Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN FARMASI

LAB SKILL

SEMESTER GENAP

OLEH

ASRI PUTRI MAIDI


(NPM 260112190544/Kelas B)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2020
TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER MANAJEMEN FARMASI

SOAL 1
Setiap bulan RS Sehat membutuhkan amoksisilin sebanyak “x” obat dengan pembelian
setiap 1 minggu. Waktu tunggu pembelian obat tersebut adalah 1 hari sedangkan sisa stok di RS
hanya ada “y” obat. Safety stock obat :
1
𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑠𝑡𝑜𝑐𝑘 = 𝑥𝑦 = 0,033𝑦
30

SOAL 2
Setiap bulan RS A membutuhkan amoksisilin sebanyak 6.000 obat dengan pembelian
setiap 1 minggu. Waktu tunggu pembelian obat tersebut adalah 1 hari sedangkan sisa stok di RS
hanya ada 500 obat. Harga amoksisilin adalah Rp 10.000/satuan. Anggaran yang harus
dikeluarkan untuk membeli obat adalah:
1
𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑠𝑡𝑜𝑐𝑘 = × 6000 = 200
30
𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛 − 𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑠𝑡𝑜𝑐𝑘 − 𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑠𝑡𝑜𝑐𝑘
𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 = 6000 − 200 − 500 = 5.700
10.000
𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 = 5.700 × 𝑅𝑝 = 𝑅𝑝 57.000.000
𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛

BAHAN DISKUSI SOAL 2


Faktor-faktor yang mempengaruhi Safety stock adalah:
 Jumlah obat yang dibutuhkan yang bervariasi (σ), semakin besar variasi permintaan, maka
semakin besar safety stock yang harus disiapkan
 Leadtime (L) atau waktu tunggu yang merupakan durasi waktu sejak pesanan dilakukan
sampai pemesan menerima pesanannya. Semakin lama leadtime, maka semakin besar juga
stok yang yang harus disiapkan
 Service Level (z). Semakin tinggi service level yang ditetapkan oleh manajemen, maka
semakin tinggi stok yang harus disiapkan. Menurut Indonesian Research Institute for
Healthcare Management Tahun 2016 terkait dengan safety stock, service
level direpresentasikan oleh parameter z, nilai standar pada distribusi normal. Secara
praktis nilai z dapat dihitung dengan fungsi matematis pada microsoft excel z
= normsinv(prob). Parameter prob merupakan probabilitas pada distribusi normal (luas
area di bawah kurva normal).

Dampak yang diakibatkan jika tidak menghitung safety stock adalah barang bisa
mengalami kekosongan stok (stock out) karena lead time yang tidak sesuai perkiraan,
peramalan yang tidak akurat, dan distributor yang tidak dapat mengirimkan obat sesuai
dengan permintaan atau kondisi obat yang rusak serta bias atau bisa juga mengalami
penumpukan (over stock) akibat perputaran stok tidak baik misalnya stok mati tidak berputar
lebih dari 3 bulan.
Lead time tidak bisa diabaikan dalam menghitung safety stock, karena jika lead time
diabaikan akan mengakibatkan kekosongan stock. Safety stock itu sendiri merupakan jumlah
produk yang dibutuhin saat lead time supaya tidak kehabisan stok.

SOAL 3
Total pembelian barang di Apotek X dalam bulan September 2019 adalah Rp850.000.000
(belum termasuk biaya angkut pembelian Rp50.000.000) dengan retur pembelian Rp10.000.000
dan potongan pembelian Rp50.000.000. Total pembelian bersih Apotek X adalah :
Pembelian bersih =
(Pembelian + Ongkos Angkut pembelian) – (Return Pembelian + Potongan Pembelian)
Pembelian Bersih = 850.000.000 + 50.000.000 – 10.000.000 – 50.000.000 = Rp840.000.000

SOAL 4
Diketahui Apotek Maju Farma memiliki data-data seperti dibawah ini. Nilai Harga
Pokok Penjualannya (HPP) adalah:
KETERANGAN TOTAL
Persediaan barang dagang awal 20 juta
Pembelian 50 juta
Beban angkut pembelian 1 juta
Return pembelian 5 juta
Potongan pembelian 2 juta
Persediaan barang dagang akhir 10 juta
HPP = Persediaan Barang – Persediaan Akhir
Persediaan Barang = Persediaan awal + Pembelian Bersih
Pembelian bersih =
(Pembelian + Ongkos Angkut pembelian) – (Return Pembelian + Potongan Pembelian)
HPP =
Persediaan Awal + (Pembelian + Ongkos Angkut Pembelian) - (Return Pembelian + Potongan
Pembelian) – Persediaan Akhir
HPP = 20 juta + (50 juta + 1 juta) – (5 juta + 2 juta) – 10 juta
= 54 juta

BAHAN DISKUSI SOAL 4


Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi HPP adalah jika dilihat dari teorinya, yang
mempengaruhi harga pokok penjualan itu yaitu :

HPP = Persediaan Awal + (Pembelian + Ongkos Angkut Pembelian) - (Return Pembelian +


Potongan Pembelian) – Persediaan Akhir
 Persediaan Awal
 Pembelian Barang
 Ongkos Pembelian
 Return Pembelian
 Potongan Pembelian
 Persediaan Akhirnya

Harga Pokok Penjualan (HPP) atau disebut juga Cost of Goods Sold tidak sama dengan
Harga Jual karena memiliki perhitungan yang berbeda. HPP itu lebih kepada seluruh biaya
langsung yang telah dikeluarkan saat memperoleh barang atau jasa yang dijual mencakupi biaya
bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya overload. Tujuan dihitungnya HPP agar diketahui
besarnya biaya yang dikeluarkan dalam produksi dan jasa.

HPP = Persediaan Barang – Persediaan Akhir


Sedangkan harga jual merupakan besarnya harga yang dibebankan kepada konsumen yang
didapatkan dari perhitungan biaya produksi ditambah biaya non-produksi serta laba. Metode
yang digunakan yaitu dengan penetapan harga Mark-up dan penetapan harga biaya plus atau
cost-plus pricing method.

Untuk Biaya Plus Perhitungannya => Harga jual = biaya total + margin

SOAL 5
Dalam 1 bulan, Apotek A mencatatkan penjualan sebanyak Rp350.000.000. Apotek
tersebut juga mempunyai catatan retur penjualan dan potongan penjualan masing-masing sebesar
Rp15.000.000 dan Rp10.000.000. Total penjualan bersih Apotek A adalah:
Penjualan bersih = Penjualan – (Return Pembelian + Potongan Pembelian)
Penjualan Bersih = 350.000.000 – 15.000.000 – 10.000.000 = Rp325.000.000

SOAL 6
Dalam laporan laba rugi PBF Z terdapat beberapa catatan sebagai berikut:
KETERANGAN TOTAL HARGA
Penjualan Bersih Rp 700.000.000
Harga Pokok Penjualan (HPP) Rp 250.000.000
Beban Usaha Rp 100.000.000

Laba Bersih = Laba Kotor – Beban Usaha


Laba Kotor = Penjualan Bersih – HPP
Laba Bersih = (Penjualan Bersih – HPP) – Beban Usaha
= (Rp 700.000.000 – Rp 250.000.000) – Rp 100.000.000
= Rp 450.000.000 – Rp 100.000.000
= Rp 350.000.000.000
BAHAN DISKUSI SOAL 6
Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan laba bersih jika dilihat dari perhitungannya
adalah:
 Penjualan Bersih, dimana semakin besar penjualan bersih maka akan semakin besar laba
bersih yang peroleh
 Harga pokok penjualan (HPP), dimana semakin besar HPP maka semakin kecil laba bersih
didapatkan
 Laba kotor, dimana semakin besar laba kotor maka semakin besar laba bersihnya
 Beban usaha, dimana semakin besar beban usaha maka semkain kecil laba bersih)
Cara agar mendapatkan laba bersih yang optimal adalah dengan meningkatkan laba kotor
dan meminimalkan beban usaha. Laba kotor bisa ditingkatkan dengan cara meningkatkan pula
penjualan bersih serta menekan harga pokok produksi.

SOAL 7

 Laba Usaha
𝑌 = 𝐴𝑥 − 𝐵𝑥 − 𝐶
𝐿𝑎𝑏𝑎 = 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 − 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐿𝑎𝑏𝑎 = Rp 40.000.000 − Rp 24.000.000 − Rp 7.500.000
𝐿𝑎𝑏𝑎 = Rp 8.500.000
 BEP dalam unit
𝐶
𝐵𝐸𝑃 =
𝐴−𝐵
Biaya Tetap Total
𝐵𝐸𝑃 =
Harga Jual per Unit − Biaya Variabel per Satuan
𝑅𝑝 7.500.000
𝐵𝐸𝑃 = = 𝑅𝑝 3.750.000
Rp 5.000 − Rp 3.000

 BEP dalam rupiah


𝐶
𝐵𝐸𝑃 =
𝐵𝑥
1−
𝐴𝑥
Biaya Tetap Total
𝐵𝐸𝑃 =
Biaya Variabel Total
1−
Hasil Penjualan
Rp 7.500.000
𝐵𝐸𝑃 = = 𝑅𝑝 18.750.000
Rp 24.000.000
1 − Rp 40.000.000

BAHAN DISKUSI SOAL 7


Faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan BEP yaitu:
 Variabel Cost (VC), dimana meningkatnya variable cost per unit akan meninggikan
tingkat Break Even Point, sedangkan penurunan variable cost per unit akan mempunyai
pengaruh yang sebaliknya.
 Total Cost (TC). Kenaikan harga jual per unit akan menurunkan tingkat Break Even Point
dan sebaliknya penurunan tingkat harga jual per unit akan membawa pengaruh terhadap
menurunnya Break Even Point
 Fixed Cost (FC). Suatu perusahaan apabila meningkatkan fixed operating cost, maka
tingkat Break Even Point akan meningkat pula, demikian juga halnya bila fixed operating
cost diturunkan, maka tingkat Break Even Point pun akan bergerak turun ke titik yang
lebih rendah.
Penjelasan dari grafik diatas dapat dilihat adanya FC (Biaya Tetap) dan VC (Variabel
Cost), dimana terbentuk TC (Total Cost) yang merupakan gabungan dari FC dan VC. Break
Even Point sendiri merupakan titik di mana bertemunya garis pendapatan (R atau Revenue) dan
TC. Pendapatan (R) yang didapatkan dihitung dari batas atas garis TC hingga bertemu dengan
garis R. Nilai VC jika diturunkan maka nilai TC juga akan semakin kecil sehingga dapat
menurunkan biaya total yang dikeluarkan, begitu pula dengan Break Even Point juga menjadi
semakin turun. Mundurnya nilai BEP akan meminimalisasi jumlah kuantitas yang dikeluarkan
untuk menghindari kerugian sehingga dapat memaksimalkan nilai pendapatan dan dapat
memaksimalkan profit atau keuntungan. Nilai BEP pada VC yang diturunkan adalah batas agar
produksi tidak mengalami kerugian. Dapat disimpulkan jika ingin memperoleh keuntungan yang
besar dilihat dari nilai R maka nilai VC dan TC pun harus ditingkatkan dan juga FC dan VC juga
mempengaruhi.

Anda mungkin juga menyukai