Anda di halaman 1dari 3

KUNJUNGAN KE MEDAN PLUS

MEDAN PLUS adalah sebuah tempat perkumpulan (komunitas) ODHA dan OHIDHA.
Letak Medan Plus berada di Jl. Bunga Wijaya Kesuma, kota Medan. Saya berkujung kesana
pada hari Senin tanggal 5 Agustus 2019 lalu, saya berkunjung bersama dengan tiga orang
dosen dan juga teman seprofesi tingkat dua. Disana saya mendapat banyak pengetahuan
baru. Mereka menjelaskan tentang HIV/AIDS dan mereka juga memberikan kami semua
disana untuk bertanya.

Pertama, saya mengetahui secara langsung bahwa mereka yang menderita HIV/AIDS
memiliki penampilan yang sama dengan kita yang sehat. Mereka hidup seperti orang normal
pada umumnya. Disana lima orang di minta untuk berdiri, kami yang berkumpul diminta
untuk menebak dari penampilan luarnya siapa yang tertular HIV. Pertama-tama saya
menebak-nebak seperti yang lain, tapi selanjutnya saya berpikir gimana caranya menebak-
nebak seseorang dari penampilannya, cara menentukannya dia HIV yaitu dengan
pengecekkan CD4 salah satunya. Setelah semuanya menebak dan aku hanya diam menunggu
jawaban, saat ditunggu-tunggu pun tiba orang yang tidak diperkirakan adalah ODHA disitu
membuktikan bahwa penampilannya sama dengan yang sehat. Disana ada pria dengan HIV
bahkan menikah dengan wanita dengan HIV. Pengakuan dari wanita yang menderita HIV ini
dia sudah memiliki HIV sejak dua belas tahun lalu, dia juga memiliki seorang anak yang
sudah berusia tiga belas tahunn tanpa HIV. Dari sini saya ambil kesimpulan bahwa dia
melahirkan anak sebelum dia mengidap HIV dan selama bertahun-tahun dia hidup dengan
anaknya tanpa menularkan HIV dari sini kita bisa menolak stigma tentang penularan HIV
yang sangat mudah, buktinya adalah wanita yang diceritakan di atas, dia hidup dan mengurus
anaknya tanpa menularkannya.

Kedua, disana kami dijelaskan cara virus HIV tetap hidup. Disana dijelaskan bahwa virus
menyerang yang namanya CD4 dan makin lama berkembangbiak di dalam CD4 dan
membuat CD4 sendiri makin lama semakin sedikit. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah
pengobatan yaitu meminum obat ARV (Anti Retro Viral), obat ini berfungsi bukan untuk
membunuh virus, karena pada hakikatnya virus tidak dapat dibunuh tapi dapat dilumpuhkan.
Jadi, ARV ini berfungsi untuk memperlambat perkembangan dari virus HIV sehingga disaat
visud ini lama untuk berkembang CD4 sendiri terus berkembang secara normal, sehingga
nantinya CD4 akan dapat menyaingi jumlah dari virus HIV dan orang yang memiliki CD4
yang tinggi bahkan virus itu berjumlah sedikit, maka orang yang meminum ARV itu dapat
dikatakan sembuh dari HIV. Obat ARV sendiri memiliki empat macam yang tersebar di
Indonesia.

Ketiga, disana dijelaskan beberapa hal yang dapat menyebarkan virus HIV, yaitu Cairan
genetali, ASI, dan darah. Hal yang tidak menularkan HIV, yaitu menyentuh air mata ODHA,
menyentuh keringat ODHA, bersalaman, berpelukan, semua itu tidak dapat menularkan visu
HIV. Mereka dengan HIV jika ingin berhubungan intim dengan istrinya yang negatif HIV
dapat menggunakan kondom untuk pencegahan penularannya. Apabila mereka dengan HIV
ingin memiliki anak bisa mencoba cara dengan menghitung tanggal subur istri dengan
pengecekan CD4 apakah lebih baik atau tidak, tujuan pengecekkan tanggal subur agar saat
suami istri berhubungan intim tanpa kondom maka kemungkinan hamil akan lebih besar.
Maka tidak perlu mencoba beberapa kali, dan si istri pu tercegah dari penulaaran HIV.

Keempat, orang dengan HIV tidak suka bilang disebut dengan kata penderita HIV lebih baik
disebut ODHA atau Orang Dengan HIV/AIDS. Menurut mereka itu adalah sebuah stigma
yang tidak bagus dan merupakan bentuk diskriminasi. Menurut mereka mereka tidak dalam
keadaan sakit karena yang mereka pahami mereka hanya memiliki HIV yang menyerang
sistim imun mereka. Dengan meminum obat ARV dan hidup sehatpun mereka sama seperti
orang lain dan tidak ada perbedaannya. Mereka dengan HIV lebih cenderung menutup diri
atau tidak mengakui bahwa dirinya adalah ODHA.

Kelima, HIV dan AIDS itu berbeda. Orang dengan HIV tidak memiliki penyakit penyerta dan
Orang yang dengan AIDS memiliki dua jenis penyakit penyerta yang muncul pada waktu
yang bersamaan. Cerita yang semalam saya dengar, bahkan ada orang dengan AIDS
menderita TB ginjal dan TB di organ lainnya di dalam tubuh. TB sendiri merupakan penyakit
yang dapat menyerang anggota tubuh kecuali gigi, rambut, dan kuku. Penderita AIDS lebih
mungkin terkena berbagai jenis penyakit karena daya tahan tahan tubuh mereka yang lemah.
Mereka dengan AIDS tidak jarang dijumpai menderita sakit diare dan juga TB secara
bersama-sama. Kalau seseorang dengan HIV memiliki diare dan beberapa hari kemudian dia
sembuh dan beberapa hari kemudian dia menderita TB kategori ini tidak termasuk kedalam
seseorang dengan AIDS.

Keenam, penularan bayi yang lahir dari ibu dengan HIV/AIDS dapat dicegah. Pencegahan
yang pertama, ibu dianjurkan untuk melahirkan secara SC. Kedua, Setelah bayi lahir ibu tidak
boleh memberikan ASInya kepada bayi tersebut. Disaat bayi baru lahir usia 0-18 bulan, jika
dilakukan pemeriksaan tes HIV maka akan didapati positif HIV, itu bukanlah suatu faktor
yang dapat menentukan diagnosa HIV karena 0-18 bulan keadaan fisiologi bayi masih sama
dengan ibu, contohnya dalah imunn itu sendiri. Pemeriksaan HIV yang dilakukan diatas 18
bulan didapati positif HIV maka harus ada tindak lanjut untuk mengatasi masalah tersebut
karena antibodi bayi sendiri sudah mulai bekerja dan bukannya antibodi ibu lagi yang ada
pada si bayi. Maka lebih baik pencegahan dari pada mengobati.

Keenam, ada terdapat beberapa isu tentang penularan HIV. Pertama, jika ada penjualan rujak
dengan HIV dapat menularkan HIV kepada pembeli, itu merupakan pemikiran yang salah
karena apabila penjual itu tangannya hanya tersayat-sayat sedangkan si pembeli tidak ada
luka dibagian tubuh maka hal itu tidak akan menyebabkan penularan visu HIV. Kedua, jika
darah penderita digigit nyamuk dan nyamuk menggit orang tanpa HIV akan menularkannya
ke orang tanpa HIV, itu merupakan pemikiran yang salah karena virus HIV sendiri hanya
dapat hidup di tubuh manusia. Virus HIV akan mati jika berada di udara bebas. Penggunaan
jarum suntik merupakan salah satu faktor risiko penularan HIV.

Dari pertemuaan semalam saya mendapatkan banyak pengalaman, saya dapat membuka
pikiran saya menjadi lebih luas. Semalam kami semua diajak untuk sama sama menutup mata
dan merasakan apabila orang yang kita kasihi terkena virus HIV, bagaimana jika kita sendiri
terkena virus HIV, apa yang harus kita lakukan? Dalam kesempatan itu saya menyadari
bagaimana perasaan mereka ketika mereka sendiri menerima stigma negatif dan juga
bagaimana perasaan mereka jika ada yang mendiskriminasi mereka. Disana bahkan saya bisa
saling berkomunikasi dengan mereka, bersalaman dengan mereka, saling membalas senyum.
Kegiatan tersebut dapat membuat kita lebih belajar dan mengerti apa itu HIV/AIDS sehingga
kami nantinya yang datang disana dapat mensosialisasikan tentang ODHA dan juga
OHIDHA. Kerena sebuah ketakutan adalah pemikiran tentang sesuatu yang belum diketahui
penjelasnya, maka setiap orang perlu mengetahui berbagai informasi tentang ODHA dan
OHIDHA, sehingga semakin lama semakin sedikit orang yang memiliki stigama negatif dan
mendiskriminasikan mereka dengan ODHA.

Anda mungkin juga menyukai