bintang makin terang
cahayanya (makin kecil magnitudonya).

Bintang – bintang cenderung mengelompok dalam beberapa deretan. Sebgaian


besar bintang menempati suatu jalur dari kiri ke atas ke kanan bawah. Deret ini disebut
deret utama ( main – sequance). Tetapi tidak semua bintang menempati jalur deret
utama. Beberapa pengelompokan lain selain deret utama yaitu maharaksasa
(supergiant), raksasa (giant) dan katai putih (white dwarf)

Berdasarkan kenyataan ini pada tahun 1943 Morgan, Keenan dan beberapa
rekannya di Observatorium Yerkes membagi bintang dalam kelas luminositasnya yaitu:

Kelas Ia : Maharaksasa yang sangat terang


Kelas Ib : Maharaksasa yang kurang terang
Kelas II : Raksasa yang terang
Kelas III : Raksasa
Kelas IV: Subraksasa
Kelas V : deret utama

Jadi dengan membandingkan garis spektrum tertentu untuk bidang yang kelas
spektrumnya sama, orang dapat membedakan kelas luminositas bintang tersebut. Bila
sebuah bintang diketahuai spektrum dan kelas lumonitasnya, kedudukan bintang dalam
diagram HR sudah teretentu. Magnitudo mutlak bintang dapat diketahui dengan cara
ini. Dengan menggunakan persamaan 2.3.28 jarak bintang dapat kita tentukan karena
meagnitudo semu m dapat kita ukur. Cara penentuan jarak ini disebut cara paralaks
spektroskopi

3.3.2. Bintang Dengan Spektrum Khusus

Umumnya bintang dapat digolongkan dalam salah satu kelas spektrum dan
kelas luminositas tersebut di atas. Tetapi ada beberapa bintang yang tak dapat
dikelo,pokkan dalam kelas itu. Berikut ini akan kita bicarakan beberapa bintang dengan
spektrum khusu

1. Bintang Wolf – Rayet atau Bintang WR. Biasanya disebut kelas W. Spektrumnya
menyerupai bintang kelas 0 tetapi mempunyai garis emisi yang lebar
2. Bintang P. Cygni : Spektrumnya mempunyai garis emisi yang kuat dari hidrogen
dan helium yang berdampingan dengan garis absorpsi pada sisi gelombang yang
lebih pendek
3. Bintang B Emisi. Diantara bintang kelas B yang spektrumnya melihatkan garis
emisi hidrogen disamping garis absorpsi yng normal
4. Bintang kelas A yang aneh. Bintang Ap adalah bintang kelas A yang mempunyai
keanehan pada spektrumnya. Yang menarik pada bintang golongan ini adalah
terjadinya perubahan kuat medan maget yang berlangsung secara berkala, dan
perubahan kemagnetan ini ini disertai dengan perubahan kuat garis ukur tertentu
5. Bintang rasasa dingin dengan komposisi aneh. Pada spektrum bintang dingin kelas
K dan M yang normal terlihat adanya pita molekul oksida logamseperti
titaniumoksidda (TiO), skandiumoksida (ScO), dan vanadiumoksida(VO)

Riview Buku

 KEKURANGAN
1. Penulisan pada buku masih banyak yang tidak seusai EYD
2. Terdapat kesalah tanda baca yang cukup banyak pada buku

 KELEBIHAN
1. Materi yang dipaparkan pada buku sudah lengkap dan terstruktur
2. Penulis memaparkan gambar sehingga dapat menambah pemahaman pembaca
3. Terdapat penurunan rumus dan rumus serta keterangannya yang dapat menambah
pemahaman pembaca
4. Materi yang disajikan menarik dan tidak membosankan
5. Penulis juga mencetak miring kata yang dianggap penting sehingga memudahkan
pembaca untuk cepat menemukan kata yang ingin ia ketahui
BAB 4

GERAK BINTANG DAN SISTEM BINTANG GANDA

5.1. Gerak Bintang Di Sekitar Matahari


5.1.1. Gerak sejati dan Kecepatan Radial

Para astronom kuno membedakan antara “bintang tetap” dan “bintang


pengembara” yang tak lain adalah planet. Berbeda dengan bintang tetap, planet
bergerak diantara bintang dari rasi ke rasi
Sebenarnya bintang juga bergerak. Tetapi karena letaknya sangat jauh,
gerakan itu hampir tak teramati. Mungkin setelah ratusan ribu tahun, perpindahan
bintang akibat geraknya itu baru bisa dilihat dengan nyata
Gerak sejati rata – rata bintang yang tampak dengan mata hanyalah 0”, 1 detik
per tahun. Baru setelah selang waktu 20 hingga 50 tahun perubahan letak suatu
bintang dapat teramati hingga gerak sejatinya pun dapat diukur
Disamping gerak sejati , informasi tentang gerak bintang diperoleh dan
pengukuran kecepatan radialnya , yaitu komponen kecepatan bintang yang searah
dengan garis padang. Kecepatan bintang umumnya mempunyai orde beberapa puluh
kilometer per detik, sehingga dalam hal ini kita menggunakan rumus bukan relavistik
unuk efek dopler
Kecepata gerak bintang dapat diuraikan dalam dua komponen yaitu kecepatan
radial yang searah dengan garis pandang dan kecepatan tangensial(V 1) yang
merupakan komponen kecepatan tegak lurus pada garis pandang

5.1.2. Paralaks rata – rata dan paralaks gerak gugus

Pengamatan terhadap gerak bintang dapat memberikan informasi tentang


jaraknya. Kita uraikan gerak sejati dalam dua komponen yaitu

(a) Komponen upsilon, yaitu komponen yang searah dengan arah apex-antapex
(b) Komponen tau, yaitu komponen yang tegak lurus apex – antapex

Ketelitian ini bergantung pada ketelitian pengukuran paralaks rata – rata dan
pada sebaran harga M bintang dalam kelompok tersebut. Cara ini sangat berguna
unutk menentukan jarak berbagai jenis bintang yang umunya terlampau jauh sehingga
penggunaan paralaks trigonometri tidak mungkin dilakukan

Masih ada satu cara lagi untuk menentukan jarak berdasarkan gerak bintang
yaitu dengan mengamati gerak sejati bintang dalam gugus bintang. Suatu gugus
bintang terdiri atas banyak bintang yang terikat oleh gaya gravitasinya. Di dalam
galaksi kita terdapat banyak gugus bintang. Semua bintang di dalam gugus bergerak
bersama ke suatu arah dalam lintasan sejajar

Banyak bintang ganda yang jarak antara kedua bintang anggotanya


(komponennya) cukup besar hingga kedua bintang dapat terlihat terpisah seperti
halnya bintang Mizar tadi. Bintang ganda semacam ini disebut bintang ganda visuil
Kadang – kadang dalam suatu sistem bintang ganda yang seharusnya
merupakan bintang ganda visual hanya terlihat satu bintang saja. Bintang
pasangannya terlampau lemah untuk dilihat . dalam banyak hal jarak kedua bintang
terlalu berdekatan, hingga sebuah terpong yang kuat sekali pun tak dapat memisahkan
kedua bintang itu. Mereka hany terlihat sebagai satu bintang

Disamping itu sistem bintang ganda dikenal pula sistem bintang majemuk
(multiple stars) seperti bintang bertiga, bintang berempat, bintang berlima dst.

4.2.2. Bintang ganda visual

Pada pasangan bintang ganda visual, komponen yang terang disebut bintang
primer dan yang lebih lemah disebut sekunder. Dalam pengamatan bintang ganda
visual bintang primer dipilih sebagai titik acu (pusat kordinat). Lintasan bintang
sekunder ditentukan relatif terhadap bintang primer. Dalam hal ini lintasan bintang
sekunder akan berupa elips dan bintang primer terletak pada titik fokus elpis orbit
Selanjutnya beberapa parameter orbit lainnya dapat pula ditentukan. Dari
pengamatan bintang ganda visual beberapa orbit yang dapat ditentukan adalah
1. Sudut inklinasi , i
2. Sudut setengah sumbu besar , α
3. Eksentrisitas orbit, e
4. Periode orbit P

Dari Adanya huungan antara masssa dan luminositas bintang telah diramalkan
secarateori oleh Eddingtonpada tahun 1926 dari perhitungan struktur dalam bintang.
Secara umum hubungan massa luminositas dapat dituliskan

L = a Mp (4.2.13)

4.2.3. Bintang ganda spektroskopi

Bintang ganda spektroskopi umumnya mempunyai periode orbit beberapa


hari. Dalam pengamatan bintang ganda spektroskopi gerak bintang kita tinjau relatif
terhadap titik pusat massa mereka kecepatan radial bintang (komponen kecepatan
searah dengan garis padang)
Pada bintang ganda visual biasanya sumbu besarnya panjang, maka menurut
Hukum Kepler orbitnya kecil. Dengan demikian sukarlah untuk menentukan
kecepatan radial komponen bintang ganda visual. Tetapi dalam hal jarang terjadi yaitu
bila kecepatan radial ini dapat ditentukan, bintang ganda visual ini juga merupakan
bintang ganda spektroskopi

4.2.4. Bintang ganda Gerhana

Bintang Algol di rasi Perseus adalah bintang ganda gerhana yang pertama
ditelaah orang. Perubahan cahaya Algol telah lama diketahui, tetapi pengamatan
secara bersistem baru dilakukan oleh astronom amatir Inggris bernamaJ. Goodricke
pada akhir abad ke-18. Goodricke memberikan penafsiran yang benar bahwa
perubahan cahaya Algol disebebkan karena gerhana, yaitu bintang yang satu menutupi
bintang yang lain secara berganti – ganti.
Perubahan cahaya bintang ganda gerhana diamati secara fotometri. Gerhana
terjadi bila bintang 2 berada di depan atau dibelakang bintang 1. Hal ini disebabkan
karena temperature kedua bintang tidak sama. Bila bintang yang temperaturenya
tinggi tertutup, cahayanya akan lebih redup daripada bila bintang yang
temperaturenya lebih rendah tertutup.
Ada beberapa hal yang merumitkan analisis kurva cahaya yaitu
1. Bentuk bintang yang tidak berupa bola karena gaya pasang surut menyebabkan
bentuk kedua bintang benjol. Akibat rotasi bintang kita melihat luas permukaan
bintang berubah – ubah karena kebenjolannya itu, oleh karenanya kuat cahayanya
pun berubah – ubah
2. Ketidakseragaman kecerahan permukaan bintang, yaitu bagian tepi bintang lebih
redup daripada bagian tengahnya. Oleh karena itu pada saat bintang
menggerhanai bagian tepi bintang yang lain, jumlah cahaya yang hilang lebih
kecil di bandingkan gerhanan di bagian tengahnya
3. Adanya efek pemantulan , yaitu bintang yang terang memanasi bagian permukaan
bintang yang lain yang menghadap kearahnya
Riview Buku
 KEKURANGAN
1. Penulisan pada buku masih belum sesuai dengan EYD
2. Terdapat tanda baca yang tidak sesuai
3. Banyak kata – kata yang tidak sesuai pada buku sehingga membuat pembaca
bingung

 KELEBIHAN
1. Materi yang dipaparkan penulis sudah cukup lengkap dan tersrtruktur
2. Penulis juga menambahkan gambar pada setiap penjelasan sehingga menambah
pemahaman pembaca
3. Penulis memaparkan turunan rumus dan rumus serta keteranganya di dalam buku
4. Materi yang disajikan menarik dan tidak membosankan
5. Penulis juga mencetak miring kata yang dianggap penting sehingga memudahkan
pembaca untuk cepat menemukan kata yang ingin ia ketahui
BAB 5

STRUKTUR ATMOSFER DAN DALAM BINTANG

5.1. Atmosfer Bintang


5.1.1. Persamaan hantaran pancaran

Lapisan atmosfer jauh lebih tipi dibandingkan dengan besaran keseluruhan


bintang, oleh karena itu kita dapat menganggap laposan atmosfer sebagai permukaan
bidang sejajar
Dalam proses penghantam energi di dalam bintang terjadi penyerapan energi
oleh materi bintang terjadi pemyerapan energi oleh materi bintang. Ada empat macam
proses penyerapan energi, yaitu :
a. Penyerapan terikat – terikat (bound – bound absorption)
b. Penyerapan terikat – lepas (bound – free absorption)
c. Penyerapan lepas – lepas (free – free absorption)
d. Penyebaran

Penyerapan terikat – terikat terjadi bila foton diserap oleh elektron untuk
mengeksitaasikan elektronnya ke tingkat energi yang lebih tinggi. Penyerapan ini
menimbulkan garis – garis absorption yang diamati pada spektrum bintang.
Penyerapan terikat – terikat seringkali diabaikan untuk daerah dengan suhu yang
tinggi seperti di dalam bintang. Bila penyerapan terikat – terikat hanya menimbulkan
hilangnya foton pada panjang gelombang tertentu saja, ketiga proses berikut ini
menimbulkan penyerapan pada pancaran kontinum
Penyerapan lepas – lepas terjadi bila elektron bebas di sekitar suatu inti atau
ion positif menambah energi kinetiknya dengan menyerap foton. Berbeda dengan
penyerapan terikat – lepas, tak ada pembatasan pada energi yang dapat diserapnya.
Perlu dikemukakan bahwa suatu elektron di ruang bebas tidak mungkin menambah
energinya dengan menyerap foton kecuali bila elektron tersebut bergerak dalam
medan listrik suatu inti atau ion positif.
Kita dapat membagi model atmosfer menjadi dua jenis yaitu atmosfer kelabu
dan tmosfer bukan kelabu.
Dalam atmosfer bukan kelabu, koefisien absorpsi dan tebal optik tetap
merupakan fungsi panjang gelombang seperti dalam kenyataan sebenarnya. Model
atmosfer kelabu dapat diperoleh dengan cara merata – ratakan Kλ ḱ kemudian
digunakan dalam perhitungan. Ada berbagai cara untuk merata – ratakan K λ , antara
lain sebagaimana didefenisikan oleh (Roseland). Penentuan kλ dan ḱ merupakan
perhitungan yang rumit namun untu perhitungan sederhana orang dapat menggunakan
rumus pendekatan, yaitu
k = k 0 ρ T 3,5 (5.1.25)

k 0 adalah tetapan bergantung pada komposisi kimia. Persamaan 5.1.25 dikenal


sebagai Hukum Kramers.
Jadi energi yang diserap materi bintang yang akan dipancarkan kembali
dengan laju yang sama, walaupun tidak perlu pada arah semula. Frekuesninya pun
tidak perlu sama dengan frekuensi gelombang semula. Secara keseluruhan anggapan
kedaan setimbang termodinamik tidak benar, tetapi secara lokal keadaan ini
merupakan pendekatan yang baik. Anggapan ini dsiebut keadaan setimbang
termodinamik lokal (atau lokal thermodynamic equilibrium, disingkat LTE)

5.2. Bagian Dalam Bintang


5.2.1. Tekanan , Temperature, dan Rapat Massa

Model sederhana bintang dapat dibentuk dengan menganggap bintang


merupakan benda tunggal (jauh dari efek gravitasi benda lain), tidak berotasi dan tak
ada aruh medan magnet.
Salah satu kesetimbangan yang menjamin kemantapan bintang kesetimbagan
hidrostatik. Dalam keadaan setimbang hidrostatik gaya berat lapisan luar pada setiap
titik di dalam bintang diimbangi oleh tekanan dari dalam.
5.2.2. Pembangkitan Energi
Energi yang dibangkitkan matahari dalam sedetik sama dengan yang
dibangkitkan oleh semua pembangkit energi buatan manusia sekarang selama
beberapa juta tahun. Pada pertengahan abad ke-19 Helmholtz dan Kelvin mengajukan
teori bahwa bintang termasuk matahari, memancarkan energi akibat pengerutan
gravitasi
Luminositas matahri adalah 3,9 x 1033 erg s-1. Dapat kita hitung dengan
persamaan 5.2.30 bahwa jumlah massa matahari yang lenyap dan diubah menjadi
energi adalah 4,3 x 1012 gram s-1 (4 juta ton per detik) atau 1,2 x 1020 gram per tahun.
Ditaksir umu matahari 5 milyar tahun. Selama 5 milyar tahun itu telah kehilangan
massa sebanyak 6,5 x 1029 gram, hanya 0,03% dari massanya sekarang

5.2.3. Hantaran Energi

Energi yang dibangkitkan di dalam bintang harus diangkut keluar. Kita


mengenal tiga hambatan energi yaitu konduksi, konveksi, dan pancaran.
Konduktivitas pancaran bintang sangt kecil. Jadi di dalam bintang umumnya hanya
terjadi hantaran energi secara pancaran dan konveksi

Jadi dari persamaan terbukti bahwa untuk mengangkut energi lebih besar
diperlukan gradien temperatur yang besar. Begitu pula kekedapan materi bintang
besar diperlukan gradien temperatur yang besar untuk mendorong aliran pancaran.
Adanya konveksi ini menyebabkan lapisan bawah yang panas menajadi lebih
dingin sedangkan lapisan atas yang dingin menjadi lebih panas. Dengan kata lain
konveksi menurunkan gradien temperature. Pada akhirnya, terjadi kesetimbangan
dimana seluruh energi yang dibangkitkan diangkut secara pancaran maupun secara
konveksi. Keadaan ini disebut kesetimbangan konveksi
5.2.4. Model Struktur dalam Bintang

Umumnya jejari lumonitas bintang yang diperoleh dengan syarat batas


hampiran tersebut tidak berbeda jauh dari yang diperoleh dengan menggunakan syarat
batas yang sebenarnya, kecuali pada beberapa hal khusus, misalnya pada bintang yang
memiliki lapisan konveksi luar yang cukup tebal
Pada mulanya komposisi kimia bintang seragam untuk seluruh bintang. Tetapi
akibat rekasi inti yang berlangsung dipusat bintang, komposisi di pusat bintang sedikit
demi sedikit berubah. Bila bintang saat itu sedang pada tahap pembakaran hidrogen
dipusatnya, kita harapkan hidrogen dipusat bintang sedikit demi sedikit berkurang
sedang heliumnya bertambah
Pancaran energi merupakan pancaran ‘butir energi’ atau kuanta. Dalam teori
kuantum dikatakan bahwa sebuah kuanta dengan frekuensi v mempunyai energi
sebesar hv. Kuanta ini memiliki momentum sebsar hv/c (rumus De Broglie). Dengan
demikian suatu pancaran dengan energi total E memiliki momentum sebesar E/c. Hal
ini dibutikan dalam teori elektromagent Maxwell

5.2.5. Materi terdegenarasi dan bintang katai putih

Materi dilama bintang umumnya dapat dianggap sebagai gas ideal dan baginya
berlaku persamaan keadaan
k
P= ( )
μH
ρT (5.2.87)

Persamaan ini dapat diturunkan dari teori kinetik gaas klasik


Pada rapat masa yang sangat tinggi atau pada temperature yang sangat rendah,
sifat gas dapat menyimpang dari sifat yang diturunkan teori gas klasik. Penyimpangan
ini merupakan akibat prinsip larangan Pauli dalam mekanika kuantum.
Tekanan gas merupakan gabunag tekanan ion dan tekanan elektron. Karena
pada suatu ρ dan Ttertentu ion umumnya mempunyai momentum yang jauh lebih
besar
Sirius yang letaknya di rasi Canis Major adalah bintang terterang di langit.
Bintang ini termasuk yang terdekat dengan bumi, paralaksnya 0”, 371 dan jaraknya
2,7 pc atau 8,8 tahun cahaya. Sirius adalah bintang yang geraknya cepat, dalam
setahun bintang ini bergerak menempuh jarak sudut kira – kira 1”. Pada tahun 1844
F.W Bessel menemukan keanehan pada gerak sirius. Ternayata sirius bergerak
berbelok – belok menempuh lintasan bergelombang dengan periode 50 tahun. Hal ini
dapat dimngerti bila Sirius adalah anggota sistem bintang ganda yang periode orbitnya
50 tahun, tetapi pasangan sirius ini susah dilihat. Baru pada tahun 1862 Alvan Clark
berhasil melihat pasangan sirius itu. Sesuai dengan penamaan komponen bintang
ganda, bintang sirius yang terang dinamakan sirius A, sedang pasangannya yang
lemah dinamakan sirius B. Dalam gelombang kasatmata Sirius B lebih lemah 10.000
kali daripada Sirius A
Pada tahun 1914, W.S Adams berhasil mengamati spektrum Sirius B , ternyata
spektrumnya tidak banyak berbeda engan Sirius A, kelas spektrumya A5. Pengamatan
pada bintang katai putih yan lain memberikan hasil yang serupa. Kemampatan bintang
itu antara 105 hingga 106 gram/cm3. Pada tahun Eddington menunjukkan bahwa
kemampatan yang besar dari bintang katai putih bukan hal yang mustahil berdasarkan
teori struktur atom
Bintang katai putih adalah bintang yang berada pada tahap evolusi akhir. Tak
ada reaksi ini yang berlangsung di pusatnya. Sebagian besar hidrogen di pusatnya
sudah habis, komposisi kimianya hampir sepenuhnya terdiri atas unsur yang lebih
berat. Suatu bintang katai putih berada dalam keadaan mantap karena tekanan elektron
terdegenerasi dapat mengimbangi tekanan akibat gaya gravitasi. Makin besar massa
bintang Katai Putih, makin kecil jejarinya

Riview Buku

 KEKURANGAN
1. Penulisan pada buku masih banyak yang tidak sesuai dengan EYD
2. Terdapat tanda baca yang tidak seusai
3. Terdapat sedikit kata yang membingungkan pada buku
 KELEBIHAN
1. Materi yang dipaparkan penulis sudah cukup lengkap dan terstruktur
2. Materi yang disajikan menarik dan tidak membosankan
3. Penulis menyederhanakan rumus sehingga tidak menyulitkan pembaca
4. Penulis juga mencetak miring kata yang dianggap penting sehingga memudahkan
pembaca untuk cepat menemukan kata yang ingin ia ketahui
5. Penulis memaparkan gambar yang dapat menambah pemahaman pembaca
BAB 6

EVOLUSI BINTANG

6.1. Evolusi Awal dan Deret Utama


6.1.1. Pembentukan Bintang

Ruang diantar abintang – bintang tidak kosong , disitu terdapat materi berupa
gas dan debu yang disebut materi antar bintang. Di beberapa tempat materi antar
bintang dapat dilihat sebagai awan antar bintang yang tampak terang bila disinari oleh
bintang – bintang panas disekitarnya, atau bisa juga tampak gelap bila awan itu
menghalangi cahaya bintang atau awan di belakangnya. Awan antar bintang disebut
nebula. Contohnya Nebula Orion
Gaya gravitasi memegang peranan sangat penting dalam proses pembentukan
bintang. Oleh suatu peristiwa hebat, misalkan ledakan bintang atau pelontaran massa
oleh bintang, disuatu tempat sekelompok materi antar bintang menjadi lebi mampat
daripada sekitarnya. Bagian luar awan ini akan tertarik oleh gaya gravitasi materi
dibagian dalam. Akibatnya mengerut dan menjadi makin mampat. Peristiwa ini
disebut Kondensasi
Jadi bintang itu tidak terbentuk sendiri – sendiri tetapi berasal dari suatu
kondensasi besar di suatu awan antar bintang yang kemudian terpecah dalam
kondensasi yang lebih kecil. Jadi bintang terbentuk dalam kelompok. Hal ini
didukung oleh pengamatan. Asosiasi merupakan kelompok yang lebih renggang dan
lebih lepas. Suatu asosiasi akan terurai dalam waktu yang relatif singkat, sedang
gugus bintang bola yang beranggotakan ratusan ribu bintang tetap mantap dalam
waktu lebih dari 10 milyar tahun.
Bintang yang sedang dalam proses pembentukan disebut protobintang. Pada
mulanya protobintang hanya dapat diamati dari pancaran radio yang ditimbulkan oleh
molekul disitu. Bila protobintang mejadi lebih panas akibat proses pengerutannya,
mereka dapat diamati sebagai pemancar inframerah. Makin tinggi suhunya, ion
hidrogen yang terbentuk disekelilingnya akan mengembang dan meniup selubung gas
dan debu yang melingkunginya. Bila kerapatan gas dan debu sudah cukup rendah ,
bintang mulai tampak

6.1.2. Jejak evolusi pra deret utama

Suatu protobintang yang telah mengakhiri proses fragmentasinya akan terus


mengertu akibat gaya gravitasi. Pada awalnya temoerature dan lumonitas bintang
masih rendah. Hayashi menunjukkan bahwa bintang dengan temperature efektif
terlalu rendah tidak mungkin berada dalam kesetimbangan hidrostatik. Materi
protobintang sebagian besar adalah hidrogen.
Evolusi protobintang ditandai dengan keruntuhan cepat (hampir seperti jatuuh
bebas). Pada akhirnya protobintang menyebrang daerah terlarang Hayashi. Kita sebut
protobintang itu dengan bintang pra deret utama. Lumonisitas bintang sangat tinggi
karena masih renggang sehingga energi bebas terpancar keluar. Bintang akan
mengerut dengan laju yang lebih lambat menyusuri pinggir luar daerah terlarang
Hayashi. Jejak Evolusi hampir vertikal (Te hampir tak berubah), jejak ini dikenal
sebagai Jejak Hayashi
Laju evolusi pada tahap ini jauh lebih lambat daripada sebelumnya. Pada
akhirnya temperature di pusat bintang cukup tinggi untuk berlangsungnya
pembakaran hidrogen. Tahap evolusi sebelum mencapai deret utama itu kita sebut
tahap pra deret utama
Waktu yang diperlukan sebuah bintang berevolusi dari awan antar bintag
menjadi bintang deret utama bergantung pada massa bintang itu. Makin besar massa
suatu bintang , makin singkat waktu yang diperlukan untuk mencapai deret utama.

6.1.3. Evolusi di Deret Utama

Pada temperature sekitar 10 juta derajat, inti hidrogen mulai bereaksi


membentuk helium. Energi yang dibangkitkan oleh rekasi ini menyebabkan tekanan
di dalam bintang menahan pengerutan bintang menjadi mantap. Pada saat itu bintang
mencapai deret utama berumur nol (atau zero age main sequance, disingkat ZAMS).
Deret utama berumur nol untuk bintang dengan komposisi kimia yang berbeda
merupakan jalur yang hampir sejajar dan berdekatan satu terhadap yang lain.
Jadi deret utama merupakan dudukan bintang dengan reaksi inti dipusatnya
yang komposisi kimianya masih homogen. Bintang menjadi lebih terang, jejari
bertambah besar dan temperature efektifnya berkurang, namun belum bergeser terlalu
jauh dari deret utama. Andaikan 10% hidrogen dipusat sudah habis pun bintang tidak
akan lebih dari dua kali terangnya, begitu juga temperaute efektifnya tidak akan turun
lebih dari sepersepuluh kalinya. Tahap evolusi ini disebut tahap deret utama yang
bermula dari deret utama berumur nol.
Bintang di deret utama bagian atas mempunyai temperature pusat lebih tinggi
daripada yang dideret utama bagian utama bagian bawah. Jadi untuk bintang deret
utama bagian atas pembangkitan energi terutama berasal dari reaksi daur proton –
proton

6.2. Evolusi Lanjut


6.2.1. Evolusi lewat deret utama

Evolusi lebih lanjut ternyata bergantung pada massa bintang. Pada bintang
bermassa kecil rekasi pembakaran helium baru akan berlangsung bila rapat massa
dipusat bintang sudah sedemekian besarnya hingga materi disitu dalam keadaan
terdegenerasi sempurna. Lain halnya pada bintang bermassa besar. Bintang seperti itu
tidak perlu menunggu kerapatan materi pusat terlampau besar untuk melangsungkan
pembakaran helium dipusatnya karena temperature disitu sudah cukup tinggi sebelum
keadaan terdegenerasi tercapai
Evolusi tahap akhir suatu bintang masih penuh ketidakpastian, tetapi beebrapa
perhitungan menunjukkan bahwa unsur kimia yang lebih berat dari karbon dapat
terbentuk di pusat bintang akibat reaksi inti yang berlangsung disitu.
Unsur berat yang terbentuk di dalam bintang akan dilontarkan keluar oleh
proses lontaran massa maupun ledakan bintang. Semua unsur itu akan mengotori
ruang antar bintang yang pada mulanya hany amengandung hidrogen dan helium.
Akibatnya bintang generasi berikutnya akan mengandung unsur berat daripada
bintang generasi pendahulunya. Barangkali menarik untuk direnungkan bahwa unsur
berat dalam tubuh kita seperti nitrogen dalam DNA kita, besi dalam darah kita,
kalsium dalam gigi, berasal dari bintang karena pada mulanya unsur seperti itu tidak
ada dalam jagat raya dan baru terbentuk setelah terjadi reaksi ini dalam bintang

6.2.2. Gugus Bintang dan Populasi Bintang

Dibebrapa tempat tampak adanya bintang yang menggerombol. Kelompok


bintang itu disebut gugus bintang. Jumlah bintang dalam suatu gugus bisa beberapa rib,
tetapi bisa hanya beberapa puluh saja. Gugus yang kecil dalam waktu yang relatif
singkat akan terurai. Ada dua macam gugus bintang yautu gugus galaktik dan gugus
gola. Gugus galaktik bentuknya simetris, jumlah bintangnya beberapa puluh hingga
beberapa ribu. Sedangkan gugus bola berbentuk simetris dan bintang anggotanya
beberapa ratus ribu
Bintang dalam suatu gugus kemungkinan besar mempunyai asal mula yang
sama, yaitu dilahirkan pada saat yang hampir bersamaan dan berasal dari materi yang
sama.
Pada gugus galaktik yang muda hampir semua bintang masih berada di deret
utama. Pada gugus galaktik yang tua bintang di bagian atas (yang massanya besar)
sudah ber-evolusi meninggalkan deret utama sedangkan dibagian bawah (yang
massanya kecil) masih di deret utama. Begitu pula dengan gugus bola. Seperti pada
gugus galaktik yang tua disitu terlihat jelas deret utama dan cabang raksasa. Tetapi
disitu juga terlihat cabang ke kiri dan ujung atas cabang raksasa, yang disebut cabang
hosrisontal
Bintang dalam galaksi kita tidak dilahirkan dalam waktu bersamaan, maka ada
beberapa generasi bintang. Bintang generasi tua mempunya ciri yang berbeda dengan
bintang generasi tua. Pada tahun 1944 W. Baade mengajukan adanya dua macam
populasi bintang yaitu,
Populasi I : Kelompok bintang muda, dan
Populasi II : kelompok bintang tua
Populasi I terdiri dari bintang maharaksasa biru dan bintang yang berbentuk
belum lama berselang sedang populasi II terdiri dari bintang raksasa merah dan bintang
tua lainnya. Bintang di dalam gugus galaktik umumnya tergolong populasi I . sedang
bintang anggota gugus bola tergolong populasi II. Bintang bergerak cepat tergolong
populasi I dan bintang bergerak lambat tergolong II.
Pengamatan spektroskopi menunjukkan bahwa di antara bintang populasi I ada
yang garis logamnya lemah dan ada pula yang kuat.

6.2.3. Bintang Variabel


Banyak bintang diketahui berubah – ubah cahayanya. Bintang seperti itu disebut
bintang variabel. Di antara bintang variabel itu ada yang dikenal dengan nama variabel
capheid, nama ini di ambil dari nama bintang jenis itu yang pertama kali di temukan
yaitu δ Caphei. Pada tahun 1784 astronom amatir Inggris bernama John Goodricke
menemukan bahwa bintang δ Cephei berubah – ubah cahayanya secara berkala.
Perubahan kuat cahayanya kira – kira 1 magnitudo dengan periode 5,37 hari.pada tahun
1914 Shapley mengemukkan bahwa hipotesa yang benar, variabel Capheid berubah –
ubah cahayanya karena bintang itu berdenyut
Pada tahun 1912 Henrietta Leavitt dari Observatorium Harvard melakukan
pengamatan terhadap bintang di Awan Magella Kecil, yiatu suatu galaksi kecil di luar
galaksi kita. Ternyata di awan Magellan Kecil ditemukan banyak variabel capheid. Dari
hasil pemngamatannya, Leavitt mendapatkan hubungan periode-lumonitas untuk
variabel capheid, yaitu makin terang suatu capheid makin besar periodenya.
Dalam keadaan setimbang tekanan didalam bintang mengimbangi gaya gravitasi
(setimbang hidrostatik). Namun bila terjadi gangguan, kesetimbangan itu akan
goyah.Variabel cepheid adalah bintang yang berada pada tahap raksasa atau
maharaksasa merah. Karena temperature dibagian luar bintang rendah, sebagian besar
hidrogen dan helium berada dalam keadaan netral. Bila bintang mengerut maka
temperature di suatu daerah dekat permukaan akan naik sehingga terjadi ionisasi pada
atom hidrogen dan helium.
Dalam galaksi kita juga banyak dijumpai bintang variabel yang periodenya
panjang. Perubahan terangnya antara 3 hingga 6 magnitudo sedang periodenya antara
90 hingga 100

6.2.4. Akhir riwayat bintang

Astronom melihat adanya bintang panas yang dikelilingi oleh cincin gas yang
mengembang. Pengamatan pada kabut planet menunjukkan cincin gas itu mengembang
dan bintang pusatnya mengerut. Besar dugaan bahwa kabut planet adalah bintang
bermassa kecil yang sedang membubuskan bagian luarnya. Pusat bintang itu akhirnya
akan mengerut menjadi bintang kutai putih.
Ada beberapa bintang yang mendadak cahanya menjadi sangat terang. Bintang
ini disebut nova artinya “bintang baru”. Sebenarnya bintang ini sudah ada hanya
sebelumnya tidak menarik perhatian , bahkan ada yang tidakterlihat. Seakrang
astronom tahu bahwa nova adalah bintang yang meledak. Salah satu nova yang paling
terang dan lama terjadinya adalah Nova Cygini pada tahun 1975. Tidak semua nova
dapat dilihat dengan mata bugil.
Salah satu teori menegmukakan, nova adalah bintang katai putih yang terdapat
dalam bintang ganda berdekatan. Pasangannya adalah bintang raksasa merah yang
jejarinya telah mengembang sedemikian besar hingga terjadi aliran materi dari bintang
katai putih pasangannya.
Ada peristiwa yang lebih dahsyat dari nova yaitu supernova yang juga
merupakan peristiwa ledakan bintang. Bintang yang meledak itu bisa milyaran kali
lebih terang. Supernova dibagi dalam dua golongan yaitu Tipe I dan Tipe II. Supernova
Tipe I dapat mencapai magnitudo mutlak – 16 sedang spektrumnya susah ditafsirkan.
Supernova II kira – kira dua magnitudo lebih lemah, spektrumnya menyerupai nova
hanya garis emsisinya lebih besar dan kecepaan pelontarannya pun lebih besar
Supernova Tipe I sering dijumpai dalam galaksi berbentuk elips yang bintang
penghuninya tergolong Populasi II , yaitu bintang generasi tua. Dengan kata lain
supernova Tipe I merupakan ledakan bintang yang bermassa kecil
Supernova Tipe II umumnya terjadi di galaksi spiral yang mengandung banyak
bintang muda. Jadi supernova ini merupakan ledakan bintang yang bermassa besar

6.3. Evolusi Bintang Ganda


6.3.1. Perpindahan Massa

Evolusi bintang ganda berdekatan berbeda dengan evolusi bintang tunggal


karena antara dua bintang terjadi antaraksi. Minat menelaah evolusi bintang ganda
timbul setelah orang mengamati paradoks Algol, yaitu pada sisitem bintang ganda
berdekatan sering dijumpai komponen yang evolusinya telah lanjut justru bintang yang
massanya lebih kecil
Bentuk bintang selalu mengikuti permukaan ekipotensialnya. Bila jejari bintang
jauh lebih kecil daripada jarak antara kedua komponen bintang ganda, bentuk bintang
hampir berupa bola sempurna.

6.3.2. Bintang Ganda Pemancar Sinar X

Salah satu penemuan Uhuru yang penting adalah ditunjukkannya adanya


sumber sinat X yang pancarannya berkedip – kedip, sama seperti pancaran radio dan
pulsar. Sumber itu disebut pulsar sinar X.
Hasil penting Uhury lainnya ditunjukkannya untuk pertama kali adanya bintang
ganda pemancar sinar X yang salah satu diantaranya adalah Centurus X-3. Pengamatan
Uhuru menunjukkan periode denyutan ini tidak tetap tetapi berubah, kadang – kadang
lebih lambat, kadang – kadang lebih cepat

Riview Buku
 KEKURANGAN
1. Penulisan pada buku masih banyak yang tidak sesuai dengan EYD
2. Terdapat kata – kata yang tidak layak di buku. Contohnya : “dengan mata bugil”
yang seharusnya lebih baik “dengan kasat mata”
3. Terdapat pada buku tanda baca yang kurang sesuai
 KELEBIHAN
1. Materi yang dipaparkan penulis sudah cukup lengkap dan terstruktur
2. Materi yang disajikan menarik dan tidak membosankan
3. Penulis juga mencetak miring kata yang dianggap penting sehingga memudahkan
pembaca untuk cepat menemukan kata yang ingin ia ketahui
4. Penulis memaparkan gambar yang dapat menambah pemahaman pembaca

Anda mungkin juga menyukai