PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap pekerja memerlukan zat gizi dengan jumlah kalori yang sesuai dengan jenis
pekerjaan yang mereka lakukan, aktifitas dapat dilakukan dengan optimal apabila
kebutuhan kalori dan gizi untuk tubuh telah terpenuhi dengan baik. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui seberapa besar perusahaan memenuhi kebutuhan kalori tenaga
kerjanya, apakah sudah sesuai atau belum dengan jumlah kalori yang diperlukan setiap
pekerja.
Setiap pekerjaan sangat membutuhkan energi yang cukup untuk memaksimalkan
produktivitas seorang pekerja. Oleh karena itu, kalori yang masuk ke dalam tubuh harus
sesuai dengan energi yang akan dikeluarkan. Namun terkadang ada berbagai faktor yang
membuat seorang pekerja tidak dapat memaksimalkan asupan nutrisi yang harus mereka
dapatkan. Beberapa contoh kondisi pekerja yang membuat asupan nutrisi tidak sesuai
dengan kondisi tubuh dan pekerjaan yaitu pekerja yang menderita Kekurangan Energi
Kronis (KEK), pekerja dengan anemia, dan pekerja yang menderita obesitas.
Ketika pekerja mengalami beberapa gangguan kesehatan seperti KEK, Anemia, dan
Obesitas maka kualitas kerja dari seorang pekerja tersebut akan tidak maksimal dan
dapat menggangu aktivitas dan alur kerja dari pekerjaan tersebut.
Oleh karena itu, ada berbagai hal yang harus dilakukan untuk mengubah pola makan
pekerja agar nutrisi yang masuk ke tubuh sesuai dengan kebutuhan kalori yang
dibutuhkan berdasarkan aktivitas pekerja tersebut.
Mengatur asupan nutrisi seperti menu makan dan jenis makanan untuk pekerja yang
menderita KEK, Anemia, dan Obesitas adalah langkah untuk mengubah pola hidup yang
baik untuk seorang pekerja. Dengan demikian, kualitas kerja pekerja tersebut akan lebih
baik ketika asupan nutrisi yang masuk sesuai dengan jumlah kaloti yang dibutuhkan
pekerja tersebut. Dalam makalah ini menuliskan tentang asupan nutrisi dan menu yang
dibutuhkan pekerja yang menderita KEK, Anemia, dan Obesitas.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui menu untuk tenaga kerja dengan KEK
2. Untuk mengetahui menu untuk tenaga kerja dengan Anemia
3. Untuk mengetahu menu untuk tenaga kerja dengan Obesitas
Bab II. ISI
a. Ukuran tubuh
Makin besar ukuran tubuh seseorang makin besar pula kebutuhan kalorinya, meskipun
jenis kelamin, kegiatan, dan usianya sama.
b. Usia
Makin tua usia seseorang makin berkurang kebutuhan kalorinya, pada anak-anak, dan
orang muda yang sedang dalam pertumbuhan membutuhkan kalori relatif lebih besar.
c. Jenis kelamin
Laki-laki lebih banyak membutuhkan kalori dari pada wanita. Karena laki- laki lebih
banyak mempunyai otot dan lebih aktif melakukan pekerjaan sehingga mengeluarkan
kalori lebih banyak.
d. Kondisi tubuh tertentu
Wanita hamil dan menyusui membutuhkan kalori dan zat gizi yang lebih besar dari
pada keadaan biasa. Demikian pula orang baru sembuh dari sakit memerlukan kalori
dan zat gizi yang lebih besar guna rehabilitas sel tubuh atau bagian-bagian yang rusak
selama sakit.
e. Pengaruh pekerjaan
Semakin berat pekerjaan atau bagian seseorang sehingga semakin besar pula kalori
yang mereka butuhkan.
f. Iklim dan suhu lingkungan
Kalori yang dibutuhkan di tempat kerja yang dingin lebih tinggi dari pada di tempat
panas, karena untuk mempertahankan suhu tubuh.
Jumlah kalori yang dibutuhkan orang dewasa ditentukan oleh:
3) Metabolisme basal, yaitu sejumlah tenaga yang diperlukan oleh tubuh dalam
keadaan istirahat.
4) Pengaruh makanan atas kegiatan tubuh (aktivitas tubuh), kira-kira 10% dari
metabolisme basal.
5) Kerja otot.
Penilaian kebutuhan kalori per hari dan di tempat kerja dengan memperhatikan tabel
standart dan tabel penyesuaian di atas, dapat dihitung dengan petunjuk sebagai berikut :
- Lihat tabel kebutuhan kalori menurut jenis kelamin dan golongan skala usia.
- Penyesuaian menurut usia.
- Penyesuaian menurut tingkat kegiatan.
- Perhitungan porsi/prosentase makanan (makan siang), yaitu Makan pagi : siang : malam =
30% : 40% : 30%
Misal tenaga kerja laki-laki 29 tahun, berat badan 70 kg, pekerjaan operator alat berat
(tingkat sedang). Maka perhitungannya sebagai berikut : Kalori per hari = (70 Kg/56 Kg) X
2550 kalori
= 3187,5 kalori per hari Penyesuaian usia = 100% X 3187,5
= 3187,5 kalori per hari Penyesuaian tingkat kerja = 3187,5 + 400
= 3587,5 kalori per hari Kalori di tempat kerja = 40% X 3587,5
= 1435 kalori
Keadaan Atau Status Gizi
Keadaan gizi atau status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih.
b. Energi
Energi adalah kemampuan melakukan usaha. Energi disebut juga tenaga. Orang yang
energik adalah orang yang penuh tenaga sehingga dapat melakukan pekerjaan lebih banyak.
Didalam tubuh, energi disimpan dalam bentuk cadangan energi, yaitu lemak sebanyak 74
persen, protein sebanyak 25 persen, dan karbohidrat < 1 persen. Fungsi energi dalam tubuh
untuk metabolisme basal, yaitu energi yang dibutuhkan seseorang pada waktu beristirahat;
kemudian specific dynamic action (SDA), yaitu energi yang diperlukan untuk mengolah
makanan itu sendiri; untuk aktivitas jasmani, berpikir, pertumbuhan, dan pembuangan sisa
makanan. Terdapat tiga sumber energi dalam tubuh, yaitu karbohidrat, lemak, dan protein.
Jadi vitamin, mineral, dan air tidak menghasilkan energi dalam tubuh. Didalam tubuh,
karbohidrat, protein, dan lemak dipecah menjadi energi dan energi yang dihasilkan dari
setiap satu gram karbohidrat adalah sebanyak empat kalori, lemak sembilan kalori, dan
protein empat kalori. (15)
2. Penyebab Anemia
Secara umum ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi yaitu
1. Kehilangan darah secara kronis
Pada laki-laki dewasa, sebagian besar kehilangan darah disebabkan oleh proses
pendarahan akibat penyakit (atau trauma), atau akibat pengobatan suatu
penyakit.Sementara pada wanita,terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap
bulan.Jika darah yang keluar selama menstruasi sangat banyak(banyak wanita
yang tidak sadar kalau darah haidnya terlalu banyak) akan terjadi anemia
defisiensi zat besi.
3. Peningkatan kebutuhan
Asupan zat besi harian diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang
melalui tinja, air kencing, dan kulit.Kehilangan basis ini diduga sebanyak 14
μg/kgBB/hari. Jika dihitung berdasarkan jenis kelamin, kehilangan basis zat
besi untuk orang dewasa lelaki mendekati 0.9 mg dan 0,8 mg untuk wanita. (6)
3. Dampak Anemia
Anemia ini dapat mengakibatkan rendahnya produktivitas kerja, turunnya
kebugaran, dan turunnya daya tahan tubuh sehingga mudah sakit. Buruh wanita
merupakan kelompok masyarakat yang sangat beresiko terhadap terjadinya anemia
karena konsumsi zat besi yang rendah dalam pola makannya sehari-hari. Di Indonesia
menderita anemia gizi besi yang disebabkan konsumsi makanan gizi yang rendah
karena upah yang mereka terima masih rendah. Anemia pada pekerja ini dapat
menurunkan produktivitas kerja mereka karena berbagai penelitian telah membuktikan
bahwa pada pekerja yang anemia mempunyai produktifitas kerja yang lebih rendah
dibandingkan pekerja yang tidak anemia.
Dilihat dari dampak fisik anemia gizi besi dapat menyebabkan rasa cepat lelah. Rasa
cepat lelah terjadi karena pada penderita anemia gizi besi pengolahan (metabolism)
energy oleh otot tidak berjalan sempurna karena otot kekurangan oksigen yang
dibutuhkan oleh sel-sel otot ini diangkut oleh zat besi dalam darah (hemoglobin).
Untuk menyesuaikan dengan kekurangan jatah ok,sigen maka otot member produksi
energi. Akibatnya, mereka yang menderita anemia gizi besi akan cepat lelah bila
bekerja karena cepat kehabisan energi). Cepatnya rasa lelah yang dialami para pekerja
yang menderita anemia gizi besi akan menurunkan prodiktifitas kerja. Menurunnya
produktifitas kerja, selain disebabkan oleh menurunnya hemoglobin darah, juga
disebabkan oleh berkurangnya enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme energi
tersebut.
4. Klasifikasi Anemia
Klasifikasi derajat anemia menurut WHO :
1) Ringan sekali Hb 10,00 gr% -13,00 gr%
2) Ringan Hb 8,00 gr% -9,90 gr%
3) Sedang Hb 6,00 gr% -7,90 gr%
4) Berat Hb < 6,00 gr%
Anemia menimbulkan gejala letih, lesu dan cepat lelah yang akibatnya dapat
menurunkan produktivitas kerja. Pekerja yang menderita anemia produktivitas kerja
20% lebih rendah dibandingkan dengan pekerja yang sehat dengan gizi yang baik.
Penyebab tingginya angka anemia pada pekerja wanita disebabkan karena:
1) Kurangnya komsumsi makanan kaya besi, terutama yang berasal dari sumber
hewani.
2) Kekurangan zat besi karena kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan,
masa tumbuh kembang pada penyakit infeksi.
3) Kehilangan zat besi yang berlebihan pada perdarahan termasuk haid yang
berlebihan, sering melahirkan pada infeksi cacing.
4) Tidak seimbangnya antara kebutuhan tubuh akan zat besi dibandingkan dengan
penyerapan dari makanan.
5) Wanita cenderung menderita anemia daripada pria, karena :
a. Kurangnya mengkomsumsi makanan kaya besi
b. Mengalami haid setiap bulan, sehingga membutuhkan zat besi dua kali lebih
banyak.
c. Melaksanakan diet pengurangan berat badan karena ingin langsing (7)
Meningkatkan konsumsi makanan bergizi, mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan
bahan makanan nabati sayuran berwarna hijau tua, kacangkacangan, tempe). Asupan
sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk,
daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nenas) sangat bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. Menambah pemasukan zat besi ke
dalam tubuh dengan minum tablet darah. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau
memperberat anemia seprti cacingan, malaria dan penyakit TBC. Riset menunjukkan
bahwa wanita cenderung lebih banyak mengalami Anemia dibanding dengan pria.
Sekitar 20% wanita dewasa, 50% wanita hamil, 3% pria mengalami anemia. Pada
wanita perlu memberi perhatian khusus pada anemia. Tak heran bila wanita cenderung
menderita kekurangan zat besi karena hilangnya zat itu pada waktu haid tiap bulan
tanpa diimbangi asupan makanan yang cukup mengandung zat besi. Kecenderungan
wanita berdiet karena ingin mempertahankan bentuk tubuh ideal, tanpa
mempertimbangkan jumlah zat besi penting yang masuk, terutama zat besi. Selain
menstruasi, kondisi rawan lain saat hamil dan menyusui. Suplementasi zat besi
menjadi salah satu cara untuk meningkatkan status gizi dan meningkatkan
produktivitas kerja di dalam mengembangkan sumber daya manusia yang tangguh dan
mantap. Seorang tenaga kerja hanya dapat bekerja selama ia memiliki energi yang
diperoleh dari makanan. Gizi kerja yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan
tenaga kerja sehingga angka sakit yang disebabkan oleh penyakit akibat kerja maupun
penyakit umum dapat ditekan, angka mankir kerja karena sakit juga akan turun dengan
sendirinya, yang pada akhirnya produktivitas akan meningkat.
5. Konsumsi Makanan
1. Tingkat Konsumsi Makan
Tingkat konsumsi makan (pola makan) adalah suatu cara atau usaha dalampengaturan
jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan,
status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Dalam pola makan
sehari-hari seseorang harus menjaga dan berhubungan dengan kebiasaan
kesehariannya. Tingkat konsumsi makan adalah susunan makanan yang mencakup
jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum
dikonsumsi/dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu. Pola konsumsi pangan di
Indonesia masih belum sesuai dengan pola pangan ideal yang tertuang dalam pola
pangan harapan. Konsumsi dari kelompok padi-padian (beras, jagung, terigu), masih
dominan baik di kota maupun di desa namun perlu diwaspadai bahwa jenis konsumsi
pangan yang bersumber lemak, minyak dan gula sudah berlebihan. Kelebihan dari
kedua pangan ini akan membawa dampak negatif bagi kesehatan terutama penyakit
degeneratif seperti tekanan darah tinggi, jantung dan diabetes. Tingkat konsumsi
makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jenis,
frekuensi dan jumlah bahan pangan yang dimakan tiap hari oleh satu orang atau
merupakan ciri khas untuk sesuatu kelompok masyarakat tertentu.
2. Pengaturan Makan
Makan makanan beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena tidak ada
satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan seseorang untuk
tumbuh kembang menjadi sehat dan produktif. Makanan anekaragam menjamin
terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga seperti beras, jagung, gandum, roti, dan ubi menghasilkan
energi untuk aktivitas sehari-hari. Makanan sumber zat pembangun berperan sangat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang berasal dari
bahan makanan nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal
dari hewan adalah ikan, ayam, susu serta hasil olahannya. Makanan sumber zat
pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung
berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi
organ tubuh.
Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi minimal
harus berasal dari setiap satu jenis makanan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur. Prinsip idealnya setiap kali makanan, hidangan tersebut terdiri dari 4
kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah). Dengan
mengkonsumsi makanan beranekaragam termasuk sumber makanan berserat cukup
(25 gram/hari) seperti padi-padian, kacang kacangan, sayur dan buah-buahan.
Makanan yang dikonsumsi, yang dianjurkan adalah makanan seimbang yang terdiri
atas :
a. Sumber zat tenaga, misalnya nasi, roti, mie, bihun, jagung, ubi, singkong,
tepung-tepungan, gula dan sebagainya.
b. Sumber zat pembangun, misalnya ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang-
kacangan, tahu, tempe dan sebagainya.
c. Sumber zat pengatur, misalnya sayur-sayuran dan buah-buahan terutama yang
berwarna hijau dan kuning.
Zat-zat yang terkandung dalam makanan bergizi:
1. Energi
Konsumsi energi yang tidak seimbang akan menyebabkan keseimbangan
positif atau negatif. Kelebihan energi dari energi yang dikeluarkan akan diubah
menjadi lemak tubuh sehingga berat badan berlebih atau kegemukan. Keadaan
tersebut tidak hanya karena kelebihan asupan karbohidrat, dan lemak, tetapi
juga disebabkan kurang bergerak atau kurang aktifitas fisik.Sebaliknya bila
asupan lebih energi kurang dari yang dikeluarkan, terjadi keseimbangan
negatif.Akibatnya, berat badan lebih rendah atau ideal. (8)
2. Protein
Protein adalah molekul makro dan bagian dari semua sel hidup serta merupakan
bagian terbesar tubuh sesudah air. Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam
amino esensial. Sumber protein dapat berasal dari protein nabati dan hewani.
Protein sebagai pembentuk energi, angka energi yang ditunjukkan tergantung
dari macam dan jumlah bahan makanan nabati dan hewani yang dikonsumsi
manusia setiap harinya (9).
3. Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang esensial untuk pemeliharaan
kesehatan dan kelangsungan hidup. Kekurangan vitamin A dapat meningkatkan
resiko terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran pernafasan dan diare,
meningkatkan angka kematian karena campak serta menyebabkan
keterlambatan pertumbuhan. Vitamin A terdapat di dalam pangan hewani
seperti hati, kuning telur,susu (di dalam lemaknya) dan mentega. Vitamin A
berperan dalam berbagai fungsi tubuh, antara lain fungsi penglihatan, fungsi
kekebalan, fungsi pertumbuhan dan perkembangan.
4. Zat Besi (Fe)
Zat besi merupakan mineral makro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh
diantaranya, sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru kejaringan tubuh,
sebagai alat angkut elektron di dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai
reaksi enzim dalam jaringan tubuh (metabolisme energi, sistem kekebalan).
Secara luas defisiensi Zat besi berpengaruh terhadap kualitas Sumber Daya
Manusia SDM, yaitu terhadap kemampuan belajar dan produktifitas kerja.
Sumber baik zat besi adalah makanan hewani seperti daging, ayam dan ikan.
Sumber baik lainnya adalah telur, sereal tumbuk, kacang-kacangan, sayur-
sayuran hijau dan beberapa jenis buah.
5. Seng (Zn)
Seng merupakan mineral makro yang esensial bagi tubuh. Sebagian seng berada
di dalam hati, pankreas, ginjal, otot dan tulang. Sumber paling baik seng adalah
sumber protein hewani terutama daging, hati, kerang dan telur. Dalam fungsi
tubuh, seng berperan dalam fungsi kekebalan tubuh, pembentukan kulit,
metabolisme jaringan ikat dan penyembuhan luka. Apabila kekurangan seng
dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan kematangan seksual.
disamping itu fungsi pencernaan juga terganggu dan dapat menimbulkan diare
dan gangguan fungsi kekebalan.
3. Produktivitas kerja
Menurut Dewan Produktivitas Nasional RI, secara umum produktivitas
mengandung pengertian perbandingan atau rasio antara hasil yang dicapai dengan
keseluruhan sumber daya yang digunakan. Produktivitas tenaga kerja selalu dikaitkan
dengan efektivitas dan efisiensi yang berkaitan dengan tenaga kerja diartikan sebagai
ukuran keberhasilan tenaga kerja yang menghasilkan suatu produk dalam waktu
tertentu. Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam
memajukan perusahaan karena dengan produktivitas yang tinggi maka perusahaan
akan memperoleh hasil yang besar.Pentingnya peningkatan produktivitas karena
peningkatan produktivitas dapat menunjang lajunya pertumbuhan ekonomi, apabila
perekonomian tumbuh dan berkembang maka akan dapat menciptakan kesempatan
kerja baru akan menaikkan tingkat pendapatan masyarakat, jika pendapatan
masyarakat bertambah dapat meningkatkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat,
peningkatan kesejahteraan masyarakat akan memperkuat Ketahanan Nasional. (7)
Produktivitas adalah suatu ukuran sejauh mana sumberdaya dan di pergunakan dengan
baik sehingga dapat mewujutkan hasil tertentu yang di inginkan. Mengingatbahwa
salah satu tujuan Pembangunan Nasional adalah terciptanya sumber daya manusia
yang berkualitas dengan tingkat produktivitastinggi, maka upaya penanggulangan
anemia gizi (kekurangan zat besi) pada pekerja wanita perlu mendapat prioritas. Jam
kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan/
atau malam hari. Jam kerja bagi para pekerja di sector swasta di atur dalam UU No. 13
tahun 2003 tentang ketenagakerjaanketentuan, khususnya Pasal 77 sampai dengan 85.
Pasal 77 ayat 1, UU No.13/ 2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan
ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah di atur dalam 2 sistem seperti yang
telah di sebut di atas yaitu:
1. 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 9hari kerja
dalam 1 minggu.
2. 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja
dalam 1 minggu.
Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga di berikan batasan jam kerja yaitu 40 (empat
puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila melebihi dari ketentuan waktu kerja
tersebut, maka waktu kerja biasa dianggapmasuk sebagai waktu kerja lembur sehingga
pekerja/ buruh berhak atas upah lembur. (10)
2. Macam Obesitas
Secara umum obesitas dapat dibagi atas dua kelompok besar.
1) Obesitas Tipe Android atau Tipe Sentral
Badan berbentuk gendut seperti gentong, perut membuncit ke depan, banyak
didapatkan pada kaum pria. Tipe ini cenderung akan timbul penyakit jantung
koroner, diabetes dan stroke.
2) Obesitas Tipe Ginoid
Banyak pada kaum wanita terutama yang telah masuk masa menopause, panggul dan
pantatnya besar, dari jauh tampak seperti buah pir.
seseorang sehingga saat ini menjadi populer pada orang yang sedang menurunkan
berat badan. Di Amerika, didapatkan 15% perempuan dan 13% laki-laki yang
sedang menurunkan berat badan dengan metoda diet pengganti makan utama.
E. Diet Sangat Rendah Kalori (Very Low Calorie Diets)
Mekanisme kerja diet sangat rendah kalori sebenarnya hampir sama dengan diet
rendah kalori, perbedaanya hanya pada jumlah asupan kalori 300-800 kkal per hari.
Biasanya bentuk diet berupa minuman atau makanan terutama protein (70-100 g per
hari) untuk menjaga massa otot seperti ikan, daging kurus. Metoda diet ini aman jika
diikuti dengan suplemen vitamin dan mineral. Hasil meta analisis mengenai
perbandingan penurunan berat badan pada diet rendah kalori dengan diet sangat
rendah kalori didapatkan perbedaan penurunan berat badan sangat sedikit dalam
jangka waktu lama (2-5 tahun).
F. Diet Rendah Karbohidrat (Carbohydrate Restricted Diets)
Saat ini terdapat dua metoda diet karbohidrat terbatas. Salah satunya dengan
mengganti sebagian karbohidrat dengan tinggi protein dan rendah lemak, sedangkan
metoda lainnya mengganti semua karbohidrat dengan protein dan lemak (diet
ketogenik). Diet rendah karbohidrat dan tinggi protein (diet Atkins) terdiri dari dua
fase yaitu fase stimulasi penurunan berat badan dimana asupan karbohidrat sangat
dibatasi hanya 20 g per hari sedangkan asupan protein dan lemak tidak dibatasi. Hal
ini harus diperhatikan karena asupan lemak jenuh yang tinggi dan kekurangan serat,
vitamin dan mineral justru meningkatkan risiko penyakit degeneratif. Selain itu,
asupan rendah karbohidrat (< 100 g per hari untuk metabolisme otak) memicu
ketosis. Diet rendah karbohidrat dan tinggi protein efektif menstimulasi penurunan
berat badan dalam jangka waktu pendek dan harus dalam pengawasan tenaga medis,
namun setelah berat badan tercapai asupan lemak jenuh harus dikurangi dan
meningkatkan asupan sayur dan buah.
Keberhasilan diet karbohidrat terbatas berdasarkan perubahan rasa kenyang akibat
asupan protein yang meningkat dibandingkan makronutrien lainnya, yang sebaliknya
protein justru hanya sedikit meningkatkan efek termogenesis. Selanjutnya, diet
karbohidrat sangat terbatas (misalnya diet Atkins) tampaknya sangat sederhana dan
mudah dilakukan. Efek ketosis yang terjadi akibat asupan karbohidrat yang sangat
rendah tampaknya sedikit terjadi.
G. Diet Rendah Indeks Glikemik (Low Glycemic Index Diets)
Indeks glikemik adalah perubahan kadar glukosa darah setelah mengkonsumsi
karbohidrat (50 g) dan dibandingkan dengan konsumsi glukosa atau roti tawar putih
sebagai standar. Awalnya indeks glikemik dipakai sebagai penuntun asupan
makanan bagi diabetes melitus, namun saat ini dipakai sebagai terapi obesitas. Hal
ini didasarkan pada makanan dengan indeks glikemik tinggi akan menstimulasi
pelepasan insulin dengan cepat dan banyak, sehingga terjadi penurunan kadar
glukosa darah dengan cepat sampai pada kadar glukosa sebelum makan. Selanjutnya,
hal ini menimbulkan rasa lapar yang lebih cepat dibandingkan makanan dengan
indeks glikemik rendah. Rasa lapar yang tidak terkontrol akan meningkatkan asupan
kalori dan juga berat badan.
Hasil meta analisis mengenai diet rendah indeks glikemik (hanya mengubah jenis
karbohidrat) dan diet rendah glikemik load (mengubah jenis dan jumlah karbohidrat)
setelah pengamatan selama enam bulan didapatkan penurunan berat badan pada
kedua diet ini sebesar 1,1 kg (95% CI -2,0 - -0,2) dan penurunan kolesterol LDL
0,24 mmol/L dibandingkan diet tinggi indeks glikemik atau glikemik load. (13)
Referensi
1. Riswanda J. 2017. Hubungan Asupan Zat Besi dan Inhibitornya sebagai Prediktor
Kadar Hemoglobin Ibu Hamil di Kabupaten Muara Enim. Palembang: Jurnal Biota.
3(2): 83-89.
2. Khumaidi. 2009. Faktor Yang Melatarbelakangi Anemia. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta.
3. [KEMENKES RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar.
2013. Jakarta (ID): Kemenkes RI.
4. Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Umum.
5. Bonita R., 2018. Hubungan Perilaku Terkait Anemia, Status Gizi, Dan Status Anemia
Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu Gizi Ipb. Bogor:
Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor
6. Arisman.2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EG. Buku Ajar Ilmu Gizi. Ed. 2.
7. Oppusunggu, R. 2009. Pengaruh Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe) terhadap
Productivitas Kerja Wanita Pensortir Daun tembakau Di PT. X Kabupaten Deli
Serdang. Medan: Tesis Sekolah Pascasarjana USU.
8. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2011. Gizi Dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rajawali Pers.
9. Kartasapoetra G, Marsetyo H., 2011. Ilmu Gizi: Korelasi Gizi, Kesehatan
danProduktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
10. Rosmalinda. 2013. Hubungan Anemia Dan Konsumsi Makanan Dengan Produktivitas
Kerja Pada Buruh Wanita Di Pt.Karya Tanah Subur ( Kts ) Kecamatan Kaway
Xvikabupaten Aceh Barat. Meulaboh: Fakultas Kesehayan Masyarakat, Universitas
Teuku Umar.
11. Dila C., Ratu A. D. S., 2011. Obesitas Pada Pekerja MInyak dan Gas. Jakarta: Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 3.
12. Husnah. 2012. Tatalaksana Obesitas. Banda Aceh: JURNAL KEDOKTERAN SYIAH
KUALA Volume 12 Nomor 2.
13. I Wayan G. S., Ida A. D. W. 2015. Terapi Diet Pada Obesitas. Denpasar: FK
Universitas Udayana.
14. Affita S. 2009. Penilaian Gizi Kerja Pada Penyelenggaraan Makan Siang Di Pt. Petrosea, Tbk
Gunung Bayan Project Kalimantan Timur. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret.
15. Yeni P., Marselia S., Chronic Energy Malnutrition in Women Reproductive Age
Limboto District, Gorontalo Regency. Gorontalo : Jpurnal of Public Health.