Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENDEKATAN KELOMPOK DALAM KONSELING

“Konsep Pendekatan Psikodrama dalam Kelompok”

Dosen Pengampu :
Dr. Netrawati, M.Pd., Kons.
Dr.Yeni Karneli,M.Pd ,Kons

Disusun oleh :

Elvira Linanda Putri (23151051)

PRODI S2 BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah dengan topik pembahasan “Konsep Pendekatan Psikodrama dalam

Kelompok”. Makalah ini penulis ajukan guna memenuhi tugas mata kuliah

Pendekatan Kelompok dalam Konseling. Penulis mengucapkan terimakasih

terutama kepada :

1. Dosen Pengampu Mata Kuliah yaitu Dr. Netrawati, M.Pd., Kons. dan
Dr.Yeni Karneli,M.Pd ,Kons
2. Penulis buku dan sumber sebagai acuan dan bahan referensi teori untuk
menyempurnakan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaaan, baik
materi maupun teknik penulisannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun, sehingga makalah ini bisa mencapai
kesempurnaan sebagaimana mestinya. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi yang membaca khususnya terhadap penulis. Atas kritik dan saran
yang diberikan penulis ucapkan terimakasih.

Padang, Maret 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Batasan Masalah ..................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
A. Peran dan Fungsi Pemimpin Kelompok Psikodrama .............................................. 6
B. Elemen dasar Psikodrama ....................................................................................... 7
C. Tahapan Psikodrama dalam Kelompok .................................................................. 8
D. Teknik dan Prosedur Psikodrama ......................................................................... 11
E. Penerapan Pendekatan Psikodrama pada Kerja Kelompok Sekolah dan pada
Populasi Multikultural .................................................................................................. 13
F. Evaluasi Psikodrama ............................................................................................. 17
BAB III............................................................................................................................. 21
PENUTUP ........................................................................................................................ 21
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 21
B. Saran ..................................................................................................................... 21
DAFTAR RUJUKAN ..................................................................................................... 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikodrama adalah metode atau tindakan yang sering digunakan sebagai


psikoterapi, di mana klien menggunakan dramatisasi spontan, bermain peran, dan
presentasi diri yang dramatis untuk mengungkapkan dan mendapatkan wawasan
tentang kehidupan mereka. (Corey 2012) mengemukakan psikodrama merupakan
permainan peran agar individu dapat memperoleh pengertian lebih baik tentang
dirinya, dapat menemukan konsep pada dirinya, menyatakan kebutuhannya-
kebutuhannya dan menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan terhadap
dirinya. Selain itu Kipper & Roosevelt (2003) (nurfaizal 2016) psikodrama adalah
satu cara yang unik dengan berbicara melalui gerakan tubuh, memberlakukan fisik
kepada pengalaman masa lalu yang dibawa ke masa sekarang, yang mumngkinkan
protagonis untuk memproses kenangan dengan bimbingan pemimpin dan partisipas
anggota kelompok.

Psikodrama mencakup elemen teater, sering dilakukan di atas panggung,


atau ruang yang berfungsi sebagai area panggung, di mana alat peraga dapat juga
digunakan. Terapi Kelompok psikodrama, yang dilakukan di bawah arahan
psikodramatis berlisensi, memperagakan kembali kehidupan nyata, situasi di masa
lalu (atau proses mental batin), melakukan semua itu di masa sekarang. Peserta
kemudian memiliki kesempatan untuk mengevaluasi perilaku itu semua,
merefleksikan bagaimana insiden masa lalu dimainkan di masa sekarang dan lebih
dalam memahami situasi tertentu dalam kehidupan mereka.

Psikodrama dilakukan dengan tujuan sebagai terapi, yaitu agar individu atau
peserta didik memperoleh insight (pemahaman) yang lebih baik tentang dirinya,
menemukan konsep diri, serta menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang
dialaminya. Teknik psikodrama (Lopuhaa 2021) merupakan salah satu teknik
dalam konseling kelompok yang dapat digunakan konselor dalam menangani

4
masalahmasalah emosional. Psikodrama merupakan suatu bentuk terapi kelompok,
dimana anggota kelompok didorong untuk memainkan suatu peran emosional
didepan para penonton, tanpa dilatih sebelumnya dengan tujuan untuk membantu
anggota kelompok dalam mengatasi masalah-masalah pribadi dengan
menggunakan permainan drama, peran/terapi tindakan yang akhirnya akan
mengungkapkan perasaan-perasaan tentang konflik, kemarahan, agresif, perasaan
bersalah dan kesedihan. Emosi yang ada dalam diri remaja diungkapkan ketika
remaja memainkan drama, dengan demikian remaja dapat melihat dan mengetahui
keadaan dirinya melalui permainan peran yang diperankan sesuai dengan keadaan
dirinya.

Peserta didik leluasa mengungkapkan segala yang ada dalam dirinya.


Setelah peran diberikan refleksi dan masukan dari remaja-remaja yang
menyaksikan peranyang dimainkan, sehingga menjadi gambaran tentang keadaan
dirinya. Secara spesifik, kelompok psikodrama dan kelompok bantuan diri didisain
dengan struktur dan dinamika. Karenanya pendekatan ini bekerja dengan orang lain
(difokuskan pada kelompok).

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang, terdapat Batasan masalah yang akan dikaji dalam

makalah ini sebagai berikut :

1. Bagaimana peran dan fungsi pemimpin kelompok psikodrama?

2. Bagaimana elemen dasar psikodrama?

3. Bagaimana tahapan psikodrama dalam kelompok?

4. Bagaimana teknik dan prosedur psikodrama?

5. Bagaimana penerapan pendekatan psikodrama pada kerja kelompok di sekolah

dan pada populasi multicultural?

6. Bagaimana evaluasi psikodrama?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peran dan Fungsi Pemimpin Kelompok Psikodrama

Pemimipin Kelompok/Konselor dalam psikodarama berperan sebagai

sutradara yang memiliki banyak peran. Sutradara berperan sebagai produser,

fasilitator, pengamat, dan seorang analis (Liani 2020). Berikut beberapa peran dan

fungsi Pemimpin kelompok Psikodrama :

1. Dalam psikodrama yang menjadi pemimpin kelompok adalah konselor atau

terapis, pemimpin kelompok bisa dikatakan sebagai sutradara.

2. Peranan pemimpin kelompok ini sebagai fasilitas, procedure dan

pengamat/penganalisis.

3. Pemimpin kelompok memiliki sifat kreatif, berani dan memiliki kharisma.

4. Tugas dari pemimpin kelompok ini adalah membantu pemegang peran

utama, merencanakan pelaksanaan, mengamati dengan cermat perilaku

pemain utama selama psikodrama berlangsung, membantu klien

mengungkapkan perasaan secara bebas dan membuat interpretasi.

Guru BK dalam psikodarama berperan sebagai sutradara yang memiliki banyak

peran. Sutradara berperan sebagai produser, fasilitator, pengamat, dan seorang

analis. Menurut Kellermann (1999) (Sari 2017) Seorang sutradara seyogianya

membangun keterampilannya dalam tiga bidang yang saling tergantung, yaitu:

1. Pengetahuan tentang metode-metode, prinsip-prinsip, dan teknik-teknik;

6
2. Pemahaman tentang teori kepribadian dan hubungannya dengan

pengembangan pembentukan filosofi hidup;

3. Pematangan dan perkembangan kepribadiannya sendiri. Ia juga

menambahkan bahwa ilmu pengetahuan yang luas tentang hidup dan

hakikat manusia, seorang sutradara diharapkan memiliki kerja khusus

dalam bidang pokok seperti psikologi umum, proses kelompok, psikologi

humanistik, teori komunikasi, dan komunikasi nonverbal;

Secara menyeluruh, sutradara kelompok yang efektif memiliki tiga kualitas,

yaitu: kreativitas, dorongan, dan kharisma. Individu seperti ini akan bekerja keras

untuk kebaikan kelompok dan senantiasa berani mengambil resiko untuk membantu

konseli mencapai tujuan.

B. Elemen dasar Psikodrama

Psikodrama (Liani 2020) menggunakan lima elemen yang menjadi dasar prinsipnya

yaitu:

1. Sutradara atau psikeater,

Dalam psikodrama yang menjadi pemimpin kelompok adalah konselor atau

terapis, pemimpin kelompok bisa dikatakan sebagai sutradara. Peranan

pemimpin kelompok ini sebagai fasilitas, procedure dan

pengamat/penganalisis

2. Protagonist,

Peran utama (protagonist) disini sebagai subjek utama dalam pemeran

psikodrama, memiliki sifat yang spontan dalam memainkan dramanya.

3. Peran pembantu,

7
Pemeran pembantu sebagai objek lain atau orang lain yang berarti dalam

permainan tersebut bisa pula disebut sebagai actor. Fungsi pemeran pembantu

untuk menggambarkan peranan-peranan tertentu yang mempunyai hubungan

dekat dengan protagonist dalam kehidupan sebenarnya

4. Penonton

Yang menjadi penonton (audience) yaitu anggota-anggota kelompok yang

tidak menjadi pemeran utama atau pemeran pembantu. Memiliki tugas

memberikan dukungan/feedback. Penonton juga membantu peran utama

(protagonist) dalam memahami akibat perilaku protagonist.

5. Panggung.

Tempat untuk beraksi atau tempat sebagai permainan psikodrama berlangsung,

yaitu didepan kelas, dengan tempat yang luas untuk member ruang gerak bagi

pemeran dalam permaian psikodrma. Tempat tiruan harus merupakan tiruan

atau paling tidak secara simbolis mewakili adegan-adegan yang diuraikan

klien.

C. Tahapan Psikodrama dalam Kelompok

Pelaksanaan psikodrama memiliki beberapa tahapan dalam pelaksanaannya.

Didalam buku Tatiek Romlah (2006:111) termaktub bahwa psikodrama terdiri dari

tiga tahap, yaitu :

1. Tahap persiapan. Tahap persiapan dilakukan untuk memotivasi anggota

kelompok agar mereka siap berpartisipasi secara aktif dalam permainan,

menentukan tujuan permainan, dan menciptakan perasaan aman dan saling

8
percaya dalam kelompok. Beberapa cara yang dapat dipakai untuk menyiapkan

kelompok sebagai berikut:

a. Pemimpin kelompok memberikan uraian singkat mengenai hakikat dan

tujuan psikodrama, dan anggota kelompok diminta untuk mengajukan

pertanyaan bila ada hal-hal yang belum jelas.

b. Pemimpin kelompok mewawancarai tiga anggota kelompok secara singkat

dalam situasi kelompok, misalnya mengajukan pertanyaan “apakah ada

kejadian-kejadian pada saat ini atau pada waktu lampau yang ingin anda

ketahui lebih lanjut? Apabila kelompok merespon pertanyaan itu,

pembicaraan selanjutnya dapat diteruskan untuk membicarakan keakraban

kelompok.

c. Anggota kelompok membentuk kelompok-kelompok kecil dan diberi waktu

beberapa menit untuk membicarakan konflikkonflik yang pernah mereka

alami yang ingin mereka kemukakan dalam permainan psikodrama

2. Tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan terdiri dari kegiatan dimana pemain

utama dan pemain pembantu memperagakan permainannya. Dengan bantuan

pemimpin kelompok dan anggota kelompok lainnya pemeran utama

memperagakan masalahnya. Suatu kejadian dapat diragakan dalam beberapa

adegan. Adegan-adegan dibuat berdasarkan masalah-masalah yang diungkapkan

pemeran utama. Psikodrama biasanya berkembang dari hal-hal yang bersifat

permukaan kearah hal-hal yang lebih mendalam dan merupakan sumber masalah

konseli. Lama pelaksaan psikodrama berbeda-beda bergantung pada penilaian

9
pemimpin kelompok terhadap keterlibatan emosional pemain utama dan

anggota-anggota kelompok yang lain.

3. Tahap diskusi. Dalam tahap diskusi atau tahap bertukar pendapat dan kesan, para

anggota kelompok diminta untuk memberikan tanggapan dan sumbangan

pikiran terhadap permainan yang dilakukan oleh pemeran utama. Peranan

pemimpin kelompok dalam tahap ini adalah memimpin diskusi dan mendorong

agar sebanyak mungkin anggota kelompok memberikan balikannya. Dalam

memberikan balikan supaya ditekankan pada saling berbagi perasaan dan

memberikan dukungan.

Adapula Langkah atau tahapan pelaksanaan psikodrama menurut (Corey 2012)

sebagai berikut :

1. Tahap persiapan (The warm-up). Pemanasan merupakan bagian penting dalam

menumbuhkan kepercayaan dan ikatan dalam kelompok. Pemanasan teridiri dari

kegiatan awal yang diperlukan untuk peningkatan secara bertahap dalam

keterlibatan dan spontanitas. Ini bertujuan untuk mendorong keterlibatan secara

maksimal. Pemanasan bisa dilakukan dengan teknik fisik seperti menggunakan

music, menari, dan gerakan atau latihan nonverbal laiinya. Menurut Blatner,

tugas yang paling penting selama tahap pemanasan terdiri dari menciptakan

suasana yang menumbuhkan spontanitas.

2. Tahap pelaksanaan (The action). Kelompok melakukan aksi drama untuk

mengeluarkan pikiran, sikap dan perasaan yang mereka tidak sadari. Tujuan dari

tahap ini adalah untuk membantu anggota dalammembawa pikiran-pikiran yang

mendasari, sikap, dan perasaan yang mereka tidak sadari sepenuhnya. Hal ini

10
berguna untuk memudahkan proses sehingga protagonist dapat bergerak ke

dalam tindakan sesegara mungkin. Dalam melakukan hal ini, pemimpin dapat

menarik isyarat penting bahwa protagonist menyerah menyajikan situasinya,

termasuk ekspresi wajah, angka yang pasti berbicara, dan postur tubuh. Sutrdara

membantu protagonis mendapatkan fokus yang jelas pada perhatian khusus. Saat

protagonis sudah mendapatkan “feel” yang diinginkan, maka ego pendukung

dapat membantu protagonis menyelesaikan masalah itu. Sutradara bisa

memberika arahan keterlibatan semua anggota kelompok.

3. Tahap diskusi atau tahap berbagi pendapat dan perasaan (The sharing). Menurut

Moreno, dalam tahap diskusi atau tahap sharing, kelompok mengeluarkan

pendapat yang tak menghakimi sesama. Sharing, yang dilakukan pertama terdiri

dari pernyataan yang menghakimi diri sendiri, diskusi dari proses kelompok

berikut. Setelah adegan psikodrama dilakukan, pemimpin yang mengajak semua

anggota kelompok untuk mengungkapkan pengaruhnya untuk pribadi. Lalu

dilanjutkan dengan diskusi tentang bagaimana action tadi mempengaruhi pola

piker dan perasaan mereka.

D. Teknik dan Prosedur Psikodrama

Teknik dalam bimbingan kelompok merupakan ilmu yang dapat diterapkan

atau digunakan dalam pemberian layanan bimbingan kelompok. Menurut Irmayanti

(2018) terdapat teknik latihan dalam bimbingan kelompok yang mencakup berbagai

teknik lain dalam bimbingan kelompok seperti diskusi, simulasi, dan

sosiodrama/beberapa ahli memiliki pendapat yang berbeda mengenai penggunaan

11
latihan dalam situasi kelompok. Salah satu teknik yang dapat digunakan dalam

bimbingan kelompok yaitu psikodrama.

Menurut Kipper & Roosevelt (Febrianti and Irmayanti 2019) teknik

psikodrama adalah satu cara yang unik dengan berbicara melalui gerakan tubuh,

memberlakukan fisik kepada pengalaman masa lalu yang dibawa ke masa sekarang,

yang memungkinkan protagonis untuk memproses kenangan dengan bimbingan

pemimpin dan partisipas anggota kelompok. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat

disimpulkan bahwa teknik psikodrama merupakan suatu cara yang dapat digunakan

dalam bimbingan kelompok sebagai upaya menyelesaikan masalah melalui drama.

Pada permasalahan siswa yang berperilaku merokok karena kontrol diri yang

rendah peserta didik akan memerankan situasi dramatis mengenai dampak merokok

yang dialaminya pada waktu lampau, sekarang dan antisipasi waktu mendatang.

Tujuan teknik psikodrama menurut Moreno (Febrianti and Irmayanti 2019)

adalah sebagai berikut:

1. Membantu seorang pasien atau sekelompok pasien untuk mengatasi masalah

pribadi dengan cara menggunakan permainan peran, drama, atau terapi

tindakan. Lewat dengan cara ini konseli dibantu mengungkapkan perasaan

sesuai yang dialaminya.

2. Psikodrama merupakan permainan peranan yang dimaksudkan agar individu

yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian lebih baik tentang dirinya,

dapat menemukan konsep pada dirinya, menyatakan kebutuhan-kebutuhannya,

dan menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya.

12
3. Teknik Dramatik, manusia dapat berusaha menciptakan kembali suasana fisik

dan emosional yang menghendaki dan harus dipahami adalah bahwa keaktifan

dalam psikodrama tidak dimonopoli oleh konselor atau terapis, melainkan

konseli itu sendiri.

4. Dengan dramatisasikan konflik-konflik batinnya, pasien dapat merasa sedikit

lega dan dapat mengembangkan (insight) baru yang memberikan kesanggupan

untuk mengubah perannya dalam kehidupan yang nyata.

E. Penerapan Pendekatan Psikodrama pada Kerja Kelompok Sekolah dan pada

Populasi Multikultural

1. Psikodrama pada Kelompok di Sekolah

Psikodrama menghasilkan wawasan melalui tindakan dan dirancang untuk

membawa ke dalam kesadaran dan ekspresi yang mendasari sikap, pikiran, dan

emosi individu (Blatner, 2001). Psikodrama klasik terlalu intens untuk

digunakan dengan anak-anak dan remaja, tetapi permainan peran, yang berasal

dari psikodrama, bisa sangat efektif untuk mengembangkan keterampilan

psikososial yang penting untuk beradaptasi dengan kehidupan masa kini.

Bermain peran adalah mode pengalaman yang melibatkan integrasi aktif

dimensi imajinatif dan emosional pengalaman manusia, dan banyak digunakan

dalam pendidikan dari prasekolah hingga professional program pascasarjana

(Blatner, 2007). Metode psikodrama tertentu lainnya juga dapat bermanfaat

bagi anak-anak dan remaja yang sedang mengalami konflik atau situasi

masalah yang dapat terjadi dipentaskan atau didramatisasi dalam bentuk

13
tertentu. Tidak hanya generasi muda saja yang melakukannya fokus manfaat

tindakan, tetapi siswa lain dalam kelompok juga mendapat manfaat.

Metode yang berorientasi pada tindakan ini membangun kohesi kelompok,

menawarkan peluang agar kaum muda menyadari bahwa perjuangan mereka

juga dialami oleh orang lain. Kelompok sekolah umumnya terbatas waktu dan

terstruktur berdasarkan topik tema, dan banyak teknik yang dijelaskan dalam

bab ini dapat meramaikan pekerjaan anak-anak dan remaja. Permainan peran

dramatis yang sebelumnya atau yang diantisipasi situasi bisa in vivo atau bisa

menggunakan boneka, boneka, atau topeng dengan siswa sekolah dasar yang

lebih muda. Sama seperti pelepasan katarsis yang bisa terjadi pada masa kanak-

kanak menghidupkan kembali pengalaman menyakitkan, perasaan percaya diri

dan kemanjuran diri dapat muncul dari latihan sukses menghadapi tantangan

masa depan. Pembalikan peran memberikan kesempatan kepada generasi muda

untuk memahami dunianya orang lain dengan mengalami situasinya melalui

mata orang lain. Metode ini memperluas visi anggota dan membantu

pengembangan empati. Itu teknik proyeksi masa depan memiliki banyak

kemungkinan untuk anak-anak dan remaja, terutama sebagai sarana untuk

mengklarifikasi kekhawatiran mereka tentang masa depan mereka. Di dalam

situasi kelompok di mana para anggota dapat menciptakan jenis hubungan

yang mereka inginkan berharap dengan orang lain, mereka dapat berlatih untuk

pertemuan di masa depan, dan mereka bisa mendapatkan umpan balik yang

bermanfaat tentang bagaimana mereka tampil kepada orang lain. Sihir teknik

toko dapat membantu kaum muda dalam mengidentifikasi beberapa nilai inti

14
mereka dan mengklarifikasi bagaimana nilai-nilai mereka terkait dengan

perilaku mereka.

Tergantung pada apa yang terjadi dalam kelompok, teknik berorientasi

tindakan lainnya dapat memanfaatkan kreativitas, spontanitas, dan imajinasi

para anggota. Dari Tentu saja, apa pun metode yang digunakan pemimpin

kelompok dalam pendekatan ini, itu adalah metode yang tepat penting bahwa

metode ini sesuai untuk tujuan spesifik dari kelompok dan untuk konteks

sekolah. Para pemimpin perlu berhati-hati dalam melakukan hal tersebut tidak

membuka materi yang tidak dapat ditangani secara memadai dalam batas

batasnya dikenakan oleh lingkungan sekolah atau yang melebihi

kompetensinya.

2. Penerapan Psikodrama pada Populasi Multikultural

Jika praktisi menganggap serius peringatan yang telah disebutkan dalam

hal ini bab, psikodrama dapat memberikan kontribusi unik dalam membantu

etnis dan populasi yang beragam secara budaya. Psikodrama digunakan oleh

ribuan orang profesional di seluruh dunia (Blatner, 2005b). Daripada punya ibu

sekedar membicarakan permasalahannya dalam berhubungan dengan anak-

anaknya, misalnya saja dia bisa mengambil peran anak-anaknya selama sesi

terapi. Bagi banyak orang yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa

kedua, psikodrama memilikinya beberapa aplikasi menarik.

Mereka dapat memahami pesan emosional yang mendasarinya isyarat

nonverbal dan nada suara protagonis. Setelah dia menyelesaikan

psikodramanya, kami memintanya untuk menjelaskan beberapa kata dalam

15
bahasa Inggris tentang apa yang dia alami. Dia mengatakan bahwa berbicara

dalam bahasa Jerman jelas membawa kembali semangat lebih awal gambar,

yang menghasilkan pengalaman kuat dalam menghidupkan Kembali adegan

adegan dari masa kecilnya. Hal ini membantu orang lain yang tidak mengerti

bahasa Jerman menjadi lebih peka ke dalam pekerjaannya, dan itu juga

membantunya mengubah pekerjaan emosionalnya menjadi kognitif perspektif.

Dalam program DVD Groups in Action (Corey, Corey, & Haynes, 2006),

Casey berbicara secara simbolis kepada ibunya dalam bahasa Vietnam, dan

melalui pertukaran peran itu juga dilakukan dalam bahasa Vietnam, sang ibu

membalas Casey. Di tempat lain program grup dalam DVD yang sama, Maria

berbicara kepada setiap anggota grup tentang pikiran dan perasaannya dalam

bahasa pertamanya, yaitu bahasa Spanyol. Ini contoh memberikan bukti

pengalaman tentang nilai terapeutik dari mengundang anggota untuk berbicara

dalam bahasa pertama mereka pada waktu-waktu tertentu. Jika anggota

kelompok merasa sangat tidak nyaman membicarakan masalah pribadi, apalagi

menampilkan emosinya di depan orang lain, beberapa teknik psikodrama

kemungkinan besar tidak tepat. Namun, beberapa teknik ini bisa disesuaikan

dengan pendekatan pemecahan masalah yang memanfaatkan kognitif dan

prinsip perilaku. Dimungkinkan untuk menggabungkan didaktik dan

pengalaman metode dalam kelompok terstruktur dengan populasi

multikultural.

Semua psikodrama teknik tidak harus digunakan untuk membangkitkan

emosi dan mendorong anggota untuk mengekspresikan dan mengeksplorasi

16
perasaan mereka. Teknik bermain peran bisa produktif disesuaikan dengan

situasi terstruktur yang berhubungan dengan mencoba serangkaian yang baru

perilaku tertentu. Bagi para anggota yang memiliki larangan budaya yang

serius terhadap pembicaraan tentang keluarga mereka dalam kelompok,

permainan peran yang melibatkan “berbicara” dengan mereka ibu atau ayah

mungkin merasa enggan. Keengganan ini bisa dikurangi dengan prosedur

pemanasan yang memadai dan dengan menciptakan tingkat kepercayaan yang

memadai dan keselamatan.

Sebelum mencoba teknik tersebut, pemimpin harus mengeksplorasi

sepenuhnya nilai-nilai budaya klien dan keraguan untuk berpartisipasi dalam

teknik tertentu. Hal ini menuntut pelatihan dan keterampilan tingkat tinggi dari

pihak pemimpin. Dia mudah untuk melihat bahwa pemimpin yang tidak terlatih

dan tidak sadar budaya dapat membentuk kelompok intervensi yang

kontraproduktif.

F. Evaluasi Psikodrama

1. Kontribusi dan Kekuatan Pendekatan

Metode berorientasi tindakan yang telah dijelaskan dalam bab ini dapat berupa

diintegrasikan ke dalam kerangka pendekatan kelompok lainnya. Jumlahnya

semakin bertambah praktisi menciptakan sintesis teknik psikodramatis mereka

sendiri dalam orientasi teoritis mereka. Saya menghargai teknik aktif

psikodrama dan permainan peran terutama karena metode ini mengarahkan

peserta pada hal yang langsung pengalaman konflik nyata pada tingkat yang

jauh lebih besar dibandingkan saat konflik terjadi anggota berbicara tentang

17
diri mereka sendiri secara obyektif dan bercerita. Psikodrama menawarkan

pendekatan dinamis terhadap masalah kehidupan dan memberikan cara

alternatif bagi anggotanya untuk mengatasi kekhawatiran mereka. Orang-orang

sering tidak melihat alternatif lain selain berurusan dengan orang-orang penting

dalam hidup mereka. Dalam psikodrama, anggota kelompok dapat

mendemonstrasikan cara lain untuk merespons dan dengan demikian

memberikan orang tersebut kerangka acuan yang berbeda. Dalam sebuah

permainan peran situasi, misalnya, Noreen mendekati pasangannya, Sylvia,

dengan daftar kekurangannya: Saat membicarakannya dia mengatakan bahwa

Sylvia itu egois, dia tidak peduli, dan dia tidak menunjukkan perasaannya atau

benar-benar berbagi kehidupannya dengan dia. Melalui beberapa variasi

permainan peran, anggota lain dapat menunjukkan kepada Noreen cara berbeda

dalam berhubungan dengan pasangannya yang tidak menuduh. dan hal itu kecil

kemungkinannya menyebabkan Sylvia menjadi defensif dan mengabaikannya

keluhan.

2. Potensi Integrasi dengan Pendekatan Lain

Konsep dan metode psikodrama menawarkan gambaran, tindakan, dan

langsung pertemuan interpersonal dengan perilaku psikodinamik, humanistik,

dan kognitif pendekatan. Sebagian besar pendekatan yang dibahas dalam buku

ini dapat diperkaya dengan menjadikan proses kelompok lebih bermakna

berdasarkan pengalaman. Pada gilirannya, psikodramatis memiliki konsep dan

teknik yang terintegrasi dari pendekatan lain (Baim, Burmeister, & Maciel,

2007). Misalnya diskusi, kognitif pemrosesan, pemodelan, dan umpan balik

18
dapat membantu mengatasi perasaan dan menyelaraskan sikap yang muncul ke

permukaan oleh pengalaman katarsis dari psikodrama.

3. Pelatihan sebagai Pengamanan

Blatner (1996) berpendapat bahwa penting bagi direktur untuk memiliki teori,

pengetahuan teknis, dan praktis tentang teknik psikodramatis. Untuk

menghargai sepenuhnya potensi nilai dan risiko yang melekat pada teknik

tersebut, direktur perlu berpartisipasi dalam proses pembelajaran ini

berdasarkan pengalaman teknik. Pelatihan diperlukan untuk sertifikasi penuh

sebagai psikodramatis termasuk memiliki setidaknya gelar master dalam

konseling atau bidang terkait dan lebih dari 780 jam kerja didaktik dan

pengalaman ditambah pengalaman yang diawasi mengarahkan sesi

psikodrama. Sertifikasi melibatkan pemeriksaan berdasarkan masalah etika,

pengetahuan teori dan praktik, dan observasi keterampilan kandidat dalam

memimpin psikodrama (Blatner, 2001). Mahasiswa psikodrama perlu

mengalami proses dalam segala hal yang tersedia peran: ego tambahan,

penonton, sutradara, dan terutama protagonis. Dengan mendapatkan terlibat

secara pribadi dalam proses psikodrama, peserta pelatihan tidak hanya belajar

lebih banyak tentang diri mereka sendiri tetapi mengembangkan kepekaan

terhadap peran klien. Kepemimpinan yang tidak kompeten—misalnya,

diwujudkan dengan memaksa orang untuk melakukan hal tersebut situasi yang

mereka tidak siap hadapi—dapat menimbulkan dampak negatif yang serius

konsekuensinya bagi para peserta. Sensitivitas dan keahlian sutradara sangat

penting jika pengalaman tersebut ingin menjadi terapi. Praktisi kelompok yang

19
tertarik untuk memasukkan psikodrama ke dalamnya gaya kepemimpinan

mereka harus menyadari bahwa mereka tidak harus sempurna upaya pertama

mereka untuk menerapkan metodenya. Dengan latihan yang diawasi,

pengalaman sebagai anggota kelompok psikodramatis, dan pelatihan khusus,

praktisi kelompok berada dalam posisi yang baik untuk memperoleh

kompetensi dalam menerapkan psikodramatis teknik dalam kelompoknya.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam psikodrama, individu dibantu untuk mengungkapkan perasaan

tentang konflik, agresi, perasaan bersalah, dan kesedihan. Dengan psikodrama,

diharapkan individu dapat mengungkapkan perasaannya. Hal ini sejalan dengan

asertivitas, yaitu kemampuan untuk mengemukakn perasaan jujur dengan nyaman.

Dalam psikodrama ini, individu dapat menyadari bahwa memiliki hak untuk asertif

karena asertivitas penting dimiliki oleh remaja sejak dini.

B. Saran

Penulis menyadari bahwasanya penulisan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk kedepannya, penulis akan lebih banyak belajar dan

mendalami pemahaman menganai makalah yang dikerjakan dengan sumber-

sumber yang luas dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan dan penulisan

makalah ini.

21
DAFTAR RUJUKAN

Corey, Gerald. 2012. Theory & Practice of Group Counseling. Eight Edit.

Belmont, USA.

Febrianti, Cici, and Rima Irmayanti. 2019. “Teknik Psikodrama Dalam

Bimbingan Kelompok Untuk Mengatasi Perilaku Merokok Siswa Sma.”

FOKUS (Kajian Bimbingan & Konseling Dalam Pendidikan) 2(3):105. doi:

10.22460/fokus.v2i3.4631.

Liani, Lusi. 2020. “PSIKODRAMA SEBAGAI METODE KONSELING

KELOMPOK PADA REMAJA DI PANTI SOSIAL BINA REMAJA

HARAPAN KOTA BENGKULU.” Skripsi 110. doi:

10.1016/j.fcr.2017.06.020.

Lopuhaa, Anjelly Freeska. 2021. “Psikodrama Terapi.” Angewandte Chemie

International 6(11):951–52.

nurfaizal. 2016. “Penggunaan Teknik Psikodrama Untuk Meningkatkan Konsep

Diri Siswa.” Jurnal Fokus Konseling 2(2):160–72.

Sari, Syska Purnama. 2017. “Teknik Psikodrama Dalam Mengembangkan Kontrol

Diri Siswa.” Jurnal Fokus Konseling 3(2):123. doi: 10.26638/jfk.386.2099.

22

Anda mungkin juga menyukai