Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial selalu berusaha melakukan interaksi


dengan manusia lain dalam membangun budayanya. Salah satu interaksi yang
dikembangkan adalah interaksi edukatif. Apapun yang diajarkan di sekolah tidak
dapat dipisahkan oleh budaya tempatsekolah itu berada (masyarakat setempat).
Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan membuka peluang
bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat kehiudpan yang lebih baik.
Dampak positif dari kondisi global telah mendorong manusia untuk terus berfikir,
dan meningkatkan kemampuan. Adapun dampak negatif dari globalisasi adalah :
1. keresahan hidup di kalangan masyarakat yang semakin meningkat karena
banyaknya konflik, stres, kecemasan, dan frustasi. 2. adanya kecendrungan
pelanggaran displin, kolusi, dan korupsi, makin sulit diterapkannya ukuran baik –
jahat dan benar – salah secara lugas. 3. adanya ambisi kelompok yang dapat
menimbulkan konflik, tidak saja konflik psikis tapi juga konflik fisik. 4. pelarian
dari masalah melalui jalan pintas, yang bersifat sementara dan adiktif seperti
penggunaan obat - obat terlarang.

Mencegah dan mengatasi masalah – masalah yang timbul dapat di lakukan


pemberian layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan di sekolah – sekolah.
Dalam konseling tidak hanya terdapat konseling individu saja tetapi terdapat pula
konseling kelompok. Konseling kelompok dilakukan dengan cara berkelompok,
misalnya suatu layanan kelompok belajar, layanan yang diberikan di kelas. Dalam
konseling kelompok terdapat banyak metode dan teknik, yang dapat memudahkan
seorang konselor untuk membantu dan memberikan layanan konseling kelompok.
Metode dan teknik pengajaran yang baik adalah metode dan teknik yang membuat
para pembelajar terus berkeinginan untuk mengembangkan pengetahuannya secara
mandir. Sebagai konsekuensinya pengajar harus mengikuti perkembangan ilmu

1 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok
pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sehingga pengajar dituntut
meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan berbahasa. Jadi, sudah
sewajarnya pengajar memahami prinsip-prinsip berbagai metode dan teknik
pengajaran bahasa, baik bersifat trdisional maupun yang bersifat modern. Dalam
makalah ini pula tim penulis akan mencoba untuk membahas tentang metode atau
teknik yang digunakan dalam konseling kelompok.

II. Pembatasan Masalah

Dalam makalah ini dibahas beberapa hal yang berhubungan dengan metode
konseling kelompok, yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang disebut Psikodrama ?
2. Siapa pemimpin Psikodrama ?
3. Bagaimana praktek Psikodrama ?
4. Menghasilkan apa Psikodrama ?
5. Perbedaan Sosiodrama ?
6. Implikasi terhadap bimbingan dan konseling kelompok ?

III.Tujuan

Berdasarkan pembatasan masalah, maka pembuatan makalah ini memiliki


tujuan yang ingin dicapai oleh penulis, yang sesuai dengan masalah yang telah
dirumuskan, yaitu sebagai berikut :
1. Memperoleh gambaran dari metode Psikodrama dalam pelayanan
bimbingan dan konseling.
2. Memperoleh pengertahuan, wawasan, dan keilmuan tentang layanan
bimbingan dan konseling kelompok yang lebih banyak dari mata kuliah ini.

IV. Metode Pembahasan

Kegiatan penulisan dilakukan secara sistematis, berencana dan mengikuti


konsep ilmiah. Untuk melakukan suatu penelitian dilakukan langkah – langkah
tertentu, salah satu diantaranya ialah menentukan metode apa yang sekiranya cocok

2 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok
untuk dipergunakan. Metode pembahasan akan memandu penulis dalam melakukan
prosedur pembahasan yang meliputi urutan – urutan pekerjaan yang harus dilakukan
dalam pembahasan. Penulis dalam metode pembahasan ini menggunakan metode
kajian pustaka, kajian artikel, dan beberapa dari pemikiran penulis.

V. Sistematika Penulisan
Kata penghantar
Daftar Isi
BAB I : Pada BAB I Diuraikan mengenai latar belakang masalah mengapa
kita membahas, tentang metode Psikodrama yang digunakan dalam Konseling
Kelompok, dan manfaat yang kita peroleh setelah mempelajari permasalahan
tersebut. BAB I juga membahas mengenai tujuan pembahasan permasalahan yang
dilakukan oleh penulis. Metode dan sistematis penulisan dalam pembuatan
makalah ini.
BAB II : Pada BAB II Diuraikan mengenai pembahasan Psikodrama, dan
implikasi teknik psikodrama ini dalam konseling kelompok.
BAB III : Pada BAB III Diuraikan mengenai analisis, kesimpulan, dan
rekomendasi yang memaparkan tentang pembahasan masalah yang diangkat oleh
penulis.
Daftar Pustaka
Lampiran – lampiran

3 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok
BAB II

PEMBAHASAN

I. Psikodrama

Kelompok psikodrama merupakan suatu cara dalam menyelidiki manusia


dengan tindakan dramatis, diciptakan dan dikembangkan oleh J.L Moreno dalam
1920-an dan 1930-an ( D'Amato dan dean,1988; Goldman dan Morison, 1984).
gagasan itu untuk meningkatkan krativitas moreno's, dan membantu perkembangan
menghadapi anak-anak dan juga kecintaannya untuk berspontanitas dan berteater.
Pada intinya, psikodrama menjadi suatu perluasan tentang kepribadian moreno's.
moreno mendukung suatu kelompok dalam mendekati jaman penekanan
intrapersonal. Untuk itu, kontribusinya banyak di bidang kelompok kerja (N.B.,
penekanannya untuk tindakan dan fokus pada disini-dan-sekarang) belum pernah
benar-benar diakui. pelopor utama drama kejiwaan (psikodrama) adalah "pertunjukan
spontanitas," yang Moreno mulai pada tahun 1921 di Vienna. Peserta dalam
pertunjukan tersebut adalah "seniman muda yang radikal" yang menghibur viennese
"dengan hasil dramatis yang merupakan improvisasi di atas panggung. Tindakan
seperti ini diambil dari banyak cara diantaranya adalah "kehidupan surat kabar,"
dimana baru saja terjadi--terkadang peristiwa dalam negeri, terkadang perkembangan
di dunia politik yang secara spontan mendramatiskan" ( Anderson, 1974, hal 209).
Moreno menemukan bahwa mereka yang main tanpa skrip dan yang tanpa persiapan
latihan, seperti halnya para pendengar, mengalami juga perasaan terharu yang
emosional (suatu pelepasan tentang perasaan yang terpendam) sebagai hasil dari
bekerjasama atau mengamati pengundangan yang dramatis. Untuk itu, psikodrama
dijadikan sebagai susunan resmi yang terkonsep, pada moreno ( 1923, 1984) yang
menekankan keunikan dengan pendekatan kenyamanan klien, sebagai pengganti
penilaian atau penelitian, konflik mereka.

4 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok
II. Dasar Pemikiran Dari Pengelompokan Psikodrama

Psikodrama sama halnya dengan psychoanalisa yang menekankan


pembebasan pada pemaksaan tingkah laku seseorang yang tepaku dirinya dalam
gangguan pola tingkah laku. Psikodrama terkadang dipandang “tidak lebih dari
suatu perluasan puncak dari wawancara klinis” (Greenberg, 1974b:13), tetapi
kenyataannya lebih dari itu. Psikodrama sejajar dengan psikoanalisis dalam
penekanannya pada kekuatan individu dari kekuatan irasional yang mengikat ke
dalam pola-pola prilaku disfungsional mereka. Psikodrama menekankan pada
pertemuan dan interaksi personal, terfokus pada di-sini dan kini ( here and now),
spontanitas dan kreatifitas, ekspresi penuh perasaan, pengukuran realitas (Corey,
1990:223). Suatu penegasan psikodrama difokuskan pada interaksi kesehatan dan
protagonist dalam dramanya. Pimpinan kelompok (konselor) adalah produser
drama. Di dalam proses, protagonis mengulangi pekerjaan-pekrjaan hidupnya,
baik sebagai pemeran utama maupun sebagai pemeran pembantu.

Secara mendasar, psikodrama memprediksikan tentang asumsi manusia dalam


masyarakat yang terus menerus berkembang dan sadar terhadap kejadian yang
menyentuh kehidupan mereka pada suatu pentas atau tahapan perkembangan. Jantung
psikodrama adalah pertemuan, suatu konsep eksistensialis yang melibatkan kontak
psikologis dan fisik yang menyeluruh antara orang-orang atas dasar kesempurnaan,
konkret dan intens dalam “di sini dan kini”. Spontanitas adalah respon seseorang yang
berisi tingkat ketepakan pada situasi baru atau tingkat kejujuran pada situasi lama.
Tujuan spontanitas adalah untuk membebaskan diri seseorang dari skrip-skrip dan
stereotype, serta mencapai prespektif baru tentang kehigupan. Situasi dititik beratkan
pada sekarang yang memunculkan hambatan waktu yang di alami, ruang, dan tempat-
tempat keberadaan yang dihapuskan. Tele adalah komunikasi perasaan-perasaan yang
menyeluruh di antara orang-orang sebagai perekat yang membangun kelompok secara
bersama, misalnya : empati. Katarsis dan wawasan merupakan produk akhir dari
spontanitas dan tele. Katarsis melibatkan peluapan emosional; sedangkan wawasan
dalam kata lain berarti pemahaman dan persepsi-persepsi baru tentang permasalahan
seseorang yang

5 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok
brlangsung selama atau setelah pengalaman katarsis. Katarsis dan wawasan dapat
dialami melalui psikodrama, baik oleh para peserta maupun penonton atau hadirin.

III. Praktik Dalam Kelompok Psikodrama

Pelaksanaan psikodrama sangatlah multidimensi. Pertama, adanya factor


fisik dan faktor manusia yang harus diperhatikan seperti, panggung, tokoh
protagonis, aktor-aktor, sutradara, dan seorang penonton (Blatner, 1988a, 1989;
Haskell, 1973). Kedua, ada beberapa teknik yang harus digunakan dengan sebuah
cara yang metodelogi (Monero, 1959).

Panggung adalah area di mana dilakukannya pementasan. Bisa juga


merupakan sebuah panggung yang resmi atau bagian dari ruangan yang
sederhana. Pada intinya adalah tempat apapun yang partipan ingingkan untuk
dijadikan sebuah panggung. Sebagai contoh, Jason mengatakan kepada grupnya,
“Pojok ruangan itu akan menjadi panggung kita kali ini.”. Kebanyakan grup
menemukan manfaat dengan memiliki panggung yang terpisah dari tempat yang
digunakan untuk bertemu mengingat anggotanya, karena pertunjukan sangatlah
berbeda dari hanya sekedar pertukaran bahasa (Blatner, 1989).

Tokoh protagonis adalah orang yang menjadi tokoh utama dalam


pertunjukan psikodrama (Blatner, 1988a, 1989). Dia bisa memainkan karakter
yang banyak. Contoh dalam psikodrama, Laura sebagai tokoh protagonis berperan
beragam karakter dari yang baik dan inosen menjadi jahat dan pendendam.
Sekarang, tokoh-tokoh protagonis boleh tidak sesuai atau keluar dari sebuah
adegan dan pengamatan. Bagaimanapun juga tujuannya adalah mengekspresikan
dengan bebas pikiran, perasaan, keprihatinan, dan persoalan yang berkaitan
dengan apa yang diperankannya dalam psikodrama itu. Spontnitas adalah kunci
dari menjadi tokoh protagonis.

Aktor adalah tokoh yang memainkan bagian penting lainnya dalam


pertunjukan. Mereka disebut “Auxilliaries” atau pemeran pembantu yang
menyebabkan adanya tokoh protagonis. Mereka dapat berperan ganda sebagai

6 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok
tokoh protagonis, tokoh antagonis, atau bahkan sebagai bagian-bagian dari
perabotan rumahan. Dalam psikodarama yang sama, seorang pemeran pembantu
dapat berperan lebih dari satu peran, seperti menjadi teman baik tokoh protagonis
dan musuh yang jahat.

Sutadara adalah orang yang mengarahkan tokoh protagonis “Dalam


penggunaan metode psikodrama” dengan membantu orang tersebut
mengeksplorasi masalahnya (Blatner, 1988a, p. 8). Secara pendekatan teori
sutradara dapat disamakan dengan pemimpin dalam suatu grup. Terakhir
penonton, yang merupakan cara yang digunakan unuk menjelaskan orang-orang
yang sedang bermain selama psikodarama tersebut. Orang-orang ini bisa menjadi
membantu yang kebanyakan mungkin tidak berpatisipasi secara aktif. “Tujuan
adanya penonton adalah sebagai umpan balik melalui apa yang mereka lihat,
dengarkan, rasakan selama psikodrama berlangsung” (Ohlsen, Horne, & Lawe,
1988, p. 100). Kadang-kadang penonton akan menjadi terlibat selama psikodrama
berlangsung dan membuat suara-suara atau berkomentar sesuai dengan yang
diinginkan sutradara. Misalnya, penonton mungking secara langsung mengucap
ulang apa yang Paul ucapkan ketika dia marah dan membuat kesalahan, “Tetap
tenang. Gunakan akalmu. Tetap tenang. Gunakan akalmu.” Dalam beberapa kasus
penonton menjadi sebuah paduan suara.

Teknik-teknik yang digunakan dalam psikodrama tergantung beberapa hal.


Di antara faktor yang paling penting yang berpangaruh adalah keadaan tokoh
protagonis, skil sutradara, keberadaan aktor-aktor, jumlah penonton, tujuan tiap
sesi, dan fase-fase ketika psikodrama berlangsung. Situasi-situasi yang spesial
atau khusus akan membutuhkan skil yang berbeda. Blatner (1988a) menyatakan
bahwa beberapa teknik psikodrama yang paling baik digunakan ketika tujuannya
menjelaskan perasaan tokoh protagonis (monodrama, soliloquy/monolog, atau
double). Teknik yang lainnya adalah untuk membantu mengekspresikan perasaan
atau emosi (Amplification, asides, dan exaggeration of nonverbal actions). Dan
teknik yang terakhir dalam situasi-situasi dalam keadaan sadar (role
reversal/perubahan karakter, audience feedback/umpan balik penonton, nonverbal

7 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok
interaction exercise). Proses psikodrama memiliki tiga tahapan: warm up
(preactian), action, and integration.
1. Tahap warm-up ini ditandai dengan sutrada memastikan apakah dia telah
siap untuk memimpin grup dan apakah anggotanya siap untuk dipimpin.
Proses ini mungkin melibatkan kedua aktivas verbal ataupun nonverbal
yang dirancang menempatkan orang-orang dalam suatu frame pimikiran
yang tepat untuk menjalankan psikodrama dan dalam saat yang bersamaan
membangun rasa kepercayaan dan atmosfir spontanitas. (Blatner, 1989;
Moreno, 1940). Sebagai contoh, sutradara akan berjalan mengelilngi
perabotan-perabotan sambil berbicara kepada semua partisipan. Kemudian
dia akan memimpin grupnya mendapatkan latihan permulaan, di mana
partisipan ditempatkan dalam sudut pandang orang kedua. Setelah
aktivias-aktivatis ini, grup secara keseluruhan akan ikut serta dalam latihan
berperan (senory awareness method/metode menguasai pancaindera atau
guided imagery/panduan berperan), di mana membantu anggota
menemukan masalah yang umum di dalam grupnya lebih fokus lagi
daripada masalah-masalah perorangan. Secara keseluruhan, warm-up
adalah pengalaman dasar dan membolehkan anggota-anggotanya
memproses beberapa prosedur tenikal yang akan mereka alami dalam
psikodrama yang sebenarnya. (Leveton, 1977). Akhir dari tahap warm-up
adalah menghubungkan ke dalam tahap action dalam psikodrama.
2. Tahap action, bagian proses psikodrama ini melibatkan penampilan tokoh
protagonis dengan masalah-masalahnya. (Blatner, 1988a; Covey, 1990;
Haskell, 1973). Sutradara membantu setiap tokoh protagonis yang memilih
untuk bekerja “menyeting panggung” dalam adegan spesifik misalnya di
sini dan sekarang. Partisipan ditempatkan sebagai pemain pembantu yang
berperan peranan atau menjadi benda yang signifikan lainnya dalam
kehidupan tokoh protagonis. Kemudian adegan pembuka ditampilkan dan
tokoh protagonis begitu juga pemeran pebantu diberikan kesempatan
mengembangkan peran-peran mereka dan meningkatkan interaksi mereka
dari permukaan sampai pada saat-saat yang paling signifikan. Dalam titik

8 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok
ini, sutradara akan memberikan semangat kepada tokoh protagonis dalam
melakukan perubahan karakter atau role reversal sehingga dia dapat
merasakan empati yang lebih atau penyorotan terhadap perasaan-perasaan.
Tenik yang lain yang sering digunakan adalah monolog atau soliloquy, tenik
double, dan teknik asides. Semunya ditujukan untuk membantu tokoh
protagonis dalam mengembangkan perasaan-perasaannya. Pada akhirnya
tokoh protagonis ditolong untuk melewati situasi yang dibangun oleh skap-
sikap tambahan laingnya dan jawaban-jawaban behavioral. Bekerja melewati
semua itu bisa berarti mengulang sebuah adegan menggunakan strategi
behavioral baru setiap saat. Itu bisa juga membutuhkan perubahan-perubahan
karekter atau roles reversal atau bahkan penggunaan modeling. Hal yang
krusial dalam tingkat action ini adalah cara yang efektik untuk berakting yaitu
tokoh-tokoh protagonis mengekspresikan gambaran emosi-emosi dan
menemukan sesuatu yang baru.
3. Tahap integration, tahap terakhir psikodrama ini melibatkan diskusi dan
penutupan. Setelah tahap action, seorang tokoh protagonis menjadi
bingung, lemah, dan membutuhkan dorongan. Sutradara memberi
semangat kepada grupnya untuk memberikan sebanyak mungkin dorongan
dan umpan balik/feedback yang membangun sebisa mungkin selama tahap
ini. Umpan balik awalnya berfokus pada afektif kemudian intelektual dan
aspek-aspek pertunjukan. Melewati akhir dari beberapa aspek-aspek
kognitif yang telah dialami itu akan lebih berhail untuk diekspresikan
(Blatner, 1988a; Corey, 1990). Penyelesaian tahap ini ada sebuah titik
berat dalam mengerti dan menggabungkan sehingga tokoh protagonis
dapat berakting berbeda jika situasi-situasi yang sama terjadi.

Ada ratusan literatur tentang teknik-teknik psikodrama dengan berbagai variasi,


tapi hanya beberapa teknik penting saja yang dibahasa di sini (creative amgery, magic
shop, sculpting, monodrama, soliloquy, double dan multiple double, role reversal,
dan mirror). Berbagai kegunaannya dan digunakan dalam hal-hal psikodrama
khususnya. Sebenarnya banyak teknik psikodrama, tetapi dalam

9 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok
makalah ini hanya beberapa teknik utama yang akan dikemukakan yaitu sebagai
berikut :

1. Creative imagery, ( aco ) yaitu pembayangan kreatif merupakan teknik


pemanasan untuk mengundang peserta psikodrama membayangkan adegan
dan objek yang menyenangkan dan netral, ide teknik ini membantu peserta
menjadi lebih spontan.
2. The magic shop, ( Riska ) yaitu merupakan teknik pemanasan yang
berguna bagi protagonist yang tidak dapat memutuskan atau ragu tentang
nilai dan tujuan mereka. Teknik ini melibatkan sutradara atau ego yang
membantu yang menyediakan kualitas – kualitas khusus. Kualitas tidak
untuk diobral, tetapi dapat ditukar atau barter. Misalnya, wawan sebagai
protagonist menginginkan keterampilan – keterampilan yang berhubungan
dengan orang lain, dia harus menyerahkan kemarahan yang irasional untuk
ditukar dengan keterampilan yang berhubungan baik.
3. Sculpting, yaitu dapat terlihat dalam contoh sebagai berikut, anggota
kelompok menggunakan metode nonverval untuk menyusun orang lain di
dalam kelompok layaknya suatu konfigurasi orang – orang yang berarti,
seperti anggota – anggota keluarga, pegawai kantor, atau teman sebaya.
Penyusunan ini melibatkan postur tubuh dan membantu anggota melihat,
mengetahui persepsi mereka tentang orang lain yang berarti dengan cara
yang lebih dinamis.
4. Teknik berbicara sendiri atau soliloquy, ( dincan ) yaitu teknik yang
melibatkan protagonist menyajikan suatu monolog tentang situasi dirinya.
5. Monodrama ( autodrama ), ( bila ) yaitu teknik yang merupakan bentuk
dari inti terapi gestalt. Dalam teknik ini, protagonist memainkan semua
bagian peranan, atau tidak menggunakan perasaan pembantu.
6. The double atau multiple double technique, yaitu teknik double merupakan
suatu teknik yang sangat penting dalam psikodrama. Teknik ini terdiri atas
pengambilan peran aktor dari ego protagonist dan membantu protagonist
mengekspresikan perasaan terdalam yang sesungguhnya secara lebih jelas.

10 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok
Jika protagonist memiliki perasaan ragu, maka teknik multiple double
dapat digunakan. Dalam situasi ini, dua atau lebih aktor menyajikan aspek
– aspek yang berbeda dari kepribadian protagonist.
7. Role reversals, ( Rani ) yaitu dalam teknik ini protagonist memindahkan
peran dengan orang lain dipentas dan memainkan bagian orang tersebut.
Umpamanya, wawan sekarang menjadi Abdul dan bertindak layaknya dia.
Teknik ini mendorong ekspresi konflik – konflik secara maksimum, dan
merupakan teknik inti lain dari psikodrama.
8. Teknik cermin, ( Rima ) yaitu dalam aktivitas ini, protagonist
memperhatikan dari luar pentas, sementara cermin ego pembantu
memantulkan kata – kata, gerak tubuh, dan postur protagonist. Teknik ini
dipakai pada fase tindakan untuk membantu protagonist melihat dirinya
secara lebih akurat. Misalnya, wawan sekarang mengetahui melalui cermin
Abdul, bahwa dirinya tidak berpikir jernih dan ragu – ragu atas bayangan
dirinya sendiri.

IV. Peran Pemimpin Dalam Kelompok Psikodrama

Sutradara psikodrama memiliki banyak peran. Moreno (1953, 1964)


menyarankan, bahwa sutradara berperan sebagai produser, fasilitator, pengamat,
dan seorang analis. Blatner (1988a) menyatakn lebih lanjut, bahwa seorang
direktur seyogianya membangun keterampilannya dalam tiga bidang yang saling
tergantung, yaitu:

1. Pengetahuan tentang metode-metode, prinsip-prinsip, dan teknik-teknik;


2. Pemahaman tentangteori kepribadian dan hubungannya dengan
pengembangan pembentukan filosofi hidup; dan
3. Kematangan dan perkembangan kepribadiannya sendiri.

Ia juga menambahkan bahwa ilmu pengetahuan yang luas tentang hidup dan
hakikat manusia, diharapkan sebagai piranti kerja khusus yang dimiilki seorang
sutradara, seperti dalam bidang pokok psikologi umum, proses kelompok,
psikologi humanistik, teori komunikasi, dan komunikasi nonverbal.

11 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok
Sutradara berfungsi untuk memandu tugas-tugas, seperti memimpin
pengalaman pemanasan, mendorong pengembangan kepercayaan dan spontanitas,
menetapkan strujtur agar prontagonist dapat mengidentifikasi dan bekerja
berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang berarti dalam hidup mereka,
melindungi anggota dari penggunaan orang lain, dan membawa beberapa bentuk
penghentian sesi kelompok (haskell,1973; Ohslsen et al., 1988). Untuk membantu
tugas tersebut dengan benar, sutradara yang potensial seyogianya sudah mengalami
psikodrama dan mendapatkan supervisi langsung dari sutradara yang lebih
berpengalaman. Secara menyeluruh, corsini (1966) menyimpulkan bahwa sutradara
kelompok yang efektif memiliki tiga kualitas yaitu kreatifitas, dorongan, dan
kharisma. Individu seperti ini akan bekerjakeras untuk kebaikan kelompok dan
senantiasa berani mengambil risiko utnuk membantu anggota mencapai tujuan.

V. Psikodrama Yang Diinginkan Menggolongkan Hasil

Menurut Moreno (1964), hasil yang diinginkan dari psikodrama seperti


penciptaan kataris, wawasan, dan resolusi emosional. Yablondky (1976)
mengatakan bahwa tujuan psikodrama Moreno adalah untuk mengembangkan
suatu “katedral teatrikal” bagi pelapan spontanitas alamiah manusia dan
kreativitas yang dimiliki tiap orang secara alami. Melalui psikodrama, individu
seyogianya mampu mangalami dan bekerja melalui kejasian masa lalu, sekarang,
atau kejadian-kejadian yang diantisipasi menyebabkan mereka tertekan. Ketika
mereka telah memperolrh wawasan kognitif dan emosional melalui tindakan atau
pemeran kesulitan-kesulitannya, maka mereka akan mencapai tahap kesadaran-
diri yang diperbaharui, penyesuaian kembali, integrasi, penerimaan, control dan
pencegahan (Ohlsen et al, 1988).

Secara lebih esensial, peserta psikodrama rela mengambil risiko dan terbuka
terhadap unpan yag diinginkan dari psikodrama adalah belajar menempatkan ketika
seseorang bukan peotagonist utama. Ada pengaruh pemindahan dari pendekatan ini
yang membantu atau memperhatikan karakter utama mencapai resolusi pada

12 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok
persoalan penting. Pengaruh ini terhadap mereka adalah, bahwa mereka melihat
diri mereka sendiri berinteraksi dalam suatu cara baru dan baik.

VI. Evaluasi Dalam Kelompok Psikodrama

Kentungan-keuntungan yaitu sebagai berikut :


1. Keuntungan yang utama terletak pada keragamannya. Pikodrama cocok
dignakan dalam lingkungan psikoterapeutik maupun dalam adegan
Psikoedukasional dan adegan bisnis. Ia dapat diterapkan pada segala tingkat
usia, pendidikan, dan sosial-ekonomi. Bentuk psikodrama digunakan dalam
terapi keluarga, perlakuan kecanduan, latihan teologi dan kepekaan
kepemimpinan (Gendron, 1980).
2. Aspek positif lainnya terletak pada potensialitas pengajarannya. Anggota
kelompok belajar meningkatkan kemampuan tentang diri mereka sendiri
melalui partisipasi aktif mereka.
3. Pembentukan spontanitas dan kreativitas pada pemimpin dan anggota
kelompok. Masalah utama orang adalah ketidak-mampuannya untuk
memperoleh pemecahan atas situasi-situasi yang penuh tekanan. Psikodrama
mengajjukan cara-cara kreatif dan spontan untuk membantu oran gmengatasi
masalah-masalah, baik yang transsisional ataupun permanent melalui
perbuatan atau acting.
4. Pengaruh positif psikodrama seakan-akan dialami sendiri dan integrative.
Psikodrama menekankan tindakan yang dikaitkan dengan peluapan emosional.
Satu hasil dari proses ini adalah perubahan pemikiran yang dirangkaikan dalam
perunahan perilaku dan emosi. Perubahan ini tidak terbatas pada prontagonist,
melainkan dapat meluas kepada para peserta yang hadir atau penonton.
5. Dikarenakan psikodrama mendorong interaksi dan pengalaman belajar para
anggota kelompok, maka masukan umpan-balik dapat diperoleh dari penonton
dan para aktor kepada prontagonist dan bertukar satu sama lainnya.

Keterbatasan-keterbatasan yaitu sebagai berikut :

13 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok
1. bahaya terlalu berlebihan mengekspose prontagonist terhadap dieinya sendiri
maupun terhadap penonton (Greenberg, 1974a)
2. Kuantitas dan kualitas penelitian yang manyangkut psikodrama. Psikodrama
lebih dari sekedar bermain peran; oleh karena itu diperlukan factor pendukung
pendekatan berdasarkan hasil penelitian yang lebih terkontrol.
3. berkaitan dengan peroleh hasil latihan sutradara yang berkualitas masih
kurang. Artinya, siperlukan lembaga-lembaga pelatihan yang dapat
menghasilkan sutradara atau pemimpin kelompok yang handal dalam
penyelenggaraan psikodrama.
4. Psikodrama kemungkinan terlalu banyak memfokuskan pada pengekspresian
perasaan-perasaan alih-alih perubahan perilaku. Hali ini dikarenakan
psikodrama menekankan pada pengaruh dan pengalaman sekarang, yang
berlawanan dengan kesadaran kognitif dan eksplorasi masa lalu.

VII. Perbedaan dengan Sosiodrama

Sosiodrama merupakan salah satu aplikasi dari metode psikodramatik untuk


mengeksporasi atau menyelidiki di kedalaman lebih besar mengeluarkan menyertakan
tunggal atau lorong satuan peran. Pada kenyataannya, pemeran sejumlah peran yang
berbeda, banyak dari konflik yang mana, dan masing-masing di antaranya
mempunyai unsur-unsur yang unik mereka sendiri. Misalnya, sociodrama, dalam
pembedaan, apakah suatu explorasi di dalam suatu kelompok yang sedang
memperhatikan bagaimana orang bekerja dengan supervisors atau pengawas mereka,
pada tempat pekerjaan mereka. Sosiodrama menunjukkan tantangan yang diberikan
peranan, tetapi bukan hanya untuk sekedar menemainkan peran, tetapi lebih ke dalam
makna yang terkandung di dalam role tersebut.

Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah metode


mengajar yang mengandung pengertian yang dapat dikatakan bersama dan karenanya
dalam pelaksanaan sering disilih gantikan. Istilah sosiodrama berasal dari kata sosio =
sosial dan drama. Kata drama adalah suatu kejadian atau peristiwa dalarn kehidupan
manusia yang mengandung konflik kejiwaan, pergolakan, clash

14 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok
atau benturan antara dua orang atau lebih. Sedangkan bermain peranan berarti
memegang fungsi sebagai orang yang dimainkannya, misalnya berperan sebagai
Lurah, penjudi, nenek tua renta dan sebagainya. Kedua metode tersebut biasanya
disingkat menjadi metode “sosiodrama” yang merupakan metode mengajar
dengan cara mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-masalah hubungan
sosial, untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Masalah hubungan sosial
tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan guru, Melalui metode ini
guru ingin mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam hubungan antara sesama
manusia. Cara yang paling baik untuk memahami nilai sosiodrama adalah
Mengalami sendiri sosiodrama, mengikuti penuturan terjadinya sosiodrama dan
mengikuti langkah-langkah guru pada saat memimpin sosiodrama.

VIII. Implikasi Terhadap Bimbingan Dan Konseling Kelompok

Penulis disini mencoba untuk memaparkan beberapa implikasi dalam


konseling kelompok, yaitu sebagai berikut :

1. Memudahkan konselor dalam melakukan pendekatan dengan setiap individu


dalam suatu kelompok.
2. Mempraktiskan layanan yang seharusnya diberikan kepada per individu,
tetapi individu – individu yang lainnya dalam kelompok tersebut juga
terangkul.
3. Membuat konseli dapat lebih nyaman dalam konseling, karena dapat
dilakukan dengan bersama – sama individu yang lainnya dengan cara
bermain peran.
4. Membantu menyadarkan individu akan kesadaran terhadap sesuatu dengan
penjiwaan peran yang berbeda dengan karakter, dan takdir hidupnya.
5. Membuat proses konseling berjalan menyenangkan, dan dapat dirasakan
oleh setiap individu yang melakukan bermain peran.

BAB III
PENUTUP

15 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok
I. Analisis

Menurut blatner, 1995b, 1999, 2001. Psikodrama merupakan konsep dan


metode yang komplek yang dapat diterapkan di dalam variasi yang luas konteks.
Banyak pemikiran yang terkait dalam metode tersebut, seperti pendekatan satir
dalam terapi keluarga dipengaruhi oleh yang psychodrama's lebih direktif dan
tindakan- gaya yang diorientasikan, dan keluarga seni pahat adalah suatu adaptasi
dari suatu metoda psychodramatic yang disebut aksi sosiometri. Fritz pelrs
terintegrasi dari psychodramatik yaitu kursi kosong, merupakan teknik yang
terintegrasi dalam bagian pendekatannya dengan terapi gestalt. Terapi drama dan
segala seni terapi selalu mempunyai keterkaitan yang prinsipil dalam
mengembangkan spontanitasnya dan menggunakan teknik dalam aksinya. Itu
semua bukan diperlukan untuk mempelajari segalanya tentang psychodrama tapi
untuk menyesuaikan teknik dan gagasannya.

Psikodrama mungkin adalah dapat diingat sebagai metoda kelompok yang


dapat memudahkan proses therapy di suatu sekolah sebagai dikonsepkan dengan
pikiran yang lebih luas, seperti psikodinamis, terapi reality, dan analisis transaksional.
Teknik lisan yang demikian klasik kemudian ditingkatkan oleh teori pengaruh energy,
tindakan fisik dan mengarahkan pertemuan. Teori psikodrama menyatakan bahwa
mempromosikan suatu kreativitas klien adalah suatu unsur penting di dalam
keseluruhan treatment. Seorang produser atau sutradara psikodrama harus
menuangkan praktek itu dari dalam suatu teori dan hasil diagnosa atau pengetahuan
yang lebih luas, suatu jangkauan metoda treatment yang lebih luas di samping
psikodrama, dan seterusnya. walaupun metoda psikodramatic, di dalam format yang
dimodifikasi, sudahkah banyak aplikasi di dalam seting atau latar nonclinical, seperti
pendidikan, profesional, dan pelatihan bisnis, resolusi konflik dalam masyarakat,
workshop yang religius, program untuk pengembangan
diri, dan semacamnya, penekanan dalam penggunaan sebagai metoda psikoterapinya,
yang mana adalah juga tujuan yang penting dari psikodrama. dalam psychodrama ini
terdapat beberapa aplikasi atau program di dalamnya yaitu basic

16 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok
elements, percakapan seorang diri, penggunaan alat bantu, bekerja disini dan
sekarang, berperan ganda, memotong tindakan, teknik bayangan, latihan peran
dan pengulangan, sosiodrama, kelebihan dari kenyataan, pembalikan peran,
latihan keterampilan, latihan berimaginasi, teori peran, dan sosiometri.

Metode sosiodrama ( role playing ) adalah suatu cara menyajikan bahan


pelajaran dengan mendramasisasikan tingkah laku dalam hubungan sosial dengan
suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan masalah sosial. Metode
sosiodrama adalah metode yang bertujuan untuk mempertunjukkan suatu perbuatan
dari suatu pesan yang ingin disampaikan dari peristiwa yang pernah dilihat. Dan
Sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan yang memberikan kesempatan pada
murid-murid untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan
seseorang. Maka dari itu sosiodrama dipergunakan dalam pemecahan-pemecahan
masalah. Sosiodrama adalah semacam sandiwara atau dramatisasi tanpa skript ( bahan
tertulis ), tanpa latihan terlebih dahulu, tanpa menyuruh anak menghafalkan sesuatu.
Metode sosiodrama atau bermain peran ini sering digunakan bila kita ingin
membearikan pengeratian yang yang lebih mendalam berbagai situasi yang
menyangkut masalah sosial. Dalam sosiodrama tidak diperlukan keahlian sandiwara,
tetapi lebih bersifat spontan dari pengalaman anak.

Bermain peran merupakan salah satu aktivitas yang penting bagi pertumbuhan
anak karena dapat mengembangkan beragam potensi yang terdapat dalam diri sang
anak, kata pakar pendidikan Prof Dr.Arief Rachman. "Bermain peran adalah hal yang
penting bagi seorang anak karena dapat mengembangkan potensi spiritual, emosional,
intelektual, sosial, dan juga fisiknya ”. Bermain peran adalah bentuk permainan di
mana seorang anak dapat menjadi apa saja yang memiliki seperangkat perilaku
tertentu yang unik, seperti guru, dokter, dan juga orang tua. bermain peran memiliki
beragam keuntungan yaitu tidak membutuhkan banyak biaya dan membuat seorang
anak belajar untuk mempraktikkan sebuah perilaku atau keahlian. Bermain tidak
sekedar bermain-main. Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk
mengembangkan kemampuan emosional, fisik, sosial dan nalar mereka. Melalui
interkasinya dengan permainan, seorang anak belajar

17 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok
meningkatkan toleransi mereka terhadap kondisi yang secara potensial dapat
menimbulkan frustrasi. Kegagalan membuat rangkaian sejumlah obyek atau
mengkonstruksi suatu bentuk tertentu dapat menyebabkan anak mengalamai
frustrasi. Secara fisik, bermain memberikan peluang bagi anak untuk
mengembangkan kemampuan motoriknya.

Dalam bermain, individu juga belajar berinteraksi secara sosial, berlatih


untuk saling berbagi dengan orang lain, menignkatkan tolerasi sosial, dan belajar
berperan aktif untuk memberikan kontribusi sosial bagi kelompoknya. Di samping
itu, dalam bermain anak juga belajar menjalankan perannya, baik yang berkaitan
dengan jender (jenis kelamin) maupun yang berkaitan dengan peran dalam
kelompok bermainnya. Misalnya dalam permainan perang-perangan seorang anak
belajar menjadi pimpinan, kapten sedangkan lainnya menjalankan peran sebagai
pendukung. Proses belajar anak justru sebaiknya dilakukan melalui metode
bermain dan dengan alat-alat permainan. Bermain peran juga dapat membuat anak
pandai berimajinasi karena memerankan sosok yang bukan dirinya. Misalnya, dia
mengkhayalkan dirinya menjadi dokter yang menurutnya termasuk sosok
menyeramkan. Melalui cara ini, anak belajar berempati pada posisi orang lain.
Selain belajar bereksplorasi dan berimajinasi serta meningkatkan kemampuan
verbal, dengan bermain peran anak juga diharapkan dapat mengatasi rasa takut
dalam dirinya.

Proses belajar dapat merupakan proses yang sangat membosankan untuk


dikerjakan oleh anak-anak, sedangkan anak-anak biasanya lebih tertarik dengan
permainan. Karena, proses bermain dan alat-alat permainan merupakan perangkat
komunikasi bagi anak-anak. Melalui bermain anak-anak belajar berkomunikasi
dengan lingkungan hidupnya, lingkungan sosialnya serta dengan dirinya sendiri.
Melalui bermain anak-anak belajar mengerti dan memahami lingkungan alam dan
sekitarnya. Melalui bermain anak-anak belajar mengerti dan memahami interaksi
sosial dengan orang-orang di sekelilingnya.

Kelebihannya metode sosiodrama

18 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok
1. Menurut Mansyur (1996) metode sosiodrama memiliki kelebihan seperti,
a. Siswa terlatih untuk berkreaktif dan berinisiatif,
b. Siswa terlatih untuk memahami sesuatu dan mencoba melakukannya,
c. Apabila siswa memiliki bibit seni maka bakat tersebut akan terpupuk
dengan baik melalui sering melakukan sosio drama.
d. Kerja sama antar teman jadi terpupuk dengan lebih baik pula,
e. Siswa merasa senang, karena bisa terhibur oleh fragmen teman-temannya.
f. Melatih siswa untuk mampu menganalisis masalah dan menyimpulkan
dalam waktu singkat.
g. Memupuk keberanian siswa untuk tampil ke depan kelas

2. Kekurangan metode sosiodrama


a. Pada umumnya yang aktif hanya yang berperan saja
b. Ini cenderung dominan unsur rekreasinya daripada kerjanya, karena untuk
berlatih sosiodrama memerlukan banyak waktu dan tenaga,
c. Membutuhkan ruang yang cukup luas,
d. Sering mengganggu kelas di sebelahnya

Langkah-langkah melaksanakan Sosiodrama, yaitu sebagai berikut :

1. Menentukan pokok persoalan / tema sosial yang akan disosiodramakan


2. Memilih para pelaku, yaitu anak yang memahami persoalan dan
mempunyai daya fantasi, bukan anak yang pandai melucu atau pemalu.
3. Mempersiapkan peranan.
Berilah waktu sekitar tiga menit kepada anak untuk keluar kelas dan
mempersiapkan diri sebagai orang yang diperankannya. Mereka
dapat berunding sebentar.
4. Mempersiapkan para penonton.
Siswa yang lain berperan sebagai penonton dan diminta untuk mengambil
sikap seandainya memainkan peranan yang dilihat, apa yang harus dilakukan.

19 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok
5. Pelaksanaan sosiodrama.
Guru memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk melaksanakan peran
yang dimainkan. Waktu untuk sosiodrama biasanya sekitar lima menit
6. Follow up.
Selesai sosiodrama, diadakan diskusi yang untuk menanggapi
segalam permasalahan yang telah diperankan.

II. Kesimpulan

Psikodrama merupakan konsep dan metode yang komplek yang dapat


diterapkan di dalam variasi yang luas konteks. Banyak pemikiran yang terkait dalam
metode tersebut, seperti pendekatan satir dalam terapi keluarga dipengaruhi oleh yang
psychodrama's lebih direktif dan tindakan - gaya yang diorientasikan, dan keluarga
seni pahat adalah suatu adaptasi dari suatu metoda psychodramatic yang disebut aksi
sosiometri. Sosiodrama merupakan salah satu aplikasi dari metode psikodramatik
untuk mengeksporasi atau menyelidiki di kedalaman lebih besar mengeluarkan
menyertakan tunggal atau lorong satuan peran. Pada kenyataannya, pemeran sejumlah
peran yang berbeda, banyak dari konflik yang mana, dan masing-masing di antaranya
mempunyai unsur-unsur yang unik mereka sendiri.

20 Psikodrama_Teori Bimbingan &


Konseling Kelompok

Anda mungkin juga menyukai