Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nurul Hilmi Angkat Dosen Pembimbing : Ibu Jeroh Miko M.

Nim : 0204182055 Matkul : Fiqih Ekonomi II

Tugas Individu

1. Akad : Pengertian secara bahasa, istilah, dan ulama fiqih. landasan akad (Al - qur’an dan
hadis ).

Jawaban

 Pengertian Akad Secara Bahasa Adalah : Berasal dari kata al-‘Aqd, bentuk masdar
adalah kata ‘Aqada dan jamaknya adalah al-‘Uqud yang berarti perjanjian (yang tercatat)
atau kontrak. Sedangkan dalam Ensiklopedi Hukum Islam bahwa kata al-‘aqd yang
berarti perikatan, perjanjian, dan permufakatan (al-ittifaq). Dari pengertian akad secara
bahasa ini, maka akad secara bahasa adalah pertalian yang mengikat.

 Adapun Pengaertian Akad Menurut Istilah Adalah : Terdapt beberapa pendapat


diantaranya adalah Wahbah Zuhaili dalam kitabnya al Fiqh Al Islami wa adillatuh yang
dikutip oleh Dimyauddin Djuwaini bahwa “akad adalah hubungan atau keterkaitan
antara ijab dan qabul atas diskursus yang dibenarkan oleh syara’ dan memiliki implikasi
hukum tertentu”. Sedangkan menurut Hasbi Ash-Shiddieqy bahwa “akad adalah
perikatan antara ijab dengan qabul secara yang dibenarkan syara’ yang menetapkan
keridhoan kedua belah pihak”. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa
akad adalah suatu perbuatan yang sengaja dibuat oleh dua orang atau lebih berdasarkan
keridhoan masing-masing pihak yang melakukan akad dan memiliki akibat hukum baru
bagi mereka yang berakad.

Dengan demikian, persoalan akad adalah persoalan antar pihak yang sedang menjalin
ikatan. Maka yang perlu diperhatikan dalam menjalankan akad adalah terpenuhinya hak
dan kewajiban masing-masing pihak tanpa ada pihak yang terlanggar haknya. Oleh
karena itu, maka penting untuk membuat batasan-batasan yang menjamin tidak
terjadinya pelanggaran hak antar pihak yang sedang melaksanakan akad tersebut.
 Sedangkan Pengertian Akad Menurut Ulama : Ulama fiqih membagi akad dilihat dari

dua segi, yaitu secara umum dan secara khusus.


Akad secara umum adalah :

ِ ِ ٍ ٍ َ ‫ سواء ص َدر ِمن إِر‬، ‫ُك ُّل ما عزم الْمرء علَى فِعلِ ِه‬
‫ي‬ َ ‫اج إِ ََل إِ َر‬
ِ ْ َ‫ادت‬ َ َ‫ادة ُمْن َف ِرَدة َكاال َْوقْف أ َْم ا ْحت‬ َ ْ َ َ ٌ ََ ْ َ ُ ْ َ َ ََ َ

‫شائِِه َكا الْبَ ْي ِع‬


َ ْ‫ِِف إِن‬

“Segala yang diinginkan manusia untuk mengerjakannya baik bersumber dari keinginan

pribadi seperti waqaf atau bersumber dari dua pihak seperti jual-beli”.

Menurut Abu Bakar al-Jashshash memaknai akad sebagai segala sesuatu yang dikerjakan
oleh seseorang berdasarkan keinginannya sendiri, seperti wakaf, talak, pembebasan, atau
sesuatu yang pembentukannya membutuhkan keinginan dua orang, seperti jual-beli,
perwakilan dan gadai. Menurut beliau, sesuatu dinamakan akad, karena setiap pihak
telah memberikan komitmen untuk memenuhi janjinya di masa mendatang. Lebih jauh
lagi, sumpah juga dapat dikategorikan sebagai akad, karena pihak yang bersumpah telah
mengharuskan dirinya untuk memenuhi janjinya baik dengan berbuat atau
meninggalkan. Maka perkongsian (syirkah/koperasi), bagi hasil (mudharabah) dan
lainnya dinamakan akad, karena kedua belah pihak memiliki kewajiban untuk
melaksankan janjinya seperti yang telah diisyaratkan oleh kedua belah pihak tentang
pembagian keuntungan. Demikian pula setiap syarat yang ditetapkan oleh seseorang bagi
dirinya untuk melakukan sesuatu di masa mendatang juga dapat disebut akad. Sedangkan
Pengertian akad secara khusus adalah :

‫ت أَثَ ُرُه ِِف ََمَلِ ِه‬


ُ ُ‫اب بَِقبُ ْو ٍل َعلَى َو ْج ٍه َم ْش ُرْوٍع يَثْ ب‬ ُ ‫اِ ْرتِبَا‬
ٍ َ‫ط إِ ْْي‬

“Pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan penerimaan


ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh pada sesuatu perikatan”.

perikatan yang ditetapkan dengan ijab-qobul berdasarkan ketentuan syara’ yang


berdampak pada objeknya.
Menurut pendapat ulama Syafi’iyyah, Malikiyyah dan Hanabilah. Pengertian akad secara
khusus adalah pengaitan ucapan salah seorang yang berakad dengan yang lainnya secara
syara’ pada segi yang tampak dan berdampak pada objeknya.

 Landasan Akad Menurut Al – Qur’an (Q.S AL- Ma/idah Ayat 1) : Adapun yang menjadi
dasar dalam akad ini pertama adalah firman Allah dalam al-Qur’an Surat al-Maidah ( [5]
: 1 ) yang berbunyi :

‫اييهاالذين امنوا اوفوا ابلعقود احلت لكم هبيمة االنعام اال ما يتلى عليكم غريَملى الصيد وانتم‬

(1:‫حرم ان هللا حيكم مايريد (سورة املا ئدة‬


Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. dihalalkan bagimu
binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan
tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.”

Adapun yang dimaksud dengan “penuhilah aqad-aqad itu” adalah bahwa setiap mu’min
berkewajiban menunaikan apa yang telah dia janjikan dan akadkan baik berupa
perkataan maupun perbuatan, selagi tidak bersifat menghalalkan barang haram atau
mengharamkan barang halal. Dan kalimat ini merupakan asas ‘Uqud. Dasar kedua
adalah firman Allah dalam al-Qur’an Surat an-Nisa’ ( [4]: 29 ) yang berbunyi :

‫ايأيها الذين أمنوا الأتكلوا أموالكم بينكم ابلباطل إال أن تكون جتارة عن تراض منكم والتقتلوا‬

.(29:‫أنفسكم إن هللا كان بكم رحيما (سورة النساء‬


Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jangan saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang
berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu, sungguh Allah Maha penyayang kepadamu”.
 Landasan Akad Menurut Hadis : Hadist yang menerangkan tentang Akad sebagai berikut

ِ ‫ عن عب ِد‬، ‫ عن َن ِف ٍع‬، ‫ك‬ ِ


‫اَّللُ َع ْن ُه َما‬ ِ ‫ ر‬، ‫هللا بْ ِن ُعمر‬
َّ ‫ض َي‬ َ ََ َْ ْ َ َ ْ َ ٌ ِ‫ أَ ْخبَ َرََن َمال‬، ‫ف‬ ُ ُ‫ َح َّدثَنَا َعْب ُد هللا بْ ُن ي‬-
َ ‫وس‬

ِ ‫اح ٍد ِمْن هما ِاب ْْلِيا ِر علَى ص‬


‫احبِ ِه‬ ِ ‫ان ُك ُّل و‬
ِ ‫ الْمتَ بايِع‬: ‫ال‬ ِ َ ‫َن رس‬
َ َ َ َُ َ َ َ ُ َ َ‫ول هللا صلى هللا عليه وسلم ق‬ ُ َ َّ ‫أ‬

.(‫(أخرجه البخارى ومسلم‬.‫اْلِيَا ِر‬


ْ ‫َما ََلْ يَتَ َف َّرقَا إِالَّ بَ ْي َع‬

Hadist dari Abdullah bin Yusuf, beliau mendapatkan hadist dari Malik dan beliau
mendapatkan Hadist dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar Rodliyallohu ‘anhuma.
Sesungguhnya Rosulalloh Sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda : “Dua orang yang jual
beli, masing-masing dari keduanya boleh melakukan khiyar atas lainnya selama
keduanya belum berpisah kecuali jual beli khiyar.” (HR Bukhori dan Muslim).

 Landasan Aqad Menurut Qaidah Fiqih : Sedangkan dasar akad dalam kaidah fiqh
berbunyi sebagai berikut:

.‫األصل ِف العقد رضى املتعاقدين ونتيجته ماإلتزماه ابلتعاقد‬

Artinya:“Hukum asal dalam transaksi adalah keridhaan kedua belah pihak yang
berakad, hasilnya adalah berlaku sahnya yang diakadkan”.

Maksud dari kaidah di atas bahwa keridlaan dalam transaksi ekonomi dan bisnis
merupakan prinsip yang utama. Oleh karena itu, transaksi dikatakan sah apabila
didasarkan kepada keridlaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi.

Sumber Dari : Darsuki, Ahmad.2012. Teori Akad dan Implikasinya Dalam Bisnis
Islam. Jogjakarta : Universitas Islam Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai