Anda di halaman 1dari 8

1.

Perbedaan Laba Bisnis dan Laba Ekonomis


Laba sering dibedakan menjadi laba bisnis (laba usaha, business profit atau laba
akuntansi) dengan laba ekonomis (economic profit). Laba bisnis adalah laba yang diperhitungkan
di dalam perhitungan bisnis atau akuntansi, sedangkan laba ekonomis diperhitungkan secara
ekonomis.
Laba bisnis adalah selisih antara penerimaan total (TR) dengan total biaya eksplisit
(explicit costs). Biaya eksplisit adalah pengeluaran tunai yang benar-benar terjadi. Sedangkan
laba ekonomis adalah selisih antara TR dengan total biaya eksplisit dan biaya implisit (implicit
costs). Biaya implisit adalah pengeluaran bukan tunai yang dapat berupa pengorbanan waktu,
kerja atau usaha. Pengeluaran ini diukur berdasarkan harga pasar.

Contoh Perhitungan Laba Bisnis dan Laba Ekonomis:


Amir adalah seorang pedagang mi baso yang menjual mi basonya dengan cara berkeliling
kampung menggunakan gerobak dorong. Ia membeli bahan-bahan jualannya berupa mi, bumbu
dan daging sapi dan membuat baso sendiri. Misalkan ia membeli bahan-bahan jualannya senilai
Rp. 200.000,00. Apabila dari hasil penjualan mi baso dengan cara berkeliling kampung
memperoleh pendapatan Rp. 350.000,00, maka apabila ditanya oleh orang lain ia akan
mengatakan bahwa laba yang diperolehnya sebesar Rp. 150.000,00 (= Rp. 350.000,00 – Rp.
200.000,00). Laba sebesar Rp. 150.000,00 merupakan laba bisnis dan pengeluaran sebesar Rp.
200.000,00 merupakan biaya eksplisit.
Dari sudut ekonomi, maka laba yang diperolehnya tidak sebesar itu, karena harus
diperhitungkan biaya implisitnya. Biaya implisit yang harus diperhitungkan adalah biaya
pembuatan baso dan biaya untuk menjual mi baso berkeliling kampung. Untuk menghitung
kedua biaya ini didasarkan pada harga pasar, yaitu upah yang biasa dibayarkan untuk membuat
baso dan upah untuk menjualkannya secara berkeliling kampung. Misalnya, apabila Amir
mengupah orang lain membuat baso harus membayar Rp. 30.000,00 dan upah untuk menjualkan
mi baso keliling kampung adalah sebesar Rp. 50.000,00, maka laba ekonomis sebesar Rp.
70.000,00 (= Rp. 350.000,00 – Rp. 200.000,00 – Rp. 30.000,00 – Rp. 50.000,00), dimana biaya
implisit sebesar Rp. 80.000,00.
Laba akuntansi = total pendapatan - biaya eksplisi

Laba ekonomi = Total pendapatan - (biaya eksplisit + biaya implisit).


2. Teori Laba Friksional (Frictional Theory of Profit)

Teori ini menerangkan bahwa laba didapatkan sebagai hasil dari friksi atau pergesekan
dari keseimbangan jangka panjang. Dalam jangka panjang perusahaan cenderung hanya
menerima laba normal (keseimbangan dalam persaingan sempurna) atau laba ekonomisnya nol.
Pada kenyataannya, dalam jangka panjang ada perusahaan yang keluar atau terdepak dari pasar
dan ada perusahaan yang masuk pasar. Apabila dalam jangka pendek pada suatu industri
terdapat laba di atas normal maka dalam jangka panjang akan banyak perusahaan yang masuk
dalam industri tersebut dan hal ini akan menekan keuntungan di atas normal tadi menjadi
keuntungan normal. Sebaliknya apabila dalam jangka pendek terjadi gejala banyak perusahaan
yang merugi, maka beberapa perusahaan akan keluar dari pasar. Keluarnya perusahaan-
perusahaan ini akan menyebabkan harga cenderung naik dan mengurangi kerugian.
Contoh perhitungannya belum

3. Konsep laba : phsycal income, real income dan money incom

1. Psychic income, yang menunjukkan konsumsi barang/jasa yang dapat memenuhi


kepuasan dan keinginan individu.
2. Real income, yang menunjukkan kenaikan dalam kemakmuran ekonomi yang
ditunjukkan oleh kenaikan cost of living.
3. Money income, yang menunjukkan kenaikan nilai moneter sumber-sumber ekonomi yang
digunakan untuk konsumsi sesuai dengan biaya hidup cost of living.

4. Harga Pokok Penjualan (HPP)

Hpp atau sebagian orang menyebut dengan istilah cost of good sold (COGS) adalah
keseluruhan biaya langsung yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan untuk memperoleh barang
atau jasa yang dijual kepada konsumen. Dalam menghitung Hpp, biaya yang diperhitungkan
mencakup biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.

Hpp dihitung dengan tujuan untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan dalam
produksi barang dan jasa suatu perusahaan. Hpp merupakan salah satu komponen dalam laporan
laba rugi. Secara sederhana, Hpp dapat dihitung dengan cara berikut ini:
Harga Pokok Penjualan (HPP)= Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Persediaan Akhir

Atau 

Harga Pokok Penjualan (HPP) = Harga Tersedia Dijual – Persediaan Akhir

Sedangkan pembelian bersih dapat dihitung dengan cara :

Pembelian Bersih = (Biaya Angkut + Pembelian) – (Retur Pembelian + Potongan Pembelian)

Contoh Permasalahan yang berkaitan dengan Hpp :

PT. Maju Manunggal Mahakarya Merpati menjalankan sebuah proyek pada pada tanggal
24 November 2019 dengan Persediaan barang dagangan (awal) sebanyak Rp20.000.000,00,
Pembelian sebesar Rp50.000.000,00, Beban angkut pembelian Rp1.000.000,00, Retur pembelian
sebesar Rp5.000.000,00, Potongan pembelian Rp2.000.000,00, dan Persediaan barang dagangan
akhir sebesar Rp10.000.000,00.

Dari masalah di atas, dapat dihitung Hpp PT Maju Manunggal Mahakarya Merpati dengan cara :

Menentukan Pembelian Bersih

Pembelian Bersih = (Biaya Angkut + Pembelian) – (Retur Pembelian + Potongan Pembelian) =


(Rp1.000.000,00 + Rp50.000.000,00) – (Rp5.000.000,00 + Rp2.000.000,00) = Rp44.000.00,00

Menentukan Harga Pokok Penjualan (HPP)

Harga Pokok Penjualan (HPP) = Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Persediaan Akhir =
Rp20.000.000,00 + Rp44.000.000,00 – Rp10.000.000,00 = Rp54.000.000,00

Jadi Harga Pokok Penjualannya adalah Rp 54.000.000,00

Harga Jual

Harga jual adalah besar harga yang dibebankan kepada konsumen. Untuk menghitung
harga jual secara sederhana dapat dilakukan dengan cara berikut ini:

Harga Jual = Biaya Produksi + Biaya Non Produksi + Keuntungan yang Diharapkan
Agar lebih jelas, kita dapat menggunakan rumus perhitungan di atas dengan contoh kasus
sebagai berikut:

Untuk memproduksi barang, perusahaan ABCD mengeluarkan biaya sebesar


Rp3.000.000,00, dengan biaya di luar dari proses produksi sebesar Rp1.500.000,00, serta
keuntungan yang diharapkan sebesar Rp1.000.000,00. Berapakah Harga Jualnya?

Harga Jual = Biaya Produksi + Biaya Non Produksi + Keuntungan yang Diharapkan

Harga Jual = Rp3.000.000,00 + Rp1.500.000,00 + Rp1.000.000,00

= Rp5.500.000,00

Perbedaan Hpp dan Harga Jual

Dari pembahasan di atas bisa diketahui bahwa perbedaan antara Hpp dan Harga Jual
adalah Hpp meliputi seluruh biaya yang dibutuhkan untuk produksi barang sedangkan harga jual
adalah harga yang dibebankan kepada konsumen untuk menggunakan barang atau jasa yang
ditawarkan.
ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

 Benefit Cost Ratio (BCR)


Metode ini pada prinsipnya membandingkan semua pemasukan yang diterima (dihitung pada
kondisi saat ini) dengan semua pengeluaran yang telah dilakukan (dihitung pada kondisi saat ini).
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝐵𝐶=𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 (𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡)𝑠𝑡 (𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎)>1
Dimana:
Benefit User cost existing – User cost kondisi baru, yang merupakan Saving / penghematan User
cost dari nilai waktu dan BOK
Cost Biaya pembangunan dan biaya pemeliharaan
Fungsi Logic nilai BCR yang mungkin:
 B/C > 1
Maka manfaat yang ditimbulkan proyek lebih besar dari biaya yang diperlukan,
proyek layak dilaksanakan.

 B/C = 1
Maka manfaat yang ditimbulkan sama dengan biaya yang diperlukan, proyek
tetap layak dilaksanakan.

 B/C < 1

Maka manfaat yang ditimbulkan proyek lebih kecil dari biaya yang diperlukam,
proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

 Nett Present Value (NPV)


Metode Net Present Value (NPV) merupakan parameter kelayakan yang diperoleh
dengan perumusan dari selisih semua manfaat dengan semua biaya pengeluaran setelah
dikonversi dengan nilai uang yang sama. Hal yang paling penting dalam metoda ini adalah nilai
opportunity cost dari uang tergantung pada waktu, yang dapat juga diartikan besaran moneter
dari suatu cash-flow componen biaya dan manfaat dalam waktu tertentu tidak dapat dianggap
sama persepsinya. Pada metode ini yang digunakan adalah besaran netto saat ini, atau Net
Present Value. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
NPV = Benefit – Cost
Fungsi Logic nilai NPV yang mungkin:
 NPV > 0
Maka proyek layak karena nilai manfaat lebih besar dari biaya pembangunan.

 NPV < 0

Maka proyek tidak layak dibangun karena nilai manfaat lebih kecil dari biaya
pembangunan.
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

 Benefit Cost Ratio (BCR)


Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan semua manfaat (Benefit) dengan
biaya (Cost) total yang dibutuhkan sepanjang lama konsesi 45 tahun. Dalam Analisis Finansial
ini nilai manfaat didapatkan dari pendapatan (income) harga tarif tol, sedangkan untuk biaya total
nya melingkupi biaya investasi pembangunan, biaya pelebaran jalan dan biaya operasional Jalan
Tol Pasuruan – Probolinggo ini sendiri. Semua parameter diatas dikonversikan kedalam nilai
uang sekarang (present value) dengan perumusan sama seperti BCR dalam analisis kelayakan
ekonomi.

 Nett Present Value (NPV)

Sama seperti perhitungan NPV pada analisis kelayakan ekonomi, hanya saja nilai
income didapat dari harga tarif tol. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
NPV = Income – Outcome
Fungsi Logic nilai NPV yang mungkin:
 NPV > 0
Maka proyek layak karena pendapatan (income) lebih besar dari biaya yang
diinvestasikan (outcome)
 NPV < 0
Maka proyek tidak layak dibangun karena pendapatan (income) lebih kecil dari biaya
yang diinvestasikan (outcome).
 Internal Rate of Return (IRR)
Yang dimaksud dengan Internal Rate of Return adalah besaran yang menunjukkan
harga discount rate pada saat NPV sama dengan nol. Internal Rate of Return sering disebut
sebagai laju pengembalian modal. Apabila tingkat bunga ini lebih besar dari tingkat bunga
relevan (tingkat bunga yang disyaratkan) atau MARR (Minimum Attractive Rate of Return) maka
investasi dikatakan layak, apabila lebih kecil dinilai tidak layak. Metode ini menggunakan indeks
IRR, Indeks IRR sendiri adalah besaran yang menunjukkan harga discount rate pada saat besaran
NPV = 0. IRR ini dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih untuk
suatu proyek. IRR akan layak apabila lebih besar dari i (tingkat pengembalian) saat ini. Semakin
besar nilai IRR maka investasi dinilai layak. Dimana semua keuntungan di ekuivalensikan ke
nilai sekarang (present worth) sama dengan biaya kapital.

Fungsi Logic nilai Financial Internal Rate of Return (FIRR) yang mungkin:
 IRR > MARR
Maka investasi proyek dikatakan layak karena tingkat pengembalian investasi
tersebut lebih menguntungkan dibandingkan dengan menyimpan uang (modal) di bank.
 IRR < MARR
Maka investasi proyek dikatakan tidak layak karena lebih baik menyimpan uang
(modal) di bank dibandingkan melakukan investasi tersebut.
 Pay Back Period
Analisis Pay Back Period bertujuan untuk mengetahui berapa lama periode investasi
akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi paling pokok (BEP). Dengan kata lain PP adalah
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai NPV = 0. Dikatakan layak jika PP < Umur Rencana
Investasi.

Anda mungkin juga menyukai