Tugas Fiqih
Tugas Fiqih
a / MI Marfu'ah Palembang
Mata Pelajaran : FIQIH
Penulis
19 Januari 2019
memakai sepatu sekolah. Ada juga santri yang numpang bahu atau minta gendong pada
teman yang lain. Bahkan ada santri yang jalannya seperti kanguru. Ia melompat-lompat
dengan satu kaki dikarenakan hanya kebagian sandal sebelah. Anggaplah santrinya 50
puluh, tapi sandalnya 40 puluh pasang. Hingga muncul bahasa santri “Siapa yang cepat
dia yang bersandal, siapa yang lambat dia yang kenak begal”.
Tidak cukup sampai di situ, bahkan ketika sandal temannya sudah tidak ada milik
sandal yang harganya tidak seberapa, ilmunya yang tak ternilai dikasih secara cuma-cuma
kok”.
Semua ini mungkin masih bisa dimaklumi. Mereka sudah saling kenal dan paham atas
keadaan santri di pondok. Hanya saja ketika yang dibegal bukan milik sesama santri, baru
hal ini tidak bisa dibiarkan. Mereka perlu ditegur atau dikasih punishment yang mendidik.
Sebut saja wali santri yang sedang ngirim anaknya. Mau pulang masih disibukkan dengan
Dari sedikit paparan cerita kehidupan santri di atas, lantas bagaimana sebenarnya agama
Sedangkan menurut istilah, ghasab berarti menguasai harta (hak) orang lain dengan tanpa
Nama: Malikah Lana Aljinan Kelas 6.a / MI Marfu'ah Palembang
Mata Pelajaran : FIQIH
diam-diam. Ghasab juga tidak harus berbentuk pada barang yang konkret, hal yang
abstrak seperti kemanfaatan juga masuk didalamnya. Mulai dari duduk didepan teras
rumah orang lain tanpa izin sampai numpang bercermin di kaca spion motor milik orang
lain.
Hal ini memang tidak mengurangi kualitas dan kuantitas barangnya secara langsung,
namun tetap saja kita telah mengambil manfaat dari barang yang dighasab. Karena yang
Hukum Melakukan Ghasab
firman Allah Swt. yang menjadi rujukan hukum ghasab ini adalah Surat Al-Baqarah [2]:
188,
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan
jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
menjelaskan bahwa maksud kata memakan dengan batil dari ayat tersebut adalah
Jadi, dapat ditarik simpulan bahwa ghasab (menggunakan milik orang lain tanpa izin)
berdasarkan ayat tersebut hukumnya haram dan sangat dilarang oleh Allah.
hukumnya sama-sama tidak boleh. Bahkan berdasarkan ayat tersebut ketika dilihat dari
kaca mata ushul fiqh maka ada 2 (dua) hal yang dapat kita simpulkan. Pertama,
Semua barang atau benda yang pernah kita ghasab harus dikembalikan dan meminta
sebab pemakaian kita, maka hukumnya wajib mengganti sesuai kondisi barang
saat dighasab. Ini berdasarkan hadist Nabi Muhammad Saw yang terdapat dalam kitab Al-
فإذا أخذ أحدكم عصا أخيه فليردها،ال يأخذ أحدكم متاع أخيه العبا أو جادا
Janganlah diantara kalian mengambil barang milik saudaranya, baik secara main-main atau
sungguh-sungguh. Apabila salah satu dari kalian mengambil tongkat milik saudaranya maka
hendaklah ia mengembalikannya.
Intinya dengan berbagai macam alasan apapun, kebiasaan ghasab ini secara lambat laun
harus dihilangkan, apalagi dari lingkungan pesantren. Hal-hal yang bernilai ibadah
ABDUL HADI
1785 Hits
Di pesantren, para santri memperdalam pengetahuan mereka tentang agama Islam. Bersama
kyai/ustadz, mereka melakukan kegiatan pembelajaran tiap harinya dalam bilik-bilik kelas.
Tentunya kesemuanya itu dilakukan bukannya tanpa tujuan. Tidak hanya sebagai proses
transfer ilmu, pesantren menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan bertujuan untuk
membentuk para santrinya menjadi muslim yang bertakwa yang tercermin dalam perilaku
yang berakhlak mulia. Dengan menggunakan sistem ini kyai sebagai guru, pembimbing,
pembina, dan pemberi teladan, dapat hidup dalam lingkungan yang sama dengan para santri.
Sehingga proses belajar dan pembentukan kepribadian bagi santri tidak hanya berlangsung
saat pembelajaran di kelas, namun bisa berlangsung sepanjang hari. Metode ini sangat efektif
dalam membentuk karakter santri. Berdasarkan penelitian yang berkaitan dengan metode
Pondok Pesantren Darul ‘Ulum merupakan salah satu dari sekian banyak pesantren di
Kabupaten Jombang. Pondok Pesantren Darul ‘Ulum terletak di Desa Rejoso, Kecamatan
Peterongan Kabupaten Jombang ini mengkategorikan dirinya sebagai pesantren Salafiyah dan
Modern, hampir keseluruhan santrinya bertempat tinggal di asrama. Sistem pendidikan PP.
Darul ‘Ulum menerapkan sistem pendidikan berasrama. Kurang lebih terdapat 17 lebih asrama
yang masing-masing asrama memiliki kyai atau pengasuh. Maka dari itu terdapat ribuan
santriwan dan santriwati yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Hal ini yang menjadi tugas
utama para kyai atau pengasuh untuk mendidik atau mencetak santriwan dan santriwati
berakhlak mulia.
Pengalaman penulis yang pernah mencicipi pendidikan di PP. Darul ‘Ulum tidak dapat diungkiri
bahwasanya budaya ghasab ini sering terjadi di beberapa asrama atau hampir diseluruh
asrama. Dalam pemahaman yang umum dikenal, ghasab adalah suatu tindakan mengambil
atau menggunakan sesuatu yang bukan haknya tanpa seizin si pemilik. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia kata “ghasab” berarti ”mempergunakan milik orang lain secara tidak sah
untuk kepentingan sendiri”. Bermacam rupa ghasab yang terjadi seperti, sabun mandi, sandal,
Nama: Malikah Lana Aljinan Kelas 6.a / MI Marfu'ah Palembang
Mata Pelajaran : FIQIH
gayung, hingga baju dan lain lain. Hal ini terjadi tidak terlepas dari kebiasaan para santriwan
atau sntriwati yang telah biasa melakukan perbuatan ghasab seperti ini.
Adapun peran kyai atau pengasuh dalam masalah ini sangatlah sering mengingatkan atau
memberi arahan-arahan yang mana telah melarang keras perbuatan ghasab. Dalam hal ini
upaya pengarahan atau pelarangan pengasuh dan pengurus bermacam-macam cara seperti,
asrama), menindak tegas para pengghasab dengan cara menggunduli rambut serta memanggil
wali santri apabila pelaku berulang kali melakukan tindakan ghasab. Namun hal ini tidak
Adapun hukum dan dalil-dalil tentang larangan ghasab Para ulama sepakat menyatakan bahwa
gasab merupakan perbuatan terlarang dan hukumnya haram dilakukan. Dalam hal ini imam al
nawawi mengatakan bahwa prinsipnya seluruh kaum muslimin sepakat menyatakan bahwa
hukum gasab hukumnya haram, al zuhaili menambahi bahwa hal itu haram meskipun tidak
mencapai nisab mencuri. Ada beberapa dalil yang menegaskan bahwa Ghasab itu termasuk
Yang Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janglah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
diantara kamu, Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.
Disamping ayat tersebut larangan dan ketentuan haramnya gasab didasarkan atas beberapa
hadis nabi SAW. Beliau pernah bersabda bahwa sesungguhnya darah kalian haram(untuk
saling diganggu) seperti haramnya hari (nahr) kalian ini, seperti bulan zulhijjah) kalian ini di
negri (makkah / mina / tanah haram) kalian ini. dan Rosululloh Juga Menegaskan Dalam
sebuah hadist Yang Artinya. “Harta seorang muslim haram dipergunakan oleh muslim lainnya,
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa ghasab dianggap merupakan budaya yang sering
ghasab merupakan hal yang biasa dan dianggap wajar dalam lingkup pondok pesantren.
ghasab. Padahal jelas sekali diterangkan bahwa tindakan ghasab merupakan perbuatan yang
dilarang oleh agama islam karena telah mengambil sesuatu yang bukan miliknya tanpa seizin
Tulisan ini tidak bermaksud mengadili atau mengumbar aib dari sebagian santriwan-santriwati
PP. Darul ‘Ulum, namun bertujuan pada upaya untuk saling mengingatkan terhadap pembaca
Dari Yazid (bekas budak dari al-Munba’its) bahwasannya dia mendengar Zaid bin
Khalid al- Juhani salah satu sahabat Rasulullah saw. berkata, “Rasulullah saw: pernah
Maka Beliau bersabda: “Kenalilah wadah dan talinya, kemudian umumkanlah selama
setahun, apabila pemiliknya tidak datang untuk mengenalinya, maka -untuk sementara
waktu- kamu boleh memanfaatkan, dan itu sebagai barang titipan untukmu. Seandainya
suatu hari pemiliknya datang mencari barang tersebut, maka berikanlah barang
tersebut kepadanya.”
Lalu dia bertanya mengenai temuan unta, maka beliau balik bertanya kepada dia: “Apa
urusanmu dengan unta yang hilang? Biarkan unta itu pergi, karena ia membawa sepatu
(punya kaki) dan wadah airnya sendiri. Ia dapat mendatangi mata air dan makan
Orang itu bertanya lagi mengenai temuan kambing, beliau menjawab: “Ambillah
kambing tersebut, mungkin ia dapat menjadi milikmu atau milik saudaramu atau bahkan
Barang temuan atau dalam bahasa Arab-nya sering disebut dengan barang luqathah ini
bingung. Akan diapakan barang tersebut. Apakah mau dipakai sendiri, atau mau
Pada kesempatan kali ini, kita akan sedikit belajar mengenai tentang apa dan
bagaimana sikap kita ketika menemukan barang temuan atau barang luqathah tersebut.
kata dari kata ‘temuan’ ini. Lebih mudah, jika kita melihatnya dari kata dasar ambil atau
pungut. Hal ini didasarkan dari kata luqathah yang mempunyai kata dasar bahasa Arab
memungut harta atau barang dari suatu tempat, yang mana tidak diketahui secara pasti
Namanya sebuah barang atau benda, tentu mempunyai jenis yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lain. Karena mempunyai perbedaan inilah barang temuan
(luqathah) ini juga mempunyai aturannya masing-masing sesuai jenis dan kadar zat-
nya. Dari sinilah kemudian ada tiga aturan yang bersangkutan dengan barang luqathah
tersebut.
1. Barang atau benda temuan yang (mungkin) sudah tidak akan diambil atau dicari lagi
oleh pemilik barang tersebut, atau bahkan dilihat dengan detail orang yang
melewatinya. Hal ini dikarenakan barang tersebut mempunyai nilai yang rendah.
Misalnya: botol bekas, baut, gantungan kunci, permen, atau uang recehan, yang
Barang-barang yang sekiranya tidak begitu bernilai bagi pemiliknya ini, bagi orang yang
terlebih dahulu.
Nama: Malikah Lana Aljinan Kelas 6.a / MI Marfu'ah Palembang
Mata Pelajaran : FIQIH
2. Barang atau benda temuan yang bagi kita tidak perlu merawat dan menjaganya,
karena bagi pemiliknya mudah untuk mencari barang atau benda tersebut.
Seperti berbagai itik dan hewan unggas lainnya, yang mana di pagi hari dikeluarkan
begitu saja oleh pemiliknya. Kemudian di siang atau sore hari pemiliknya mencari
Bisa juga barang-barang yang memang punya ukuran besar dan berat, seperti mobil,
truck, atau besi dan kayu dan lain-lainnya. Benda-benda seperti ini tentu tidaklah
mudah untuk diambil, dan benda ini pemiliknya sudah tahu di mana meletakkan benda
tersebut.
3. Barang atau benda temuan yang sangat berharga dan punya nilai bagi orang lain,
dan membutuhkan perawatan dalam menjaga barang tersebut. Sehingga mudah hilang,
berisikan berbagai macam kartu identitas diri, atau hewan ternak sapi dan kambing dan
lain-lainnya.
Barang seperti ini tentu sangatlah penting bagi pemiliknya, alangkah baiknya jika
Dikarenakan status barang yang (mungkin) masih dicari oleh pemiliknya tentu sebagai
orang yang menemukan dan mengambilnya ini belum bisa terjadi kerelaan dalam
Dari sinilah sebagai penemu kita dianjurkan berniat untuk mengembalikan barang
tersebut atau menjaga dan merawatnya, dan tidak boleh berniat untuk memiliki barang
tersebut secara pribadi. Niat yang berbeda inilah yang menjadikan orang yang
Nama: Malikah Lana Aljinan Kelas 6.a / MI Marfu'ah Palembang
Mata Pelajaran : FIQIH
menemukan barang tersebut menjadi orang yang dipercaya (amin) atau orang yang
Oleh karena itulah, hukum orang yang mengambil barang temuan ada beberapa
macam:
Pertama, Wajib. Apabila dirinya merasa yakin bahwa dirinya bisa mengembalikan
Kedua, Sunnah. Apabila dirinya percaya bahwa dirinya bisa menangani segala sesuatu
Ketiga, Makruh. Hal ini diberlakukan bagi orang yang merasa dirinya tidak bisa percaya
pada dirinya. Sehingga khawatir akan apa yang diperbuatnya dengan barang tersebut
di kemudian hari.
Orang yang menemukan barang, dalam agama Islam mempunya beberapa kewajiban,
diantaranya:
seperti yang dijelaskan dalam QS. al-Maidah: 32, yang (potongan) artinya berbunyi: “
umum. Bisa lewat papan pengumuman masjid atau berbagai media. Hal ini berlaku
Adapun setelah satu tahun belum ada yang pemiliknya yang datang, maka barang
sewaktu-waktu
Nama: Malikah Lana Aljinan Kelas 6.a / MI Marfu'ah Palembang
Mata Pelajaran : FIQIH
3. Tidak diperbolehkan meminta biaya kepada pemilik barang tersebut. Kecuali biaya
pengganti atas perawatan barang yang telah ditemukannya tersebut atau hadiah
Demikian penjelasan singkat mengenai apa itu yang disebut tentang barang
temuan atau luqathah. semoga dengan penjelasan yang sedikit ini bisa membuat
kita sebagai muslim yang taat dan patuh dan tetap menghormati hak-hak antar
Sumber:
1. Al-Qur’an Digital v.2.2
2. Kamus Besar Bahasa Indonesia v.1.1
3. Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam
4. PengusahaMuslim.com
5. Syahril Anwar, Buku Pintar Pelajar Agama Islam SD, SMP, SMA, (t.tp: Vicosta
Publisher, 2013)