Anda di halaman 1dari 2

Terapi Psikodrama

Psikodrama adalah metode psikoterapi kelompok di mana susunan kepribadian,


hubungan interpersonal, konflik, dan masalah emosional digali dengan menggunakan metoda
dramatik spesifik. Psikodrama merupakan upaya pemecahan masalah melalui drama, di mana
masalah yang didramakan adalah masalah psikis yang dialami oleh individu. Terapi psikodrama
diciptakan oleh Moreno, seorang dokter psikiatri dari Vienna. Terapi psikodrama bermanfaat
terutama bagi individu yang sulit menyatakan suatu peristiwa atau perasaan secara verbal dan
lansia yang mengalami kesepian dan depresi. Terapi psikodrama ini juga bertujuan untuk
mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan masalah lansia yaitu
kesepian. (Setyoadi & Kushariyadi, dalam Sari, 2017)

Individu mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan berkembang. Dalam kegiatan terapi
psikodrama ini akan diberikan beberapa langkah. Lansia akan mengikuti kegiatan psikodrama
dengan bertujuan agar para lansia dapat mengekspresikan perasaan terhadap masalah yang
sedang dialami oleh para lansia. Dengan kegiatan psikodrama dilakukan dengan beberapa tahap
yaitu tahap sosiometri (intro), warming up (persiapan), tahap action (tahap pelaksanaan) dengan
menggunakan teknik monodrama, dan teknik cermin. Tahap sosiometri (intro) yaitu pembukaan
untuk memperkenalkan diri dari masing-masing subjek lansia dan untuk melihat seberapa besar
kesediaan dalam mengikuti kegiatan psikodrama ini, tahap persiapan (warming up) yaitu
merupakan tahap dimana untuk memotivasi setiap anggota kelompok agar setiap anggota
kelompok siap berpartisipasi secara aktif dalam permainan, menentukan tujuan permainan,
menciptakan perasaan aman dan saling percaya pada antar anggota kelompok, tahap pelaksanaan
(action) yaitu tahap dimana kegiatan psikodrama akan mulai dinainkan dengan menggunakan
beberapa teknik antara lain: monodrama yaitu protagonis memainkan semua bagian tindakan
yang jelas dan tidak menggunakan ego (peran) pembantu, dan teknik cerminan yaitu protagonis
memperhatikan dari luar tahap sementara seorang ego pembantu mencerminkan kata-kata,
mimik, dan postur protagonist. (Setyoadi & Kushariyadi, dalam Sari, 2017)

Diharapkan para lansia tersebut dapat mengekspresikan perasaan yang tidak dapat
diluapkan dalam diri pada para lansia masing-masing terhadap permasalahan yang sedang para
lansia hadapi. Dengan psikodrama ini para lansia dapat berbagi terhadap lansia lainnya sehingga
para lansia lainnya dapat merasakan yang sedang dirasakan oleh para lansia yang memiliki
masalah tersebut. Kegiatan ini dapat membantu seseorang atau para lansia untuk
mengembangkan keterampilan personal sehingga dapat mengurangi perasaan terisolasi. (Sari,
2017)
Sumber:

Sari, I. 2017. Tinjauan Pustaka Eprints Mercubuana Yogya.

http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1513/2/BAB_II_tesis_intan%20book%20mark.pdf

(diakses pada 23 Januari 2020)

Anda mungkin juga menyukai