PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan,
mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami prinsip
manajemen keperawatan dan model pemberian Asuhan Keperawatan
profesional yang sesuai dengan prinsip Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) metode Modular yang telah diterapkan di Ruang
Kenanga Rumah Sakit Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
informasi dalam bidang managemen keperawatan tentang prinsip
manajemen keperawatan dan model pemberian Asuhan Keperawatan
profesional yang sesuai dengan prinsip Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) Metode Modular.
5
6
Pentingnya perencanaan :
Unsur-unsur perencanaan
Sifat-sifat perencanaan
Ada beberapa sifat perencanaan yang harus diperhatikan agar dapat
dihasilkan rencana yang baik, yaitu: melihat jauh ke depan, sederhana,
jelas, fleksibel, stabil, ada dalam keseimbangan, tersedianya sumber-
sumber untuk pelaksanaan.
Teknik perencanaan
a. PPBS, yaitu system perencaaan, pembuatan program, dan pembuatan
anggaran (planning, programming, and budgeting system)
b. NwP, yaitu perencanaan jaringan kerja (network planning)
c. Perencanaan tradisional berdasarkan jenis pengeluaran
d. Perencanaan hasil keria yang berorientasi pada sasaran/hasil yang
ingin dicapai
Prinsip Pengorganisasian
Proses pengorganisasian dapat dilakukan secara efisien jika manajer
memiliki pedoman tertentu sehingga mereka dapat mengambil
keputusan dan dapat bertindak. Untuk mengatur secara efektif, prinsip-
prinsip organisasi berikut dapat digunakan oleh seorang manajer,
sebagai berikut:
a. Prinsip Spesialisasi
Implementasi
Pentingnya pengorganisasian, menyebabkan timbulnya sebuah struktur
organisasi, yang dianggap sebagai sebuah kerangka sebuah kerangka
yang masih dapat menggabungkan usaha-usaha mereka dengan baik.
Dengan kata lain, salah satu bagian penting tugas pengorganisasian
adalah mengharrmonisasikan kelompok orang yang berbada,
mempertemukan macam-macam kepentingan dan memanfaatkan
kemampuan-kemampuan kesemuanya kesuatu arah tertentu. (Terry
1979).
5) Pemindahan
Pemindahan terdiri dari promosi, mutasi dan demosi
a. Promosi, adalah memberikan tanggung jawab dan wewenang
yang lebih besar kepada pegawai, dengan kata lain promosi
adalah kenaikan pangkat/jabatan yang lebih tinggi, merupakan
salah satu usaha untuk memajukan/mengembangkan pegawai.
b. Mutasi, adalah memindahkan pegawai dari jabatan yang satu ke
jabatan yang lain dalam satu tingkatan secara horizontal.
c. Demosi, adalah suatu tindakan memberikan kekuasaan dan
tanggung jawab yang lebih kecil, dengan kata lain penurunan
pangkat/jabatan karena dinilai kurang cakap dan kurang
berprestasi pada jabatan tersebut.
7) Penilaian prestasi
14
Prinsip Actuating
15
Implementasi
Hal penting yang dipertimbangkan dalam melakukan actuating adalah
untuk memotivasi seorang karyawan untuk melakukan sesuatu, misalnya
saja:
a. Merasa yakin dan mampu melakukan suatu pekerjaan,
b. Percaya bahwa pekerjaan telah menambahkan nilai untuk diri mereka
sendiri,
c. Tidak terbebani oleh masalah pribadi atau tugas lain yang lebih
penting atau mendesak,
d. Tugas yang diberikan cukup relevan,
e. Hubungan harmonis antar rekan kerja.
Implementasi
Beberapa cara pengendalian yang harus dilakukan oleh seorang
manajer yang meliputi pengawasan langsung, adalah pengawasan
yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang manejer.
Manajer memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan untuk
mengetahui apakah dikerjakan dengan benar dan hasilnya sesuai
dengan yang dikehendakinya.
17
Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada metode ini
tanggung jawab terhadap asuhan keperawatan terbagi kepada semua
anggota tim, sehingga sukar menetapkan siapa yang bertanggung
jawab dan bertanggung gugat atas semua asuhan yang diberikan.
Apabila ditinjau dari 5 sub sistem yang diidentifikasi oleh Hoffart &
Woods (1996), secara sederhana dapat diartikan sebagai berikut :
Kepala Ruangan
Pasien/Konsumen
Kelebihan
1) Manajemen klasi yang menekankan efisiensi, pembagian tugas
yang jelas dan pengawasan yang baik
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat
junior/belum berpengalaman.
Kelemahan
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
2) Pelayanan keperawatan terpisah-piash, tidak dapat
menerapkan proses keperawatan
3) Presepsi [erawat cenderung pada tindakan yang berkaitan
dengan keterampilan saja
b. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan menjadi dua atau 3 tim/grup
yang terdiri atas perawat professional, teknikal, dan pembantu,
dalam kelompok kecil yang saling membantu.
1) Kelebihan
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c) Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik
mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
32
2) Kelemahan
Komunikasi anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu yang sulit
untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
3) Konsep metode tim
a) Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan,
b) Pentingnya komunikasi yang efektif angar kontinuitas
rencana keperawatan terjamin.
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d) Peran kepala ruangan penting dalam model tim, model tim
akan berhasil bila didukung oleh kepala ruangan
4) Tanggung jawab anggota tim
a) Memberikan asuhan keperawatan pada psien dibawah
tanggung jawabnya
b) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
c) Memberikan laporan
5) Tanggung jawab ketua tim
a) Membuat perencanaan
b) Membuat penugasan, supervise, dan evaluasi
c) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai
tingkat kebutuhan pasien
d) Mengembangkan kemampuan anggota
e) Menyelenggarakan konferensi
6) Tanggung jawab kepala ruangan
a) Perencanaan
(1) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas diruangan
masing-masing
(2) Mengikuti serah terima psien pada sift sebelumnya
(3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien :
gawat, transisi, dan persiapan pulang bersama ketua
tim.
(4) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktivitas dan kebutuhan pasien bersama
ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan.
33
b) Pengorganisasian
(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan
(3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim scara
jelas.
(4) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi
2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat,
(5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan :
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada
setiap hari dan lain-lain
(6) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan
(7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
(8) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak
berada ditempat kepada ketua tim.
(9) Memberi wewnang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
34
d) Pengawasan
(1) melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksanaan
mengenai asuhan keperawatn yang diberikan kepada
pasien.
(2) Melalui Supervisi
(a) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara
inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui laporan
langsung secara lisa, dan memperbaiki/atau
mengawasi, kelemahan-kelemahan yang ada saait
itu juga
(b) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar
hadir ketua tim; membaca dan memeriksa rencana
keperawatn serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim
tentang pelaksanaan tugas.
(c) Evaluasi
35
Kepala Ruangan
a. MAKP Primer
Meode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatn pasien mulai
dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Bagan 2.3 Sistem pemberian asuhan keperawatan Primer
PP I PP I
PA I
PA I
PA 2
PA 2
PA I
Pasien PA 2
Kelebihan
1) Bersifat kontinuitas dan koperehensif
2) Bersifat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan
Rumah Sakit.
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu, selain itu asuhan
keperawatan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai
36
b. MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien selama ia dinas, pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shif, dan tidak ada jaminan bahwa pasien
akan dirawat oleh perawat yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawatan
private dalam memberikan asuhan keperawatan khusus seperti
kasus isolasi dan intensive care.
Kelebihan
1) Perawat lebih memahami kasus perkasus
2) System evaluasi dari menejerial lebih mudah
Kekurangan
1) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuandasar yang sama.
Bagan 2.4 Sistem pemberian asuhan keperawatan MSAKP
Kasus
Kepala Ruangan
b. Metode Fungsional
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan
ditekankan pada penyelesaian tugas atau prosedur.Setiap
perawat diberi satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan
kepada semua klien di satu ruangan.(Sitorus, 2006).
a) Metode Tim
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan,
yaitu seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif
(Douglas, 1992). Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa
setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga
menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi. (Sitorus, 2006).
Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut (Sitorus,
2006) :
1) Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim harus
dapat membuat keputusan tentang prioritas perencanaan,
supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan. Tanggung jawab
ketua tim adalah:
a) Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra
b) Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
c) Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap
anggota kelompok dan memberikan bimbingan melalui
konferensi
d) Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai
serta mendokumentasikannya
42
c) Differentiated practice
National League for Nursing (NLN) dalam kozier et al (1995)
menjelaskan baha differentiated practice adalah suatu pendekatan
yang bertujuan menjamin mutu asuhan melalui pemanfaatan
sumber-sumber keperawatan yang tepat. Terdapat dua model yaitu
model kompetensi dan model pendidikan.Pada model kompetensi,
perawat terdaftar (registered nurse) diberi tugas berdasarkan
tanggung jawab dan struktur peran yang sesuai dengan
kemampuannya.Pada model pendidikan, penetapan tugas
keperawatan didasarkan pada tingkat pendidikan. Bedasarkan
pendidikan, perawat akan ditetapkan apa yang menjadi tnggung
jawab setiap perawat dan bagaimana hubungan antar tenaga tersebut
diatur (Sitorus, 2006)
d) Manajemen kasus
Manajemen kasus merupakan system pemberian asuhan kesehatan
secara multi disiplin yang bertujuan meningkatkan pemanfaatan
fungsi berbagai anggota tim kesehatan dan sumber-sumber yang ada
sehingga dapat dicapai hasil akhir asuhan kesehatan yang optimal.
ANA dalam Marquis dan Hutson (2000) mengatakan bahwa
manajemen kasus merupakan proses pemberian asuhan kesehatan
yang bertujuan mengurangi fragmentasi, meningkatkan kualitas
hidup, dan efisiensi pembiayaan. Focus pertama manajemen kasus
adalah integrasi, koordinasi dan advokasi klien, keluarga serta
masyarakat yang memerlukan pelayanan yang ektensif. Metode
manajemen kasus meliputi beberapa elemen utama yaitu,
pendekatan berfokus pada klien, koordinasi asuhan dan pelayanan
antar institusi, berorientasi pada hasil, efisiensi sumber dan
kolaborasi (Sitorus, 2006).
46
2) Pembentukan Tim
Jika MPKP akan diimplementasikan di rumah sakit yang
digunakan sebagai tempat proses belajar bagi mahasiswa
keperawatan, sebaiknya kelompok kerja ini melibatkan staf dari
institusi yang berkaitan. Sehingga kegiatan ini merupakan
kegiatan kolaborasi antara pelayanan/rumah saklit dan institusi
pendidikan.Tim ini bisa terdiri dari seorang koordinator
departemen, seorang penyelia, dan kepala ruang rawat serta
tenaga dari institusi pendidikan.(Sitorus, 2006).
3) Rancangan Penilaian Mutu
Penilaian mutu asuhan keperawatan meliputi kepuasan
klien/keluarga kepatuhan perawat terhadap standar yang diniali
dari dokumentasi keperawatan, lama hari rawat dan angka
infeksi noksomial.(Sitorus, 2006).
4) Presentasi MPKP
Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil
penilaian mutu asuhan kepada pimpinan rumah sakit,
departemen,staf keperawtan, dan staf lain yang terlibat. Pada
presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang rawat tempat
implementasi MPKP akan dilaksanakan. (Sitorus, 2006).
5) Penempatan Tempat Implementasi MPKP
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan
tempat implementasi MPKP, antara lain (Sitorus, 2006):
Mayoritas tenaga perawat merupakan staf baru di ruang
tersebut. Hal ini diperlukan sehingga dari awal tenaga
perawat tersebut akan mendapat pembinaan tentang
kerangka kerja MPKP
Bila terdapat ruang rawat, sebaiknya ruang rawat tersebut
terdiri dari 1 swasta dan 1 ruang rawat yang nantinya akan
dikembangkan sebagai pusat pelatihan bagi perawat dari
ruang rawat lain.
6) Penetapan Tenaga Keperawatan
Pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat
ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan derajat
ketergantungan. Untuk menetapkan jumlah tenaga keperawtan
49
BAB 3
TINJAUAN LAHAN
Selanjutnya pada tahun 1966 berpindah tempat ke Jl. Piere Tendean hanya
melayani rawat jalan, kemudian pada tahun 1969 baru melayani rawat inap
dengan 48 tempat tidur dengan klasifikasi rumah sakit type D.
Kemudian pada tahun 1990 atas bantuan dana Loan Asian Developmant
Bank dibangunlah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Soemarno
Sosroatmodjo Kuala Kapuas di atas tanah dengan ukuran 30.000 M2 yang
terletak di jalan Tambun Bungai No. 16 seperti sekarang ini masih dengan
klasifikasi type D.
Sejak tahun 1966, Zending Basle ingin memakai bangunan mereka, maka
Pemerintah Daerah memindahkan rumah sakit dari Barimba ke Jl. Kapten
Pierre Tendean Kelurahan Selat Hilir Kecamatan Selat menempati tanah
seluas 60.000 m2 yang berfungsi sejak Mei 1966 dengan dipimpin oleh Dr.
Hery Darsono khusus hanya melayani pasien rawat jalan.
Pada tahun 1969 rumah sakit dibawah pimpinan Dr. Irum J Sawong (1969-
1972) membuka pelayanan rawat inap dengan kapasitas 20 tempat tidur
yang melayani penduduk kota Kuala Kapuas dan sekitarnya disamping
pelayanan rawat jalan yang sudah ada sebelumnya.
Untuk selanjutnya rumah sakit dipimpin oleh Dr. Benny Sumartono (1972),
Dr. Yoyo Ambeng (1972-1975), Drg. Tukik Bundu Tumon, SKM (1975-
1976), Dr. Mursito Suprapto(1976-1979), Dr. Bobby P Simanjuntak
(1979), Dr. Paulus Ariestanto Suhamzah (1980), Dr. Bambang Sugiarto
(1981-1983), Dr. Duriyanto Oesman (1983-1985), Dr. Iskandar Zulkarnaen
56
3.2 Input
112,5
=19,7 = 20 perawat
5,7
78 hari
Loss day x 20 = 5,45 = 5 perawat
286
20+5
Koreksi 25% = x 25 = 6,26 = 6 perawat
100
2
Pasien Anak : x 100% = 1% x 28 = 0,28 x 4,5 = 1
172
57
Pasien Kebidanan : x 100% = 33 % x 28 = 9 x 2,5 = 22,5
172
114
= 20 perawat
5,7
78 hari
Loss day x 20 = 5,45 = 5 perawat
286
20+5
Koreksi 25% = x 25 = 6,26 = 6 perawat
100
Pasien yang dirawat di ruang Al-Biruni pada bulan Desember 2019 sebanyak
229 pasien dengan rincian:
104
Pasien PD : x 100% = 45% x 28 = 13 x 3,5 = 45,5
229
22
Pasien Bedah : x 100% = 10% x 28 = 3 x 4 = 12
229
17
Pasien Gawat : x 100% = 7% x 28 = 2 x 10= 20
229
5
Pasien Anak : x 100% = 2% x 28 = 1 x 4,5 = 4,5
229
81
Pasien Kebidanan : x 100% = 35% x 28 = 10 x 2,5 = 25
229
107
= 18,7 = 19 perawat
5,7
78 hari
Loss day x 19 = 5,45 = 5 perawat
286
19+5
Koreksi 25% = x 25 = 6 perawat
100
Jadi total kebutuhan tenaga di ruang Al-biruni pada bulan Desember 2019
adalah 19+ 6 = 25 orang perawat.
Mahasiswa Praktek
Mahasiswa Program Profesi Ners Stase Manajamen Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin periode praktek 30 Desember 2019 s/d 25
Januari 2020.
Pasien
Berdasarkan data yang didapat dari hasil pengkajian diruang Kenanga pada
bulan Oktober – Desember 2019, yaitu berjumlah orang dengan klasifikasi
sebagai berikut :
Tabel 2.3 Daftar 10 penyakit terbanyak diruang Kenanga
No Penyakit Jumlah Presentasi
1. Pneumonia 32 9%
2. Diare 30 7,5 %
3. DHF 28 6,8 %
4. CKD 22 6,4 %
5. CHF 17
6. Demam Dengue 16 6,1 %
7. SNH 15 5,7 %
8. DM 15 5,1 %
9. TB Paru 13 4%
10. Dypepia 7 3,3 %
Jumlah 195 100 %
3.2.3.1 Peralatan, sarana dan prasarana yang ada di Ruangan Kenanga RSUD
Dr. Soemarno Sostroatmodjo Kuala Kapuas dapat tergambar dalam
tabel-tabel berikut :
Tabel 2.4 Alat-alat kesehatan yang tersedia diruang Kenanga RSUD Dr.
Soemarno Sostroatmodjo Kuala Kapuas
Tabel 2.6 Daftar alat non kesehatan di Ruang Kenanga RSUD Dr. Soemarno
Sostroatmodjo Kuala Kapuas
Jumlah Keadaan Barang
Jenis Barang/ Barang
No Kurang Rusak K
Nama Barang Register Baik Baik Berat e
t
1 Lampu baca 1 1 0 0
rontgen
64
2 Kursi roda 2 2 0 0
3 Kipas Angin 16 16 0 0
4 Kursi Kayu 0 0 0 0
5 Kursi plastic 10 5 5 0
6 Kulkas kecil 4 4 0 0
7 Meja 3 3 0 0
Denah Ruangan :
65
6)
Adminitrasi Penunjang
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 30 Desember 2019, diketahui
bahwa sarana dan prasarana di Daftar Alat Rumah Tangga Ruang
Kenanga sudah cukup baik. Fasilitas penunjang seperti kamar mandi/WC
kondisinya cukup baik namun tidak terdapat pegangan untuk
pasien.Setiap pagi ruangan dibersikan oleh petugas CS dan kondisi
ruangan cukup tenang. Kondisi administrasi penunjang cukup baik, terdiri
atas : 1 buku laporan harian, 1 buku tanda-tanda vital, 1 buku visit dokter,
1 buku konsul, 1 buku injeksi dan obat oral, dan lain-lain.
3.3 Proses
3.3.1 Fungsi Perencanaan
a) Visi, Misi & Tujuan Ruang Perawatan
1) Visi Ruangan Perawatan
Menjadikan ruang Al biruni sebagai ruangan perawat yang aman dan
nyaman berlandasan pada pemberian asuhan keperawatan yang
kholistik (Bio, Psioko, Sosio, Spiritual, dan Kultural).
2) Misi
a. Meningkatkan kebersihkan dan kerapiaan ruangan
b. Melindungi klien, pengujung dan tenaga medis dari resiko infeksi
nosokomial (INOS), serta mencegah terjadinya
penyakit/komplikasi lebih lanjut kepada pasien dan keluarga,
c. Memberikan asuhan keperawatan yang optimal dari tahap
preinteraksi, terminasi, dan komunikasi serta meningkatkan
komunikasi teraputik.
d. Berubah memberikan kenyamanan dan kepuasan pelayanan kepada
pasein dan keluarga.
69
Hasil observasi ruangan Al Biruni sudah ada memiliki SOP dan SAK
dan sudah lenkap sesuai dengan yang ada dirumah sakit.Ruang Al
Biruni sudah memiliki SOP yang mengacu pada SOP Rumah Sakit
Islam berjumlah 195 buah dan SAK berjumlah 10 buah sesuai dengan
10 penyakit terbanyak. Persepsi perawat pelaksana tentang SOP dan
SAK sudah cukup baik.
bahwa SOP dan SAK yang dimiliki sudah sesuai dengan standar
rumah sakit dan mudah diakukan karena sudah ada panduan terkait
SOP dan SAK.
DIREKTUR
dr. AGUS WALUYO, MM
KABID KEPERAWATAN
KASI RAWAT INAP 71
SOLESYANTO, S.Kep, MM
MPP
KEPALA RUANGAN
TALENTA BAREGA, S.Kep., Ns
REKAM
MEDIK
PERAWAT PRIMER
DIAN EKA S, S.Kep., Ns
PERAWAT ASSOSIATE
PERAWAT ASSOSIATE PERAWAT ASSOSIATE YESI SUSANTI, Amd.Kep
DONA MARISA, Amd.Kep Hj. SALWA, S.Kep LUSIA, Amd.Kep
YENI, Amd.Kep ESTI. N, Amd.Kep
FATIMAH, Amd.Kep RA’YU, Amd.Kep
SITI AISYAH, Amd.Kep FINALIA, Amd.Kep
FITRIA SELVI, Amd.Kep WIMA FRANSISKA, Amd.Kep
AHMAD MUHLISIN, Amd.Kep NORKOMARIAH, S.Kep., Ns
2) Pembagian Tugas
Uraian Tugas Kepala Ruang Pelayanan Rawat Inap
a. Menunjuk ketua tim yang bertugas di ruangan
b. Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya
c. Merencanakan metode penugasan dan penjadwalan staf
d. Merencanakan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan
e. Merencanakan kebutuhan logistik dan fasilitas ruangan
f. Mengatur dan mengendalikan situasi ruangan
72
a. Mengadakan serah terima tugas bersama kepala ruangan dan ketua tim
b. Menerima pembagian tugas dari ketua tim
c. Menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan
d. Menerima pasien baru
e. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
f. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua tim
g. Melakukan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan lain
h. Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim yang lain
i. Melaksanakan asuhan keperawatan
Dari hasil observasi didapatkan kalau pembagian tugas di ruang Seruni sesuai
dengan status dan jabatan yang dimiliki perawat dan sudah terdokumentasi
dengan baik dalam uraian tugas.
Mendaftar
Direkam medik
Ke Ruangan
Rawat Jalan Rawat Inap
Pulang
74
b) Preconferen
Berdasarakan wawancara dengan kepala ruangan, Preconference masih
belum dilakukan.
c) Postconferen
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan, Postconferens masih
belum dilakukan.
d) Motivasi
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan motivasi kepada perawat
sudah dilakukan namun hanya secara lisan saja dan peningkatan motivasi
sebenarnya sudah dilakukan oleh rumah sakit baik secara langsung
76
e) Pendelegasian
Berdasarkan wawancara dengan kepala Ruang Al-Biruni dalam
melakukan pendelegasian dilakukan antara Kepala Ruangan kepada
katim, Katim kepada perawat pelaksana yang dianggap kompeten, dan
antara dokter kepada dokter lainnya. Pendelegasian antar dokter biasanya
menggunakan surat pendelegasian dokter visite.
f) Supervisi
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan, kepal ruangan
mempunyai rencana untuk melakukan suvervisi secara rutin perbulan
sekali. Minimal dilakukan 3 bulan sekali. Untuk sekarang ini, suvervisi
masih belum dilakukan secara masimal da belun terjadwal secara rutin.
g) Ronde keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara pelaksanaan ronde keperawatan masih
belum dilakukan.
Dari hasil wawancara dengan kepala ruang Al Biruni dan data yang
didapatkan dari rekam medik serta laporan safety officer rumah sakit,
tidak ditemukan kejadian pasien jatuh selama 6 bulan terakhir.
Data yang didapatkan dari PPI Rumah Sakit Islam Banjarmasin, pada
periode Juli, Agustus dan September 2019, menunjukkan bahwa
kepatuhan perawat mencuci tangan saat sebelum kontak dengan pasien
adalah 63,7 %, sebelum melakukan tindakan aseptic adalah 64,3 %,
setelah melakukan tindakan adalah sebanyak 100 %, setelah terpapar
cairan tubuh pasien sebanyak 65, 3 % dan setelah kontak dengan
lingkungan pasien sebanyak 73 %.
Melalui observasi hasil pengamatan kami tidak ada pasien yang datang
keruang jaga perawat untuk komplain.
3.4 Output
3.4.1 Indikator pelayanan Efisiensi Ruangan
BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
28.524
ALOS =
8.459/3
8.459
BTO =
144
NDR = 11,35 %
237
GDR = x 1000
8.459
GDR = 28,02 %
4 Setiap melakukan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
intervensi/kegiatan perawat
mencantumkan paraf/nama
jelas, tanggal dan jam
dilakukannya tindakan
5 Berkas catatan keperawatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
disimpan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
SUB TOTAL 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4
TOTAL 44
PRESENTASE 88 %
Jadi data yang didapat dari hasil pengkajian studi dokumentasi penerapan
standar asuhan keperawatan di ruang Kenanga RSUD Dr. Soemarno
Sosroatmodjo Kuala Kapuas dapat kurang baik dengan pencapaian rata-rata
72,4 % karena nilai standar pendokumentasiaan askep dinyatakan baik bila >
75 %.
c. Instrumen Kepuasan
1) Kepuasan Pasien
Tabel 2.17 Instrumen Kepuasan Pasien
Jumlah
Jawaban
Peserta
No Pertanyaan Ya % Kad % Tid %
ang ak
2
1 Perawat selalu memberikan 21 100% 0 0 0 0 21 Orang
salam pada saat masuk kamar
2 Perawat memperkenalkan diri 11 52,4 % 4 19 % 6 28,6 % 21 Orang
kepada anda
3 Dalam melayani pasien, perawat 21 100 % 0 0 0 0 21 Orang
bersikap sopan dan ramah
4 Perawat menjelaskan peraturan 11 52,4 % 0 0 10 47,6 % 21Orang
atau tata tertib rumah sakit saat
pertama kali anda masuk rumah
sakit
84
CP = 74 (41,1%) TP = 2 (1 %)
3) Instrumen SOP
Tabel 2. 19 Observasi Pelaksanaan Tindakan Pemasangan Infus di Ruang
Kenanga RSUD Dr. Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
Observasi Ket
Kegiatan Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4
86
b. Perawat
1. Cuci tangan 1 1 1 1
2. Jelaskan kepada klien prosedur 1 1 1 1
yang akan dilakukan
3. Bawa alat-alat yang sudah 1 1 1 1
disiapkan ditroli kedekat pasien
4. Buka set infus yang masih steril 1 1 1 1
5. Atur letak klep pengatur cairan 1 1 1 1
5 – 10 cm dibawah penampung
cairan
6. Putar naikkan pengatur cairan 1 1 1 1
7. Buka penutup botol cairan dan
pertahankan agar tetap steril 0 1 1 0
8. Hubungkan set infus dengan
botol infus secara steril 0 1 1 0
9. Gantungkan botol cairan itu
pada standar infus 1 1 1 1
10. Tekan penampung sehigga
cairan masuk dan mengisi 1 1 1 1
penampung ¾ bagian
11. Buka klep pengatur dan isi
selang dengan cairan dan selang 1 1 1 1
menghadap keatas sehingga
udara didalamnya keluar
12. Matikan pengatur tetesan bila
cairan sudah memenuhi pipa 1 1 1 1
13. Perhatikan lagi apakah dalam
pipa ada udara, jika ada 1 1 1 1
keluarkan udara kepenampung
udara
14. Cantumkan identitas klien,
nomor kamar, jam, tanggal, 0 0 0 0
obat yang dimasukkan kedalam
botol dan nama ners yang
mengerjakannya
c. Pelaksanaan
1. Gantungkan botol yang sudah 1 1 1 1
siapkan setinggi 1 m
2. Pasang alas karet dibawah 0 0 0 0
pemasangan infus
3. Letakkan ujung pipa yang 0 0 0 0
tertutup jarum ditroli
4. Pilih jarum atau kateter yang 1 1 1 1
tepat dan benar. Buka
pembungkus 1 1 1 1
5. Gunting plester sepanjang ± 6 –
10 cm dengan lebar 0,5 cm dan
letakkan dotempat yang 1 1 1 1
terjangkau
6. Periksa vena klien yang cocok 1 1 1 1
untuk ditusuk 1 1 1 1
7. Cukur rambut bila perlu
8. Periksa bagian vena supervisial
yang cukup besar untuk 1 1 1 1
memudahkan penusukkan jarum
9. Ikatan “Torniquet” 10 – 15 cm
diatas daerah yang akan ditusuk,
87
Sub total 43 45 45 44
Total 177
Presentase 88,5 %
88
Keterangan :
0 : Tidak Dilakukan.
1 : Dilakukan
Berdasarkan observasi pelaksanaan tindakan perawatan pemasangan infus
pada 4 orang perawat, didapatkan hasil 88, 5 % telah melaksanakan tindakan
sesuai SOP. Adapun 11,5 % yang tidak sesuai prosedur, disebabkan oleh
adanya perawat yang pada tahap persiapan alat, tidak menyediakan ‘Alas
plastik dan handuk kecil’ (sebanyak 4 orang), pada tahap ‘Buka penutup botol
cairan dan pertahankan agar tetap steril’ dan tahap ‘Hubungkan set infus
dengan botol infus secara steril’ masing-masing 2 orang tidak melakukan
tindakan sesuai SOP.
Pada tahap kerja, ‘Cantumkan identitas klien, nomor kamar, jam, tanggal, obat
yang dimasukkan kedalam botol dan nama ners yang mengerjakannya’
seluruh perawat yang diobservasi (4 orang) tidak melakukan tindakan sesuai
SOP.
Juga tahap pelaksanaan ‘Pasang alas karet dibawah pemasangan infus’ dan
‘Letakkan ujung pipa yang tertutup jarum ditroli’, juga tidak dilakukan oleh
seluruh perawat yang diobservasi (4 orang). Pada tahap ‘Anjurkan klien untuk
membuka dan menutup kepalan tangannya beberapa kali’ ada 1 orang perawat
yang tidak sesuai SOP. Dan pada tahap ‘Sterilkan sekali lagi dengan
antiseptic/alkohol pada area penusukan sebelum difiksasi dengan plester
steril’, terdapat 2 orang perawat yang tidak bekerja sesuai SOP.
Tabel 2.20 Observasi tindakan pemberian obat di ruang Kenanga RSUD Dr.
Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
Kegiatan Aspek Yang Dinilai Observasi Ket
1 2 3 4
Pemberian 1. Perawat cuci tanagn 0 1 1 0
obat 2. Siapkan alat-alat 1 1 1 1
3. Bandingkan catatan 1 1 1 1
pemberian obat dengan
instruksi dari dokter
sesuai dengan 6 prinsip
benar:
Benar Klien: periksa
nama klien, nomor CM,
89
Sub total 17 17 19 18
Total 68
Presentase 77,2 %
Tabel 2.22 observasi tindakan perawatan luka di ruang Kenanga RSUD Dr.
Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
menyiramkan/mengompreskan
Nacl 0,9% dengan pinset dan
kasa steril,massage area luka
untuk mengeluarkan pus sampai
dengan bersih/lakukan
berulang-ulang
Kaji kondisi luka
Potong jaringan nekrotik bila
ditemukan atau sesuai order
dokter
Tutup kembali luka dengan kasa
yang dibasahi Nacl atau sesuai
order dokter.
7. Buka sarung tangan 1 1 0 0
8. Fiksasi kasa dengan plester, 1 1 1 1
tambahkan balutan bila diperlukan
9. Rapikan klien seperti semula
10. Perawat mencuci tangan 1 1 1 1
11. Dokumentasi pada catatan 1 1 1 1
keperawatn klien 1 1 1 1
Sub total 10 11 9 8
Total 38
Presentase 86,4 %
Tabel 2.23 observasi tindakan pengambilan darah di ruang Kenanga RSUD Dr.
Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
Tabel 2.24 Hasil Observasi kepatuhan perawatan melaksanakan tindakan sesuai SOP
No Judul SOP Presentase
2. Pemberian obat 83 %
Total 85,48 %
Ronde
Keperawatan Pelaksanaan ronde Adanya pelatihan Adanya
Bidang keperawatan belum manajemen bangsal tuntutan yang
perawatan dan dilakukan Adanya kesempatan lebih tinggi
ruangan dari kepala ruangan dari
mendukung untuk mengadakan masyarakat
adanya ronde keperawatan untuk
kegiatan ronde pada perawat dan mendapatkan
perawatan mahasiswa praktik pelayanan
yang
profesional
Supervisi
Perawat mengerti Belum adanya Adanya teguran dari Tuntutan
tentang supervisi dokumentasi kepala ruangan bagi pasien sebagai
Supervisi belum supervise perawat yang tidak konsumen
dilakukan di melaksanakan tugas untuk
ruangan Kenanga, dengan baik mendapatkan
baik secara Hasil supervise dapat pelayanan
maupun tidak dilakukan sebagai yang
langsung pedoman untuk professional
daftar penilaian Terjadinya
prestasi pegawai mal praktek
94
Adanya mahasiswa
Ners keperawatan
yang praktik
manajemen
keperawatan
Dokumentasi Kurang optimalnya Adanya program Tingkat kesadaran
Keperawatan perawat dalam mengisi pelatihan masyarakat
Tersedianya status dokumentasi Adanya mahasiswa (pasien dan
status pasien yang keperawatan secara Ners keperawatan keluarga) akan
baku lengkap, meliputi : yang praktik tanggungjawab
72,4 % pengisian 1. Diagnosa manajemen dan tanggung
dokumentasi keperawatan yang keperawatan gugat
sudah dilakukan tidak berubah dari
sesuai prosedur pasien masuk
sampai keluar
2. Tujuan keperawatan
yang ingin dicapai
tidak dicantumkan
3. Format hanya
sampai SOAPI,
tanpa ER
4. Evaluasi dilakukan
tidak lengkap hanya
menyebutkan
Tanda-tanda Vital
5. Dinas Sore dan
Dinas Malam tidak
menuliskan
pengkajian secara
lengkap, hanya
implementasi saja
4. M4 (Money)
Dana Keterbatasan Ada kesempatan Adanya
operasional anggaran untuk untuk menggunakan tuntutan yang
ruangan pengadaan alkes, instrument medis lebih tinggi
Kenanga sarana dan dengan re-use dari
diperoleh dari prasarana lainnya. sehingga menghemat masyarakat
rumah sakit. pengeluaran untuk
Adanya kerjasama mendapatkan
pendanaan dengan pelayanan
pihak ketiga (BPJS) kesehatan
dalam hal yang lebih
pembiayaan professional
sehingga
membutuhkan
pendanaan
yang lebih
besar untuk
mendanai
sarana dan
prasarana
5 M5
(Marketing/Mutu) Perawat kurang Adanya survey 1. Adanya
Kepuasan memberikan kepuasan pasien tuntutan dari
pasien informasi kepada Adanya SOP keluarga/pasie
terhadap pasien tentang segala n untuk
pelayanan tindakan keperawatan mendapatkan
kesehatan di yang akan pelayanan
rumah sakit dilaksanakan keperawatan
(sebagian besar Sebagian perawat yang
pasien (80,9 tidak memberitahu professional
%) dengan jelas tentang 2. Adanya
95
Fungsi Pengarahan
(Operan/timbang Teknik komunikasi SBAR belum optimal
terima)
Instrumen SOP
Didapatkan hasil 90 % telah melaksanakan tindakan sesuai SOP, adapun
Tindakan Pemasangan 10 % tindakan yang tidak sesuai SOP didapatkan dari 2 orang yang tidak
Infus menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dengan ramah dan pada tahap
perhatikan reaksi pasien, juga ada 2 orang yang tidak melakukannya.
Pengambilan darah Didapatkan hasil 88, 5 % telah melaksanakan tindakan sesuai SOP.
vena Adapaun 11,5 % yang tidak sesuai prosedur
Perawatan luka
5 (Disharge Planing)
Kurang Optimlanya pelaksanaan 5 4 4 3 3 720 III
discharge Planing
Belum adanya
dokumentasi supervisi
Dana operasional Keterbatasan keperawatan
berasal dari anggaran untuk
rumah sakit pengadaan alkes, Komunikasi SBAR saat
sarana dan prasarana timbang terima belum optimal
Kurang optimalnya perawat
dalam mengisi status
dokumentasi keperawatan
secara lengkap.
1. Adanya tuntutan dari
masyarakat tentang kesediaan
sarana dan prasarana yang Terdapat 29
memadai Tempat Tidur
99
2. Kurang optimalnya pelaksanaan 1. Mengumpulkan Pelaksanaan timbang terima 6-19 Januari Menyesuaikan
2020
timbang terima literature tentang dapat dilaksanakan dengan kebutuhan
proses timbang terima baik
2. Menggunakan SPO
timbang terima
ruangan Kenanga
100
4. Kurang optimalnya sarana dan prasarana 1. Menyediakan sabun Tersedianya nomor bed 6-19 Januari
2020
sabun cuci tangan dan nomor bed pasien cuci tangan. pasien memudahkan
2. Menyediakan nomor perawat untuk identifikasi
bed pasien. pasien.