Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP PASAR MODAL SYARIAH


SEBAGAI ALTERNATIF INVESTASI BAGI INVESTOR

A. Konten
Dalam jurnalnya, Diana Wiyanti menerangkan bahwa: Kehidupan
sosial ekonomi Islam, termasuk investasi tidak dapat dilepaskan dari
prinsip-prinsip syariah. Di pasar modal syariah, aktivitas mengejar harta
kekayaan senantiasa dibarengi dengan mengingat Allah SWT. Penelitian ini
mengkaji konsep investasi menurut hukum Islam, sehingga dapat diketahui
perbedaan antara investasi dan spekulasi menurut syariah. Serta diketahui
pula bagaimana perspektif hukum Islam terhadap pasar modal syariah.
Metode yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan pendekatan
yuridis normatif, analisisnya bersifat kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam investasi syariah unsur kemaslahatan dunia dan
akhirat mempunyai prioritas yang utama, sehingga investasi bertujuan
jangka panjang. Sementara spekulasi bertujuan hanya untuk mencari untung
dalam jangka pendek tanpa memperhatikan kepentingan orang lain serta
sering kali menggunakan cara-cara yang melanggar aturan yang berlaku.
Hukum Islam sangat mendorong aktivitas investasi di pasar modal syariah.
Hal ini didukung oleh konsep dasar hukum Islam dalam Al Quran, hadis,
fikih dan pendapat para ulama.
Secara analisis Diana juga memberikan ulasan cukup komprehensif
terkait pelanggaran syariah dalam transaksi di pasar modal konvensional
menjadi salah satu penyebab timbulnya krisis. Hal ini lah salah satu faktor
yang menjadi barometer bahwa Syariah Islam yang mengatur hubungan
antar sesama manusia dan lingkungannya dalam konsep muamalah layak
dijadikan solusi.
Dalam penelitiannya tersebut, Diana berangkat dari 3 (tiga) rumusan
masalah: Pertama, bagaimanakah konsep investasi menurut hukum Islam?
Kedua, apakah perbedaan antara investasi dan spekulasi menurut syariah?

1
Ketiga, bagaimanakah perspektif hukum Islam terhadap pasar modal
syariah?
Diana memberikan pendekatan psikologis untuk mendasari upayanya
yang persuasif untuk menerapkan syariat Islam dalam sistem perekonomian
pasar modal dan investasi. Dalam tulisannya, Diana memberikan alasan:
Islam adalah agama yang sempurna dan mempunyai sistem tersendiri dalam
menghadapi permasalahan kehidupan, baik yang bersifat material maupun
nonmaterial. Karena itu ekonomi sebagai salah satu aspek kehidupan, tentu
juga sudah diatur oleh Islam dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
Untuk memberikan gambaran komprehensif dari jurnal Diana,
reviewer akan mencoba menerapkan hipotesa Diana ke dalam analisa
hukum Covered Warrant. Ia diasumsikan dengan konsep jual beli sistem
urbun (bai` urbun). Ba`i urbun adalah transaksi jual beli dimana pihak
pembeli menyerahkan sebagian dari harga untuk dijadikan uang muka
(panjar kepada penjual), jikalau jual beli diteruskan maka uang muka
dihitung dan menjadi bagian dari harga.Akan tetapi, apabila dibatalkan
maka uang muka tersebut menjadi milik penjual.1
Unsur-unsur pembentuk ba’i urbundi atas dapat dimengerti alasan
mendasar adanya uang muka merupakan bentuk serta upaya untuk
memperkuat ikatan akad (transaksi jual beli) perihal objek yang akan
ditransaksikan agar tidak di jual pada orang lain, hal ini dikarenakan
transaksi ini tidak dilakukan secara langsung (penyerahan barang dan harga
tidak langsung melainkan ada tenggang waktu bagi pembeli untuk
melanjutkan atau tidak melanjutkan transaksi jual beli ini).
Jadi, bisa dipahami sampai kenapa adanya uang muka, yakni untuk
menjaga akad jual beli, perihal masa atau waktu tunggu serta
memperkuatnya sehingga si penjual tidak akan menjual barang tersebut dan
sebagai langkah kongkrit untuk menjaga serta memperkuat akad tersebut
adalah dengan adanya jaminan, yakni jika akad batal maka penjual
diperbolehkan untuk mengambil uang muka tersebut.

1
Ibnu Rusyd, Bidayat Al-Mujtahid, Juz II, Dar Al-Fikr, Beirut, tt., hlm. 779

2
Dari sini dapat ditemukan konsep ba’i urbun itu sendiri adalah bentuk
kesepakatan untuk tetap menjaga berlangsungnya akad jual beli (perihal
masa tunggu). Sedangkan untuk mencari subtansi Covered Warrant dapat
diraba dari pemahaman tentang pengertian Covered Warrant yaitu efek
yang memberikan manfaat kepada pemilik atau pemegang yang berupa hak
untuk membeli atau menjual terhadap asset yang menjadi Underlying Asset
di mana harga dan waktu telah ditentukan terlebih dahulu.
Walaupun dalam praktek dilantai bursa perihal penggunaan covered
warrant tidak terlepas dari segi spekulasi tetapi dengan melihat dari fungsi
hedging sendiri yakni memberi “manfaat berupa alat mengurangi resiko
atapun mengganti resiko kerugian yang diakibatkan ketidak stabilan harga
dipasar” maka kiranya jika kita gunakan untuk hal-hal yang baik demi
kemaslahatan serta tidak memiliki menjadikannya sebagai alat spekulasi.
Secara kaidah fiqih kemaslahatan (maslahatul mursalah) hal ini dapat
membuka kebolehan secara syariah, hal ini berpijak pada tujuan hukum
syara` yakni memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, harta.
Covered warrant dapat dikategorikan atas kesepakatan bersama. Sebab
dalam ba’i urbun terjadi saling kerelaan pada masing-masing pihak tanpa
ada paksaan sama sekali. Oleh karena itu, sudah tepat pemaknaan dari
Quran Surat Al-Baqarah ayat 185 berikut ini jika diterapkan dalam
syariatisasi sistem ekonomi pasar modal:

‫يد بِ ُك ُم الْعُ ْسَر‬


ُ ‫يد اللَّهُ بِ ُك ُم الْيُ ْسَر َواَل يُِر‬
ُ ‫يُِر‬
Artinya: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu.”
B. Metode
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis karena dilakukan untuk
mencari data secara teliti dan lengkap tentang karakteristik suatu keadaan
atau gejala-gejala yang dapat membantu memperkuat teori mengenai pasar
modal syariah. Penelitian ini menggunakan pendekatan yurisdis normatif,
yaitu penelitian hukum yang sepenuhnya mempergunakan data sekunder
dan analisisnya bersifat kualitatif.

3
Adapun pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
studi dokumen dan studi kepustakaan (library research). Teknik ini
dilakukan untuk memperoleh data sekunder berupa: 1. bahan hukum primer:
a) Al-Quran dan Hadis; b) Fatwa DSN-MUI; c) Peraturan perundang-
undang yang relevan yaitu Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal. 2. bahan hukum sekunder: a) hasil karya ilmiah para sarjana tentang
ekonomi syariah; b) hasil-hasil penelitian tentang ekonomi syariah dan pasar
modal syariah.
Idealnya, penelitian yang berbasis perspektif hukum Islam tidak harus
library research, karena pada akhirnya akan terjun ke lapangan dan melihat
langsung praktik perekonomian agar dapat dinilai apakah sesuai syariat
Islam atau tidak. Oleh karena itu, Diana perlu melengkapi metode
penelitiannya dengan jenis field research, yaitu penulis langsung ke
lapangan guna mengadakan penelitian pada obyek yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas.
Sumber data yang dapat digunakan adalah sumber-sumber yang
memberikan data langsung dari tangan pertama. Data ini berupa kata-kata
dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai. Sementara
Adalah sumber yang diperoleh, dibuat dan merupakan perubahan dari
sumber pertama, sifat dari sumber ini tidak langsung atau menjadi
pelengkap saja
C. Analisis
Diana tidak menyebutkan metode analisis yang dipakai untuk
memberikan konfirmabilitas penelitiannya. Dan dalam pembahasannya,
Diana menerangkan bahwa para pelaku investasi (investor) dalam dunia
pasar modal secara garis besarterbagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu tipikal
yang berani mengambil risiko (risk taker) dan mereka yang tidak berani
mengambil risiko (nonrisk taker). Risk taker terbagi lagi menjadi 3 (tiga)
bagian, yaitu: 1. mereka yang berani mengambil risiko tinggidengan
harapan imbal hasil yang juga relatif tinggi (high risk high return); 2.
merekayang cukup berani mengambil risiko yang moderat dengan imbal

4
hasil yang juga moderat (medium risk medium return); 3. mereka yang
hanya berani mengambil risiko dalam tingkat yang relatif rendah dengan
imbal hasil yang juga relatif rendah (low risk low return).
Berbicara tentang konfirmasi Diana yang mengaitkan risiko, maka
analisa selanjutnya akan membawa kepada para agen yang telah ditunjuk
oleh Pemerintah pada market sukuk, misalnya, apabila tidak memenuhi
target yang ditetapkan oleh Pemerintah, maka hak penjualan sukuk agen
tersebut akan dilimpahkan kepada agen lainnya. Resiko tidak terpenuhinya
target yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah tidak diikutkannya bank
atau perusahaan efek tersebut sebagai agen penjual sukuk pada Sukuk
Negara Ritel berikutnya yang diterbitkan oleh Pemerintah. Untuk menjalin
komunikasi antar agen terkait dengan jumlah penjualan sukuk dapat
diketahui melalui perkembangan di bursa efek.
Berangkat dari prinsip mashlahah, maka ada 3 (tiga) macam resiko
untuk dihindari:
1. Risiko gagal bayar (default risk) adalah risiko yang terjadi pada
first way out.
2. Risiko pasar (market risk) adalah resiko kerugian yang terjadi pada
portfolio yang dimiliki oleh bank akibat adanya pergerakan
variabel pasar berupa bunga dan nilai tukar.11
3. Risiko likuiditas (liquidity risk) adalah risiko yang antara lain
disebabkan oleh ketidakmampuan bank untuk memenuhi
kewajibanya pada saat jatuh tempo.
Untuk hal yang bersifat syariatisasi ekonomi, Diana cukup fatal
dengan tidak menyebutkan 3 resiko paling rentang di atas.
Untuk dasar hukum, Diana hanya menyebutkan Al-Quran dan Hadits.
Namun tidak memberikan keterangan lain seperti kaidah fiqih dan ushul
fiqh, semisal: “Pada dasarnya, semua bentuk mu’amalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.” Kaidah ini cukup penting,
bukan saja karena ia adalah kaidah fiqih, namun memberikan dasar paling

5
fundamental dari sebuah sistem perekonomian dan upaya memberikan
dasar-dasar syariat terhadap pasar modal.
Diana tidak pula membahas lebih banyak tentang akad. Kejelasan
akad dalam praktek muamalah merupakan prinsip, karena akan menentukan
sah atau tidaknya secara syari’ah. Demikian halnya dalam asuransi, akad
antara perusahaan dengan peserta harus jelas. Akad-nya dapat berupa jual
beli (tabduli) atau tolong menolong (takafuli). Akad yang diterapkan dalam
asuransi syari’ah, misalnya, secara umum menggunakan dua akad yang
dikombinasikan dalam produk yang diterapkan. Pertama, akad tabarru’
merupakan pemberian dan derma, dana santunan/premi dari peserta
asuransi yang tidak dapat dikembalikan kepada peserta. Kedua, akad tijarah
yang juga dikombinasikan dari beberapa akad seperti akad wakalah bil
ujrah, mudharabah,mudharabah musytarakah.
Suatu transaksi, ketika mengandung resiko, maka harus diterangkan
pula persengketaan yang akan membelitnya, seperti klaim. Klaim dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai tuntutan. Klaim adalah
pengajuan hak yang dilakukan oleh tertanggung kepada penanggung untuk
mendapatkan haknya berupa pertanggungan atas kerugian berdasarkan
perjanjian atau akad yang telah dibuat.
Selain memberikan ulasan tentang klaim/persengketaan, dijelaskan
pula apa dan siapa badang yang mengawasi transaksi/investasi/sistem pasar
modal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai