Anda di halaman 1dari 21

BAB I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap pekerja memerlukan zat gizi dengan jumlah kalori yang sesuai dengan jenis
pekerjaan yang mereka lakukan, aktifitas dapat dilakukan dengan optimal apabila
kebutuhan kalori dan gizi untuk tubuh telah terpenuhi dengan baik. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui seberapa besar perusahaan memenuhi kebutuhan kalori tenaga
kerjanya, apakah sudah sesuai atau belum dengan jumlah kalori yang diperlukan setiap
pekerja.
Setiap pekerjaan sangat membutuhkan energi yang cukup untuk memaksimalkan
produktivitas seorang pekerja. Oleh karena itu, kalori yang masuk ke dalam tubuh harus
sesuai dengan energi yang akan dikeluarkan. Namun terkadang ada berbagai faktor yang
membuat seorang pekerja tidak dapat memaksimalkan asupan nutrisi yang harus mereka
dapatkan. Beberapa contoh kondisi pekerja yang membuat asupan nutrisi tidak sesuai
dengan kondisi tubuh dan pekerjaan yaitu pekerja yang menderita Kekurangan Energi
Kronis (KEK), pekerja dengan anemia, dan pekerja yang menderita obesitas.
Ketika pekerja mengalami beberapa gangguan kesehatan seperti KEK, Anemia, dan
Obesitas maka kualitas kerja dari seorang pekerja tersebut akan tidak maksimal dan
dapat menggangu aktivitas dan alur kerja dari pekerjaan tersebut.
Oleh karena itu, ada berbagai hal yang harus dilakukan untuk mengubah pola makan
pekerja agar nutrisi yang masuk ke tubuh sesuai dengan kebutuhan kalori yang
dibutuhkan berdasarkan aktivitas pekerja tersebut.
Mengatur asupan nutrisi seperti menu makan dan jenis makanan untuk pekerja yang
menderita KEK, Anemia, dan Obesitas adalah langkah untuk mengubah pola hidup yang
baik untuk seorang pekerja. Dengan demikian, kualitas kerja pekerja tersebut akan lebih
baik ketika asupan nutrisi yang masuk sesuai dengan jumlah kaloti yang dibutuhkan
pekerja tersebut. Dalam makalah ini menuliskan tentang asupan nutrisi dan menu yang
dibutuhkan pekerja yang menderita KEK, Anemia, dan Obesitas.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui menu untuk tenaga kerja dengan KEK
2. Untuk mengetahui menu untuk tenaga kerja dengan Anemia
3. Untuk mengetahu menu untuk tenaga kerja dengan Obesitas
Bab II. ISI

1. Pedoman Gizi Kerja


Pedoman dalam menyusun jenis dan banyaknya makanan, menggunakan pedoman pola
menu 4 sehat 5 sempurna terdiri dari:
3) Makanan pokok, untuk memberi rasa kenyang berupa nasi, jagung, ubi jalar,
singkong, talas, sagu, serta hasil olahan, seperti mie, bihun, makaroni, dan
sebagainya.
4) Lauk-pauk, sebagai sumber protein selain itu dapat memberi rasa nikmat,
sehingga makanan pokok yang pada umumnya mempunyai rasa netral lebih terasa
enak.
a) Lauk hewani : Daging, ayam, ikan, telur, kerang dan sebagainya.
b) Lauk nabati : Kacang-kacangan dan hasil olahan, seperti kacang kedelai,
kacang hijau, kacang merah, tahu, tempe, dan oncom.
5) Sayur-sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral selain itu dapat memberi rasa
segar dan melancarkan proses menelan makanan karena biasanya dihidangkan dalam
bentuk berkuah. Sayuran daun-daunan, umbi-umbian, kacang-kacangan, dan
sebagainya.
4. Buah, untuk melengkapi vitamin dan mineral, berupa pepaya, pisang, jeruk, nanas,
sawo, jambu, rambutan, apel, dan sebagainya.
5. Susu, merupakan bahan makanan yang kaya nilai gizinya, dan merupakan tambahan
kesempurnaan nilai gizi.
Pola menu 4 sehat 5 sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disususn dengan baik
mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain memperhatikan pola menu
seimbang dengan 4 sehat 5 sempurna untuk tenaga kerja yang bekerja lebih dari 8 jam
perhari sebaiknya makanan dan minuman yang disediakan di tempat kerja paling sedikit 2/5
(40%) dari kecukupan energi selama 24 jam atau berdasarkan anjuran departemen kesehatan
RI, yaitu komposisi pemberian makanan sebagai berikut:
 -  Makan pagi = 20%
 -  Selingan pagi = 10 %
 -  Makan siang = 30%
 -  Selingan siang = 10 %
 -  Makan malam = 30 %
Sedangkan komposisi makanan seimbang anjuran Departemen Kesehatan RI adalah sebagi
berikut:
 -  Karbohidrat = 65-70 %
 -  Protein = 10-15 %
 -  Lemak = 20-25 % (minimal 15% dan maksimal 30 %)

Kebutuhan Kalori bagi Tenaga Kerja


Kebutuhan makanan yang dikonsumsi tenaga kerja harus memenuhi gizi yang sesuai dan
diberikan dalam volume dan kandungan kalori yang tepat, serta dihidangkan pada saat yang
tepat, dan disajikan secara menarik serta sesuai dengan selera sehingga akan mempertinggi
prestasi kerja. Zat gizi pada proses oksidasi dalam tubuh menghasilkan energi dalam bentuk
panas, yang oleh tubuh diubah menjadi energi gerak atau mekanis. Kebutuhan gizi
seseorang dengan orang lain belum tentu sama. Kebutuhan gizi seseorang tergantung
beberapa faktor, yaitu:

a. Ukuran tubuh
Makin besar ukuran tubuh seseorang makin besar pula kebutuhan kalorinya, meskipun
jenis kelamin, kegiatan, dan usianya sama.
b. Usia
Makin tua usia seseorang makin berkurang kebutuhan kalorinya, pada anak-anak, dan
orang muda yang sedang dalam pertumbuhan membutuhkan kalori relatif lebih besar.
c. Jenis kelamin
Laki-laki lebih banyak membutuhkan kalori dari pada wanita. Karena laki- laki lebih
banyak mempunyai otot dan lebih aktif melakukan pekerjaan sehingga mengeluarkan
kalori lebih banyak.
d. Kondisi tubuh tertentu
Wanita hamil dan menyusui membutuhkan kalori dan zat gizi yang lebih besar dari
pada keadaan biasa. Demikian pula orang baru sembuh dari sakit memerlukan kalori
dan zat gizi yang lebih besar guna rehabilitas sel tubuh atau bagian-bagian yang rusak
selama sakit.
e. Pengaruh pekerjaan
Semakin berat pekerjaan atau bagian seseorang sehingga semakin besar pula kalori
yang mereka butuhkan.
f. Iklim dan suhu lingkungan
Kalori yang dibutuhkan di tempat kerja yang dingin lebih tinggi dari pada di tempat
panas, karena untuk mempertahankan suhu tubuh.
Jumlah kalori yang dibutuhkan orang dewasa ditentukan oleh:
3) Metabolisme basal, yaitu sejumlah tenaga yang diperlukan oleh tubuh dalam
keadaan istirahat.
4) Pengaruh makanan atas kegiatan tubuh (aktivitas tubuh), kira-kira 10% dari
metabolisme basal.
5) Kerja otot.
Penilaian kebutuhan kalori per hari dan di tempat kerja dengan memperhatikan tabel
standart dan tabel penyesuaian di atas, dapat dihitung dengan petunjuk sebagai berikut :
 -  Lihat tabel kebutuhan kalori menurut jenis kelamin dan golongan skala usia.
 -  Penyesuaian menurut usia.
 -  Penyesuaian menurut tingkat kegiatan.
- Perhitungan porsi/prosentase makanan (makan siang), yaitu Makan pagi : siang : malam =
30% : 40% : 30%
Misal tenaga kerja laki-laki 29 tahun, berat badan 70 kg, pekerjaan operator alat berat
(tingkat sedang). Maka perhitungannya sebagai berikut : Kalori per hari = (70 Kg/56 Kg) X
2550 kalori
= 3187,5 kalori per hari Penyesuaian usia = 100% X 3187,5
= 3187,5 kalori per hari Penyesuaian tingkat kerja = 3187,5 + 400
= 3587,5 kalori per hari Kalori di tempat kerja = 40% X 3587,5
= 1435 kalori
Keadaan Atau Status Gizi
Keadaan gizi atau status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih.

a. Tingkat status gizi


Ada beberapa macam atau tingkatan keadaan gizi yaitu keadaan gizi baik dan
keadaan gizi salah. Gizi yang salah antara lain gizi lebih (misalnya kegemukan), gizi kurang
(misal buta atau rabun senja akibat kekurangan vitamin A). Jika keadaan gizi salah, maka
kesehatan akan menjadi terganggu.
1). Gizi kurang
Gizi kurang berbeda dengan kurang gizi. Gizi kurang terutama dikaitkan dengan
tingkat konsumsi energi yang rendah, sedangkan kurang gizi apabila tubuh kekurangan
salah satu zat essensial yang dibutuhkan seperti vitamin atau mineral. Gizi kurang terjadi
karena konsumsi yang tidak mencukupi kebutuhan atau tingkat konsumsi mencukupi
namun tubuh mengalami gangguan pencernaan sehingga zat gizi yang dimakan terbuang
percuma. Gizi kurang akan mengakibatkan:
a) Hambatan pertumbuhan
Usia anak-anak merupakan usia pertumbuhan dan perkembangan baik fisik
ataupun mental, jika zat-zat yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang pun
juga kurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan menjadi terhambat.
b) Produksi tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang kekurangan
tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas,
merasa lemah, dan prodiktivitas kerja menurun.
c) Penurunan daya tahan tubuh
Daya tahan terhadap tekanan dan stress menurun. Sistem imunitas dan antibodi
berkurang, sehingga orang mudah terserang penyakit infeksi seperti pilek, batuk,
dan diare.
d) Struktur dan fungsi otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental,
dengan demikian kemampuan berpikir menjadi menurun. Kekurangan gizi dapat
berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
e) Perubahan perilaku
Terjadi penurunan kepekaan syaraf motorik sehingga seseorang akan lebih cepat
sekali lelah dan mudah terserang stress mental yang ditunjukkan dengan
perubahan perilaku menjadi tidak tenang, mudah tersinggung, cengeng, dan
apatis.
2) Gizi lebih
Pengkonsumsian makanan dalam jumlah berlebihan secara terus-menerus akan
menyebabkan berat badan meningkat pesat dan akan menyebabkan obesitas. Obesitas
juga merupakan salah satu faktor risiko dalam terjadinya berbagai penyakit degenerative,
seperti hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit- penyakit diabetes, jantung koroner,
hati, dan kantung empedu.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang, yaitu :
1) Faktor Ekonomi
Penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga
sehari-hari. Hendaklah dikesampingkan anggapan bahwa makanan yang memenuhi
persyaratan gizi hanya mungkin disajikan dikeluarga yang berpenghasilan tinggi,
memungkinkan keluarga yang berpenghasilan terbataspun mampu menghidangkan
makanan yang cukup memenuhi syarat gizi bagi anggota keluarganya.
2) Faktor pengetahuan tentang gizi
Pengetahuan tentang kadar zat gizi dalam berbagai bahan makanan dapat membantu
keluarga memilih makanan bergizi,murah dan dapat menjadi selera untuk semua
anggota keluarga.
3) Faktor prasangka buruk terhadap jenis makanan tertentu
Adanya orang berpikiran salah dengan menganggap bila makan sayuran banyak
mengandung vitamin dan mineral akan menurunkan harkat keluarga.
4) Faktor fadhisme
Yaitu kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu. Hal ini akan
mengakibatkan kurang bervariasinya makanan yang akhirnya tubuh tidak memperoleh
semua zat gizi yang diperlukan.
5) Faktor-faktor lingkungan kerja
Ini menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap keadaan gizi tenaga kerja yang
berlebihan maka penggunaan cadangan energipun akan bertambah besar.
Untuk menilai status gizi salah satu bentuk penilaiannya dengan indeks anthropometri tubuh
menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT). Rumus IMT yang digunakan adalah sebagai
berikut:
berat badan(kg)
IMT 
Tinggi badan(m) x tinggi badan(m)

Tabel. Kategori IMT untuk Indonesia, adalah sebagai berikut:


Status
Kategori IMT
gizi
Kurang berat badan yang berat < 17,0
Kurus
Kurang berat badan yang ringan 17,0-18,5
Normal Normal > 18,5-25,0
Lebih berat badan yang ringan >25,0-27,0
Gemuk
Lebih berat badan yang berat >27,0
Jika seseorang termasuk kategori:
1. IMT < 17,0 : keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan
tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0 – 18,4 : keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat
badan tingkat ringan atau KEK ringan.
3. IMT 18,5 – 25,0 : keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
4. IMT 25,1 – 27,0 : : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat
badan tingkat ringan.
5. IMT > 27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan
tingkat berat. (14)

2. MENU UNTUK TENAGA KERJA DENGAN KEK


1. Pengertian KEK
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi. Dimana keadaan
menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi.
Seseorang dikatakan menderita resiko KEK bilamana LiLA (Lingkar Lengan Atas) < 23,5
cm.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekurangan energi kronik


Faktor-faktor yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK) antara lain:
a. Jumlah asupan makanan
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan wanita yang tidak
hamil. Upaya mencapai gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan
penyedian pangan yang cukup. Penyediaan pangan dalam negeri yaitu: upaya pertanian
dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan.
Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang
dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur gizi dan
menemukan faktor diet yang menyebabkan malnutrisi.
b. Beban kerja/aktifitas
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan gerak yang otomatis
memerlukan energi yang lebih besar dari pada mereka yang hanya duduk diam saja.
Setiap aktifitas memerlukan energi, maka apabila semakin banyak aktifitas yang
dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak.
c. Penyakit /infeksi
Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga infeksi akan
mempermudah status gizi dan mempercepat malnutrisi, mekanismenya yaitu:
3. Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya absorbsi dan
kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit.
4. Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah dan
perdarahan yang terus menerus.
5. Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit atau parasit
yang terdapat pada tubuh.
d. Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Pada
rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60 persen hingga 80 persen dari
pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli makanan. Artinya pendapatan tersebut
70-80 persen energi dipenuhi oleh karbohidrat (beras dan penggantinya) dan hanya 20
persen dipenuhi oleh sumber energi lainnya seperti lemak dan protein. Pendapatan yang
meningkat akan menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran termasuk besarnya
pengeluaran untuk pangan.

3. Konsumsi Zat Gizi Makro


1. Pengertian konsumsi
Konsumsi zat gizi makro ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas
hidangan menunjukan semua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam susunan hidangan dan
perbandingan yang satu terhadap yang lain. Kualitas menunjukan kuantum masing-masing
zat gizi terhadap tubuh. Apabila susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari
sudut kualitas maupun kuantitas, maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan yang
sebaik-baiknya. Sedangkan konsumsi makanan baik kualitas jumlah yang melebihi
kebutuhan tubuh dinamakan konsumsi berlebihan, maka akan terjadi suatu keadaan gizi
lebih. Sebaliknya konsumsi yang kurang baik kualitasnya maupun kuantitasnya akan
memberikan kondisi kesehatan gizi kurang atau kondisi defisiensi gizi. Konsumsi yang
menghasilkan kesehatan gizi yang sebaik-baiknya disebut konsumsi yang adekuat. Konsumsi
adalah suatu kegiatan yang bertujuan menggunakan manfaat dari barang atau jasa dalam
rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan tujuan dari konsumsi yaitu, untuk
memenuhi kebutuhan hidup secara langsung.

2. Pengertian Energi dan Jenis-Jenis Zat Gizi Makro


a. Pengertian dan jenis-jenis zat gizi makro
Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan, dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering
diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian lebih luas bahwa gizi diartikan sebagai proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses
pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk
menghasilkan tenaga.
Zat Gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu
menghasilkan energi, membangun, memelihara jaringan serta mengatur proses- proses
jaringan. Gizi merupakan bagian penting yang dibutuhkan oleh tubuh guna perkembangan
dan pertumbuhan dalam bentuk dan untuk memperoleh energi, agar manusia dapat
melaksanakan kegiatan fisiknya sehari-hari.
Zat gizi makro merupakan komponen terbesar dari susunan diet serta berfungsi
menyuplai energi dan zat-zat gizi esensial yang berguna untuk keperluan pertumbuhan sel
atau jaringan, fungsi pemeliharaan maupun aktivitas tubuh. Kelompok makro nutrient terdiri
dari karbohidrat (hidrat arang), lemak, protein (zat putih telur). Jenis-jenis zat gizi makro
yaitu:
1) Karbohidrat
Karbohidrat adalah zat gizi yang terdiri dari tiga elemen, yaitu atom karbon, hydrogen
dan oksigen. Karbohidrat merupakan sumber energi terbesar dalam tubuh dan merupakan
komponen nutrient (zat gizi) terbesar dalam makanan sehari-hari. Namun, karbohidrat
dalam tubuh manusia hanya < 1 persen. Manfaat karbohidrat, yaitu sebagai sumber
energi; Membantu metabolisme lemak; Mencegah pemecahan protein dalam tubuh secara
berlebihan. Karbohidrat dapat diperoleh dari serealia, umbi-umbian, susu, madu, gula
pasir, gula merah, dll.
2) Protein
Protein yang tersusun dari hanya asam amino disebut protein sederhana. Adapun yang
mengandung bahan selain asam amino, seperti turunan vitamin, lemak, dan karbohidrat,
disebut protein kompleks. Fungsi utama protein yaitu pengatur keseimbangan kadar asam
basa dalam sel, pembentukan dan perbaikan sel dan jaringan tubuh yang rusak, membuat
hormon (sintesis hormon) yang membantu sel-sel mengirim pesan dan
mengkoordinasikan kegiatan tubuh, membuat antibodi untuk sistem kekebalan tubuh
kita, sebagai cadangan dan sumber energi tubuh. Protein dapat diperoleh dari ikan, telur,
produk susu, kacang-kacangan, dan semua jenis daging.
3) Lemak
Lemak adalah senyawa kimia tidak larut air yang disusun oleh unsur Karbon (C),
Hidrogen (H), dan Oksigen (O). Lemak bersifat hidrofobik (tidak larut dalam air), untuk
melarutkan lemak dibutuhkan pelarut khusus seperti eter, klorofom dan benzen. Seperti
halnya karbohidrat dan protein, lemak juga merupakan sumber energi bagi ubuh manusia.
Lemak juga termasuk pembangun dasar jaringan tubuh karena ikut berperan dalam
membangun membran sel dan membran beberapa organel sel. Fungsi lemak yaitu
menjadi cadangan energi dalam bentuk sel lemak, pelindung organ penting saat terjadi
goncangan karena memiliki struktur seperti bantalan, melindungi tubuh dari perubahan
suhu lingkungan, salah satu bahan dasar yang dibutuhkan untuk produksi hormon
vitamin, membran sel dan membran organel sel, pelarut vitamin A, D, E, dan K, sebagai
bahan penyusun empedu dan asam kholat, mengoptimalkan fungsi pencernaan. Lemak
dapat diperoleh dari dua sumber yaitu lemak yang berasal dari hewan (lemak hewani)
dan lemak yang berasal dari tumbuhan (lemak nabati).

b. Energi
Energi adalah kemampuan melakukan usaha. Energi disebut juga tenaga. Orang yang
energik adalah orang yang penuh tenaga sehingga dapat melakukan pekerjaan lebih banyak.
Didalam tubuh, energi disimpan dalam bentuk cadangan energi, yaitu lemak sebanyak 74
persen, protein sebanyak 25 persen, dan karbohidrat < 1 persen. Fungsi energi dalam tubuh
untuk metabolisme basal, yaitu energi yang dibutuhkan seseorang pada waktu beristirahat;
kemudian specific dynamic action (SDA), yaitu energi yang diperlukan untuk mengolah
makanan itu sendiri; untuk aktivitas jasmani, berpikir, pertumbuhan, dan pembuangan sisa
makanan. Terdapat tiga sumber energi dalam tubuh, yaitu karbohidrat, lemak, dan protein.
Jadi vitamin, mineral, dan air tidak menghasilkan energi dalam tubuh. Didalam tubuh,
karbohidrat, protein, dan lemak dipecah menjadi energi dan energi yang dihasilkan dari
setiap satu gram karbohidrat adalah sebanyak empat kalori, lemak sembilan kalori, dan
protein empat kalori. (15)

3. MENU UNTUK TENAGA KERJA DENGAN ANEMIA


1. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu kondisi rendahnya kadar hemoglobin (HB) pada sel darah merah
(eritrosit). Keadaan ini terjadi karena zat besi yang diserap tidak seimbang dengan zat
besi yang di pakai.Akibatnya proses pembentukan sel darah merah terganggu. bila
tubuh terkena anemia atau kurang darah, tubuh akan merasa cepat lesu, lemah, letih,
lelah, dan lalai. Riset menunjukkan bahwa wanita lebih banyak mengalami anemia di
banding dengan pria. Sekitar 20% wanita, 50% wanita hamil, dan 3% pria mengalami
anemia. Hal ini dikarenakan wanita mengalami proses menstruasi, hamil, menyusui, di
mana kebutuhan zat besi sangat besar. Untuk memenuhinya, dibutuhkan zat besi
tambahan dalam membentuk sel darah merah baru. Jumlah zat besi yang hilang karna
haid, pada 95% populasi adalah 1,6 mg per hari. Sehingga jumlah zat besi yang hilang
akibat haid ditambah kehilangan basal menjadi sekitar 2,4 mg per hari. Satu di antara 3
wanita menderita anemia.Tidak heran bila para vegetarian cenderung mudah menderita
anemia.
Apalagi disertai kebiasaan tidak sarapan atau frekuensi makan tidak teratur tanpa
kualitas makanan seimbang. Demikian pula pengidap gangguan penyerapan zat besi
dalam usus. Ini bias terjadi karna gangguan pencernaan atau d konsumsinya substansi
penghambat seperti kopi, teh, atau serat makanan tertentu tanpa asupan zat besi yang
cukup. Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin atau sel darah
merah tubuh berada di bawah normal sehingga apabila dibiarkan dapat menyebabkan
masalah kesehatan bagi yang menderitanya. Anemia yang umumnya terjadi adalah
anemia defisiensi besi. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi terjadinya anemia
adalah asupan zat besi yang kurang, ketersediaan makanan dan fasilitas Kesehatan.
Kurangnya asupan zat besi bukan merupakan penyebab tunggal anemia defisiensi besi
tetapi juga dipengaruhi oleh faktor pembantu penyerapan (enhancer) zat besi seperti
vitamin C, pangan hewani, sayur dan buah serta faktor penghambat penyerapan
(inhibitor) zat besi seperti tanin, fitat, oksalat, dan kalsium yang biasanya terdapat
dalam pangan serealia, kacang-kacangan, kopi, dan teh. (1)
Anemia defisiensi besi dapat dicegah dengan cara memantau konsumsi makanan dan
asupan zat gizi sehari-hari termasuk konsumsi makanan yang dapat membantu
penyerapan dan menghambat penyerapan zat besi. Selain itu, pengkajian perilaku
mahasiswa tentang anemia perlu untuk dilakukan karena dapat memengaruhi
mahasiswa dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi dan asupan zat gizi sehari-
hari. Perilaku tentang anemia tergolong dalam perilaku kesehatan karena memiliki
kaitan dengan tindakan untuk mencegah penyakit, memilih makanan, dan sebagainya.
Perilaku tentang anemia dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, faktor internal
meliputi pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, sikap, sedangkan faktor
eksternal meliputi sosial ekonomi dan kebudayaan. Tingkat pengetahuan dapat
memengaruhi perilaku remaja dalam memilih makanan. (2) Pengetahuan yang baik
akan membentuk sikap dan pada akhirnya akan mendorong praktik yang baik pula.
Pengetahuan yang baik terkait anemia diduga akan membentuk sikap yang selanjutnya
akan menimbulkan respon berupa tindakan atau praktik nyata terhadap pencegahan
anemia. Perilaku anemia yang baik akan medorong mahasiswa untuk menerapkan gaya
hidup sehat diantaranya dengan pemilihan makanan yang benar.
Karakteristik subjek (tingkatan kelas, jenis kelamin, umur, uang saku, dan pengeluaran
pangan) dan karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan ayah, pendidikan ibu,
pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, dan pendapatan orang tua) dapat memengaruhi perilaku
(pengetahuan, sikap, dan praktik) dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
anemia. Kejadia anemia pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki,
selain itu prevalensi anemia pada tiap kelompok umur berbeda-beda. Besarnya uang
saku subjek dapat memengaruhi daya beli terhadap makanan. (3)
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai hasil dari mengonsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi.(4) Status gizi juga diduga merupakan faktor yang dapat
menyebabkan anemia. Status gizi menggambarkan seberapa jauh kebutuhan zat-zat
gizi terpenuhi. Seseorang dengan status gizi normal berarti kebutuhan zat-zat gizinya
terpenuhi dengan baik, sebaliknya seseorang dengan status gizi kurang berarti
kebutuhan zat-zat gizinya belum terpenuhi dengan baik, termasuk salah satunya
kebutuhan zat besi yang memengaruhi kadar hemoglobin darah di dalam tubuh.
Rendahnya kadar Hemoglobin darah di dalam tubuh menyebabkan seseorang
menderita anemia. Seseorang yang terkena anemia akan memberikan gejala lesu,
lemah, letih, lelah, pucat, pusing, pandangan mata berkunang-kunang, dan gampang
mengantuk. (5)

2. Penyebab Anemia
Secara umum ada tiga penyebab anemia defisiensi zat besi yaitu
1. Kehilangan darah secara kronis
Pada laki-laki dewasa, sebagian besar kehilangan darah disebabkan oleh proses
pendarahan akibat penyakit (atau trauma), atau akibat pengobatan suatu
penyakit.Sementara pada wanita,terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap
bulan.Jika darah yang keluar selama menstruasi sangat banyak(banyak wanita
yang tidak sadar kalau darah haidnya terlalu banyak) akan terjadi anemia
defisiensi zat besi.

2. Asupan dan sarapan tidak adekuat


Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang
berasal dari daging hewan.Disamping banyak mengandung zat besi, sarapan zat
besi dari sumber makanan tersebut mempunyai angka keterserapan sebesar 20-
30%.Sayangnya sebagian besar penduduk di negara yang (belum) sedang
berkembang tidak (belum) mampu menghadirkan bahan makanan tersebut di
meja makan.Ditambah dengan kebiasaan mengkomsumsi makanan yang dapat
mengganggu penyerapan zat besi (seperti kopi dan teh) secara bersamaan pada
waktu makan menyebabkan serapan zat besi semakin rendah.

3. Peningkatan kebutuhan
Asupan zat besi harian diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang
melalui tinja, air kencing, dan kulit.Kehilangan basis ini diduga sebanyak 14
μg/kgBB/hari. Jika dihitung berdasarkan jenis kelamin, kehilangan basis zat
besi untuk orang dewasa lelaki mendekati 0.9 mg dan 0,8 mg untuk wanita. (6)

3. Dampak Anemia
Anemia ini dapat mengakibatkan rendahnya produktivitas kerja, turunnya
kebugaran, dan turunnya daya tahan tubuh sehingga mudah sakit. Buruh wanita
merupakan kelompok masyarakat yang sangat beresiko terhadap terjadinya anemia
karena konsumsi zat besi yang rendah dalam pola makannya sehari-hari. Di Indonesia
menderita anemia gizi besi yang disebabkan konsumsi makanan gizi yang rendah
karena upah yang mereka terima masih rendah. Anemia pada pekerja ini dapat
menurunkan produktivitas kerja mereka karena berbagai penelitian telah membuktikan
bahwa pada pekerja yang anemia mempunyai produktifitas kerja yang lebih rendah
dibandingkan pekerja yang tidak anemia.
Dilihat dari dampak fisik anemia gizi besi dapat menyebabkan rasa cepat lelah. Rasa
cepat lelah terjadi karena pada penderita anemia gizi besi pengolahan (metabolism)
energy oleh otot tidak berjalan sempurna karena otot kekurangan oksigen yang
dibutuhkan oleh sel-sel otot ini diangkut oleh zat besi dalam darah (hemoglobin).
Untuk menyesuaikan dengan kekurangan jatah ok,sigen maka otot member produksi
energi. Akibatnya, mereka yang menderita anemia gizi besi akan cepat lelah bila
bekerja karena cepat kehabisan energi). Cepatnya rasa lelah yang dialami para pekerja
yang menderita anemia gizi besi akan menurunkan prodiktifitas kerja. Menurunnya
produktifitas kerja, selain disebabkan oleh menurunnya hemoglobin darah, juga
disebabkan oleh berkurangnya enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme energi
tersebut.

4. Klasifikasi Anemia
Klasifikasi derajat anemia menurut WHO :
1) Ringan sekali Hb 10,00 gr% -13,00 gr%
2) Ringan Hb 8,00 gr% -9,90 gr%
3) Sedang Hb 6,00 gr% -7,90 gr%
4) Berat Hb < 6,00 gr%

Anemia menimbulkan gejala letih, lesu dan cepat lelah yang akibatnya dapat
menurunkan produktivitas kerja. Pekerja yang menderita anemia produktivitas kerja
20% lebih rendah dibandingkan dengan pekerja yang sehat dengan gizi yang baik.
Penyebab tingginya angka anemia pada pekerja wanita disebabkan karena:
1) Kurangnya komsumsi makanan kaya besi, terutama yang berasal dari sumber
hewani.
2) Kekurangan zat besi karena kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan,
masa tumbuh kembang pada penyakit infeksi.
3) Kehilangan zat besi yang berlebihan pada perdarahan termasuk haid yang
berlebihan, sering melahirkan pada infeksi cacing.
4) Tidak seimbangnya antara kebutuhan tubuh akan zat besi dibandingkan dengan
penyerapan dari makanan.
5) Wanita cenderung menderita anemia daripada pria, karena :
a. Kurangnya mengkomsumsi makanan kaya besi
b. Mengalami haid setiap bulan, sehingga membutuhkan zat besi dua kali lebih
banyak.
c. Melaksanakan diet pengurangan berat badan karena ingin langsing (7)
Meningkatkan konsumsi makanan bergizi, mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan
bahan makanan nabati sayuran berwarna hijau tua, kacangkacangan, tempe). Asupan
sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk,
daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nenas) sangat bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. Menambah pemasukan zat besi ke
dalam tubuh dengan minum tablet darah. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau
memperberat anemia seprti cacingan, malaria dan penyakit TBC. Riset menunjukkan
bahwa wanita cenderung lebih banyak mengalami Anemia dibanding dengan pria.
Sekitar 20% wanita dewasa, 50% wanita hamil, 3% pria mengalami anemia. Pada
wanita perlu memberi perhatian khusus pada anemia. Tak heran bila wanita cenderung
menderita kekurangan zat besi karena hilangnya zat itu pada waktu haid tiap bulan
tanpa diimbangi asupan makanan yang cukup mengandung zat besi. Kecenderungan
wanita berdiet karena ingin mempertahankan bentuk tubuh ideal, tanpa
mempertimbangkan jumlah zat besi penting yang masuk, terutama zat besi. Selain
menstruasi, kondisi rawan lain saat hamil dan menyusui. Suplementasi zat besi
menjadi salah satu cara untuk meningkatkan status gizi dan meningkatkan
produktivitas kerja di dalam mengembangkan sumber daya manusia yang tangguh dan
mantap. Seorang tenaga kerja hanya dapat bekerja selama ia memiliki energi yang
diperoleh dari makanan. Gizi kerja yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan
tenaga kerja sehingga angka sakit yang disebabkan oleh penyakit akibat kerja maupun
penyakit umum dapat ditekan, angka mankir kerja karena sakit juga akan turun dengan
sendirinya, yang pada akhirnya produktivitas akan meningkat.

5. Konsumsi Makanan
1. Tingkat Konsumsi Makan
Tingkat konsumsi makan (pola makan) adalah suatu cara atau usaha dalampengaturan
jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan,
status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Dalam pola makan
sehari-hari seseorang harus menjaga dan berhubungan dengan kebiasaan
kesehariannya. Tingkat konsumsi makan adalah susunan makanan yang mencakup
jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum
dikonsumsi/dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu. Pola konsumsi pangan di
Indonesia masih belum sesuai dengan pola pangan ideal yang tertuang dalam pola
pangan harapan. Konsumsi dari kelompok padi-padian (beras, jagung, terigu), masih
dominan baik di kota maupun di desa namun perlu diwaspadai bahwa jenis konsumsi
pangan yang bersumber lemak, minyak dan gula sudah berlebihan. Kelebihan dari
kedua pangan ini akan membawa dampak negatif bagi kesehatan terutama penyakit
degeneratif seperti tekanan darah tinggi, jantung dan diabetes. Tingkat konsumsi
makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jenis,
frekuensi dan jumlah bahan pangan yang dimakan tiap hari oleh satu orang atau
merupakan ciri khas untuk sesuatu kelompok masyarakat tertentu.

2. Pengaturan Makan
Makan makanan beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena tidak ada
satu jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan seseorang untuk
tumbuh kembang menjadi sehat dan produktif. Makanan anekaragam menjamin
terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga seperti beras, jagung, gandum, roti, dan ubi menghasilkan
energi untuk aktivitas sehari-hari. Makanan sumber zat pembangun berperan sangat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang berasal dari
bahan makanan nabati seperti kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal
dari hewan adalah ikan, ayam, susu serta hasil olahannya. Makanan sumber zat
pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung
berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi
organ tubuh.
Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi minimal
harus berasal dari setiap satu jenis makanan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur. Prinsip idealnya setiap kali makanan, hidangan tersebut terdiri dari 4
kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah). Dengan
mengkonsumsi makanan beranekaragam termasuk sumber makanan berserat cukup
(25 gram/hari) seperti padi-padian, kacang kacangan, sayur dan buah-buahan.
Makanan yang dikonsumsi, yang dianjurkan adalah makanan seimbang yang terdiri
atas :
a. Sumber zat tenaga, misalnya nasi, roti, mie, bihun, jagung, ubi, singkong,
tepung-tepungan, gula dan sebagainya.
b. Sumber zat pembangun, misalnya ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang-
kacangan, tahu, tempe dan sebagainya.
c. Sumber zat pengatur, misalnya sayur-sayuran dan buah-buahan terutama yang
berwarna hijau dan kuning.
Zat-zat yang terkandung dalam makanan bergizi:
1. Energi
Konsumsi energi yang tidak seimbang akan menyebabkan keseimbangan
positif atau negatif. Kelebihan energi dari energi yang dikeluarkan akan diubah
menjadi lemak tubuh sehingga berat badan berlebih atau kegemukan. Keadaan
tersebut tidak hanya karena kelebihan asupan karbohidrat, dan lemak, tetapi
juga disebabkan kurang bergerak atau kurang aktifitas fisik.Sebaliknya bila
asupan lebih energi kurang dari yang dikeluarkan, terjadi keseimbangan
negatif.Akibatnya, berat badan lebih rendah atau ideal. (8)
2. Protein
Protein adalah molekul makro dan bagian dari semua sel hidup serta merupakan
bagian terbesar tubuh sesudah air. Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam
amino esensial. Sumber protein dapat berasal dari protein nabati dan hewani.
Protein sebagai pembentuk energi, angka energi yang ditunjukkan tergantung
dari macam dan jumlah bahan makanan nabati dan hewani yang dikonsumsi
manusia setiap harinya (9).
3. Vitamin A
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang esensial untuk pemeliharaan
kesehatan dan kelangsungan hidup. Kekurangan vitamin A dapat meningkatkan
resiko terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran pernafasan dan diare,
meningkatkan angka kematian karena campak serta menyebabkan
keterlambatan pertumbuhan. Vitamin A terdapat di dalam pangan hewani
seperti hati, kuning telur,susu (di dalam lemaknya) dan mentega. Vitamin A
berperan dalam berbagai fungsi tubuh, antara lain fungsi penglihatan, fungsi
kekebalan, fungsi pertumbuhan dan perkembangan.
4. Zat Besi (Fe)
Zat besi merupakan mineral makro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh
diantaranya, sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru kejaringan tubuh,
sebagai alat angkut elektron di dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai
reaksi enzim dalam jaringan tubuh (metabolisme energi, sistem kekebalan).
Secara luas defisiensi Zat besi berpengaruh terhadap kualitas Sumber Daya
Manusia SDM, yaitu terhadap kemampuan belajar dan produktifitas kerja.
Sumber baik zat besi adalah makanan hewani seperti daging, ayam dan ikan.
Sumber baik lainnya adalah telur, sereal tumbuk, kacang-kacangan, sayur-
sayuran hijau dan beberapa jenis buah.
5. Seng (Zn)
Seng merupakan mineral makro yang esensial bagi tubuh. Sebagian seng berada
di dalam hati, pankreas, ginjal, otot dan tulang. Sumber paling baik seng adalah
sumber protein hewani terutama daging, hati, kerang dan telur. Dalam fungsi
tubuh, seng berperan dalam fungsi kekebalan tubuh, pembentukan kulit,
metabolisme jaringan ikat dan penyembuhan luka. Apabila kekurangan seng
dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan kematangan seksual.
disamping itu fungsi pencernaan juga terganggu dan dapat menimbulkan diare
dan gangguan fungsi kekebalan.

3. Produktivitas kerja
Menurut Dewan Produktivitas Nasional RI, secara umum produktivitas
mengandung pengertian perbandingan atau rasio antara hasil yang dicapai dengan
keseluruhan sumber daya yang digunakan. Produktivitas tenaga kerja selalu dikaitkan
dengan efektivitas dan efisiensi yang berkaitan dengan tenaga kerja diartikan sebagai
ukuran keberhasilan tenaga kerja yang menghasilkan suatu produk dalam waktu
tertentu. Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam
memajukan perusahaan karena dengan produktivitas yang tinggi maka perusahaan
akan memperoleh hasil yang besar.Pentingnya peningkatan produktivitas karena
peningkatan produktivitas dapat menunjang lajunya pertumbuhan ekonomi, apabila
perekonomian tumbuh dan berkembang maka akan dapat menciptakan kesempatan
kerja baru akan menaikkan tingkat pendapatan masyarakat, jika pendapatan
masyarakat bertambah dapat meningkatkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat,
peningkatan kesejahteraan masyarakat akan memperkuat Ketahanan Nasional. (7)
Produktivitas adalah suatu ukuran sejauh mana sumberdaya dan di pergunakan dengan
baik sehingga dapat mewujutkan hasil tertentu yang di inginkan. Mengingatbahwa
salah satu tujuan Pembangunan Nasional adalah terciptanya sumber daya manusia
yang berkualitas dengan tingkat produktivitastinggi, maka upaya penanggulangan
anemia gizi (kekurangan zat besi) pada pekerja wanita perlu mendapat prioritas. Jam
kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan/
atau malam hari. Jam kerja bagi para pekerja di sector swasta di atur dalam UU No. 13
tahun 2003 tentang ketenagakerjaanketentuan, khususnya Pasal 77 sampai dengan 85.
Pasal 77 ayat 1, UU No.13/ 2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan
ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah di atur dalam 2 sistem seperti yang
telah di sebut di atas yaitu:
1. 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 9hari kerja
dalam 1 minggu.
2. 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja
dalam 1 minggu.
Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga di berikan batasan jam kerja yaitu 40 (empat
puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila melebihi dari ketentuan waktu kerja
tersebut, maka waktu kerja biasa dianggapmasuk sebagai waktu kerja lembur sehingga
pekerja/ buruh berhak atas upah lembur. (10)

4. MENU UNTUK TENAGA KERJA DENGAN OVERWEIGHT/OBESITAS


1. Pengertian Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak
tubuh yang berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk
menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penahan guncangan organ dan fungsi
lainnya. Gizi lebih dan obesitas telah menjadi epidemi Kesehatan masyarakat global
selama hampir satu dekade dan mulai menjadi perhatian publik karena hubungannya
dengan berbagai kondisi kesehatan kronis. Epidemi tersebut terjadi akibat perubahan
yang sangat cepat akan gaya hidup dan perilaku di negara berkembang, antara lain
adanya perubahan aktivitas fisik dan diet yang diikuti dengan perkembangan ekonomi.
Selain itu, obesitas juga berkaitan dengan populasi di daerah urban dan tingginya
status sosial ekonomi. Obesitas adalah suatu keadaan menumpuknya lemak dalam
tubuh melebihi batas normal. Batasan seseorang dapat dikatakan obesitas diukur dari
perbandingan berat badan dan tinggi badan. Obesitas merupakan hasil dari
ketidakseimbangan asupan energi dan pengeluaran energi. Penentuan obesitas
menggunakan indeks massa tubuh (IMT), hasil perhitungan berat badan (dalam
kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter). Faktor risiko yang dapat
menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas di tempat kerja antara lain pekerjaan
dengan aktivitas atau gerakan yang sedikit sebagai bagian dari sedentary life style,
desain tempat kerja yang tidak dibentuk untuk pergerakan bebas, kesempatan yang
terbatas untuk melakukan aktivitas fisik selama jam kerja serta pilihan makanan yang
tidak sehat di kantin.
Obesitas telah menjadi suatu tantangan Kesehatan pada abad 21 ini dengan
peningkatan mortalitas serta menghabiskan biaya yang cukup besar. Kejadian obesitas
dapat meningkatkan masalah kesehatan kronis seperti penyakit jantung, diabetes tipe
2, hipertensi, dan lain-lain. (11)

2. Macam Obesitas
Secara umum obesitas dapat dibagi atas dua kelompok besar.
1) Obesitas Tipe Android atau Tipe Sentral
Badan berbentuk gendut seperti gentong, perut membuncit ke depan, banyak
didapatkan pada kaum pria. Tipe ini cenderung akan timbul penyakit jantung
koroner, diabetes dan stroke.
2) Obesitas Tipe Ginoid
Banyak pada kaum wanita terutama yang telah masuk masa menopause, panggul dan
pantatnya besar, dari jauh tampak seperti buah pir.

3. Faktor Risiko dari Obesitas


A. Diabetes Mellitus
Orang gemuk dengan BMI di atas 25, tiap peningkatan BMI 1 angka mempunyai
kecenderungan menjadi kencing manis sebesar 25%. Dengan bertambahnya
lingkaran perut dan panggul, terutama pada obesitas tipe sentral atau android,
menimbulkan resistensi insulin, suatu keadaan yang menyebabkan insulin tubuh
tidak dapat bekerja dengan baik, maka terjadilah kencing manis.
B. Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau di atas 140/90 mm Hg, terdapat pada lebih dari sepertiga
orang obesitas. Gagal Jantung Sekalipun tanpa tekanan darah yang tinggi, obesitas
sendiri sudah dapat mengakibatkan kelemahan otot jantung atau cardiomyopathy,
sehingga mengganggu daya pompa jantung.
C. Stroke
Seiring dengan meningkatnya tekanan darah, gula dan lemak darah, maka orang
obesitas sangat mudah terserang stroke.
D. Gagal Nafas
Akibat kegemukan menyebabkan kesukaran bernafas terutama pada waktu tidur
malam (sleep apnea), keadaan yang berat dapat menim-bulkan penurunan kesadaran
sampai koma.
E. Nyeri Sendi
Osteoartritis biasanya terjadi pada obesitas, nyeri sendi umumnya pada sendi-sendi
besar penyanggah berat badan, misalnya lutut dan kaki. Pengapuran dan bengkak
sendi akan bertambah dengan bertambahnya usia atau memasuki masa menopause.
F. Batu Empedu
Pada obesitas dengan BMI diatas 30 didapatkan kecenderungan timbul batu empedu
dua kali lipat dibandingkan orang normal; pada obesitas dengan BMI lebih dari 45,
ditemukan angka 7 kali lipat.
G. Psikososial
Masalah obesitas bukan semata-mata masa-lah medis, tetapi juga menimbulkan
banyak persoalan psikososial, si gemuk bukan hanya mengalami kesukaran belajar,
tidak memperoleh pendidikan dengan baik, tetapi juga kelak sukar mendapatkan
pekerjaan yang baik, termasuk hubungan sosial, keluarga, dalam hal berteman,
umumnya mengalami hambatan yang berdampak pada kepribadian dan kejiwaan
seseorang. Depresi, reaksi cemas, atau stres, banyak didapatkan pada orang gemuk,
terutama kaum wanita.
H. Kanker
Laporan terbaru WHO memperkirakan obesitas dan hidup yang santai bertanggung
jawab atas timbulnya kanker payudara, usus besar, endometrium, ginjal, dan
esofagus. Di Inggris, 20-30 ribu kasus kanker per tahun terdapat pada kaum obesitas.
Terbukti pula hubungan kuat antara obesitas dengan risiko timbulnya kanker
pankreas, rahim, prostat, dan indung telur.
I. Angka Kematian Meningkat
Penelitian dari Framingham Heart Study di Amerika Serikat mene-mukan bahwa
pria maupun wanita dengan usia lebih dari 40 tahun dan berat badan berlebihan atau
BMI lebih dari 30, diperkirakan umurnya 7 tahun lebih pendek daripada orang
dengan berat badan normal. (12)

4. Metoda Diet pada Obesitas


Diet pada obesitas merupakan langkah penting untuk menurunkan berat badan, walaupun
masih banyak faktor lain yang mempengaruhi berat badan. Hal ini dapat dipahami bahwa
orang obes lebih mudah mengurangi asupan makanan dibandingkan meningkatkan aktivitas
fisik. Pada dasarnya metoda diet untuk obesitas meliputi penurunan kalori dan
keseimbangan komposisi makronutrien.6 Beberapa metoda diet pada obesitas meliputi1
A. Diet tinggi lemak (55-65%), diet rendah karbohidrat (<100 g karbohidrat), diet tinggi
protein (diet Atkins).
B. Diet lemak sedang (20-30%), diet defisit seimbang, diet tinggi karbohidrat dan
protein sedang (piramida makanan USDA, diet DASH).
C. Diet rendah lemak (11-19%) dan diet sangat rendah lemak (<10%), diet sangat tinggi
karbohidrat, dan protein sedang (diet Dean Ornishs Program for Reversing Heart
Disease).
Berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) dikatakan obesitas jika IMT ≥25 kg/m2. Untuk IMT
25-29,9 kg/m2, diet dengan mengurangi 300-500 kkal per hari sudah adekuat. Sebaliknya
apabila IMT ≥30 kg/m2, diet harus dikurangi 500-1000 kkal untuk mendapatkan hasil yang
adekuat. Semakin banyak defisit kalori maka penurunan berat badan semakin banyak,
namun harus tetap diperhatikan penurunan berat badan mencapai 10% berat badan
sebelumnya.
A. Diet Defisit Seimbang (Balanced Deficit Diets)
Komposisi diet defisit seimbang terdiri dari bahan makanan dan nutrisi yang
seimbang, sama seperti yang direkomendasikan untuk populasi umum untuk
menjaga kesehatan. Komposisi makronutriennya meliputi rendah lemak (<30%
kalori total), tinggi karbohidrat (>55% kalori total), cukup protein (10-15% kalori
total), dan tinggi serat (25-30 g/hari). Sebagian besar orang obes yang sedang
menurunkan berat badan dengan mengurangi asupan 500 kkal per hari selanjutnya
akan mengkonsumsi lebih dari 1500 kkal per hari (jumlahnya sedikit lebih banyak
dari diet rendah kalori).
Metoda diet defisit seimbang mudah diterapkan karena hanya mengurangi porsi yang
tercantum dalam piramida makanan. Metoda diet ini mudah dilakukan oleh siapa
saja oleh karena hanya diperlukan sedikit perubahan kebiasaan makan, dimana pada
dasarnya hanya mengurangi sumber gula dan lemak. Namun kekurangan metoda ini,
penurunan berat badan yang diharapkan berjalan relatif lambat. Dengan asupan
1500-1800 kkal per hari hanya mampu menurunkan berat badan kurang dari 0,5 kg
per minggu pada perempuan dan 0,5-1,0 kg per minggu pada laki-laki.6,7
B. Diet Rendah Lemak (Low Fat Diets)
Diet rendah lemak merupakan salah satu metoda diet yang umum direkomendasikan
pada obesitas oleh karena diketahui bahwa lemak mengandung tinggi energi, rasanya
yang enak, dan tingkat konsumsi lemak cenderung tinggi terutama pada negara
berkembang dimana prevalensi obesitas cenderung tinggi. Diet rendah lemak hanya
fokus pada pembatasan asupan lemak, bukan pembatasan asupan kalori. Jenis diet ini
memiliki kandungan kalori lebih rendah dibandingkan diet tinggi lemak. Jumlah
makanan yang dikonsumsi tetap sesuai dengan kebiasaan sehari-hari, hal ini
didasarkan pada dalam jangka pendek rasa kenyang dipengaruhi oleh jumlah
makanan dibandingkan dengan kandungan energi dalam makanan. Mengganti
asupan lemak (9 kkal/g) dengan karbohidrat atau protein (4 kkal/g) diketahui dapat
menurunkan kalori, namun penambahan serat dan air juga memiliki efek yang sama.
Serat dan air dapat menambah berat makanan tanpa menambah jumlah kalori. Diet
rendah lemak juga mengandung tinggi serat yang juga diketahui menimbulkan rasa
kenyang.
C. Diet Rendah Kalori (Low Calorie Diets)
Diet rendah kalori merekomendasikan asupan kalori hanya 1000-1500 kkal per hari.
Hasil penelitian mengenai diet rendah kalori dibandingkan diet rendah lemak selama
pengamatan enam bulan didapatkan bahwa diet rendah kalori lebih baik
dibandingkan diet rendah lemak dengan perbedaan penurunan berat badan 1,1 kg
dalam 12 bulan dan 3,7 kg dalam 18 bulan pengamatan walaupun tidak berbeda
secara signifikan. Hasil penelitian lainnya diet rendah kalori dengan asupan lemak
cukup lebih baik dibandingkan asupan lemak terbatas dan didapatkan perbedaan
penurunan berat badan sampai 14 kg selama 14 bulan.
D. Diet Pengganti Makan Utama (Meal Replacement Diet)
Diet pengganti makan utama merupakan salah satu bentuk diet rendah kalori dengan
mengganti satu atau dua kalori makan utama dengan makanan atau minuman yang
mengandung rendah kalori dan umumnya mengandung protein tinggi dengan
karbohidrat dan lemak minimal. Bahan diet pengganti makan utama sudah banyak
tersedia, dan hal ini dapat mengubah pola diet dan kebiasaan makan 14

seseorang sehingga saat ini menjadi populer pada orang yang sedang menurunkan
berat badan. Di Amerika, didapatkan 15% perempuan dan 13% laki-laki yang
sedang menurunkan berat badan dengan metoda diet pengganti makan utama.
E. Diet Sangat Rendah Kalori (Very Low Calorie Diets)
Mekanisme kerja diet sangat rendah kalori sebenarnya hampir sama dengan diet
rendah kalori, perbedaanya hanya pada jumlah asupan kalori 300-800 kkal per hari.
Biasanya bentuk diet berupa minuman atau makanan terutama protein (70-100 g per
hari) untuk menjaga massa otot seperti ikan, daging kurus. Metoda diet ini aman jika
diikuti dengan suplemen vitamin dan mineral. Hasil meta analisis mengenai
perbandingan penurunan berat badan pada diet rendah kalori dengan diet sangat
rendah kalori didapatkan perbedaan penurunan berat badan sangat sedikit dalam
jangka waktu lama (2-5 tahun).
F. Diet Rendah Karbohidrat (Carbohydrate Restricted Diets)
Saat ini terdapat dua metoda diet karbohidrat terbatas. Salah satunya dengan
mengganti sebagian karbohidrat dengan tinggi protein dan rendah lemak, sedangkan
metoda lainnya mengganti semua karbohidrat dengan protein dan lemak (diet
ketogenik). Diet rendah karbohidrat dan tinggi protein (diet Atkins) terdiri dari dua
fase yaitu fase stimulasi penurunan berat badan dimana asupan karbohidrat sangat
dibatasi hanya 20 g per hari sedangkan asupan protein dan lemak tidak dibatasi. Hal
ini harus diperhatikan karena asupan lemak jenuh yang tinggi dan kekurangan serat,
vitamin dan mineral justru meningkatkan risiko penyakit degeneratif. Selain itu,
asupan rendah karbohidrat (< 100 g per hari untuk metabolisme otak) memicu
ketosis. Diet rendah karbohidrat dan tinggi protein efektif menstimulasi penurunan
berat badan dalam jangka waktu pendek dan harus dalam pengawasan tenaga medis,
namun setelah berat badan tercapai asupan lemak jenuh harus dikurangi dan
meningkatkan asupan sayur dan buah.
Keberhasilan diet karbohidrat terbatas berdasarkan perubahan rasa kenyang akibat
asupan protein yang meningkat dibandingkan makronutrien lainnya, yang sebaliknya
protein justru hanya sedikit meningkatkan efek termogenesis. Selanjutnya, diet
karbohidrat sangat terbatas (misalnya diet Atkins) tampaknya sangat sederhana dan
mudah dilakukan. Efek ketosis yang terjadi akibat asupan karbohidrat yang sangat
rendah tampaknya sedikit terjadi.
G. Diet Rendah Indeks Glikemik (Low Glycemic Index Diets)
Indeks glikemik adalah perubahan kadar glukosa darah setelah mengkonsumsi
karbohidrat (50 g) dan dibandingkan dengan konsumsi glukosa atau roti tawar putih
sebagai standar. Awalnya indeks glikemik dipakai sebagai penuntun asupan
makanan bagi diabetes melitus, namun saat ini dipakai sebagai terapi obesitas. Hal
ini didasarkan pada makanan dengan indeks glikemik tinggi akan menstimulasi
pelepasan insulin dengan cepat dan banyak, sehingga terjadi penurunan kadar
glukosa darah dengan cepat sampai pada kadar glukosa sebelum makan. Selanjutnya,
hal ini menimbulkan rasa lapar yang lebih cepat dibandingkan makanan dengan
indeks glikemik rendah. Rasa lapar yang tidak terkontrol akan meningkatkan asupan
kalori dan juga berat badan.
Hasil meta analisis mengenai diet rendah indeks glikemik (hanya mengubah jenis
karbohidrat) dan diet rendah glikemik load (mengubah jenis dan jumlah karbohidrat)
setelah pengamatan selama enam bulan didapatkan penurunan berat badan pada
kedua diet ini sebesar 1,1 kg (95% CI -2,0 - -0,2) dan penurunan kolesterol LDL
0,24 mmol/L dibandingkan diet tinggi indeks glikemik atau glikemik load. (13)
Referensi

1. Riswanda J. 2017. Hubungan Asupan Zat Besi dan Inhibitornya sebagai Prediktor
Kadar Hemoglobin Ibu Hamil di Kabupaten Muara Enim. Palembang: Jurnal Biota.
3(2): 83-89.
2. Khumaidi. 2009. Faktor Yang Melatarbelakangi Anemia. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta.
3. [KEMENKES RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar.
2013. Jakarta (ID): Kemenkes RI.
4. Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Umum.
5. Bonita R., 2018. Hubungan Perilaku Terkait Anemia, Status Gizi, Dan Status Anemia
Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu Gizi Ipb. Bogor:
Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor
6. Arisman.2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EG. Buku Ajar Ilmu Gizi. Ed. 2.
7. Oppusunggu, R. 2009. Pengaruh Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe) terhadap
Productivitas Kerja Wanita Pensortir Daun tembakau Di PT. X Kabupaten Deli
Serdang. Medan: Tesis Sekolah Pascasarjana USU.
8. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2011. Gizi Dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rajawali Pers.
9. Kartasapoetra G, Marsetyo H., 2011. Ilmu Gizi: Korelasi Gizi, Kesehatan
danProduktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
10. Rosmalinda. 2013. Hubungan Anemia Dan Konsumsi Makanan Dengan Produktivitas
Kerja Pada Buruh Wanita Di Pt.Karya Tanah Subur ( Kts ) Kecamatan Kaway
Xvikabupaten Aceh Barat. Meulaboh: Fakultas Kesehayan Masyarakat, Universitas
Teuku Umar.
11. Dila C., Ratu A. D. S., 2011. Obesitas Pada Pekerja MInyak dan Gas. Jakarta: Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 3.
12. Husnah. 2012. Tatalaksana Obesitas. Banda Aceh: JURNAL KEDOKTERAN SYIAH
KUALA Volume 12 Nomor 2.
13. I Wayan G. S., Ida A. D. W. 2015. Terapi Diet Pada Obesitas. Denpasar: FK
Universitas Udayana.
14. Affita S. 2009. Penilaian Gizi Kerja Pada Penyelenggaraan Makan Siang Di Pt. Petrosea, Tbk
Gunung Bayan Project Kalimantan Timur. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret.
15. Yeni P., Marselia S., Chronic Energy Malnutrition in Women Reproductive Age
Limboto District, Gorontalo Regency. Gorontalo : Jpurnal of Public Health.

Anda mungkin juga menyukai